Anda di halaman 1dari 9

Tugas 1 Hukum Islam

Alasan Mempelajari Hukum Islam

Mengapa kita harus mempelajari hukum islam ?


1. Alasan Sejarah : sebelum Indonesia merdeka hukum islam diadakan oleh pemerintahan belanda
yang disebut dengan mohammedaansch recth. Lalu hukum ini terus berlangsung setelah
Indonesia merdeka
2. Karena Alasan Penduduk : menurut sensus tahun 1980 hampir 88,09% penduduk Indonesia
menganut agama islam. Oleh karena itu para pegawai,pejabat pemerintahan atau para pemimpin
selalu dibekali pengetahuan keislaman
3. Alasan Yuridis : hukum islam dibagi menjadi 2 bagian;
a) Normatif itu hukum islam yang mempungai sanksi kemasyarakatan apabila norma normanya
dilanggar.
b) Formal yuridis hukum islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan
benda dalam masyarakat.
4. Alasan Konstitusional : dalam pasal 29 ayat (1) undang undang dasar 1945 menurut hazairin
dalam negara republik Indonesia tidak boleh terjadi atau berlaku sesuatu yang bertentagan
dengan kaidah kaidah islam bagi umat islam
5. Alasan Ilmiah : hukum islam tidak hanya dipelajari oleh orang yang beragama islam saja namun
dipelajari juga oleh orang non islam. Perguruan tinggi luar negeri telah memasukan hukum islam
sebagai salah satu kajian ilmiah

Pendekatan Terhadap Islam


Pendekatan merupakan cara pandang atau hasil pemikiran seseorang yang digunakan oleh
seorang pengkaji dalam menganalisis serta memahami Islam secara mendalam dengan menggunakan
ilmu-ilmu atau teori-teori tertentu. Yang pada dasarnya digunakan untuk menganalisis atas
permasalahan yang berkaitan dengan agama dengan tujuan untuk mempermudah ruang lingkup
kajiannya. Studi dalam agama tersebut dapat berupa dimensi ajarannya maupun dimensi realitasnya.
Adapaun pendekatan studi islam antara lain:
1. Pendekatan Normatif : menekankan pada aspek norma-norma ajaran islam. Seperti memahami
teks-teks yang tertulis di dalam kitab suci masing-masing agama. Sebagaimana terdapat dalam
al-quran dan sunnah.
2. Pendekatan Historis (Sejarah) : upaya memahami agama dengan menumbuhkan perenungan
untuk memperoleh hikmah dengan cara mempelajari sejarah nilai-nilai islam yang berisikan
kisah dan perumpamaan. Menurut Soerjono Soekanto, pendekatan historis mempergunakan
analisa atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
Metode ini dapat dipakai misalnya, dalam mempelajari masyarakat Islam dalam hal pengamalan,
yang disebut dengan ”masyarakat Muslim” atau ”kebudayaan Muslim”. Metode ini sebaiknya
dikombinasikan dengan metode comparative (perbandingan).
3. Pendekatan Sosiologis : upaya dalam memahami agama dengan cara meningkatkan kemampuan
manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Merupakan suatu kajian Islam
yang berkaitan dengan manusia yang satu dengan manusia yang lain, atau bisa juga antara satu
organisasi dengan organisasi yang lain, atau satu partai dengan partai yang lain dengan tujuan
suntuk mempererat silaturrahim dan untuk lebih saling kenal mengenal. Objek dari pendekatan
ini yaitu masyarakat, yang bersifat empiris teoritis, dan kumulatif.
4. Pendekatan Teologis : sebuah upaya untuk memahami eksistensi tuhan, dan sebagai konsep
nilai-nilai ketuhanan yang terkontruksi dengan baik sehingga terjadi sebuah agama atau aliran
kepercayaan.
5. Pendekatan Fenomenologis : pendekatan agama dengan cara membandingkan berbagai macam
gejala dari bidang yang sama antara berbagai macam agama. Menurut Jamali Sahrodi Pendekatan
fenomenologi adalah sebuah pendekatan yang didasari oleh filsafat fenomenologi. Yakni
mengajarkan pada pentingnya melihat gejala yang tampak dari sebuah entitas untuk menafsirkan
alam pemikiran yang berkembang dalam entitas tersebut.
6. Pendekatan Filosofis : filosofis yaitu proses studi tentang kependidikan yang didasari dengan
nilai-nilai ajaran islam menurut konsep cinta terhadap kebenaran. Filosofis (arti rasional) ukuran
benar dan salahnya ditentukan dengan penilaian akal, apakah bisa diterima oleh akal atau tidak.
7. Pendekatan Antropologis : upaya dalam memahami agama dengan cara melihat keagamaan
yang bertumbuh dan berkembang pada masyarakat.
8. Pendekatan Politis : upaya memahami agama dengan cara menanamkan nilai-nilai agama pada
lembaga sosial, agar timbul keinginan untuk meraih kesejahteraan serta perdamaian masyarakat.

Ruang Lingkup Hukum Islam


Pada dasarnya hukum islam tidak seperti hukum pada umumnya yang membedakan hukum privat
dan publik. Namun, bila diklasifikasikan dalam kedua bentuk hukum tersebut, hukum islam ruang
lingkupnya juga meliputi kedua hal tersebut.
1. Hukum Islam yang masuk ruang lingkup hukum privat:
a. Munakahat : mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian,
talak, pemeliharaan anak dan segala akibatnya.
b. Wirasah/Faraid : Mengatur segala masalah mengenai warisan, baik yang berhubungan
dengan ahli waris, harta peninggalan, pembagian warisan dan wasiat
c. Muammalah : Mengatur hak kebendaan, seperti jual-beli, sewa-menyewa, dsb.
2. Hukum Islam yang masuk ruang lingkup hukum publik:
a. Jinayat : Memuat aturan-aturan mengenai perbuatan yang diancam pidana. Ancaman
hukumnya ditentulan oleh penguasa, yang dimaksudkan untuk pelajaran bagi si pelaku.
b. Al-Ahkam Al-Sultaniyah : Membicarakan masalah-masalah mengenai ke-tata negara-an.
c. Siy’ar : Membicarakan urusan perang dan damai, antaraagama, antarnegara.
d. Mukhashamat : Mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara
Jika bagian-bagian hukum islam bidan muammalah dalam arti luas di atas dibandingkan dengan
susunan hukum barat seperti yang telah menjadi tradisi diajarkan dalam pengantar ilmu hukum di
tanah air kita, maka butir (1) dapat disamakan dengan hukum perkawinan, butir (2) dengan
hukum kewarisan, butir (3) dengan hukum benda dan hukum perjanjian, perdata, khusus, butir
(4) dengan hukum pidana, butir (5) dengan hukum ketatanegaraan yakni tata negara dan
administrasi negara, butir (6) dengan hukum internasional, dan butir (7) dengan hukum acara.

Salah Paham Terhadap Islam


Karena orang menganggap semua agama itu sama dan ruang lingkupnya sama. Salah paham dalam
menggambarkan kerangka dasar ajaran Islam, karena dalam penggambaran beberapa bagian Islam tidak
secara menyeluruh; misalnya menggambarkan bahwa agama Islam hanya berisi mengenai akidah atau
iman saja, atau agama hanya tentang syari'ah/hukurn belaka, atau agama Islam itu hanyalah ajaran
akhlak semata-mata, tanpa meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian itu dalam kerangka dasar
keterpaduan agama Islam secara menyeluruh. Menggambarkan Islam secara sepotong inilah yang telah
menyebabkan Islam disalahpahami di dunia ini. Salah dalam menggunakan metode mempelajari Islam.
Terutama terjadi sebelum perang dunia ke dua, pendekatan yang digunakan oleh orientalis dalam
mempelajari Islam, tidak menggunakan metode dan analisis ukuran yang tidak Islami, mereka
menjadikan bagian-bagian bahkan seluruh ajaran (agama) Islam semata-mata sebagai objek studi dan
analisis.

Fungsi Hukum Islam


1. Menciptakan tertib hukum dalam kehidupan manusia di masyarakat.
2. Menciptakan kedamaian.
3. Mengatur manusia ke jenjang bahagia.
4. Membawa manusia hidup dalam tertib illahi

Sifat Hukum Islam


1. Hukum Islam merupakan Ciptaan Allah SWT.
2. UNIVERSAL: artinya berlaku untuk siapa saja dimanapun dan kapanpun.
3. LUWES dan FLEKSIBEL yang terdiri dari:
a. Tasyri: proses perundang undangannya melihat situasi dan kondisi masyrakat.
b. Tatbig: penerapannya juga melihat situasi dan kondisi masyarakat.
c. Taklif: proses pembebanannya merupakan kebijaksanaan pribadi dengan melihat situasi dan
kondisi masyarakat.
4. ADIL, SETIMPAL dan BIJAKSANA
5. TOLERANSI dan MUDAH DILAKSANAKAN: tanpa paksaan karena hukum islam
diciptakan untuk dilakukan oleh manusia sebagai tanda taqwa mereka kepada Allah SWT.
6. Sesuai dengan SITUASI dan KONDISI masyarakat.
7. LUAS

Ciri- Ciri Hukum Islam


Ciri – ciri utama hukum islam, yakni:
1) Merupakan bagian dan bersumber dari agama islam
2) Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau akidah dan
kesusilaan atau akhlak islam
3) Mempunyai dua kunci istilah yakni: Syariat (wahyu Allah dan sunnah nabi) dan fiqih
( pemahaman manusia tentang Syariah)
4) Terdiri dari dua bidang utama yakni: Ibadah (bersifat tertutup karena sudah sempurna) dan
muamalah (terbuka dan dikembangkan manusia)
5) Strukturnya berlapis, terdiri dari: Nasa tau teks Al-Quran, Sunnah Nabi Muhammad SAW,
Hasil ijtihad, pelaksanaannya dalam praktik berupa keputusan hakim dan amalan-amalan
umat Islam dalam masyarakat (untuk fiqih).
6) Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala;
7) Dapat dibagi menjadi:
 hukum taklifi atau hukum taklif yakni al-ahkām al-khamsah yang terdiri dari lima
kaidah, lima jenis hukum, lima kategori hukum, lima penggolongan hukum yakni
jā'iz, sunnat, makrūh, wajib dan harām,
 hukum wadh'i yang mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya
hubungan hukum.

Dalam bukunya Falsafah Hukum Islam, T.M. Hasbi Ash Shiddieqy (1975:156-212), menyebut ciri-
ciri khas hukum Islam. Yang relevan untuk dicatat di sini adalah, hukum Islam
8) berwatak universal, berlaku abadi untuk umat Islam di mana pun mereka berada, tidak
terbatas pada umat Islam di suatu tempat atau negara pada suatu masa saja;
9) Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani serta
memelihara kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan;
10) Pelaksanaannya dalam praktik digerakkan oleh iman (akidah) dan akhlak umat Islam.
Syariah berarti jalan menuju sumber air.
Menurut istilah: Hukum yang diatur oleh Allah SWT, untuk hambanya melalui lisan para Rasul. Para
Rasul menyampaikan kepada umatnya untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik berbentuk
aqidah, hukum, akhlak, muamalah dan sebagainya, secara singkat dapat dikatakan bahwa syariah Islam
adalah keseluruhan ajaran Islam yang bersumber dari wahyu Allah SWT.

Fiqih menurut etimologi (lughah) adalah berarti paham.


fiqh adalalah pengetahuan tentang hukum syara’ mengenai perbuatan manusia yang diperoleh dari
dalil-dalil yang terinci.perbedaan pendapat dan pengamalan fiqh adalah sesuatu yang lumrah dan tidak perlu
di pertentangkan. Dan pada gilirannya , di antara para pengikut ulama mazhab, akan saling toleran untuk
mengerti formula fiqh dari ulama yang diikutinya.apabila terjadi kesalahan tidak berakibat dikenakan sanksi
hukum.

Amir Syarifuddin merinci cakupan pengertian fiqh yaitu:


 Bahwa fiqh itu adalah ilmu tentang syara.
 Bahwa yang dibicarakan fiqh adalah hal-hal yang bersifat amaliyah furu’iyah
 Bahwa pengetahuan tentang hukum syara itu didasarkan kepada dalitafsili (rinci)
 Bahwa fiqh itu digali dan ditemukan melalui penalaran dan Istidlal (penggunaan dalil) si mujtahid
dan Faqih.

Dengan demikian ,memperhatikan watak dan sifat fiqh adalah hasil jerih payah fuqaha, ia dapat saja
menerima perubahan atau pembaharuan , karena tuntutan ruang dan waktu.

3 sumber-sumber hukum islam


1. Al Quran.
Al Quran merupakan firman ALLAH yang diturunkan kepada Rasulullah untuk seluruh umat manusia.
dalam sejarah kehidupan Rasulullah, Al quran ini turun secara bertahap, dan setiap ayat yang turun selalu
disertai dengan asbabun nuzul ( sebab turunnya ayat ) yaitu persitiwa atau permasalahan yang dihapdai
Rasulullah dan kaum muslimin. Al quran merupakan sumber hukum utama, bila telah jelas hukumnya
didalam AL Quran maka tidak perlu mencari sumber hukum lainnya. Dan hukum dalam Al Quran sifatnya
kekal dan dapat diagunakan hingga hari kiamat.
Contoh ayat:
"Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, 'Kelebihan
(dari apa yang diperlukan) '."(QS. Al-Baqarah/2: 219)

Contoh ayat yang turun karena permasalahan :


"Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya
perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu.Dan
janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka
beriman.Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia
menarik hatimu."(QS. Al-Baqarah/2: 221)

2. As sunnah / hadist.
Sunnah adalah segala segala perkataan, perbuatan, persetujuan dan cara berpikir Rasulullah
Shalallahu Alaihi wasalam yang diriwayatkan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in hingga para ulama
hadist yang tujuh yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hadist digunakan untuk mencari
keterangan lebih lanjut dari ayat-ayat quran yang bersifat umum. Untuk melengkapi atau menjelaskan
maksud dari ALLAH. Hadist ada yang merupakan kalam Rasul, ada yang merupakan kalam ALLAH lewat
Rasul atau disebut dengan hadist qudsi.
Contoh penentuan hukum dengan hadist yaitu perintah sholat lima waktu, di AL Quran hanya
diperintahkan untuk sholat, namun tidak ada keterangan jumlah dan tata caranya, kemudian lewat hadist kita
tahu bagaimana cara sholat yang benar sesuai yang diingkan ALLAH Azza Wa Jalla.

3. Kemudian ada ijtihad, yaitu cara ulama ahli fikih dalam memahami AL qurna dan hadist. Ijtihad dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :

• Ijma, yaitu sebuah kesepakatan ulama mengeanai suatu perkara bila tidak ditemukan hukumnya yang
jelas dalam AL quran dan hadist. Ulama sampaikan arti ijma adalah “Kebulatan pendapat semua ahli
ijtihad umat Muham-mad, sesudah wafatnya pada suatu masa, tentang suatu perkara (hukum)".

Contoh penyelesaian dengan ijma adalah penentuan sholat tarawih dalam satu jamaah pada zaman
sayiddina umar, dan pembukuan Al quran yang dimulai pada zama sayiidina abu bakar.

• Qiyas , yaitu penentuan suatu hukum yang belum ada ketentuan hukumnya baik dari Al Quran, Hadist
maupun ijma. Dengan cara membandingkan atau mengibaratkan dengan suatu hukum yang telah ada , yang
ada persamaan didalamnya.
Contoh qiyas adalah pengharaman segala sesuatu yang memabukkan, hukum asalnya adalah ALLAh
melarang meminum khamar karena memabukkan, kemudian kita mengambil qiyas untuk memberi hukum
haram pada segala hal lain selain khamar yang dapat memabakkan. Yaitu sabu, ganja, pil koplo, dan narkoba
jenis lainnya.

Kiadah fiqih
merupakan istilah yang digunakan ulama fiqih untuk pengembangan cakupan suatu hukum. Ada
beberapa definisi kaidah fiqih yang dikemukakan para ulama. Tajuddin As-Subki, seorang ulama dari
mazhab Syafii mengatakan, kaidah fiqih adalah suatu acuan umum yang dapat diterapkan untuk mengetahui
hukum dari kebanyakan persoalan parsial. Sa’aduddin Mas’ud bin Umar At-Taftazani mengatakan, kaidah
fiqih adalah ketentuan umum yang dapat diterapkan untuk mengetahui hukum persoalan-persoalan parsial.
Perbedaan definisi tersebut terletak pada cakupannya.

Nama lain dari qawaid fiqhiyah adalah al-asybahah wan nazhair, yang artinya kemiripan dan
kesejajaran. Kaidah fiqih merupakan ketentuan yang bisa dipakai untuk mengetahui hukum tentang kasus-
kasus yang tidak ada aturan pastinya di dalam Al-Qur’an, Sunnah maupun ijmak sehingga lahirlah fiqih
baru. Prosedur untuk mendapatkan fiqih baru ini disebut dengan ilhaq, yaitu semacam proses kias yang
contohnya tidak didapatkan dari sumber wahyu, melainkan dari fiqih yang sudah jadi.

Kaidah Al Ahkam Al Khamsah

Al Ahkam Al Khamsah atau biasa disebut Hukum Taklifi adalah ketentuan hukum yang menuntut para
mukallaf atau orang yang dipandang oleh hukum cakap melakukan perbuatan hukum baik dalam bentuk
hak, kewajiban maupun larangan.

Kelima hukum taklifi antara lain Wajib (fardhu), wajib (fardhu) dalam hukum islam yakni sesuatu yang
diperintahkan oleh Allah kepada manusia mukallaf untuk mengerjakannya.

Wajib menurut waktunya dibagi dua yaitu :


 Waktunya luas, contohnya Shalat
 Waktunya sempit, contohnya Puasa

Sunnah (mandub), Sunnah / mandup adalah suatu perbuatan yang dianjurkan oleh Allah atau Rasulnya
pada manusia atau mukallaf namun bentuk anjuran itu diimbangi dengan pahala kepada orang mukallaf yang
mengerjakannya dan tidak mendapatkan dosa bagi orang yang meninggalkan.

Sunnah terbagi atas :


 Sunnah muakkad, suatu ketentuan hukum islam yang tidak mengikat tapi penting karena rasullah
senantiasa melakukannya, contohnya Adzan
 Sunnah zaidah, karena Nabi biasa melakukannya dan biasa meninggalkannya, contohnya puasa pada
hari senin dan kamis.
 Sunnah fadlilah, ketentuan hukum yang mengikuti tradisi Nabi dari segi-segi tradisi budayanya,
contohnya berpakaian putih, cara makan, cara tidur Nabi, dll

Haram, haram adalah suatu tuntutan hukum islam kepada orang mukallaf untuk meninggalkannya dengan
tuntutan mengikat dan bagi yang meninggalkannya mendapat imbalan pahala dan bagi yang melanggarnya
mendapat dosa.

Haram dibagi dua yaitu :


 Haram Lizatih, zatnya yang diharamkan contohnya mayat atau bangkai.
 Haram Ligairih , asalnya bukan haram contohnya wanita.

Makruh, makruh adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah atau Rasullnya kepada manusia mukallaf
namun bentuk larangan itu tidak sampai kepada haram, contohnya makan bawang sebelum shalat, merokok,
makan kuda, dll

Jaiz atau mubah, jaiz atau mubah adalah sesuatu perbuatan yang di bolehkan untuk memilih oleh Allah dan
rasullnya kepada manusia mukallaf untuk mengerjakan atau meninggalkannya.

Ketentuan mubah ada tiga yaitu :


 meniadakan dosa bagi suatu perbuatan
 pengungkapan halal bagi suatu perbuatan dan
 tidak ada pernyataan bagi suatu perbuatan
Contoh mubah = makan atau tidur saat jam sholat, menikah lebih dari satu, dll

Asas-Asas Hukum Islam


 Asas secara etimologi memiliki makna adalah dasar, alas, pondasi (M Ali Hasan, 2003 : 18). Hasbi
Ash Shiddiqie mengemukakan bahwa hukum Islam mempunyai azas dan tiang.

 Asas Nafyul Haraji; yakni meniadakan kepicikan. Dalam arti bahwa hukum Islam dibuat dan
diciptakan itu berada dalam batas-batas kemampuan para mukallaf. Namun bukan berarti tidak ada
kesukaran sedikitpun sehingga tidak ada tantangan, sehingga jika ada kesukaran yang muncul bukan
hukum Islam itu digugurkan melainkan melahirkan hukum Rukhsah.

 Asas Qillatu Taklif; yaitu tidak membahayakan taklifi, artinya hukum Islam itu tidak memberatkan
pundak mukallaf dan tidak menyukarkan.
 Asas Tadarruj, bertahap (gradual), artinya pembinaan hukum Islam berjalan setahap demi setahap
disesuaikan dengan tahapan perkembangan manusia.

 Asas Kemuslihatan Manusia; Hukum Islam seiring dengan dan mereduksi sesuatu yang ada di
lingkungannya.

 Asas Keadilan Merata; bermakna hukum Islam sama keadaannya tidak lebih melebihi bagi yang
satu terhadap yang lainnya.

 Asas Estetika; artinya hukum Islam memperbolehkan bagi kita untuk mempergunakan atau
memperhatiakn segala sesuatu yang indah.

 Asas Menetapkan Hukum Berdasar Urf yang Berkembang Dalam Masyarakat; Hukum
Islam dalam penerapannya senantiasa memperhatikan adat/kebiasaan suatu masyarakat.

 Asas Syara Menjadi Dzatiyah Islam; Hukum yang diturunkan secara mujmal memberikan
lapangan yang luas kepada para filusuf untuk berijtihad dan guna memberikan bahan
penyelidikan dan pemikiran dengan bebas dan supaya hukum Islam menjadi elastis sesuai
perkembangan peradaban manusia.

Asas-Asas Hukum Islam bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW baik yang bersifat
rinci maupun yang umum.

Anda mungkin juga menyukai