Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian KHI

Kata “kompilasi” diambil dari bahasa Latin. Kompilasi diambil dari katacompilare yang berarti
mengumpulkan bersama-sama. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi compilation dalam
bahasa Inggris atau compilatie dalam bahasa Belanda. Dalam bahasa Indonesia menjadi
“kompilasi”, yang berarti terjemahan langsung dari dua perkataan tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa ditinjau dari segi
bahasa (etimologi), kompilasi adalah kegiatan pengumpulan dari berbagai bahan tertulis yang
diambil dari berbagai buku/tulisan mengenai sesuatu persoalan tertentu.
Sedangkan pengertian kompilasi dari segi hukum adalah sebuah buku hokum atau buku
kumpulan yang memuat uraian atau bahan-bahan hokum tertentu, pendapat hukum, atau juga
aturan hukum.

Hamid S.Attamimi mengemukakan bahwa Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah himpunan
ketentuan hokum Islam yang dituliskan dan disusun secara teratur. KHI bukanlah peraturan
perundang-undangan, bukan hokum tertulis meskipun ia dituliskan, bukan undang-undang,
bukan peraturan pemerintah, bukan keputusan presiden, dan seterusnya. KHI menunjukkan
adanya hukum tidak tertulis yang hidup secara nyata dalam kehidupan seharihari sebagian besar
rakyat Indonesia yang beragama Islam untuk menelusuri norma-norma hukum bersangkutan
apabila diperlukannya.

2. Tujuan Penyusunan Kompilasi Hukum Islam


Tujuan utama diadakan Kompilasi Hukum Islam adalah mempositifkan
hukum Islam di Indonesia. Dengan mempositifkan hukum Islam secara terumus dan sistematik
dalam kitab hukum, terdapat beberapa sasaran pokok
yang hendak dicapai dan dituju, yaitu:
1. Melengkapi pilar Peradilan Agama
a) Peradilan Agama secara legalistis berdasar Pasal 10 UU No. 14
Tahun 1970, telah diakui secara resmi sebagai salah satu pelaksana
jidicial power dalam Negara Hukum RI. Selain itu, kedudukan,
kewenangan atau yurisdiksi, dan organisatoris telah diatur dan
dijabarkan dalam UU No. 7 Tahun 1989.
b) Adanya organ atau pejabat pelaksana yang berfungsi melaksanakan
jalan peradilan.
c) Adanya sarana hukum positif yang pasti dan berlaku secara unifikasi.
2. Menyamakan persepsi penerapan hukum
Dengan lahirnya Kompilasi Hukum Islam, telah jelas dan pasti nilai-nilai
tata hukum Islam di bidang perkawinan, hibah, wasiat, wakaf, dan
warisan. Bahasa dan nilai-nilai hukum yang dipertarungkan di forum
Peradilan Agama oleh masyarakat pencari keadilan, sama kaidah dan
rumusannya dengan apa yang harus diterapkan oleh para hakim diseluruh
nusantara.
3. Mempercepat proses taqriby bainal ummah
Dengan adanya Kompilasi, dapat diharapkan sebagai jembatan
penyeberang kearah memperkecil pertentangan dan perbantahan khilafiyah, sekurang-kurangnya
di bidang hukum yang menyangkut perkawinan, hibah, wasiat, wakaf, dan warisan dapat
disatukan pemahaman yang sama.
4. Menyingkirkan paham private affair (urusan pribadi)
Kompilasi disusun dan dirumuskan dalam kitab hukum sebagai tata
hukum Islam yang berbentuk positif dan unifikatif. Semua lapisan
masyarakat Islam harus tunduk terhadapnya. Pelaksanaan dan
penerapannya, tidak lagi diserahkan atas kehendak pemeluknya, tetapi
ditunjuk seperangkat jajaran penguasa dan instansi Negara, sebagai aparat
pengawas dan pelaksana penerapannya

Pembentukan Kompilasi Hukum Islam ini mempunyai kaitan yang erat dengan kondisi hukum
Islam di Indonesia selama ini. Menurut M.Daud Ali, dalam membicarakan hukum Islam di
Indonesia, pusat perhatian akan ditujukan pada kedudukan hukum Islam dalam sistem hukum
Indonesia. Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipegangi/ditaati oleh mayoritas penduduk
dan rakyat Indonesia adalah hokum yang telah hidup dalam masyarakat, merupakan sebagian
dari ajaran dan keyakinan Islam dan ada dalam kehidupan hukum nasional dan merupakan bahan
dalam pembinaan dan pengembangannya.

3.penggagas penyusunan khi

Ide untuk mengadakan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia pertama kali diumumkan oleh
Menteri Agama RI, Munawir Syadzali pada bulan Pebruari 1985 di depan pada mahasiswa IAIN
Sunan Ampel Surabaya. Ide KompilasiHukum Islam timbul setelah berjalan dua setengah tahun
Mahkamah Agung (MA) membina bidang teknik yustisial peradilan Agama. Tugas pembinaan
ini berdasar pada UU No.14 Tahun 1970 yang menentukan bahwa pengaturan
personalia, keuangan, dan organisasi pengadilan-pengadilan yang ada diserahkan kepada
departemen masingmasing. Meskipun undang-undang tersebut ditetapkan tahun 1970, akan
tetapi pelaksanaannya di lingkungan peradilan Agama dilakukan pada tahun 1982 setelah
ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama (SKB) oleh Ketua Mahkamah Agung dan Menteri
Agama.17 Berdasarkan hal tersebut, ide untuk mengadakan Kompilasi Hukum Islam memang
baru muncul sekitar tahun 1985. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama tersebut, ditetapkan
bahwa pimpinan umum dari proyek adalah Prof.H.Bustanul Arifin, SH, Ketua Muda Urusan
Lingkungan Peradilan Agama Mahkamah Agung dengan dibantu oleh dua orang wakil pimpinan
umum, H.R.Djoko Soegianto, SH, Ketua Muda Urusan Lingkungan peradilan Umum Bidang
Perdata Tidak Tertulis Mahkamah Agung dan H.Zaini Dahlan, MA, Direktur Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama. Dalam lampiran Surat Keputusan
Bersama tanggal 21 Maret 1985 ditentukan bahwa tugas pokok proyek tersebut adalah untuk
melaksanakan usaha pembangunan hukum Islam melalui yurisprudensi dengan jalan kompilasi
hukum.

4. Dasar hokum penyusunan khi ( sk tim penyusun)

Landasan dalam artian sebagai dasar hukum keberadaan Kompilasi Hukum islam di Indonesia
adalah :
a. Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991. Disebutkan bahwa kompilasi ini
dapat dipergunakan sebagai pedomandalam penyelesaian masalah masalah di bidang yang diatur
oleh kompilasi, yaitu hukum perkawinan, kewarisan, perwakafan oleh instansi
pemerintah dan masyarakat yang memerlukannya;
b. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia tanggal 22 Juli 1991 No.154 Tahun 1991
tentang Pelaksanaan Instruksi Presiden RI No.1 Tahun 1991;
c. Surat Edaran Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam atas nama Direktur Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tanggal 22 Juli 1991
No.3694/EV/HK.003/AZ/91 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi Agama dan Ketua
Pengadilan Agama di seluruh Indonesia tentang penyebarluasan Instruksi Presiden RI No.1
Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991

5.tim penyusun

6. proses penyusunan khi sebelum disahkannnya

Proses penyusunan KHI dilakukan secara partisipatif. Ia disusun dengan melibatkan


pejabat pemerintahan, hakim, dan para pemimpin masyarakat (ulama, zu’ama, dan cendekiawan)
yang refresentatif. Mereka adalah kelompok pertama yang memiliki tanggung jawab moral untuk
mensosialisasikan KHI kepada masyarakat, terutama dikalangan para pengikut mereka.
Sosialisasi ini dapat dilakukan dalam bentuk peyampaian informasi dan aksi kemasyarakatan
melalui berbagai media yang dapat digunakan. Dengan demikian KHI layak untuk dijadikan
rujukan dalam peyelesaian masalah perkawinan, kewarisan, dan perwakafan yang diteladani oleh
elite masyarakat itu.

7. penjelasan isi khi secara ringkas

Kompilasi Hukum Islam terdiri atas tiga buku, masing-masing buku I tentang
Perkawinan, buku II tentang Kewarisan dan buku III tentang Perwakafan. Pembagian dalam tiga
buku ini hanya sekedar pengelompokan bidang hukum yang dibahas yaitu bidang hukum
Perkawinan (munakahat), bidang hukum Kewarisan (faraidh) dan bidang hukum perwakafan.
Dalam kerangka sistematikanya masing-masing buku terbagi dalam beberapa bab-bab tertentu
dan terbagi pula atas beberapa bagian yang selanjutnya dirinci dalam pasal-pasal.
Secara keseluruhan Kompilasi Hukum Islam terdiri atas 229 pasal dengan distribusi yang
berbeda-beda untuk masing-masing buku. Porsi yang terbesar adalah pada buku Hukum
perkawinan, yakni mulai pasal 1 sampai pasal 170. Kemudian Hukum Kewarisan yang dimulai
dari pasal 171 sampai dengan pasal 193, Wasiat dimulai dari pasal 194 sampai pasal 209 dan
Hibah dari pasal 210 sampai pasal 214. kemudian yang paling sedikit Hukum Perwakafan yang
dimulai dari pasal 215 sampai dengan pasal 227. ditambah pasal ketentuan peralihan dan
ketentuan penutup yang masing-masing satu pasal

Anda mungkin juga menyukai