Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN

HUKUM ISLAM

PENDAHULUAN, ISLAM DAN HUKUM ISLAM

Dosen Mata Kuliah:

Hj. Mardalena Hanifah, SH. M.Hum

Disusun Oleh :

Muhammad Haikal (2209113934)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS RIAU

2022 / 2023
Pendahuluan
Bedasarkan silabus mata kuliah Asas-asas Hukum Islam Fakultas Hukum Universitas
Indonesia (HPE 10201) tahun 1982, tujuan mata kuliah Hukum Islam ini adalah agar
mahasiswa (1) mengerti dan memahami hukum Islam, dapat menyebutkan dan menjelaskan
sumber, asas-asas hukum Islam dan al-ahkam al-khamsah, serta mampu melukiskan dan
memaparkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam dari dahulu sampai
sekarang. Selain dari itu, tujuan mata kuliah ini adalah agar (2) mahasiswa memahami dan
mampu menjelaskan hubungan hukum Islam dengan hukum-hukum lain di tanah air kita dan
menunjukkan dengan tepat kedudukan hukum Islam dalam sistem hukum di Indonesia dan
tempatnya dalam pembinaan hukum nasional.

Pada Kurikulum Inti Program Pendidikan Sarjana Hukum (1983) mata kuliah ini
merupakan mata kuliah keahlian hukum yang menjadi mata kuliah wajib fakultas secara
nasional, sedang mata kuliah Hukum Islam lainnya menjadi mata kuliah pendalaman yang
menjadi mata. kuliah wajib program kekhususan sebagai muatan lokal.

Setelah Indonesia merdeka, kurikulum RH atau Rechts Hogeschool diambil alih oleh
Pemerintah Indonesia. Demikianlah, misalnya, pada Fakultas Hukum dan Pengetahuan
Masyarakat Universitas Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia Serikat
pada tahun 1950, Hukum Islam dan Lembaga- lembaga Islam diajarkan juga di Fakultas
tersebut. Ketika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atau FISIP Universitas Indonesia
(nama sekarang) menjadi fakultas yang berdiri sendiri pada tahun 1969, Hukum Islam dan
Lembaga-lembaga Islam dipisahkan. Lembaga-lembaga Islam dimasukkan ke dalam
Kurikulum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hukum Islam tetap menjadi bagian dan
berada di dalam Kurikulum Fakultas Hukum.

Karena alasan sejarah

Di semua Sekolah Tinggi (Fakultas) Hukum yang didirika oleh Pemerintah Belanda
dahulu, seperti telah dikemukaka di atas, diajarkan Hukum Islam atau yang mereka sebu
Mohammedaansch Recht, Tradisi ini dilanjutkan oleh fakultas hukum yang didirikan setelah
Indonesia merdeka.
Karena Alasan Penduduk

Karena penduduk Indonesia ini mayoritas beragama Islam, maka sejak dahulu, para
pegawai, para pejabat pemerintahan dan atau para pemimpin yang akan bekerja di Indonesia
selalu dibekali dengan pengetahuan keislaman, baik mengenai lembaganya maupun mengenai
hukumnya yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat Muslim Indonesia.

Karena Alasan Yuridis

Di tanah air kita, hukum Islam berlaku (a) secara normatif dan (b) secara formal
yuridis. Yang berlaku (a) secara normatif adalah (bagian) hukum Islam yang mempunyai
sanksi kemasyarakatan apabila norma-normanya dilanggar Kuat tidaknya sanksi
kemasyarakatan dimaksud tergantung pada kuat lemahnya kesadaran umat Islam akan norma
norma hukum Islam yang bersifat normatif itu. (b) secara formal yuridis adalah (bagian)
hukum Islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam
masyarakat. Bagian hukum Islam ini menjadi hukum positif berdasarkan atau karena ditunjuk
oleh peraturan perundang-undangan, seperti hukum perkawinan, hukum kewarisan, hukum
wakaf yang telah dikompilasikan (1988). hukum zakat, dan sebagainya.

Alasan Konstitusional

Di bawah Bab Agama, dalam Pasal 29 ayat (1) Undang- Undang Dasar 1945
dinyatakan bahwa Negara (Republik Indonesia) berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
tafsirannya antara lain hanya mungkin, (1) Dalam Negara Republik Indonesia tidak boleh
terjadi atau berlaku sesuatu yang bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam bagi umat Islam,
atau yang bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Nasrani bagi umat Nasrani, atau yang
bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Hindu-Bali bagi orang-orang Hindu-Bali atau
yang bertentangan dengan kesusilaan agama Budha bagi orang-orang Budha. Ini berarti
bahwa di dalam Negara Republik Indonesia tidak boleh berlaku atau diberlakukan hukum
yang bertentangan dengan norma-norma (hukum) agama dan norma kesusilaan bangsa
Indonesia; (2) Negara Republik Indonesia wajib menjalankan syariat Islam bagi orang Islam,
syariat Nasrani bagi orang Nasrani dan syariat Hindu Bali bagi orang Bali, sekadar
menjalankan syariat tersebut memerlukan perantaraan kekuasaan negara. (3) Syariat yang
tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk melaksanakannya karena dapat
dijalankan sendiri oleh setiap pemeluk agama yang bersangkutan, menjadi kewajiban pribadi
pemeluk agama itu sendiri menjalankannya menurut agamanya masing-masing.
Alasan Ilmiah

Sebagai bidang ilmu, hukum Islam telah lama dipelajari secara ilmiah, bukan saja
oleh orang-orang Islam sendiri tetapi juga oleh orang-orang non-Muslim. Orang Barat non-
Muslim ini, yang biasa disebut dengan istilah orientalis, mempelajari hukum Islam dengan
berbagai tujuan yang senantiasa berubah-ubah. Mula- mula mereka mempelajari agama Islam
dan hukum Islam untuk mempertahankan kesatuan wilayah negara mereka dari pengaruh
kekuasaan Islam. Namun Kemudian mereka mempelajari Islam dan hukum Islam untuk
menyerang Islam dari dalam dengan cara mencari-cari atau mengada-adakan kelemahannya.
"Penemuan" mereka ini lalu diterbitkan dalam bentuk buku yang diberi predikat karya ilmiah.
Hasilnya masih membekas sampai sekarang, karena karya-karya mereka itu masih juga
dibaca orang.

Islam
Perkataan Islam terdapat dalam Alquran, kata benda yang berasal dari kata kerja
salima. Akarnya adalah sin lam mim:s-l-m. Dari akar kata ini terbentuk kata-kata salm, silm,
dan sebagainya. Arti yang dikandung perkataan Islam adalah kedamaian, kesejahteraan,
keselamatan, penyerahan (diri) dan kepatuhan. Seorang Muslim adalah orang yang menerima
petunjuk Tuhan dan menyerahkan diri untuk mengikuti kemauan Ilahi.

Dalam sistem hukum Islam, selain dengan agama atau iman, hukum juga tidak boleh
dicerai pisahkan dari kesusilaan atau akhlak. Sebabnya adalah karena ketiga komponen inti
ajaran Islam itu, yakni iman atau agama dalam arti sempit, hukum dan akhlak atau kesusilaan
merupakan satu rangkaian kesatuan yang membentuk agama Islam. Agama Islam tanpa
hukum dan kesusilaan, bukanlah agama Islam.

Seorang Muslim adalah orang yang menerima petunjuk Tuhan dan menyerahkan diri
untuk mengikuti kemauan Ilahi. Artinya seorang Muslim adalah orang yang melalui
penggunaan 'akal dan kebebasannya,' menerima dan mematuhi kehendak atau petunjuk
Tuhan. Pengertian ini berlaku juga untuk semua manusia yang menerima dan patuh pada
ketentuan Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui para Nabi dan Rasul-Nya.
Dalam makna yang lebih luas, penamaan Muslim dapat pula diberikan kepada semua
makhluk yang menerima adanya ketentuan atau hukum Tuhan dan tunduk kepada hukum-
hukum Tuhan yang tidak terbantah itu. Hukum-hukum Tuhan disebut di dunia Barat dengan
istilah natural law atau hukum alam. Di dalam ajaran Islam, apa yang disebut dengan natural
law di dunia Barat itu dinamakan sunnatullah. Sunnatullah adalah ketentuan atau hukum-
hukum Allah yang berlaku untuk alam semesta.

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

Agama Islam bersumber dari wahyu (Alquran) dan sunnah (Al-Hadis), Ajaran Islam
bersumber dari ra'yu (akal pikiran) manusia melalui ijtihad. Dengan mengikuti sistematik
Iman, Islam, dan Ikhsan yang berasal dari hadis Nabi Muhammad, kerangka dasar agama
Islam, seperti telah disinggung di atas, terdiri dari (1) akidah, yaitu keyakinan yang menjadi
pegangan hidup setiap pemeluk agama Islam. (2) syariah, yaitu seperangkat norma Ilahi yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah serta mengatur cara dan upacara hubungan
langsung manusia dengan Tuhan dan mengatur hubungan manusia dengan manusia lain
dalam masyarakat dan (3) akhlak, yang berarti perangai, sikap, tingkah laku, watak atau budi
pekerti terhadap khalik dan makhluk ciptaan. Pada komponen syariah dan akhlak ruang-
lingkupnya jelas ibadah, muamalah. dan sikap terhadap Khalik (Allah) serta makhluk. Pada
komponen akidah, ruang lingkup itu akan tampak pula jika dihubungkan dengan iman kepada
Allah dan para Nabi serta Rasul-Nya.

Islam sebagai agama mempunyai sistem sendiri yang bagian- bagiannya saling
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Sumbernya adalah tauhid yang menjadi inti
akidah. Dari akidah itu mengalir syariah dan akhlak Islami. Ketiganya (akidah, syariah dan
akhlak) laksana bejana yang berhubungan. Syariah dan akhlak, seperti telah disebut di muka
mengatur perbuatan dan sikap seseorang baik di lapangan ibadah maupun di lapangan
muamalah.

Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian agama Islam.
Sebagai sistem hukum ia mempunyai beberapa istilah-istilah kunci, yaitu (1) hukum, (2)
hukm dan ahkam, (3) syariah atau syariat, (4) fiqih atau fiqh dan beberapa kata lain yang
berkaitan dengan istilah-istilah tersebut.

Hukum
Secara sederhana Hukum merupakan suatu peraturan-peraturan atau seperangkat
norma yang mengatur tingkah-laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau
norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun
peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa.

Di samping itu, ada konsepsi hukum lain, di antaranya adalah konsepsi hukum Islam. Dasar
dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah, tidak hanya mengatur hubungan manusia
dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan- hubungan lainnya,
karena manusia yang hidup dalam masyarakat itu mempunyai berbagai hubungan.

Hukum dan Ahkam

Perkataan hukum yang kita pergunakan sekarang dalam Bahasa Indonesia berasal dari
kata hukm (tanpa u antara huruf k dan m) dalam bahasa Arab. Artinya, norma atau kaidah
yakni ukuran, tolak ukur, patokan, pedoman yang dipergunakan untuk menilai tingkah-laku
atau perbuatan manusia dan benda. Dalam sistem hukum Islam ada lima hukm atau kaidah
yang dipergunakan sebagai patokan mengukur perbuatan manusia baik di bidang ibadah
maupun di lapangan muamalah Kelima jenis kaidah tersebut, disebut al-ahkam al-khamsah
atau penggolongan hukum yang lima, yaitu (1) ja'iz atau mubah atau ibahah, (2) sunnat, (3)
makrüh, (4) wajib dan (5) haram yang disebut juga hukum taklifi.

Syariat

Syariah secara harfiah adalah jalan ke sumber (mata) air yakni jalan lurus yang harus
diikuti oleh setiap Muslim. Syariat merupakan jalan hidup Muslim. Syariat memuat
ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan maupun berupa
suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Dilihat dari segi ilmu hukum,
syariat merupakan norma hukum dasar yang ditetapkan Allah, yang wajib diikuti oleh orang
Islam berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam hubungannya dengan
Allah maupun dengan sesama manusia dalam masyarakat.

Fiqih

Di dalam Bahasa Arab, perkataan fiqh yang ditulis fiqih atau kadang-kadang fekih
setelah diindonesiakan, artinya paham atau pengertian. Ilmu fiqih adalah ilmu yang bertugas
menentukan dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat di dalam Alquran
dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam Sunnah Nabi yang direkam dalam kitab-
kitab hadis.
Dengan kata lain, ilmu fiqih, selain rumusan di atas, adalah ilmu yang berusaha
memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad
untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya yang
berkewajiban melaksanakan hukum Islam. Hasil pemahaman. tentang hukum Islam itu
disusun secara sistematis dalam kitab-kitab fiqih dan disebut hukum fiqih.

Ruang-Lingkup Hukum Islam

Jika kita bandingkan hukum Islam bidang muamalah ini dengan hukum Barat yang
membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan hukum publik, maka sama halnya
dengan hukum adat di tanah air kita, hukum Islam tidak membedakan (dengan tajam) antara
hukum perdata dengan hukum publik. Ini disebabkan karena sistem hukum Islam pada
hukum perdata terdapat segi-segi publik dan pada hukum publik ada segi-segi perdatanya.

Kalau bagian-bagian hukum Islam itu disusun menurut sistematik hukum Barat yang
membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik seperti yang diajarkan dalam
Pengantar Ilmu Hukum di tanah air kita, yang telah pula disinggung di muka, susunan hukum
muamalah dalam arti luas itu adalah sebagai berikut:

‘Hukum Perdata’ (Islam) adalah (1) munakahat mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya; (2) wirasah mengatur
segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta
pembagian warisan atau hukum fara'id; (3) muamalat dalam arti yang khusus, mengatur
masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual-beli,
sewa-menyewa, pinjam-meminjam, perserikatan, dan sebagainya.

'Hukum publik' (Islam) adalah (4) jinayat yang memuat aturan- aturan mengenai
perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud maupun
dalam jarimah taʼzir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah perbuatan pidana. Jarimah
hudud adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumannya dalam
Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad. Jarimah ta'zir adalah perbuatan pidana yang bentuk
dan ancaman hukumannya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya; (5)
ah-ahkam as-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan kepala negara,
pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun daerah, tentara, pajak dan sebagainya. (6) siyär
mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama dan negara lain;
(7) mukhasamat mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara.
Ciri-ciri Hukum Islam

Ciri-ciri (utama) hukum Islam, yakni (1) merupakan bagian dan bersumber dari
agama Islam; (2) mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau
akidah dan kesusilaan atau akhlak Islam; (3) mempunyai dua istilah kunci yakni (a) syariat
dan (b) fiqih. Syariat terdiri dari wahyu Allah dan Sunnah Nabi Muhammad, fiqih adalah
pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang syariah; (4) terdiri dari dua bidang utama
yakni (a) ibadah dan (b) muamalah dalam arti yang luas. Ibadah bersifat tertutup karena telah
sempurna dan muamalah dalam arti khusus dan luas bersifat terbuka untuk dikembangkan
oleh manusia yang memenuhi syarat dari masa ke masa; (5) strukturnya berlapis, terdiri dari
(a) nas atau teks Alquran, (b) Sunnah Nabi Muhammad (untuk syariat), (c) hasil ijtihad
manusia yang memenuhi syarat tentang wahyu dan sunnah, (d) pelaksanaannya dalam praktik
baik (i) berupa keputusan hakim, maupun (ii) berupa amalan-amalan umat Islam dalam
masyarakat (untuk fiqih); (6) mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala; (7) dapat
dibagi menjadi (a) hukum taklifi atau hukum taklif yakni al-ahkam al-khamsah yang terdiri
dari lima kaidah, lima jenis hukum, lima kategori hukum, lima penggolongan hukum yakni
ja'iz, sunnat, makrüh, wajib dan harām, dan (b) hukum wadh'i yang mengandung sebab,
syarat, halangan terjadi atau terwujudnya hubungan hukum.

Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia

Hukum Islam, sebagai bagian agama Islam, melindungi hak asasi manusia. Deklarasi
Kairo tahun 1990, misalnya, yang dikeluarkan oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI),
merupakan pendirian resmi umat Islam mengenai Hak-hak Asasi Manusia. Hak-hak yang
dirumuskan dalam deklarasi itu, kebanyakan hak ekonomi, Hak politik, seperti hak untuk
mengutarakan pendapat secara bebas, tidak boleh bertentangan dengan asas- asas syariah.
Dinyatakan pula bahwa semua individu sama di muka hukum. Ketentuan lain adalah keluarga
merupakan dasar masyarakat, wanita dan pria sama dalam martabat kemanusiaan. Hak atas
hidup, dijamin. Pekerjaan adalah hak individu yang dijamin oleh negara. Demikian juga hak
atas pelayanan kesehatan, sosial dan kehidupan yang layak. Ditegaskan pula bahwa tidak ada
sanksi, kecuali sanksi yang ditentukan dalam syariat atau hukum Islam.

Tujuan Hukum Islam

Secara umum sering dirumuskan bahwa tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan
hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak, dengan jalan mengambil segala yang
bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat. Dengan kata lain, tujuan hukum Islam
adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Abu
Ishaq al Shatibi merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni memelihara (1) agama, (2)
jiwa, (3) akal, (4) keturunan, dan (5) harta.

Salah Paham Terhadap Islam dan Hukum Islam

Kesalahpahaman terhadap Islam disebabkan karena banyak hal, namun, yang relevan
dengan kajian ini adalah karena (1) salah memahami ruang-lingkup ajaran Islam, karena
orang menganggap semua agama itu saa dan ruang-lingkupnya sama juga. Dipengaruhi
ajaran agama Nasrani yang ruang-lingkupnya hanya mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan saja, orang menganggap agama Islam pun demikian juga halnya. (2) salah
menggambarkan kerangka dasar ajaran Islam. Orang menggambarkan bagian-bagian agama
Islam itu tidak secara menyeluruh sebagai satu kesatuan, tetapi sepotong-sepotong atau
Sebagian-sebagian saja dan (3) salah mempergunakan metode mempelajari Islam. Mereka
mempergunakan metode mempelajari dan menganalisis ajaran (agama) Islam dengan metode
dan analisi serta ukuran-ukurannya yang tidak Islam dengan metode dan analisis serta
ukuran-ukuran yang tidak islami, tidak sesuai dengan ajaran (agama) Islam. Hasilnya tentu
saja tidak memuaskan dan pasti menimbulkan salah paham terhadap Islam.

Anda mungkin juga menyukai