Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MAXSIL QOWI HAQOLUS

NIM : 110420100073

MATKUL : Pengantar Ilmu hukum

Jawaban :

1.

Hukum nasional

Pengertian

Hukum nasional adalah hukum atau peraturan perundang-

undangan yang dibentuk dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan,

dasar, dan cita hukum suatu negara. Adapun hukum nasional

Indonesia adalah kesatuan hukum atau peraturan perundang-

undangan yang dibangun untuk mencapai tujuan negara yang

bersumber pada Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945. Sebab, di

dalam Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 itulah terkandung

tujuan, dasar, dan cita hukum negara Indonesia.

Tujuan

- Melindungi hak asasi setiap manusia.


- Menciptakan kesejahteraan, ketenteraman, kenyamanan dalam
kehidupan
- Menciptakan rasa keadilan bagi seluruh masyarakat tanpa mengenal
kasta.
- Menjadi petunjuk dalam pergaulan bagi setiap anggota masyarakat.
- Menjaga agar tidak terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam
pergaulan masyarakat.
- Kedamaian hidup manusia berupa ketertiban ekstern antar-pribadi
dan ketenangan intern pribadi; Sebagai sarana penegak dalam
proses pembangunan.
- Menyelenggarakan keadilan, ketertiban, kebenaran, kententeraman,
serta perdamaian sebagai syarat untuk mendatangkan kemakmuran
dan kebahagiaan.
- Mewujudkan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sumber hukum

Pada Sidang Pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha

Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) 1 Juni 19454, untuk pertama

kalinya Soekarno memperkenalkan dasar negara Indonesia yang

kelak merdeka yang disebut Pancasila. Soekarno menyebutnya

sebagai filosofishe gronslag atau pandangan hidup bangsa

Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila memiliki dua kepentingan

yaitu: pertama, Pancasila diharapkan senantiasa menjadi pedoman

dan petunjuk dalam menjalani keseharian hidup manusia Indonesia

baik dalam berkeluarga, bermasyarakat maupun berbangsa. Kedua,

Pancasila diharapkan sebagai dasar negara sehingga suatu

kewajiban bahwa dalam segala tatanan kenegaraan entah itu dalam

hukum, politik, ekonomi maupun sosial masyarakat harus

berdasarkan dan bertujuan pada Pancasila. Apabila dicermati,

Pancasila sebenarnya bukanlah hasil konstruksi baru pemikiran

Soekarno melainkan kenyataan hidup masyarakat dan bangsa

Indonesia yang telah lama berTuhan, beradad, berkekeluargaan,

bermusyawarah untuk mufakat dan berkeadilan. Untuk itu, tidak


mengherankan jika Soekarno menegaskan Ia bukanlah penemu

Pancasila tetapi hanyalah sebagai salah satu penggali Pancasila.

Keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber

hukum kemudian kembali dipertegas dalam Ketetapan MPR No.

III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum Dan Tata Urutan Peraturan

Perundang-Undangan. Pasal 1 TAP MPR itu memuat tiga ayat:

1) Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk

penyusunan peraturan perundang-undangan

2) Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak

tertulis

3) Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana

tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,

Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan

mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan

batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Kompilasi hukum islam

Pengertian

Kompilasi Hukum Islam dapat diartikan sebagai rangkuman

berbagai hal mengenai hukum Islam. Kompilasi Hukum Islam diolah,

dikembangkan serta disusun secara sistematis dengan berpedoman


pada rumusan kalimat atau pasal-pasal yang lazim digunakan dalam

peraturan perundang-undangan.

Tujuan

Tujuan utama diadakan Kompilasi Hukum Islam adalah

mempositifkan hukum Islam di Indonesia. Dengan mempositifkan

hukum Islam secara terumus dan sistematik dalam kitab hukum,

terdapat beberapa sasaran pokok yang hendak dicapai dan dituju,

yaitu:

Melengkapi pilar Peradilan Agama

a) Peradilan Agama secara legalistis berdasar Pasal 10 UU No. 14

Tahun 1970, telah diakui secara resmi sebagai salah satu pelaksana

jidicial power dalam Negara Hukum RI. Selain itu, kedudukan,

kewenangan atau yurisdiksi, dan organisatoris telah diatur dan

dijabarkan dalam UU No. 7 Tahun 1989.

b) Adanya organ atau pejabat pelaksana yang berfungsi

melaksanakan jalan peradilan.

c) Adanya sarana hukum positif yang pasti dan berlaku secara

unifikasi.

Menyamakan persepsi penerapan hukum

Dengan lahirnya Kompilasi Hukum Islam, telah jelas dan pasti nilai-

nilai tata hukum Islam di bidang perkawinan, hibah, wasiat, wakaf,

dan warisan. Bahasa dan nilai-nilai hukum yang dipertarungkan di


forum Peradilan Agama oleh masyarakat pencari keadilan, sama

kaidah dan rumusannya dengan apa yang harus diterapkan oleh

para hakim diseluruh nusantara.

Mempercepat proses taqriby bainal ummah

Dengan adanya Kompilasi, dapat diharapkan sebagai jembatan

penyeberang kearah memperkecil pertentangan dan perbantahan

khilafiyah, sekurang-kurangnya di bidang hukum yang menyangkut

perkawinan, hibah, wasiat, wakaf, dan warisan dapat disatukan

pemahaman yang sama.

Menyingkirkan paham private affair (urusan pribadi)

Kompilasi disusun dan dirumuskan dalam kitab hukum sebagai tata

hukum Islam yang berbentuk positif dan unifikatif. Semua lapisan

masyarakat Islam harus tunduk terhadapnya. Pelaksanaan dan

penerapannya, tidak lagi diserahkan atas kehendak pemeluknya,

tetapi ditunjuk seperangkat jajaran penguasa dan instansi Negara,

sebagai aparat pengawas dan pelaksana penerapannya

Sumber Hukum

Berdasarkan surat edaran biro peradilan agama no. 45/1957

tentang pembentukan pengadilan agama untuk menggunakan 13

kitab kuning sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan

( Sumber Hukum ) Kitab-kitab terssebut antara lain sebagai berikut :


1. Al-bajuri : Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syafi‟I

AlBajuri

2. Fathul mu’in : Zainuddin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Aziz

AlMalibari

3. Syarqawi ‘alat tahrir : Al-„Alamah bin Hijazi bi Ibrahim Syarqawi

4. Qalyubi/almahalli : Al-Iman Syihabuddin Abu al-„abbas Ahmad bin

Salamah al-Qalyubi al-Mishri

5. Fathul wahhab dengan syarahnya : Zakariyya Al-Anshori

6. Tuffah : Syaikhul Islam Abu Yahya Zakariya Al-Anshori

7. Targhibul musytaghfirin : Abdullah bin As‟ad bin Ali bin Sulaiman

bin Falah al-Yamani al-Yafi‟l al-Maliki

8. Qawanin syar’iyah lissayyid bin yahya : Ibnu Juzai al-Kalbi

9. Qawanin syar’iyyah lissayyid sadaqah dachlan : Zakariya ibn

Ahmad alAnshari

10. Al-fiqhu ‘ala mazhabi ar-ba’ah : Abd al-Hamid al-Hakim

11. Syamsuri fil-fara’idh

12. Bughyatul musytarsidin : Daud Fatani

13. Mugni al-muhtaj.30 : Syam al-Din al-Ramli

Hukum Quran dan Hadis

Pengertian
 Suatu kerangka dasar aturan islam yang merujuk pada Al-Quran

dan Hadist.

Tujuan

1. Maqashid AlSyari’ah 

Maqashid Al-Syariah disebut juga dengan ketetapan hukum

islam. Nah, di sini ada tiga tingkatan, yaitu tingkatan kebutuhan

primer yang wajib dipenuhi, jika tidak dipenuhi akan berantakan. Ada

juga kebutuhan sekunder sebagai kebutuhan pendukung dan

kebutuhan tersier yang sifatnya hanya melengkapi saja. 

2. Kemaslahatan Umat Manusia 

Sepertinya sudah disinggung di pembahasan sebelumnya.

Bahwa hukum islam hadir sebagai penengah atau solusi atas segala

permasalahan yang terjadi. Baik masalah yang bersifat keyakinan

ataupun masalah hubungan interaksi sosial. 

3. Mewujudkan Kemaslahatan di dunia dan di akhirat 

Ternyata tidak sekedar bermanfaat untuk urusan dunia dan

masalah perbedaan saja. Hukum islam juga bertujuan dalam

mewujudkan kemaslahatan di dunia dan di akhirat.

Sumber hukum

Sumber hukum yang digunakan, mengacu pada :

1. Al-Qur’an
Sumber hukum islam yang paling dasar adalah Al Qur’an.

Sebagai kitab suci umat muslim, tentu saja Al Qur’an sebagai tiang

dan penegak. DImana Al Qur’an pesan langsung Dari Allah SWT

yang diturunkan lewat Malaikat Jibril. Kemudian Jibril menyampaikan

langsung kepada Nabi Muhammad.

Muatan Al Qur’an berisi tentang anjuran, ketentuan, larangan,

perintah, hikmah dan masih banyak lagi. Bahkan, di dalam Al Quran

juga disampaikan bagaimana masyarakat yang berakhlak, dan

bagaimana seharusnya manusia yang berakhlak.

2. Hadits

Hadits sabagai sumber islam yang tidak kalah penting. Kenapa

hadis digunakan untuk hukum islam? Karena Hadis merupakan

pesan, nasihat, perilaku atau perkatan Rasulullah SAW. segala

sabda, perbuatan, persetujuan dan ketetapan dari Rasulullah SAW,

akan dijadikan sebagai ketetapan hukum islam.

Hadits mengandung aturan-aturan yang terperinci dan segala aturan

secara umum. Muatan hadits masih penjelasan dari Al-Qur’an. 

Perluasan atau makna di dalam masyarakat umum, hadits yang

mengalami perluasan makna lebih akrab disebut dengan sunnah.

3. Ijma’

Mungkin ada yang asing dengan sumber hukum islam yang

ketiga, iaitu ijma’. Ijma’ dibentuk berdasarkan pada kesepakatan


seluruh ulama mujtahid. Ulama yang di maksud di sini adalah ulama

setelah sepeninggalan Rasulullah SAW. Kesepakatan dari para

ulama, Ijma’ tetap dapat dipertanggungjawabkan di masa sahabat,

tabiin dan tabi’ut tabiin. Kesepakatan para ulama ini dibuat karena

penyebaran Islam sudah semakin meluas tersebar kesegala penjuru.

Tersebarnya ajaran islam inilah pasti ada perbedaan antara

penyebar satu dengan yang lainnya. nah, kehadiran ijma’ diharapkan

menjadi pemersatu perbedaan yang ada.

4. Qiyas

Qiyas sepertinya tidak banyak orang yang tahu. Sekalipun ada

yang tahu, masih ada perbedaan keyakinan, bahwa qiyas ini tidak

termasuk dalam sumber hukum islam. Meskipun demikian, para

ulama sudah sepakat Qiyas sebagai sumber hukum islam.

Qiyas adalah sumber hukum yang menjadi penengah apabila ada

suatu permasalahan. Apabila ditemukan permasalahan yang tidak

ditemukan solusi di Al-Quran, Hadits, Ijma’ maka dapat ditemukan

dalam qiyas.

Qiyas adalah menjelaskan sesuatu yang tidak disebutkan dalam tiga

hal tadi (Al-quran, hadits dan Ijma’) dengan cara membandingkan

atau menganalogikan menggunakan nalar dan logika.

2. Kesadaran masyarakat terhadap hukum masih sangat kurang di taati,

terbukti dari banyak nya peraturan yg di langgar masyarakat dan


memang dari jajaran pemerintah itu sendiri yang melemahkan hukum yg

ada

3. Sebelum adanya KHI, hakim dalam mengambil keputusan di pengadilan


agama biasanya menggunakan kitab fikih yang sudah berumur, dalam arti,
kitab-kitab itu ditulis ulama dari abad lampau.
Akibatnya, sering muncul putusan yang tidak seragam, sebab, rujukan dan
pedoman kitab-kitab yang dipakai memang tidak seragam, misal, perkara
yang sama bisa jadi mendapatkan putusan yang berbeda karena ditangani
hakim yang berbeda dan berbeda pula rujukan kitabnya.

Hal itu tidak sejalan dengan prinsip kepastian hukum. Melihat masalah
itu, Kementerian Agama merasa sangat perlu untuk mengadakan satu kitab
rujukan standar bagi para hakim agama dalam menentukan putusan
masalah mereka di pengadilan.

Itu alasan negara meneribitkan kompilasi hukum islam di indonesia.

Anda mungkin juga menyukai