Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TENTANG STUDI HUKUM ISLAM/FIQH

Dosen Pengampu: Drs. H. Agus Mahmud, M. Ag.

Disusun Oleh :
.
 Siti Rauhun (190502099)
 Supardi (190502115)
 Sulistiani Ida Ayuningsih (190502132)

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN MATARAM

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmatNya, sehingga kita semua masih bisa melanjutkan kewajiban kita untuk
menuntut ilmu walau dalam seperti saat ini. Semoga dengan di terapkannya
perkuliahan sistem online ini, tidak mengurangi semangat kita sebagai seorang
intelektual untuk terus belajar.

Tugas makalah pada mata kuliah Metodelogi Studi Islam dengan judul
"STUDI HUKUM ISLAM/FIKIH", alhamdulillah dapat di selesaikan dengan
usaha yang semaksimal mungkin. Harapan kami sebagai pemakalah, semoga
materi ini dapat menambah wawasan teman-teman dan memudahkan kita dalam
melanjutkan pembahasan ke materi selanjutnya. Sehingga, ilmu yang kita dapat
saat ini bisa mendatangkan manfaat dalam kehidupan pribadi kita ataupun dalam
berinteraksi dengan masyarakat nantinya.

Melalui ini, kami sampaikan permohonan maaf apabila ada kesalahan


dalam penulisan kata dan sebagainya.

DAFTAR ISI

ii
COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM ISLAM, SYARIAT, DAN FIKIH

a. Pengertian Hukum Islam

b. Pengertian Syariat

c. Pengertian Fikih

B. Ruang Lingkup Hukum Islam

1. Pengertian Ruang Lingkup Huk Islam.....................................................9

2. Ibadah .........................................................................................

3. Muamalah .........................................................................................

D. Kedudukan Dan Strategi Hukum Islam Dalam Positivisasi Hukum Di


Indonesia……………………………………………………………………….11
BAB III PENUTUP

iii
Kesimpulan ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara mengenai hukum secara sederhana segera terlintas dibenak kita


peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, baik peraturan maupun norma itu berupa kenyataan yang
tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat atau peraturan yang sengaja dibuat
oleh penguasa dengan bentuk dan cara tertentu. Bentuknya mungkin berupa
hukum tidak ter tulis maupun hukum yang tertulis dalam peraturan perundang-
undang an seperti hukum barat yang dipakai di Indonesia. Konsepsi hukum per
undang-undangan barat yang diatur oleh hukum hanya semata-mata hubungan
manusia dengan manusia, manusia dengan benda dalam masyarakat.
Ketika mengkaji tentang Islam, aspek yang ada di dalamnya tidak lepas
membicarakan tentang hukum (peraturan) yang ada di dalam Is lam itu sendiri,
aspek hukum di dalam Islam biasa disebut dengan hu kum Islam yang punya
konsep dasar dan hukumnya ditetapkan oleh Allah, tidak hanya mengatur tentang
hubungan manusia dengan manu sia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga
hubungan-hubungan lainnya baik itu hubungan dengan Tuhan, manusia dengan
manusia, manusia dengan masyarakat serta dengan alam sekitar.
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Al-Qur'an dan menjadi
bagian dari agama Islam, sebagai sistem hukum ia mempu nyai beberapa istilah
kunci yang perlu dijelaskan lebih dahulu kadang kala membingungkan kalau tidak
tahu persis maknanya, dalam kajian makalah studi hukum Islam ini penulis akan
mengawali pembahas an dari istilah-istilah kunci dalan hukum Islam (Syariah,
Fikih, Ushul al-Fiqh, Mazhab, Fatwa, Qaul), Islam sebagai norma hukum dan
etika,mazhab utama dan pendekatan hukum yang mereka pakai terhadap ka jian
hukum Islam sampai kepada disiplin-disiplin utama studi hukum dan cabang-

5
cabangnya, serta yang terakhir mengenai tokoh dan karya terpenting dalam
perkembangan mutakhir kajian-kajian hukum Islam Semoga bermanfaat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian humu islam dan syariat ,fikih ?

2. Apa saja sumber sumber hukum islam ?

3. Bagaimana kedudukan hukum islam dalam konteks positivasi hukum ?

4. Bagaiman kedudukan hukum islam di indonesia ?

C.Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut.


1. Untuk memahami pengertian hukum islam ,syariah dan fikih .
2. Mengetahui Ruang Lingkup Hukum Islam
3. Agar mengetahui sumber sumber hukum islam
4. Mengetahui Kedudukan Dan Strategi Hukum Islam Dalam Positivisasi
Hukum Di Indonesia

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam, Syariat, Fiqih .


a.Pengertian Hukum Islam
Istilah hukum islam berasal dari dua kata dasar ,yaitu hukum dan
islam .dalam kamus besar bahasa indonesia kata hukum diartikan dengan
1.peraturan atau adat yang resmi diangap mengikat
2.undang undang peraturan ,untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat
3.patokan /kaidah mengenai peristiwa tertentu
4.keputusan/pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim di pengadilan atau
vonis.
Secara sederhana hukum dapat dipahami sebagai peraturan peraturan atau
norma norma yang mengatur manusia dalam suatu masyarakat .kata hukum
sebenarnya berasal dari kata arab al-hukm yang merupakan isim
masdardarifi’ilhakamayahkumuyangberarti‘memimpin’,memerintah,memutuskan,
menetapkan,atau mengadili,sehinga kata al-hukm berarti
peutusan ,ketetapan ,kekuasaan, atau pemerintah. Dari dua gabugan kata hukum
dan islam muncul istilah hukum islam dengan memahami arti dari kedua kata
yang ada dalam istilah hukum islam ini,dapat dipahami hukum islam adalah
seperangkat norma atau peraturan yang bersumber dari allah swt.dan nabi
muhamaad saw.untuk mengatur tingkah laku manusia di tengah tengah
masyarakat. Hukum islam merupakan terjemahaan dari istilah barat yang
berbahasa inggris ,yaitu islamik law sering digunakan oleh para penulus barat
dalam karya karya mereka di pertengahan abad ke 20 M hingga sekarang.
b. Pengertian Syariat
Secara etimologis (lughawi) kata syariah berasal dari kata berbahasa arab
al-syariah yang berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus diikuti ,yakni
jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Orang orang arab menerapkan istilah
ini khususnya pada jalan setapak menuju palung air yang tetap dan diberi tanda
yang jelas terlihat dimata. Syariat di artikan jalan air karena siapa saja yang

7
mengikuti jalan syariat akan mengalir dan bersih jiwanya. Al-quran mengunakan
dua istilah syari’ah (qr.al-jatsiah 45;18) dan (Qs.al-maidah 5:48) untuk menyebut
agama (din)1 dalam arti jalan yang telah ditetapkan tuhan bagi manusia atau jalan
yang jelas yang ditunjukan tuhan kepada manusia.istilah syarai (jamak dari
syriah )digunakan pada masa nabi muhammad saw.untuk menyebut masalah
masalah pokok agama islam seperti salat,zakat,puasa di bulan ramadan ,dan haji.
c. Pengertian Fikih
Fiqih adalah jendela dalam melihat fenomena sosial dalam perspektif
Islam. Fiqh juga diidentifikasi sebagai salah satu dimensi hukum Islam, yakni
produk penalaran fuqaha’terhadap shariah, yang secara empiris dijadikan hukum
terapan oleh Muslim di berbagai kawasan. Hukum Islam mempunyai fungsi yang
ganda, yaitu fungsi shariahdan fungsi fiqh. Shariah merupakan fungsi
kelembagaan yang diperintahkan Allah untuk dipatuhi sepenuhnya, atau saripati
petunjuk Allah untuk perseorangan dalam mengatur hubungannya dengan Allah,
sesame Muslim, sesame manusia, dan dengan semua makhluk di dunia ini.
Sedangkan fiqh merupakan produk daya pikir manusia. Fiqh merupakan usaha
manusia yang dengan daya intelektualnya mencoba menafsirkan penerapan
prinsip-prinsip syari’ah secara sistematis.
B. Ruang Lingkup Hukum Islam
1. Pengertian Ruang Lingkup Hukum Islam
Yang dimaksud dengan ruang lingkup hukum Islam adalah objek kaſlan
hukum Islam atau bidang-bidang hukum yang menjadi bagian dari hukum Islam.
Hukum Islam di sini meliputi syariat dan fikih. Hukum Islam sangat berbeda
dengan hukum Barat gang membagi hukum menjadi hukum privat (hukum
perdata) dan hukum publik. Sama halnya dengan hukum adat di Indonesia, hukum
Islam tidak membedakan hukum privat dan hukum publik. Pembagian bidang
bidang kajian hukum Islam lebih dititikberatkan pada bentuk aktivitas manusia
dalam melakukan hubungan. Dengan melihat bentuk hubungan ini, dapat
diketahui bahwa ruang lingkup hukum Islam ada dua, yaitu hubungan manusia
dengan Tuhan (hablum minallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya
1
Kata din ditemukan di banyak ayat, tetapi yang terkait erat dengan pembahasan ini terutama All
Imran (3): 9 dan 85, an-Nisaa (4): 125, serta al- Maaidah (5): 3.

8
(hablum minannas). Bentuk hubungan yang pertama disebut "ibadah" dan bentuk
hubungan yang kedua disebut "muamalah".
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup atau
bidang-bidang kajian hukum Islam ada dua, yaitu bidang ibadah dan bidang
muamalah. Kedua bidang hukum ini akan diuraikan lebih jauh pada pembahasan
selanjutnya.
2. Ibadah
Secara etimologis kata Ibadah berasal dari bahasa Arab al ibadah, yang
merupakan masdar (mashdar) dari kata kerja abada- ya'budu yang berarti
'menyembah' atau 'mengabdi. Sedang secara terminologis ibadah diartikan dengan
'perbuatan orang mukalaf (dewasa) yang tidak didasari hawa nafsunya dalam
rangka mengagunkan Tuhannya' (al-Jarjani, 1988: 189). Sementara itu, Hasbi ash
Shiddiegy mendefinisikan ibadah sebagai segala sesuatu yang dikerjakan untuk
mencapai keridaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat. Inilah definisi
yang dikemukakan oleh ulama fikih. Dari makna ini, jelaslah bahwa ibadah
mencakup semua aktivitas manusia baik perkataan maupun perbuatan yang
didasari dengan niat ikhlas untuk mencapai keridaan Allah dan mengharap pahala
di akhirat kelak.
3. Muamalah
Secara etimologis kata muamalah berasal dari bahasa Arab al mu'amalah
yang berpangkal pada kata dasar 'amila-ya'malu-'amalan yang berarti membuat,
berbuat, bekerja, atau bertindak (Munawwir, 1997:972). Dari kata amila muncul
kata 'amaia-yu'amilu-mu'amalah yang artinya hubungan kepentingan (seperti jual
beli, sewa, dsb. Sedangkan secara terminologis muamalah berarti bagian hukum
amaliah selain ibadah yang mengatur hubungan orang-orang mukalaf antara yang
satu dengan lainnya baik secara Individu, dalam keluarga, maupun bermasyarakat.
C. SUMBER –SUMBER HUKUM ISLAM
a. Al-Quran sebagai hukum islam
Al-quran adalah adalah firman allah yang di turunkan kepada nabi
muhammad saw,secara berangsur –ansur melalui malaikat jibril sebagai mukjizat
dan pedoman hidup umatnya dan membacanya adalah ibadah .funsi al-quran itu

9
sendiri ada 4 yaitu petunjuk ,penjelas pembeda dan obat .petunjuk artinya al-quran
merupakan suatu aturan-aturan yang harus diikuti .
Fungsi yang ke dua adalah penjelas artinya di dalam al-quran sudah di
jelaskan tentang segala sesuatu yang ditanyakan oleh manusia .al-quran di jadikan
rujuk dari semua peraturan yang dibuat oleh manusia ,jadi manusia tidak boleh
membuat aturanya sendiri tanpa ada dasar dasarnya dari al-quran. Al-quran
sebagai pembeda ,maksudnya sebagai pembeda antara yang benar dan yang salah .
pembeda antara muslim dan luar muslim ,antara nilai yang diyakini benar oleh
orang mukmin dan nilai yang dipegang oleh orang orang kufur .
Fungsi Al-quran sebagai obat tidak semua perintah dalam alquran sesuai dengan
keinginan dan kemampuan manusia ,tetapi allah menghendaki kita mengamalkan
semua firman nya tanpa terkecuali .
b. Al-sunnah sebagai sumber hukum islam
Dalam tradisi hukum islam ,hadits berarti segala perkataan ,perbuatan dan
keizinan nabi muhammad saw.akan tetapi para ulama ushul fiqih ,membatasai
pengertian hadis hanya pada ucapan ucapan nabi muhammad saw.yang berkaitan
dengan hukum .sedangkan bila mencakup ,pula perbuatan dari taqrir yang
berkaitan dengan hukum maka ketiga hal ini mereka namai dengan sunah tidak
semua perkataan nabi merupakan sumber hukum yang harus diikuti oleh
umatnya ,seperti perkataan dan perbuatan sebelum masa kerasulaan .
Seperti yang diketahui bahwa Al-quran sebagai sumber hukum
primer/utama dalam islam.akan tetapi dalam realitasnya,ada beberapa hal atau
perkara yang sedikit sekali Al-quran membicarakanya.Al-quran membicarakanya
secara gelobal saja ,atau bahkan tidak dibicaraakan sama sekali.disinilah peran
hadis sebagai tabyin atau penjelas dari AL-quraan atau bahkan menjadi sumber
hukum skunder/kedua setelah Al-quran .
c. Ijmak sebagai sumber hukum islam
Ijimak secara etimologi(bahasa) berasal dari kata ajma’a ,yajmi’u ijma’a
dengan isim maf’ul yang memiliki dua makna :
a. Ijmak secara etimologi bisa bermakna tekad yang kuat

10
Karena itu bulatkanah kepurusan dan kumpulkanlah sekutu sekutu untuk
membinasakanya (Qs.yunis 10:71)
b.ijmak secara etimologi juga memiliki makna sepakat
c.hakikat ijmak ,ijmak merupakan hukum islam ke 3 yang sah setelah al-quran
dan sunnah .tidak ada ketetapan ijmak menentang kebenaran ,kecuali tidak
sesuai dengan al-quran dan sunnah .maka suatu keutamaan bagi para ulama
ahli ijtihad untuk berjima berdasarkan al-quran dan sunnah .
d.peran ijmak dalam penetapan hukum
ijmak memiliki bobot yang kuat dalam menetapkan hukum-hukum yang
bersifat ijtihadiyah setelah al-quran dan sunnah karena jimak berdasarkan dalil
syari’i baik secara eksplisit maupun secara implisit.
5. Kedudukan Dan Strategi Hukum Islam Dalam Positivisasi Hukum Di
Indonesia
Diskursus tentang kedudukan dan strategi hukum islam dalam positivisasi
hukum di Indonesia selalu terkait dengan masalah pergumulan hukum Islam
dalam politik hukumera reformasi merupakan upaya pembangunan hukum demi
terwujudnya hukum nasional yang sesuai kepentingan nasional, dengan
penyusunan materi hukum secara menyeluruh bersumber pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945dengan spirit
Islam. Karena itu, penyusunan Program Legislasi Nasional merupakan upaya
pergantian peraturan perundang-undangan yang bersumber Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945dan merupakan upaya
cerdas dalam mewujudkanhukum yang dijiwai oleh nilai-nilai nasional dan
keagamaan bangsa Indonesia. Kedudukan hukum Islammenegaskan nilai hukum
Islam sebagai nilai mayoritas di Indonesia berdasarkan politik hukum era
reformasi mempunyai peluang besar dalam konteks pembangunan demokrasi
pancasila melalui pendekatan akademik keilmuan.Berdasarkan kedudukanya,
hukum Islam memiliki prospek yang cerah karena memilikikarakter
hukumresponsif. Sistem hukum Barat/kolonial sudah tidak berkembang, jumlah
penduduk mayoritas beragama Islam, politik
pemerintahmendukungberkembangan hukum Islam, dan hukum Islam menjadi

11
salah satu sumber bahan baku dalam pembentukan hukum nasionaldi samping
hukum adat dan hukum Barat/kolonial.Berangkat dari kerangka pikir demikian,
maka strategihukum Islam secara sederhana dapat dijelaskan bahwa Negara tidak
dapat membuat hukum yang mewajibkan Islam(memberlakukan)hukum agama
tertentu, tetapi negara dapat membuat aturan yangmengaturpelaksanaan hukum
agama yang telah dilaksanakan atas kesadarannya sendiri oleh para penganutnya.
Sehingga hukum-hukumyang dibuat negara atas dasar agama berdasar terbatas
padamelayanidan melindungi atas kesadaran yang tumbuh sendiri daripemeluknya
agar tidak terjadi konflik diantara umat beragama.Selain ituasas kebinnekaan di
Indonesia serta era reformasi sesuai perkembanganpolitik hukum nasional dan
juga Undang-UndangNomor12 Tahun 2011tentang Pembentukan Perundang-
Undangan menegaskan bahwa kedudukanPeraturan Daerah (Perda) misalnya,
sangat kuat sejalandengan pemberian kedudukan kepadakepala daerah. Perlu
dicatatbahwa Orde Baru secara substantif sebenarnya tidak ada otonomidaerah,
tetapi desentralisasi yang sentralistis.Daerah tidak dapatmenentukan kepala
daerahnya sendiri secara demokratis, DPRD dijadikansubordinasi pemerintah
daerah,kekayaan ekonomi daerahdisedothabis untuk kepentingan politik pusat.
Sedangkan reformasisemua sudah ditata ulang sesuai dengan semangat
demokratisasi.Otonomi luas yang kemudian dianut dalam UU No. 22 tahun
2009untuk kemudian semangat ini diperkuat dengan masuknya otonomiluas
dalam amandemen atas Pasal 18 UUD 1945, bahkan otonomiluas yang
menekankan pada demokratisasi diperkuat dengan lahirnyaUU No. 32 Tahun
2004 dan dikuti UU No. 22 Tahun 2009tentang Pemerintahan
Daerah.Sedangkandalam konteks strategi hukum Islam, pakar hukum sepakat
bahwa agama secara politik mempunyai peran penting dalam perubahan sosial
masyarakat.Peran tersebut terutamasebagai faktor penyatu integrator bagi tatanan
kehidupanberdasarkankehendak mayoritas.Peran agama dalam menciptakanikatan
bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakatmaupun dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantumempersatukankepentingan mereka
sangat menentukanpolitik.Selainitu nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem
kewajibansosial bersamakelompok-kelompok keagamaan perlu

12
diakomodirsehinggaagama menjamin konsensus menuju kesatuan
politik.Argumentasiini semakin diperkuat dengan konsep sakral berupa nilai-nilai
keagamaansehingga agama tidak mudah digoyang,dirubah karena
memilikiotoritas yang kuat di tengah sosial masyarakat.Secara sosiologis, agama
juga mempunyai pengaruh besar dalam perubahan suatu masyarakat.Agama bisa
menjadi penyatuatau sebaliknya dalam konteks pembangunan sosial
masyarakat.Dalam konteks positivisasi hukum Islam, nampak bahwa nilaiagama
memiliki peran yang urgen tidak hanya bagi individutetapi sekaligus bagi
masyarakat.Bagi individu, agama berperandalam mengidentifikasikan individu
dengan kelompok, menghiburketika dilanda kecewa, memperkuat moral, dan
menyediakanunsur-unsur identitas.Sedangkan bagi kehidupan2,agama berfungsi
menguatkan kesatuan dan stabilitas masyarakatdengan mendukung pengendalian
sosial, menopang nilai-nilai dan tujuan yang mapan, dan menyediakan sarana
untuk mengatasi kesalahandan keterasingan. Dengan modelstrategi penyatuan
pengaruhagama terhadap fenomena sosial yang melahirkan suatu tradisiyang
bersifat nasional tersebut akan berpengaruh secara sinergisterhadap prospek
hukum Islam di Indonesia didukung oleh politikhukum nasionalyang secara
yuridis dibangun melauiProgram Legislasi Nasional (PROLEGNAS). Dengan
demikian kedudukan dan strategi hukum Islam merupakan salah satu persoalan
yang sangat penting dalam pembangunan hukum Islam dan
perkembanganpemikiranyang terjadi antarafilsafat dan agama-hukum Islam,
karena keduanya terkaitperkembanganmetode dan makna ijtihad yang kemudian
menjadi fiqhsecara aktual yang bersifat transformatif dan akomodatif
terhadapdinamika sosial di Indonesia. Pemikiran yang berkembang
sangatdipengaruhi beberapa faktor yang saling berkelindan, kait mengaitantara
keyakinan agama dan pemikiran/rasionalisasi terhadap perkembangansosial
masyarakat Indonesia yang terus mengalamiperkembangantermasuk hukum Islam
sebagai upaya positivisasi.Selain itu perdebatan pemikiran seputar hukum Islam
yang mana,dengan ijtihad dan metode seperti apa juga sangat
mempengaruhiterhadap upaya transformasi hukum Islam di Indonesia sesuai

2
Kedudukan Dan Strategi Hukum IslamYudisia Vol. 10 No. 1 , Juni 201977bermasyarakat

13
politikhukum nasionalyang akomodatif terhadap aspirasi dankebutuhan
masyarakat khususnya sesuai amanat UU No. 12 Tahun2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yangmenegaskan perlunya aspirasi
dan kebutuhan hukum masyarakatsesuai dengan kedudukan dan strategi hukum
islam di Indonesia.3

3
Kedudukan Dan Strategi Hukum IslamYudisia Vol. 10 No. 1 , Juni 201977bermasyarakat

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kedudukandan strategi hukum Islammenuju hukum nasional serta menjadi
hukum positif penuh tantangan dan perjuangan berat dan tentu memantik
kontroversial secara berkelanjutandari masa ke-masa. Potret kedudukan hukum
Islam ragam strateginya serta penjelasan tentang hukum Islam Indonesia memberi
corak khusus padapemikiran hukum Islam di Indonesia. Kedudukan hukum Islam
menjadi bagian dari bahan baku hukum nasionalbisa dikelola secara pluralis
kebinnekaandengan bersandingan dengan hukum lain yang tumbuh berkembang
di Indonesia. Pluralitas hukum Indonesia yang merupakan keniscayaan menjadi
mitrayangpositif saling melengkapi bagi hukum Islam menuju positivisasi hukum
hukum secara nasional.Adapun strategi yang dilakukan hukum Islam
adalahmenyatukan persepsiterutama bidang fiqhyang merupakan substansi dari
ajaran ajaran Islam berupa nilai universalitaskemanusiaan yang ada dalam Islam
sepertikeadilan, kejujuran, persamaan keseimbangan dan sejenisnya. Dengan
kedudukan dan strategi hukum Islam demikian dapat memberi sekaligus menjadi
peluang besar bagi hukum Islam Indonesia untuk merangsek masuk dalam
mewarnai pembangunan hukum nasional melalui proses positivisasi hukum Islam
di Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Arifin, Busthanul. 1996, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia Akar


SejarahHambatan dan Prospeknya, Jakarta: Gema Insani Press.Ash-
Shiddieqy, Hasbi. 1975, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bulan
Bintang.Azizy, A. Qodri. 2003, Eklektisisme Hukum Islam, Kompetisi
Hukum Islam dan HukumUmum, Jakarta: Gama Media.
2. Kajian Hukum Islam bab 7.
3. Tamrin, Dahlan Tamrin dalam M. Shohibul Itman. 2015, Positivasi
Hukum Islamdi Indonesia, Ponorogo: STAIN Press

16

Anda mungkin juga menyukai