Anda di halaman 1dari 43

QANUN, KOMPILASI HUKUM

ISLAM, DAN KOMPILASI HUKUM


EKONOMI SYARIAH

oleh Tim Hukum Islam


TEORI PEMBENTUKAN
PERUNDANG-UNDANGAN
DALAM ISLAM
 Taqnin: Adalah pembentukan perundang-undangan.
 Musthofa al-Zarqa: Taqnin adalah mengumpulkan
hukum dan kaidah penetapan hukum yang berkaitan
dengan masalah hubungan sosial, menyusunnya
secara sistematis, serta mengungkapkannya dengan
kalimat-kalimat yang tegas, ringkas, dan jelas dalam
bentuk bab, pasal, dan atau ayat yang memiliki
nomor secara berurutan, kemudian menetapkannya
sebagai undang-undang atau peraturan, lantas
disahkan oleh pemerintah, sehingga wajib para
penegak hukum menerapkannya di tengah
masyarakat (Imam Yazid)
Pencetus Teori Taqnin adalah
Abdullah ibnu Muqaffa (756
M/140 H)
Saat itu ia memberikan
masukan pada pemerintahan
Abu Ja’far al-Manshur
(Khalifah ke 2 Abbasiyah)
yang dikenal dengan Risalah
al-Shahabah.
Dalam buku itu ia mengusulkan
agar hukum fikih dikumpulkan dan
dijadikan sebagai acuan hakim.
Usulan tersebut ditindak lanjuti
oleh al-Mansur dan meminta Imam
Malik agar membuat kompilasi
hukum Islam, namun beliau
menolak.
PROVINSI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
UU NO. 11/2006 TENTANG
PEMERINTAHAN ACEH
 Pasal 125: Syariat Islam yang dilaksanakan di Aceh
meliputi aqidah, syari’ah dan akhlak, yang terdiri dari
(diatur lebih lanjut dalam Qanun) :
 ibadah,
 ahwal alsyakhshiyah (hukum keluarga)
 jinayah (hukum pidana),
 qadha’ (peradilan),
 tarbiyah (pendidikan),
 dakwah,
 syiar, dan
 pembelaan Islam.
Cont’d

Kewajiban masyarakat di Aceh:


Pasal 126:
Setiap pemeluk agama Islam di Aceh
wajib menaati dan mengamalkan
syari’at Islam
Setiap orang yang bertempat tinggal /
berada di Aceh wajib menghormati
pelaksanaan syari’at Islam
Cont’d

Kewajiban Pemerintahan Aceh dan Pemerintahan


Kabupaten/Kota :
 Pasal 127
 bertanggung jawab atas penyelenggaran pelaksanaan syari’at Islam
 menjamin kebebasan, membina kerukunan, menghormati nilai-nilai agama
yang dianut oleh umat beragama dan melindungi sesama umat
beragama untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya.
 mengalokasikan dana dan sumber daya lainnya untuk pelaksanaan syariat
Islam.
 Pendirian tempat ibadah di Aceh harus mendapat ijin dari pemerintah
Aceh dan/Pem. Kabupaten/kota.
Cont’d

Mahkamah Syar’iyah
Pasal 128 (1):
1) peradilan Syari’at Islam di Aceh adalah bagian
dari sistem peradilan Nasional dalam lingkungan
Peradilan agama yang dilakukan oleh
Mahkamah Syar’iyah yang bebas dari
pengaruh pihak manapun.
2) Mahkamah Syar’iyah merupakan pengadilan
bagi setiap orang yang beragama Islam dan
berada di Aceh.
Cont’d

Mahkamah Syar’iyah
3) Mahkamah Syar’iyah berwenang memeriksa,
mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara
yang meliputi bidang ahwal al’syakhsyiah (hukum
keluarga), muamalah (hukum perdata) dan
jinayah (hukum pidana) yang didasarkan atas
syari’at Islam.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bidang Ahwal al
syakhsyiah (hukum Keluarga), muamalah dan
jinayah diatur dengan Qanun Aceh.
QANUN
QANUN Prov.NAD No.10/2002 tentang
Peradilan Syariat Islam (PSI)
 bahwa Undang-undang Nomor 18 tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, menetapkan Mahkamah
Syar'iyah sebagai Peradilan Syariat Islam dengan kompetensi
absolut meliputi seluruh aspek Syariat Islam yang akan diatur
dengan qanun.
 Syariat Islam dalam tatanan hukumnya menjangkau seluruh
aspek Syariat Islam, (hukum publik maupun privat). Maka
kewenangan atau kekuasaan Peradilan Syariat Islam yang
akan ditetapkan dengan Qanun harus mencakup seluruh
aspek hukum yang telah ada ketentuannya dalam Syariat
Islam.
Cont’d

 Dalam Qanun ini hanya ditentukan secara garis besar


bidang-bidang hukum Syariat Islam yang menjadi
kekuasaan Peradilan Syariat Islam, sedangkan
rumusannya secara lengkap dan rinci akan diatur
dalam Qanun tersendiri yang menetapkan hukum
materil dan hukum formil.
 Agar tidak terjadi kevakuman selama Qanun tentang
hukum materil dan hukum formil belum diundangkan,
maka Peradilan Syariat Islam dapat segera
dilaksanakan dengan berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan yang sudah ada dan masih
berlaku serta tidak bertentangan dengan Syariat Islam.
Cont’d

PSI merupakan bagian dari sistem Peradilan Nasional


yang dibentuk dengan Qanun. (Pasal 1 & 2).
Agar tidak terjadi dualisme dalam pelaksanaan PSI,
maka PA yang telah ada di NAD dialihkan menjadi
lembaga PSI. (Pasal 2 (3) jo Pasal 58 (1)).
Hirarki PSI (Pasal 3 jo 4):
Mahkamah Syar’iyah  Kab/Kota
Mahkamah Syar’iyah Prov (MSP)  Ibukota Prov.
Mahkamah Agung.
Dimungkinkan adanya hakim ad.hoc. utk
menyelesaikan kasus yang memerlukan keahlian
khusus (Pasal 8).
Hakim ad. Hoc diangkat oleh gubernur dengan
persetujuan DPRD atas usul MSP (Penj. Pasal 8 (3) ).
Cont’d

Hal-hal yang berbeda dalam Ketentuan


Hakim:
Pemberhentian dengan hormat hakim atas permintaan sendiri mencakup
pengunduran diri dengan alasan hakim yang bersangkutan tidak dapat
menegakkan hukum di rumah tangganya sendiri (Pasal 18).
Pemberhentian dengan tidak hormat bila melakukan kejahatan jinayat
minimal 4 bulan kurungan/ cambuk min.2x / denda 1 jt tanpa memberi
kesempatan untuk membela diri (Pasal 19).

Hukum Materil & Formil: bersumber dari atau


sesuai dengan syariat Islam yang akan diatur
dengan Qanun (Pasal 53 jo 54).
Dalam jangka waktu 5 tahun, MA akan
membuka kamar khusus di Prov. NAD.
Kekuasaan & Wewenang PSI
(Pasal 49):

1. Al Ahwal al Syakhsiyah: hukum keluarga.


2. Muamalah: termasuk perbankan, perburuhan,
takaful, wakaf, hibah, shadaqah.
3. Jinayah:
a. Hudud: Zina, menuduh berzina, mencuri, merampok, minuman keras,
NAPZA, murtad dan pemberontakan.
b. Qishas/ Diyat: Pembunuhan dan Penganiayaan
c. Ta’zir: Hukuman selain Hudud dan Qishas seperti judi, khalwat,
meninggalkan sholat fardu dan puasa ramadhan.
Qanun
 Qanun No.11 Tahun 2002 tentang Syari’at Islam
bidang Aqidah, Ibadah dan Syi’ar Islam
 Qanun No.12 Tahun 2003 tentang Minuman Khamar
dan sejenisnya
 Qanun No.13 Tahun 2003 tentang Maisir (Perjudian)
 Qanun No.14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum)
 Qanun No. 10 Tahun 2007 tentang Baitul Mal
 Qanun No. 7 Tahun 2013 tentang Hukum Acara
Jinayat
 Qanun No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat
 Qanun No. 8 Tahun 2014 tentang Pokok-pokok
Syariat Islam
KOMPILASI HUKUM ISLAM
Tujuan KHI
KOMPILASI HUKUM ISLAM INPRES
No.1/1991

 Mengandung garis-garis hukum, atau bagian-


bagian hukum yang sudah meresap ke dalam
dan menjadi kesadaran hukum masyarakat
muslim
 Mengandung hal-hal baru yang bercorak
Indonesia, Misal:
 ahli waris pengganti untuk cucu yang
orangtuanya meninggal lebih dulu,
 wasiat wajibah untuk anak angkat,
 perwalian untuk anak yang belum dewasa (21
tahun) untuk mengurus anak dan harta
kekayaan anak tersebut.
Penyusunan KHI
Jalur penyusunan KHI yang dilakukan oleh Panitia
Cont
Isi KHI
Buku I Hukum Perkawinan

 Ketentuan Umum
 Dasar2 Perkawinan
 Peminangan
 Rukun dan Syarat Perkawinan
 Mahar
 Larangan Perkawinan
 Perjanjian Perkawinan
 Kawin Hamil
 Beristeri Lebih dari satu Orang
Cont’d

 Pencegahan Perkawinan
 Batalnya Perkawinan
 Hak & Kewajiban Suami Isteri
 Harta Kekayaan Dalam Perkawinan
 Pemeliharaan Anak
 Perwalian
 Putusnya Perkawinan
 Akibat Putusnya Perkawinan
 Rujuk
 Masa Berkabung
Buku II Hukum Kewarisan

Ketentuan Umum
Ahli Waris
Besarnya Bagian
Aul dan Rad
Hibah
Buku III Hukum Perwakafan

 Ketentuan Umum
 Fungsi
 Unsur-unsur dan Syarat-syarat Wakaf
 Tata Cara Perwakafan dan Pendaftaran
Benda Wakaf
 Perubahan
 Penyelesaian dan Pengawasan Benda
Wakaf
 Ketentuan Peralihan
KOMPILASI HUKUM EKONOMI
SYARIAH
LATAR BELAKANG KHES

• KHES adalah karya besar dan


terobosan baru dalam sejarah
pemikiran hukum Islam di
Indonesia.
• KHES merupakan upaya
”positivisasi” hukum muamalat
dalam kehidupan umat Islam di
Indonesia yang secara
konstitusional sudah dijamin oleh
sistem konstitusi Indonesia.
KHES dapat dikatakan sebagai fikih
karena 4 unsur berikut:
KEDUDUKAN KHES

• Secara sosiologis, KHES disusun sebagai


respon terhadap perkembangan baru
dalam hukum mu’amalat dalam bentuk
praktek-praktek ekonomi Syari’ah melalui
LKS-LKS yang memerlukan payung hukum.
• Secara konstitusional, KHES disusun sebagai
respon terhadap UU No. 3 Tahun 2006
Tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama (UUPA),
yang memperluas kewenangan PA, yaitu
Hukum Ekonomi Syari’ah.
PENYUSUNAN KHES
1. Menyesuaikan pola pikir (united legal opinion)
dalam bentuk seminar ekonomi syari’ah
dengan nara sumber para pakar ekonomi
syariah, perguruan tinggi, DSN/MUI, Basyarnas,
dan para praktisi perbankan syariah serta para
hakim dari lingkungan peradilan umum dan PA.
2. Mencari format yang ideal (united legal frame
work) dalam bentuk pertemuan dengan BI
dalam rangka mencari masukan tentang
segala hal yang berlaku pada BI terhadap
ekonomi syariah dan pembinaan yang
dilakukan oleh BI terhadap perbankan syariah.
dengan para pakar ekonomi syariah dari BI,
Pusat Komunikasi Ekonomi Syari’ah (PKES), MUI,
Ikatan Para Ahli Ekonomi Syariah dan para
praktisi hukum.
Cont’d
3. Melaksanakan kajian pustaka (library
research) dan Tim KHES melakukan studi
banding antara lain ke Pusat Kajian
Ekonomi Islam Universitas Islam
Internasional Kuala Lumpur, Pusat Takaful
Malaysia Kuala Lumpur, Lembaga
Keuangan Islam dan Lembaga
Penyelesaian Sengketa Perbankan di
Kuala Lumpur, ke Pusat Pengkajian Hukum
Ekonomi Islam Universitas Islam
Internasional Islamabad, Shariah Court
Pakistan, Mizan Bank Islamabad Pakistan,
Bank Islam Pakistan
4. Tahap pengolahan dan analisis bahan dari
data yang sudah terkumpul.
Fatwa DSN dalam KHES
Fatwa DSN-MUI Materi Fatwa Penyerapan KHES
No.: 5/DSN- Jual Beli Salam Jenis-jenis Jual
MUI/IV/2000 Beli
No.: 6/DSN- Bai’ al-Istisna’ Jenis-jenis Jual
MUI/IV/2000 Beli
No.: 4/DSN- Murabahah Jual Beli
MUI/IV/2000 Murabahah
No.:16/DSN- Diskon dalam
MUI/IX/2000 Murabahah
No.:47/DSN- Penyelesaian
MUI/II/2005 Piutang
Murabahah bagi
Nasabah tidak
Mampu
Membayar
Cont’d
Fatwa DSN-MUI Materi Fatwa Penyerapan KHES
No.:48/DSN- Penjadwalan
MUI/II/2005 kembali Tagihan
Murabahah
No.:49/DSN- Konversi Akad
MUI/II/2005 Murabahah
No.: 8/DSN- Pembiayaan Kontrak
MUI/2000 Kerjasama
musyarakah
(Syirkah)
No.: 9/DSN- Pembiayaan Sewa Menyewa
MUI/2000 Ijarah
No.: 10/DSN- Wakalah Wakalah
MUI/2000 (Pemberian
Kuasa)
Cont’d

Fatwa DSN-MUI Materi Fatwa Penyerapan KHES


No.: 11/DSN- Kafalah Penjaminan
MUI/2000 (Kafalah)
No.: 12/DSN- Hiwalah Pemindahan
MUI/2000 Hutang
No.: 21/DSN- Pedoman Umum
MUI/2001 Asurasni
No.: 39/DSN- Asuransi Syari’ah Asuransi haji
MUI/2002
ISI KHES

KHES terdiri atas 4 Buku dan 745 Pasal:


1. Buku I Tentang SUBYEK HUKUM DAN
AMWAL terdiri dari Pasal 1 - Pasal 19,
2. BUKU II TENTANG AKAD terdiri dari
Pasal 20 - Pasal 674,
3. Buku III Tentang ZAKAT & HIBAH terdiri
dari Pasal 675 – Pasal 734,
4. Buku IV Tentang AKUNTANSI SYARI’AH
terdiri dari Pasal 735 – Pasal 745.
BUKU I SUBYEK HUKUM DAN
AMWAL
BAB 1 tentang Ketentuan Umum
BAB 2 tentang Subyek Hukum
BAB 3 tentang Amwal (harta)
BUKU II TENTANG AKAD
 BAB 1 tentang Ketentuan Umum
 Bab 2 tentang Asas Akad
 Bab 3 tentang Rukun, Syarat, Kategori
Hukum,’Aib, Akibat & Penafsiran Akad
 BAB 4 tentang Bai’ (jual beli)
 BAB 5 tentang Akibat Bai’
 BAB 6 tentang Syirkah (kerjasama)
 BAB 7 tentang Mudharabah (bagi hasil)
 BAB 8 tentang Muzara’ah & Musaqah
(bagi hasil lahan dan tanaman)
 BAB 9 tentang Khiyar (hak pilih)
 BAB 10 tentang Ijarah (sewa menyewa)
Cont’d
 BAB 11 tentang Kafalah (jaminan)
 BAB 12 tentang Hawalah (pemindahan
utang)
 BAB 13 tentang Rahn (gadai)
 BAB 14 tentang Wadi’ah (titipan)
 BAB 15 tentang Gashb & Itlaf (perampasan &
perusakan)
 BAB 16 tentang Syirkah (harta bersama)
 BAB 17 tentang Wakalah (perwakilan)
 BAB 18 tentang Shulh (perdamaian)
 BAB 19 tentang Pelepasan Hak
 BAB 20 tentang Ta’min (agen)
Cont’d

 BAB 21 tentang Obligasi Syari’ah


Mudharabah
 BAB 22 tentang Pasar Modal
 BAB 23 tentang Reksadana Syari’ah
 BAB 24 tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syari’ah (SBI Syari’ah)
 BAB 25 tentang Obligasi Syariah
 BAB 26 tentang Pembiayaan Multi Jasa
 BAB 27 tentang Qardh (pinjaman)
 BAB 28 tentang Pembiayaan Rekening
Koran Syari’ah
 BAB 29 tentang Dana Pensiun Syari’ah
BUKU III ZAKAT & HIBAH

 BAB 1 tentang Ketentuan Umum


 BAB 2 tentang Ketentuan Umum
Zakat
 BAB 3 tentang Harta Yang Wajib
Dizakati
 BAB 4 tentang Hibah
BUKU IV AKUNTANSI
SYARI’AH

 BAB 1 tentang Cakupan Akuntansi


Syari’ah
 BAB 2 tentang Akuntansi Piutang

Anda mungkin juga menyukai