Anda di halaman 1dari 5

UTS 1 Hukum Islam

NIM : A1011211175
Nama : Leon Tito Fatih Tarinsyah
Kelas/Semester : C/1
Fakultas/Program Studi : Hukum/Reguler A
Nama Dosen : H. Asikin, SH, M.Hum.
Mata Kuliah : Hukum Islam

1. Jelaskan oleh saudara mengapa hukum Islam masuk dalam kurikulum Fakultus Hukum !
Ada beberapa alasan mengapa Hukum Islam masuk ke dalam kurikulum Fakultas di antaranya alasan
sejarah, penduduk, yuridis, konstitusional, dan ilmiah. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Alasan sejarah
Di era masa kolonial Belanda, Islam dan bahasa Arab menjadi objek studi beberapa Universitas
yang berada di Belanda. Bahkan, terdapat pula majalah-majalah yang diantaranya berisi artikel
mengenai Islam. Selain itu, dalam dunia internasional pembahasan terhadap masalah Hukum Islam
pun juga telah lama berkembang dan dikenal sebagai bagian dari oriental studies dengan para
orientalis terkemuka. Di Royal Academy di Dest yang didirikan pada tahun 1842 yang melatih
calon-calon pegawai sipil dari Hindia-Belanda, disamping bahasa, geografi, etnografi dari
Nusantara juga diberikan mata kuliah hukum islam. Hal lain daripada itu, pada masa pemerintahan
Belanda di semua sekolah tinggi Fakultas Hukum pun juga diajarkan tentang hukum Islam atau
disebut sebagai Mohammedaansch recht, sehingga hal tersebut memunculkan perkembangan ajaran
hukum islam.
2. Alasan penduduk
Mayoritas penduduk di Indonesia beragama Islam. Hal ini juga didukung oleh hadirnya data World
Population Review yang dimana menunjukkan jumlah penduduk Muslim di Tanah Air saat ini
(2020) telah mencapai 229 juta jiwa atau 87,2% dari total penduduk 273,5 juta jiwa.
3. Alasan yuridis
Di Indonesia, hukum Islam terbagi menjadi:
a. Yang bersifat normatif, yakni bagian dari hukum Islam yang tidak dinyatakan berlaku oleh
negara namun ditaati, karena mempunyai sanksi kemasyarakatan, contohnya adalah sholat,
zakat, puasa, dsb. Tinggi rendahnya ketaatan masyarakat Islam, tergantung kuat lemahnya iman
seseorang.
b. Yang berlaku secara yuridis formal, yakni bagian dari Hukum Islam yang dinyatakan berlaku
oleh Negara melalui UU/Peraturan lainnya. Contohnya adalah Perkawinan, kewarisan, dll (Pasal
2 ayat 1 UU 1/74, Pasal 49 UU 7/89, UU Wakaf 2006, dll. Hukum Islam yang berlaku secara
yuridis formal ini menjadi bagian dari Hukum Nasional/Hukum Positif di Indonesia, maka
Hukum Islam harus dipelajari.
4. Alasan konstitusional
Negara berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 29 ayat 1 UUD 1945). Adapun isi
Pasal 29 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 berbunyi:
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Pasal tersebut mengandung makna Negara Republik Indonesia tidak boleh hadir atau bahkan
memberlakukan suatu norma hukum yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam bagi umat
Islam, ajaran Nasrani bagi umat Nasrani, ajaran Hindu bagi umat Hindu, maupun ajaran Budha
bagi umat Budha. Hal ini sejatinya sebagai wujud pembuktian bahwa Negara Indonesia juga
berkewajiban untuk membentuk, menjalankan dan memastikan agar hukum yang berasal dari
agama yang dianut oleh setiap masyarakat di Indonesia dapat terlaksana. Tentu saja pelaksanaan
hukum agama itu memerlukan bantuan dari alat kekuasaan negara atau pun syariat yang tidak
memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk melaksanakannya menjadi kewajiban pribadi bagi
pemeluk agama itu sendiri.
5. Alasan ilmiah
Hukum Islam sebagai suatu ilmu telah lama dikaji, dipelajari, serta telah mendapat pengakuan
dari dunia. Hal tersebut dibuktikan dengan masuknya hukum Islam ke dalam daftar kode bidang
atau disiplin ilmu dan teknologi yang tercatat pada UNESCO.

2. Jelaskan kerangka dasar Agama Islam ! Dimana letak hubungan antara Hukum Islam dengan Agama
Islam ?
1. Akidah
Secara etimologis, aqidah berarti ikatan, sangkutan, keyakinan. Akidah secara teknis juga berarti
keyakinan atau iman. Dengan demikian, akidah merupakan asas tempat mendirikan seluruh bangunan
(ajaran) Islam dan menjadi sangkutan semua hal dalam Islam. Akidah juga merupakan sistem
keyakinan Islam yang mendasar seluruh aktivitas umat Islam dalam kehidupannya. Akidah atau sistem
keyakinan Islam dibangun atas dasar enam keyakinan atau yang biasa disebut dengan rukun iman yang
enam.
2. Syare’ah
Secara etimologis, syare’ah berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus diikuti, yakni jalan ke
arah sumber pokok bagi kehidupan. Orang-orang Arab menerapkan istilah ini khususnya pada jalan
setapak menuju palung air yang tetap dan diberi tanda yang jelas terlihat mata (Ahmad Hasan, 1984:
7). Adapun secara terminologis syare’ah berarti semua peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah
untuk kaum Muslim baik yang ditetapkan dengan al-Quran maupun Sunnah Rasul (Muhammad Yusuf
Musa, 1988: 131). Mahmud Syaltut mendefinisikan syare’ah sebagai aturan-aturan yang disyariatkan
oleh Allah atau disyariatkan pokok-pokoknya agar manusia itu sendiri menggunakannya dalam
berhubungan dengan Tuhannya, dengan saudaranya sesama Muslim, dengan saudaranya sesama
manusia, dan alam semesta, serta dengan kehidupan (Syaltut, 1966: 12). Syaltut menambahkan bahwa
syare’ah merupakan cabang dari akidah yang merupakan
pokoknya. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat yang tidak dapat dipisahkan. Akidah
merupakan fondasi yang dapat membentengi syare’ah, sementara syare’ah merupakan perwujudan dari
fungsi kalbu dalam beraqidah (Syaltut, 1966: 13).
3. Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari
kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat (Hamzah Ya’qub, 1988: 11).
Sinonim dari kata akhlak ini adalah etika, moral, dan karakter. Sedangkan secara terminologis, akhlak
berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan
pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih. Sedang al-Ghazali mendefinisikan
akhlak sebagai suatu sifat yang tetap pada jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran (Rahmat Djatnika, 1996: 27). Adapun ilmu akhlak
oleh Dr. Ahmad Amin didefinisikan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada sebagian lainnya, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat (Hamzah Ya’qub, 1988: 12).
Hubungan Hukum Islam dengan Agama Islam adalah hukum merupakan bagian dari Islam. Ajaran
hukum lebih kecil dibanding dengan ajaran Islam yang luas antara lain terkait aqidah, akhlaq, dan
ilmu pengetahuan. Sedangkan hukum umumnya dikaitkan dengan ibadah dan muamalah yang menjadi
domain fiqh.

3. Hukum Islam yang berlaku secara yuridis formal menandakan Hukum Islam sudah menjadi hukum
positif bagi orang Islam di Indonesia, berikan contoh beberapa peraturan perundang-undangan yang
mendukung statement tersebut !
1. Undang-undang (UU) No. 1 Tahun 1974 membahas tentang perkawinan
2. KUHP pasal 830 sampai 1130 membahas tentang kewarisan
3. UU No.41 Tahun 2004 membahas tentang wakaf

4. Jelaskan apa yang menjadi ciri-ciri dan tujuan Hukum Islam !


Ciri-ciri hukum Islam adalah sebagai berikut :
1. Merupakan dan bersumber dari agama islam.
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau kaidah dan kesusilaan
atau ahlak islam.
3. Mempunyai dua istilah kunci, yaitu :
(1) Syariat : Terdiri dari wahyu Allah dan Sunnah Nabi Muhammad.
(2) Fikih : pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang syariah.
4. Terdiri dari dua bidang utama, yaitu :
(1) Ibadat bersifat tertutup karena telah sempurna.
(2) Muamalat dalam arti luas bersifat terbuka untuk dikembangkan oleh manusia yang memenuhi
syarat dari masa ke masa.
5. Strukturnya berlapis, terdiri dari :
(1) Nas atau teks alqur’an.
(2) Sunnah Nabi Muhammad (untuk syari’at)
(3) Hasil ijtihad (doktrin) manusia yang memenuhi syarat tentang al-qur’an dan as-sunnah.
(4) Pelaksanaan dalam praktek baik :
- Berupa keputusan hakim, maupun;
- Berupa amalan amaln umat islam dalam masyarakat (untuk fikih)
6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala.
7. Dapat dibagi menjadi :
(1) Hukum takifi atau hukum taklif.
- Yakni al-ahkam, al-khamsah, yaitu:
- Lima kaidah jenis hukum
- Lima kategori hukum
- Lima penggolongan hukum, yakni :
 Jaiz
 Sunnah
 Makruh
 Wajib
 Haram
(2) Hukum Wadh’i
Yang mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya hubungan hukum.
Dalam bukunya Filsafat Hukum Islam, T.M. Hasbi, Ashsieddiegy menyebutkan ciri ciri khas
hukum Islam yang relevan untuk dicatat: hukum Islam.
Berwatak universal, berlaku abadi untuk umat islam dimanapun mereka berada tidak terbatas
pada umat umat Islam disuatu tempat atau Negara pada suatu masa saja.
Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani serta
memelihara kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan.
Pelaksanaannya dalam praktek digerakkan oleh iman dan akhlak umat islam.
8. Berwatak universal, berlaku abadi untuk umat islam dimanapun mereka berada tidak terbatas pada
umat umat Islam disuatu tempat atau Negara pada suatu masa saja.
9. Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani serta
memelihara kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan.
10. Pelaksanaannya dalam praktek digerakkan oleh iman dan akhlak umat islam.
Tujuan Hukum Islam adalah:
1. Memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder, dan tersier,
2. Ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari, dan
3. Meningkatkan kemampuan untuk mempelajari dan memahami hukum Islam dengan mempelajari
usul fikih sebagai metodologinya, agar dapat menaati dan melaksanakan tujuan hukum Islam
dengan baik dan benar.

5. Apa yang menjadi sumber hukum Islam, jelaskan dengan dasar hukumnya !
1. Al Qur’an
Al Qur’an adalah sumber hukum pertama umat islam yang berisi tentang akidah, ibadah, peringatan,
kisah-kisah yang dijadikan acuan dan pedoman hidup bagi umat Nabi Muhammad SAW.
2. Hadits
Hadits adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua setelah Al-Qur'an.
Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur'an sebagai sumber hukum Islam, maka secara
otomatis harus percaya bahwa Hadits juga merupakan sumber hukum Islam.
3. Ijma adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis dalam suatu perkara yang terjadi.
4. Qiyas merupakan sumber hukum keempat setelah al-Qur'an, sunnah, dan ijma' yang memiliki
peranan penting dalam mengeksplorasi teks-teks sumber hukum (al-Qur'an dan sunnah) yang bisa
digunakan dalam memutuskan dasar hukum sebuah persoalan yang tidak terdapat nashnya.

Anda mungkin juga menyukai