Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Dosen Pengampu :

Cholid Fadil,S.Sos.I,M.PD.I

DISUSUN OLEH:

Mahendra Rizky Putra Pertama (22042010154)

Kevira Eris Andini (22042010179)

Clarissa Diva Elvarreta (22042010180)

Rizky Tri Syah Putra (22042010202)

UPN VETERAN JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ADMINISTRASI BISNIS

2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan hikmah, hidayah,
kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “Hukum, HAM, dan
Demokrasi dalam Islam” ini dapat terselesaikan. Kami juga berterima kasih kepada Bapak
Cholid Fadil,S.Sos.I,M.PD.I yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan penilaian
untuk mata kuliah Agama ini.

Dalam makalah ini kami akan membahas masalah mengenai “Hukum, HAM, dan
Demokrasi dalam Islam”. Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini
jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun menuju kesempurnaan
dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Surabaya, September 2022

Tim penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………..………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….2
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..………….3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….4
BAB II. PEMBAHASAN…………………………………………………………………….5
2.1 Hukum Islam………………………………………………………………………………5
2.1.1 Pengertian Hukum Islam……………………………………………………………..5
2.1.2 Ruang Lingkup Hukum Islam………………………………………………………..6
2.1.3 Tujuan Hukum
Islam………………………………………………………………….7
2.1.4 Sumber Hukum Islam…………………………………………………………………
9
2.1.5 Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam…………..9
2.2. Hak Asasi Manusia………………………………………………………………………11
2.3 Demokrasi Dalam Islam………………………………..…………………………………
11
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………….13
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam sebagai agama bagi orang yang percaya bahwa konsep Islam adalah way of life
yang bearti pandangan hidup. Menurut para pengikutnya, Islam adalah konsep lengkap
yang mengatur setiap aspek kehidupan manusia. Demikian pula dalam mengatur hak
asasi manusia, Islam juga memiliki kepentingan terhadap hak asasi manusia. Islam
adalah agama Ramatan Lil Aramin yang berarti agama rahmat bagi semua alam. Bahkan
dalam ketidakadilan sosial sekalipun Islam pun mengatur mengenai konsep kaum
mustadhafin yang harus dibela.
Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat tersendiri
dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam sebenarnya
yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena dalam demokrasi,
pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang spesial. Berbagai macam
pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan didalamnya konsep
tentang penegakan HAM.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam, banyak
pengertian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan politik.
Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami
yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma’), dan penilaian
interpretative yang mandiri (ijtihad).
Hukum, Hak Asasi Manusia, dan demokrasi merupakan tiga konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi
adalah adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).
Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum
ditegakkan.

3
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dapat difokuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana hukum dalam Islam?
2. Bagaimana Hak Asasi Manusia dalam Islam?
3. Bagaimana demoktrasi dalam Islam?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu hukum, HAM, dan demokrasi.
2. Mengetahui apa itu hukum, HAM, dan demokrasi dalam pandangan Islam.
3. Mengetahui perbedaan antara hukum, HAM, dan demokrasi umum dengan
pandangan Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Hukum Islam
2.1.1 Pengertian Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh wahyu Allah, yang sekarang
termasuk dalam Al-Qur'an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai
utusannya melalui Sunnahnya. Dapat juga diartikan sebagai hukum yang
berasal dari dan menjadi bagian dari Islam. Itu tidak hanya mendefinisikan
hubungan Anda dengan orang lain dalam masyarakat, orang-orang dengan
benda-benda, alam semesta, tetapi juga dengan Tuhan.
Kata “hukum” yang digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini berasal dari
kata bahasa Arab “hukum”. Dengan kata lain, norma atau aturan adalah
ukuran, standar dan pedoman yang digunakan untuk mengevaluasi tindakan
dan tindakan orang dan benda. Hubungan antara istilah hukum Indonesia
tersebut di atas dengan hukum normatif Arab sangatlah erat. Semua peraturan,
terlepas dari jenis atau sumbernya, mengandung norma atau aturan pada
intinya. Dalam yurisprudensi Islam, aturan-aturan ini disebut hukum. Itulah
sebabnya, dalam bahasa sehari-hari, kita berbicara tentang hukum benda dan
tindakan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, yang dimaksud dengan tolak
ukur, tolak ukur, aturan atau ukuran yang berkaitan dengan suatu tindakan atau
objek (Mohammad Daud Ali, 1999: 39). Dalam Islam, hukum Islam dikenal
sebagai Syariah. Sya'riat berarti jalan etimologi dan Hukum Islam berarti jalan
lurus yang ditempuh seorang muslim. Menurut istilah Syariah berarti aturan
atau hukum yang diturunkan oleh Allah untuk mengatur semua aspek
kehidupan manusia sebagai hamba Allah, individu, warga negara dan subjek
alam semesta. Syariah adalah dasar dari fiqh. Pada prinsipnya, Syariah adalah
wahyu Allah yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Syariah
bersifat fundamental, cakupannya lebih luas dari fiqh, lebih abadi, dan
menunjukkan kesatuan Islam. Fiqh adalah pemahaman manusia yang
memenuhi persyaratan Syariah. Oleh karena itu ruang lingkupnya terbatas
pada hukum yang mengatur perilaku manusia, dan karena itu adalah karya

6
manusia, tidak abadi, dapat berubah dari waktu ke waktu, dan mungkin
berbeda dari tempat lain, tercermin di sekolah. fikih dengan demikian
menunjukkan keragaman hukum Islam. (Mohammad Daud Ali, 1999:45-46).
Sebagai suatu sistem hukum, hukum Islam tidak dapat dan tidak boleh
disamakan dengan sistem hukum lain yang pada umumnya timbul sebagai
akibat dari konvensi-konvensi sosial atau pemikiran dan budaya manusia pada
suatu titik waktu tertentu. Tidak seperti sistem hukum lainnya, hukum Islam
bukan hanya hasil pemikiran yang dipengaruhi budaya manusia di suatu
tempat, tetapi prinsip-prinsipnya ditetapkan oleh Tuhan melalui wahyu ilahi
yang tersedia saat ini.

2.1.2 Ruang Lingkup Hukum Islam

Hukum islam baik dalam pengertian syari’at maupun fiqih dibagi menjadi dua
bagian besar, yakni:

a. Ibadah
Ibadah merupakan bentuk penghambaan diri seorang manusia kepada
Allah SWT, dan ibadah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Ibadah Secara Etimologi
Kata Ibadah bentuk isim mashdar atau kata benda yang berasal dari
bahasa Arab yakni ‘Abada-Ya’budu’-‘Ibadatan wa ‘Ubudiyyatan, yang
memiliki arti beribadah, menyembah, mengabdi kepada Allah SWT. Atau
dengan kata lain al-Tanassuk dengan arti beribadah.
2. Ibadah Secara Terminologi
Ibadah secara terminologi sebagaiman disebutkan oleh Yusuf al
Qardhawi yang mengutip pendapat Ibnu Taimiyah bahwa ibadah adalah
puncak ketaatan dan ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta
yang tulus dan sungguh - sungguh yang memiliki urgensi yang agung
dalam Islam dan agama karena ibadah tanpa unsur cinta bukanlah ibadah
yang sebenar-benarnya.
b. Muamalah
Muamalah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu ‘Amala-
Yu’amilu -Mu’amalatan wa ‘Imalan,yang memiliki arti berinteraksi,

7
bekerja. Sedangkan pengertian muamalah secara terminologi memiliki
beberapa pengertian, yaitu:
1. Muamalah adalah hubungan antara manusia dalam usaha mendapatkan
alat-alat kebutuhan jasmaniah dengan cara sebaik-baiknya sesuai
dengan ajaran-ajaran dan tuntutan agama.
2. Muamalah adalah hukum yang mengatur hubungan individu dengan
individu lain, atau individu dengan negara Islam, dan atau negara Islam
dengan negara lain.
3. Muamalah adalah peraturan-peraturan yang harus diikuti dan ditaati
dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.

2.1.3 Tujuan Hukum Islam


Tujuan Hukum Islam secara umum adalah “Dar-ul mafaasidi wa jalbul
mashaalihi” (mencegah terjadinya kerusakan dan mendatangkan
kemaslahatan). Yakni mengarahkan manusia pada kebenaran untuk mencapai
kebahagiaan hidup mereka dunia dan akhirat, dengan jalan mengambil segala
yang manfaat dan mencegah atau menolak yang madlarat, yang tidak berguna
dalam kehidupan manusia. Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima tujuan
hukum Islam (maqashid al-khamsah), yaitu :
a) Memelihara Agama.
Agama adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap manusia agar
martabatnya dapat terangkat lebih tinggi dari martabat makhluk lain dan
memenuhi hajat jiwanya. Beragama merupakan kebutuhan manusia yang
harus dipenuh, karena agamalah yang dapat menyentuh nurani manusia.
Agama Islam harus terpelihara dari ancaman orangorang yang merusak
akidah, syariah dan akhlak atau mencampuradukkan ajaran Islam dengan
paham/aliran yang batil. Agama Islam memberi perlindungan kepada
pemeluk agama lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinan
agama Islam tidak memaksakan pemeluk agama lain meninggalkan
agamanya untuk memeluk agama Islam, sebagaimana disebutkan dalam Al
Qur’an surat Al-Baqarah : 256.

8
b) Memelihara Jiwa.
Menurut hukum Islam jiwa harus dilindungi. Untuk itu hukum Islam
wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya. Islam melarang pembunuhan sebagai upaya menghilangkan
jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh
manusia untuk mempertahankan kemaslahatan hidupnya (QS. 6: 151, QS.
17: 33, QS. 25: 68).
c) Memelihara Akal
Islam mewajibkan seseorang untuk memelihara akalnya, karena akal
mempunyai peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia.
Dengan akal manusia dapat memahami wahyu Allah baik yang terdapat
dalam kitab suci (ayat-ayat Qauliyah) maupun yang terdapat pada alam
(ayat-ayat Kauniyah). Dengan akal manusia dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Seseorang tidak akan dapat menjalankan
hukum Islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal yang
sehat. Untuk itu Islam melarang meminum minuman yang memabukkan
(khamar) dan memberi hukuman pada perbuatan orang yang merusak akal.
(QS. 5: 90).
d) Memelihara Keturunan.
Dalam hukum Islam memelihara keturunan adalah hal yang sangat
penting. Karena itu untuk meneruskan keturunan harus melalui perkawinan
yang sah menurut ketentuan yang ada dalam Al Qur’an dan As-Sunnah dan
dilarang melakukan perbuatan zina. Hukum kekeluargaan dan hukum
kewarisan yang ada dalam Al Qur’an merupakan hukum yang erat
kaitannya dengan pemurnian keturunan pemeliharaan keturunan. Dalam
Al-Qur’an dan Sunnah hukum-hukum yang berkenaan dengan masalah
perkawinan dan kewarisan diterangkan secara tegas dan rinci. (Lihat, QS.
17: 32).
e) Memelihara Harta.
Menurut ajaran Islam harta merupakan pemberian Allah kepada
manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai
khalifah di bumi dilindungi haknya untuk memperoleh harta dengan cara-
cara yang halal, sah menurut hukum dan benar menurut ukuran moral.

9
Pada prinsipnya hukum Islam tidak mengakui hak milik seseorang atau
atas sesuatu benda secara mutlak, karena kepemilikan atas suatu benda
hanya ada pada Allah. Namun karena diperlukan adanya suatu kepastian
hukum dalam masyarakat, untuk menjamin kedamaian dalam kehidupan
bersama, maka hak milik seseorang atas suatu benda diakui. (Anwar
Haryono, 1968: 140).
Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh hukum Islam yang
ditatapkan oleh Allah adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
itu sendiri, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dlorori,
haaji, dan tahsini).

2.1.4 Sumber Hukum Islam


Sumber hukum Islam dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Al-Qur’an adalah Firman Allah (Kalamullah) bernilai mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai penutup di antara para nabi dan
para rasul dengan pelantara malaikat Jibril yang tertulis di dalam mushaf,
dikutip secara mutawatir, dan membacanya bernilai ibadah, dimulai dengan
surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat Al-An’am ayat 38 yang artinya “Kami tidak melupakan
sedikitpun pun dari al-Kitab (Al-Qur’an), kemudian kepada Tuhan mereka
dikumpulkan”.
b. Hadis adalah identik dengansunnah yakni segala sesuatu yang berasal
dari rasul berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat akhlak, tabi’at dan
perjalanan rasul baik sebelum diangkat menjadi rasul seperti bertahanus di gua
hiro atau setelah diangkat menjadi rasul.
c. Ijtihad adalah mengerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan
suatu kepastian hukum dengan mengacu kepada prinsip-prinsip pokok ajaran
Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Sunnah.Atau mengerahkan
segenap kemampuan dalam memperhatikan dalil-dalil syar’i(agama) untuk
dijadikan sebagai istinbat hukum syar’i (agama).

2.1.5 Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum


Islam.

10
Hukum islam ada dua sifat, yaitu:
1. Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah
sepanjang masa
2. At-tathawwur (berkembang), hukum islam tidak kaku dalam berbagai
kondisi dan situasi sosial.

Dilihat dari sketsa historis, hukum islam masuk ke indonesia bersama


masuknya islam ke Indonesia pada abad ke 1 hijriyah atau 7/8 masehi.
Sedangkan hukum barat baru diperkenalkan VOC awal abad 17 masehi.
Sebalum islam masuk Indonesia, rakyat Indonesia menganut hukum adat yang
bermacam-macam sistemnya dan sangat majemuk sifatnya. Namun setelah
islam datang dan menjadi agama resmi di berbagai kerajaan nusantara, maka
hukum islam pun munjadi hukum resmi kerajaan-kerajaan tersebut dan
tersebar menjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Secara yuridis formal, keberadaan negara kesatuan Indonesia adalah diawali


pada saat proklamasi 17 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945
kemudian diakui berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat itulah
keinginan para pemimpin islam untuk kembali menjalankan hukum islam bagi
umat islam berkobar.

Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadaran berhukum islam


untuk pertama kali pada zaman kemeerdekaan adalah di dalam Piagam Jakarta
22 juni 1945 , yang di dalam dasar ketuhanan diikuti dengan pernyataan
“dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Tetapi dengan pertimbangan untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
akhirnya mengalami perubahan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang rumusan
sila pertamanya menjadi “ketuhanan yang maha esa”.

Meskipun demikian, dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan,


hukum islam telah benar-benar memperoleh tempat yang wajar secara
kontitusional yuridis.

11
Dengan demikian kontribusi umat islam dalam petrumusan dan penegakan
hukum sangat besar. Adapun upaya yang harus dilakukan untuk penegakan
hukum dalam praktek bermasyarakat dan bernegara yaitu melalui proses
kultural dan dakwah. Apabila islam telah menjadikan suatu keebijakan sebagai
kultur dalam masyarakat, maka sebagai konsekuensinyahukum harus
ditegakkan. Bila perlu “law inforcement” dalam penegakkan hukum islam
dengan hukum positif yaitu melalui perjuangan legislasi. Sehingga dalam
perjaalananya suatu ketentuan yang wajib menurut islam menjadi wajib pula
menurut perundangan.
2.2Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia
semenjak ia berada dalam kandungan sampai meninggal dunia yang harus mendapat
perlindungan. Istilah HAM menurut Tolchach Mansoer mulai populer sejak lahirnya
Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember 1948. Walaupun ide HAM
sudah timbul pada abad ke 17 dan ke 18 sebagai reaksi terhadap keabsolutan raja-raja dan
kaum feodal di zaman itu. Ide hak asasi manusia juga terdapat dalam Islam. Hal ini dapat
dilihat dalam ajaran tauhid. Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat
dari sudut pandangan Barat dan Islam.

Hak asasi manusia menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat antroposentris artinya
segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat dipentingkan.
Sedangkan dalam Islam hak-hak asasi manusia bersifat teosentris artinya segala sesuatu
berpusat pada Tuhan. Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan. Pemikiran barat
menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang menjadi tolak ukur segala
sesuatu, maka di dalam Islam melalui firman-Nya, Allahlah yang menjadi tolak ukur
sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

Oleh karena itu dalam Islam hak-hak asasi manusia tidak hanya menekankan kepada hak-
hak manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi oleh kewajiban asasi untuk mengabdi
hanya kepada Allah sebagai penciptanya. Aspek khas dalam konsep HAM Islami adalah
tidak adanya orang lain yang dapat memaafkan pelanggaran hak-hak jika pelanggaran itu
terjadi atas seseorang yang harus dipenuhi haknya.
2.3Demokrasi dalam Islam

12
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, Demos berarti rakyat, dan kratein bermakna
kekuasaan. Karena kekuasaan itu ada di rakyat, maka rakyatlah yang berdaulat, oleh
karena itu demokrasi diartikan dengan kedaulatan rakyat.
Kedaulatan mutlak dan Ke-Esaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan
peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan kerangka yang
dengannya para cendekiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang
dapat dianggap demokratis. Di dalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan
terhadap kadaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat manusia, dan kewajiban
rakyat sebagai pengemban pemerintah.
Penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam, banyak memberikan
perhatian pada beberapa aspek khusus dari ranah social dan politik. Demokrasi Islam
dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama
berurat berakar yaitu:
1. Musyawarah (syura)
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia. Oleh
karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin terutama dalam
doktrin musyawarah. Hal ini disebabkan menurut ajaran Islam, setiap muslim yang
dewasa dan berakal sehat, baik pria mauoun wanita adalah khalifah Allah di bumi.
Dalam bidang politik, umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada
penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan dalam menangani masalah negara.
Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyyah,
dalam surat Al-syura ayat 3 : “Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka”.(QS Asy-Syura : 38).
2. Persetujuan (ijma)
Ijma atau konsensus telah lama diterima sebagai konsep pengesahan resmi dalam
hukum Islam. Konsensus memainkan peranan yang menentukan dalam
perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan pemikiran sangat besar
pada korpus hukum atau tafsir hukum.
Konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif bagi
demokrasi Islam modern. Konsep konsensus memberikan dasar bagi penerimaan
sistem yang mengakui suara mayoritas. Atas dasar inilah konsensus dapat menjadi
legitimasi sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam.
3. Penilaian interpretative yang mandiri (itjihad)
Upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu
tempat atau waktu. Tuhan hanya mewahyukan prinsip-prinsip utama dan memberi
manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dengan arah yang
sesuai dengan semangat dan keadaan zamannya. Itjihad dapat berbentuk seruan untuk
melakukan pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis,
pendekatan kitalah yang telah menjadi statis. Oleh karena itu sudah selayaknya
dilakukan pemikiran ulang yang mendasar untuk membuka jalan bagi munculnya
eksplorasi, inovasi dan kreativitas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musyawarah, konsensus dan itjihad
merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi demokrasi Islam dalam
kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya.
Sehingga antara hukum, Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan tiga konsep
yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi adalah
adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Demokrasi

13
akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan
pemeunuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum ditegakkan,
karena Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam
mengandung ajaran tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam
pengembangan sistem politik Islam.

14
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama, jiwa,
akal, keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada pemeliharaan
agama, menjamin, menjaga dan memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara
kemurnian akal sehat dan menjaga ketertiban keturunan manusia serta menjaga
hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan hidup umat manusia.
2. Hak Asasi Manusia menurut pemikiran barat semata-mata bersifat antroposentris,
artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia, sehingga manusia sangat
dipentingkan. Sedangkan ditilik dari sudut pandang Islam bersifat teosentris,
artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan, sehingga Tuhan sangat
dipentingkan.
3. Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan tiga konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya
demokrasi adalah adanya penegakan hukum dan perlindundgan Hak Asasi
Manusia (HAM). Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga
masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akan
terwujud apabila hukum ditegakkan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Hayatunisa, G. & Saripah, N. (2016). Hukum Islam, Hak Asasi Manusia, Dan Demokrasi
Dalam Islam. (Makalah, Universitas Lambung Mangkurat). Banjar Baru. Diakses dari
https://www.academia.edu/30824070/MAKALAH_HUKUM_ISLAM_HAK_ASASI
_MANUSIA_DAN_DEMOKRASI_DALAM_ISLAM

Nurel, G. (2017). Hukum, Ham Dan Demokrasi Dalam Islam. Pekanbaru. Diakses dari
https://www.academia.edu/38566414/Hukum_HAM_dan_Demokrasi_dalam_Islam

Rohmansyah. (2017). Fiqh Ibadah Dan Mu’amalah. Yogyakarta: LP3M.

16

Anda mungkin juga menyukai