BAB I
PENDAHULUAN
Bahwa Hukum Islam dan Hukum Adat merupakan bagian dari sistem hukum
yang berlaku di Indonesia selain hukum perundang-undangan. Konsep
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas yaitu :
1. Apa Pengertian Konsep Hukum Islam ?
2. Apa Konstribusi Hukum Islam dalam Pembangunan Hukum Nasional ?
3. Apa Pengertian Hukum Adat ?
4. Bagaimana Eksistensi Hukum Adat dalam Perkembangan Tata Hukum di
Indonesia ?
5. Apa Hak-Hak Tradisional Masyarakat Hukum Adat
6. Bagaimana Hukum Adat Sebagai Pembentukan Hukum Nasional ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapan tujuan Pembahasan kami yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Konsep Hukum Islam.
2. Untuk mengetahui Konstribusi Hukum Islam dalam Pembangunan Hukum
Nasional.
3. Untuk mengetahui Pengertian Hukum Adat
4. Untuk mengetahui Eksistensi Hukum Adat dalam Perkembangan Tata
Hukum di Indonesia.
5. Untuk mengetahui Hak-Hak Tradisional Masyarakat Hukum Adat.
6. Untuk mengetahui Hukum Adat Sebagai Pembentukan Hukum Nasional
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, h. 38
2
Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang,1993, hlm. 44
3
Amir Syarifuddin, “Pengertian dan Sumber Hukum Islam”, dalam Falsafah Hukum Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, 1992, hlm. 14.
5
dalam Q.S. alMaidah (5): 6; Q.S. al-Hajj (22): 78; Q.S. al-Fath (48):
17; Q.S. al-Baqarah (2): 185; dan Q.S. al-Nisa‟ (4): 28. Dari ayat-ayat
ini terlihat Allah mengetahui tingkat kesehatan dan kesakitan,
kekuatan dan kelemahan manusia, serta mengangkat kesulitan dari
seluruh manusia pada umumnya dan dari orangorang yang sakit dan
terkena musibah pada khususnya. Banyak bukti yang menunjukkan
pengangkatan kesulitan tersebut, ada yang di bidang ibadah dan ada
yang di bidang muamalah. Dalam bidang ibadah dapat dilihat
pembebanan al-Quran sehingga mudah dilaksanakan tanpa ada
kesulitan dan kepayahan. Misalnya, ketentuan boleh menjama‟ dan
mengqashar shalat ketika seseorang sedang bepergian, boleh tidak
berpuasa ketika sakit dan bepergian, dan diwajibkan zakat dan haji
dengan persyaratan tertentu.
watak hukum Islam itu sendiri, dan ada yang disebabkan oleh evolusinya
dalam mencapai tujuan yang diridoi Allah. Yang dimana karkteristik
tersebut yaitu :
Asal mula hukum Islam berbeda dengan asal mula hukum umum.
Perbedaan yang paling mendasar dari hukum Islam dengan hukum
Barat adalah bahwa konsep hukum Islam merupakan apa yang
dijabarkan dari wahyu Allah. Yang dimana hukum Islam bersumber
pada wahyu Allah. Sumber tersebut kemudian dijabarkan menjadi
wahyu Allah (alQuran).Hukum yang diciptakan manusia sangatlah
berbeda dengan hukum yang datang dari Allah.
Para ahli fikih terikat dengan al-Quran dan Sunnah selama ditemukan
nash-nash di dalamnya. Ketika pada kedua sumber ini tidak ditemukan
dasardasar tersebut, maka para ahli fikih akan melakukan ijtihad untuk
menemukan dasar-dasar yang belum ditemukan dalam al-Quran dan
Sunnah. Para ahli hukum umum terus menerus mengkaji undang-
undang dan menafsirkan teksteksnya pasal demi pasal, dengan asumsi
bahwa undang-undang itu memuat segala sesuatu yang menyangkut
isinya. Oleh karena itu ketika para ahli hukum sepakat mengatakan
bahwa teks hukum memuat semua kaidah hukum tanpa ada yang
terlewat, tidak ada pilihan lagi bagi seorang ahli hukum kecuali
membahas dan menafsirkan teks-teks itu pasal demi pasal.
jauh lebih berat dari sanksi di dunia.Oleh karena itu, orang yang
beriman merasa memiliki dorongan jiwa yang kuat untuk menjalankan
segala hukum Islam dengan mentaati perintah dan menjauhi segala
larangan. Hukum yang disandarkan kepada agama memiliki tujuan
untuk mewujudkan kesejahteraan baik itu individu maupun
masyarakat.Oleh karena itu, hukum tersebut tidak akan menetapkan
suatu aturan yang akan bertentangan dengan kehendak keduanya.
Hukum Islam bersifat elastis yang dimana meliputi segala bidang dan
menjangkau seluruh kehidupan manusia. Permasalahan kemanusiaan,
kehidupan jasmani dan rohani, hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan sesama makhluk, serta ajaran hidup dunia dan akhirat
terkandung dalam ajaran hukum Islam. Hukum Islam juga
memperhatikan berbagai segi kehidupan, baik bidang ibadah,
muamalah, maupun bidang-bidang yang lain5 . Tujuan hukum positif
terlihat pragmatis dan terbatas, yakni hanya menegakkan ketertiban
dalam masyarakat dengan satu cara tertentu. Tujuan ini sangat
diinginkan oleh pembuat undang-undang, meskipun terkadang
memaksakan untuk menyimpang dari kaidah-kaidah yang ada.
Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipedomani dan ditaati oleh
mayoritas penduduk dan masyarakat Indonesia adalah hukum yang telah
hidup dalam masyarakat, dan merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan
Islam yang eksis dalam kehidupan hukum nasional, serta merupakan bahan
dalam pembinaan dan pengembangannya. Sejarah perjalanan hukum di
Indonesia, kehadiran hukum Islam dalam hukum nasional merupakan
perjuangan eksistensi. Teori eksistensi merumuskan keadaan hukum nasional
Indonesia, masa lalu, masa kini, dan masa datang, menegaskan bahwa
hukum Islam itu ada dalam hukum nasional Indonesia, baik tertulis maupun
yang tidak tertulis. Ia ada dalam berbagai lapangan kehidupan hukum dan
praktik hukum.
Teori eksistensi, dalam kaitannya dengan hukum Islam adalah teori yang
menerangkan tentang adanya hukum Islam dalam hukum nasional Indonesia,
yaitu: (1) Ada, dalam arti sebagai bagian integral dari hukum nasional
Indonesia; (2) Ada, dalam arti kemandiriannya yang diakui, adanya kekuatan
dan wibawanya, dan diberi status sebagai hukum nasional; (3) Ada, dalam
arti hukum nasional dan norma hukum Islam yang berfungsi sebagai
penyaring bahan-bahan hukum nasional di Indonesia; (4) Ada, dalam arti
sebagai bahan utama dan unsur utama.
Jadi, secara eksistensial, kedudukan hukum Islam dalam hukum nasional
6 Fakultas Syariah UIN Jakarta; Jurnal Ahkam No. 16/VII/2005. hlm. 275
12
merupakan sub sistem dari hukum nasional. Karenanya, hukum Islam juga
mempunyai peluang untuk memberikan sumbangan dalam rangka
pembentukan dan pembaharuan hukum nasional, meski harus diakui
problema dan kendalanya yang belum pernah usai. Secara sosiologis,
kedudukan hukum Islam di Indonesia melibatkan kesadaran keberagaman.
Bagi masyarakat, penduduk yang sedikit banyak berkaitan pula dengan
masalah kesadaran hukum, baik norma agama maupun norma hukum, selalu
sama-sama menuntut ketaatan. Dengan demikian, jelaslah bahwa hubungan
antara keduanya sangat erat. Keduanya sama-sama menuntut ketaatan dan
kepatuhan dari warga masyarakat. Keduanya harus dikembangkan secara
searah, serasi, dan seimbang. Keduanya tidak boleh dibiarkan saling
bertentangan.
7
Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad: ISU-ISU Penting hukum Islam Kontemporer di
Indonesia, hal 40.
14
Hukum adat ini sejatinya akan tumbuh selaras dengan perkembangan yang
ada di masyarakat, biasanya mengikuti pada tradisi rakyat yang ada. Hukum
adat ini menjadi dasar dari norma kesusilaan dalam masyarakat yang
penegakannya memperoleh pengakuan dari masyarakat itu sendiri. 8 Hukum
adat di Indonesia merupakan kompleks norma-norma yang terdapat sumber
atas perasaan dari keadilan rakyat yang senantiasa ikut tumbuh serta
menyangkut segala aturan perilaku manusia di keseharian hidupnya, sebagian
besar tidak tertulis, selalu dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat, sebab
memiliki akibat hukum (sanksi). Peraturan hukum adat akan selalu terus
mengalami perkembangan, yang mengakibatkan hukum adat akan terus
terjadi sebuah perubahan. Setiap aturan hukum adat akan lahir, tumbuh serta
lenyap karena munculnya peraturan baru sesuai dengan masa-masa
perkembangan hukum adat itu sendiri. Maka dari itu ciri khas dari hukum
adat yang dinamis ini, dengan kata lain dapat dikatakan fleksibel, sehingga
pada aturan hukum adat ini perlu ada kesepahaman atas penetapan supaya
terbentuk hukum positif. Pada bagian ini telah jelas dengan tujuan dalam
mempertahankan eksistensi yang bisa menciptakan aturan hukum ini untuk
menjadi sebuah aturan hukum tertulis serta mempunyai kekuatan hukum yang
8
Ridho Saputra, dkk., ‘Keberadaan Hukum Adat Dalam Sistem Hukum Indonesia’ (2020)
<https://law.unja.ac.id /keberadaan-hukum-adat-dalam-sistem-hukum-indonesia/>, dikunjungi
pada 1 Juni 2022.
15
Hukum adat menjadi hukum khas masyarakat Indonesia, berpusat pada adat
istiadat yang menjadi penjabaran atas nilai-nilai dasar kebudayaan masyarakat
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hukum adat mengikat dan
menemukan berbagai kebiasaan, sehingga diakui oleh konstitusi Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).
9
Bibit Joko, ‘Sejarah Hukum Adat di Indonesia’
<https://www.academia.edu/9468017/sejarah_hukum_adat_di_indonesia>, dikunjungi pada 1 Juni
2022.
16
sebuah peraturan bila tidak berisi pengakuan terhadap keberadaan dan hak-
hak masyarakat adat.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh advokasi yang dilakukan oleh masyarakat
adat dan para pendukungnya yang sejak kemunculannya memang hendak
mengatur ulang hubungan antara masyarakat adat dengan negara. Reposisi
hubungan antara masyarakat adat dengan negara nampak dalam semboyan
yang dikumandangkan pada saat pendirian AMAN pada tahun 1999: “Bila
negara tidak mengakui kami, maka kami tidak mengakui negara.”11
Tidak berhenti pada level nasional, pada level daerah pun terdapat sejumlah
inisiatif serupa. Hal sejalan dengan semangat desentralisasi dan juga
diinspirasikan oleh lahirnya Peraturan Menteri Agraria No. 5 tahun 1999
tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum
Adat. MeskipunPermenag itu mengatur bahwa penyelesaian hak ulayat
masyarakat adat dapat dilakukan dengan Perda, tetapi pada kenyataannya
diterjemahkan bahwa Perda dapat dipakai untuk mengakui keberadaan dan
hak-hak masyarakat adat atas tanah. Politik pengakuan (politic of recognition)
menjadi kata kunci dalam memperlakukan masyarakat adat pada situasi
kontemporer. Latif Fariqun : “... pernyataan penerimaan dan pemberian status
keabsahan oleh negara dan hukum negara terhadap eksistensi hukum dan hak-
hak warga negara baik sebagai perorangan maupun kesatuan masyarakat
sebagai perwujudan konstitutif dari negara untuk menghormati, melindungi
dan memenuhi hak-hak asasi warga negara"12
13
Charles Tylor, Multiculturalism: Examining The Politics of Recognition. (Princeton: Princeton
University Press. 1994)\
19
hukum adat menurut Komisi Hak Asasi Manusia dan Konvensi International
Labour Organization (ILO) Tahun 1986 meliputi :14
1. Hak untuk menentukan nasib sendiri;
2. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan;
3. Hak atas pangan, kesehatan, habitat dan keamanan ekonomi;
4. Hak atas pendidikan;
5. Hak atas pekerjaan;
6. Hak anak;
7. Hak pekerja;
8. Hak minoritas dan masyarakat hukum adat;
9. Hak atas tanah;
10. Hak atas persamaan;
11. Hak atas perlindungan lingkungan;
12. Hak atas administrasi pemerintahan yang baik;
13. Hak atas penegakan hukum yang adil.
Hak atas tanah dan sumber daya alam merupakan salah satu hak paling
penting bagi masyarakat adat sebab keberadaan hak tersebut menjadi salah
satu ukuran keberadaaan suatu komunitas masyarakat adat. Oleh karena itu,
di dalam deklarasi PBB tentang hak-hak masyarakat adat, persoalan hak atas
tanah dan sumber daya alam ini diatur : Pasal 26 ayat (1) : “Masyarakat adat
memiliki hak atas tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber
daya yang mereka miliki atau duduki secara tradisional atau sebaliknya tanah-
tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya yang telah digunakan
atau yang telah didapatkan (Pasal 26 ayat 1 Deklarasi PBB tentang Hak-Hak
Masyarakat Adat)”
14
Kepaniteraan dan Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia., Aktualisasi
Masyarakat Hukum Adat (MHA): Perspektif Hukum dan Keadilan terkait dengan status MHA dan
Hak-Hak Konstitusionalnya, Pusat
21
wilayah dan sumber daya-sumber daya yang mereka atas dasar kepemilikan
tradisional atau penempatan dan pemanfaatan secara tradisional lainnya, juga
tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya yang dimiliki dengan cara lain
(Pasal 26 ayat 2 Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat)”
15
Yance Arizona., Satu Dekade Legislasi MAsyarakat adat: Trend Legislasi Nasional tentang
Keberadaan dan Hak-Hak Masyarakat Adat atas Sumber Daya Alam di Indonesia (1999 2009).
Kertas Kerja Epistema No. 07/2010.
Lihathttp://epistema.or.id/wpcontent/uploads/2012/01/Vorking_Paper_Epistema_Institute_07-
2010.pdf (diakses pada 14 Februari 2014)
16
Irfan Nur Rahman, et.al., Dasar Pertimbangan Yuridis Kedudukan Hukum (Legal Standing)
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Proses Pengujian Undang-Undang di Mahkamah
Konstitusi. (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengkajian Kepaniteraan dan Sekretariat Jendral
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2011), hlm. 4.
22
17
Bar Manmad ,1978. Asas-ass Hukum Autot Janata Preye Para 40 bid, m. 49
23
nasional ini dibangun dari kekayaan tersebut, dan hukum adat tidak dapat
dipertahankan keutuhannya dan di dalam hukum nasional. Untuk itu struktur
hukum adat yang mana cenderung untuk berubah, untuk mengetahui itu
bantuan antropologi hukum akan terasa penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hukum Islam berarti: “Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah
dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan
diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam”.
2. Kontribusi Hukum Islam dalam Pembangunan Hukum Nasional Sebagai
upaya pembinaan dan pembangunan hukum nasional, hukum Islam telah
memberikan kontribusi yang sangat besar, paling tidak dari segi jiwanya.
3. Hukum adat menjadi hukum khas masyarakat Indonesia, berpusat pada
adat istiadat yang menjadi penjabaran atas nilai-nilai dasar kebudayaan
masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hukum adat mengikat
dan menemukan berbagai kebiasaan, sehingga diakui oleh konstitusi
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
NRI 1945).
4. Bangsa Indonesia merupakan negara yang menganut keanekaragaman
dalam bidang hukumnya, dimana terdapat tiga hukum yang eksistensinya
diakui dan berlaku yaitu hukum barat, hukum agama dan hukum adat.
Maka eksistensi dari hukum adat juga tidak dapat dipandang sebelah mata
dalam tata hukum Indonesia, sebab keberadaan hukum adat ini sudah
secara resmi telah diakui oleh negara keberadaannya yang tertuang pada
pasal 18B ayat (2) UUD NRI 1945.
5. Hak-hak Tradisional masyarakat adat, persoalan hak atas tanah dan sumber
daya alam ini diatur : Pasal 26 ayat (1) : “Masyarakat adat memiliki hak
atas tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya yang
mereka miliki atau duduki secara tradisional atau sebaliknya tanah-tanah,
wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya yang telah digunakan atau
yang telah didapatkan (Pasal 26 ayat 1 Deklarasi PBB tentang Hak-Hak
Masyarakat Adat)”
6. Hukum adat merupakan salah satu sumber yang penting untuk memperoleh
bahan-bahan bagi pembangunan hukum nasional yang menuju kepada
32
B. Saran
Kami pembuat makalah ini sangat berharap sekali bahwa makalah ini dapat
diterima oleh Bapak Dosen dan harapan semoga yang membaca makalah ini
dapat memahami dan mengerti isi makalah kami ini. Kami berterima kasih
kepada para pendukung dalam membuat makalah ini.