Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MASAIL FIKHIYYAH

HUKUM ISLAM, PROBLEMATIKA SOCIAL, KAIDAH-KAIDAH


HUKUM ISLAM

Dosen Pengampu: Abdul Azis Khoiri, M.PD.

Disusun Oleh Kelompok: I


Aulia Amdini Ingratubun
Nurul Huda
Musliadi

MATA KULIAH HUKUM PERKAWINAN


PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SORONG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah Swt., yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Yang senantiasa melimpahkan segala nikmat dan pertolongan-Nya. kepada
penulis berkat izin dari-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah masai
fikhiyyah. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Semoga kita termasuk umatnya yang mengikuti perintah-Nya dan mendapatkan
syafa’at darinya pada hari kiamat kelak. Makalah dengan judul “HUKUM
ISLAM, PROBLEMATIKA SOCIAL, KAIDAH-KAIDAH HUKUM ISLAM”
yang di berikan kepada kelompok kami, melalui upaya yang melelahkan dan
penuh semangat alhamdulillah makalah ini telah selesai disusun guna memenuhi
salah satu syarat tugas mata kuliah masail fikhiyyah. Penulis tentunya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan.

Sorong, 24 september 2024

Penyusun
Kelompok 2

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................4
1.2.1 Apa itu hukum islam?..............................................................................4
1.2.2 Apa itu problematika sosial?....................................................................4
1.2.3 Apa kaidah hukum islam?........................................................................4
1.3 TUJUAN MASALAH....................................................................................4
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu hukum islam..................................................4
1.3.2 Untuk mengetahui problematika sosial...................................................4
1.3.3 Untuk mengetahui kaida hukum islam....................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Hukum Islam..................................................................................................5
2.1.1 Pengertian Hukum Islam.........................................................................5
2.1.2 Prinsip-Prinsip Hukum Islam..................................................................5
2.1.3 Asas-Asas Hukum Islam..........................................................................6
2.1.4 Tujuan Hukum Islam...............................................................................6
2.1.5 Sumber Hukum Islam..............................................................................7
2.2 Problematika Sosial........................................................................................7
2.2.1 Teori problematika sosial.........................................................................7
2.2.2 Faktor penyebab masalah sosial..............................................................8
2.2.3 Contoh masalah sosial di masyarakat......................................................8
2.3 Kaidah Hukum Islam......................................................................................9
2.3.1 Definisi kaidah hukum islam...................................................................9
2.3.2 Beberapa Kaidah Hukum Islam...............................................................9
2.3.3 Penerapan Kaidah-kaidah Hukum Islam...............................................10
2.4 Hubungan antara hukum Islam, problematika sosial, dan kaidah-kaidah
hukum Islam.......................................................................................................11
BAB III KESIMPULAN........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

II
III
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Hukum Islam, juga dikenal sebagai Syariah, adalah sistem hukum
yang didasarkan pada ajaran agama Islam. Hukum Islam mengatur
berbagai aspek kehidupan umat Muslim, termasuk urusan pribadi, sosial,
ekonomi, dan politik. Latar belakang hukum Islam dapat ditelusuri ke
Kitab Suci Islam, yaitu Al-Qur'an, serta ajaran dan praktik Nabi
Muhammad yang terdapat dalam Hadis.
Hukum Islam berusaha mengatasi berbagai problematika sosial
dalam masyarakat Muslim. Beberapa masalah sosial yang sering dihadapi
dan diatur oleh Hukum Islam antara lain: Perkawinan, Keluarga,
Kekerasan dalam Rumah Tangga, Keadilan Sosial, Perdagangan, dan
Keuangan.
Hukum Islam mengandalkan beberapa kaidah dasar dalam
menetapkan hukum, Beberapa kaidah hukum Islam yang penting antara
lain: Al-Qur'an dan Hadis, Ijtihad, Maslahah Mursalah, Istihsan, Urf , dan
Qiyas Kaidah ini mengizinkan deduksi hukum berdasarkan perbandingan
dengan kasus-kasus yang telah diatur dalam Al-Qur'an dan Hadis.
Ketiga latar belakang, problematika sosial, dan kaidah-kaidah
hukum Islam tersebut saling terkait dan membentuk landasan dalam
menjalankan sistem hukum Islam. Namun, perlu dicatat bahwa interpretasi
dan aplikasi hukum Islam dapat bervariasi tergantung pada perbedaan
pemahaman dan konteks sosial yang berbeda.

I.2 RUMUSAN MASALAH


I.2.1 Apa itu hukum islam?
I.2.2 Apa itu problematika sosial?
I.2.3 Apa kaidah hukum islam?

I.3 TUJUAN MASALAH


I.3.1 Untuk mengetahui apa itu hukum islam
I.3.2 Untuk mengetahui problematika sosial
I.3.3 Untuk mengetahui kaida hukum islam
I.3.4

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Hukum Islam


II.1.1 Pengertian Hukum Islam
Hukum Islam merupakan rangkaian dari kata “hukum” dan kata
“Islam”. Kedua itu secara terpisah, merupakan kata yang digunakan
dalam bahasa Arab dan terdapat dalam Al-Qur’an, juga berlaku dalam
bahasa Indonesia. “hukum Islam” sebagai suatu rangkaian kata telah
menjadi bahasa Indonesia yang hidup dan terpakai. Dalam bahasa
Indonesia kata ‘hukum’ menurut Amir Syarifuddin adalah seperangkat
peraturan tentang tingkah laku manusia yang diakui sekelompok
masyarakat, disusun orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat
itu, berlaku dan mengikat untuk seluruh anggotanya1.

Bila kata ‘hukum’ menurut definisi di atas dihubungkan kepada


‘Islam’ atau ‘syara’, maka ‘hukum Islam’ akan berarti: “seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah Rasul tetang tingkah laku
manusia mukalaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang
beragama Islam.
II.1.2 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Sebenarnya, tidak ada perbedaan mendasar tentang prinsip-
prinsip hukum Islam yang dikemukakan oleh para ahli. Perbedaan
tersebut timbul dari aspek jumlah prinsip hukum Islam yang
dikemukakan para ahli tersebut. Namun, sesungguhnya esensi dan
prinsip hukum Islam adalah sama, yaitu bermuara pada prinsip hukum
Islam bertitik tolak dan prinsip akidah Islamiyah dengan sentralnya
adalah tauhid. Prinsip hukum Islam meliputi prinsip umum dan prinsip
khusus. Prinsip umum ialah prinsip keseluruhan hukum Islam yang
bersifat universal, sedangkan, prinsip khusus ialah prinsip-prinsip setiap
cabang hukum, seperti prinsip tauhid, keadilan, amar ma’ruf nahi
munkar, al-hurriyyah (kebebasan atau kemerdekaan), al-musawah
1
Amir Syarifuddin.Ushul Fiqih Jilid 1. (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 6.

2
(persamaan atau egalite), ta’awun (tolong menolong), dan tasamuh
(toleransi).
II.1.3 Asas-Asas Hukum Islam
Hukum Islam seperti hukum-hukum yang lain mempunyai asas-
asas sebagai sendi pokok dari hukum tersebut. Kekuatan sesuatu hukum,
seperti sukar-mudahnya, hidup-matinya, dapat diterima atau ditolak
masyarakat; bergantung pada asas-asasnya. Dengan demikian, asas-asas
hukum Islam mutlak dimiliki oleh hukum tersebut. Asas hukum Islam
berasal dan sumber hukum Islam, terutama Al-Quran dan hadis yang
dikembangkan oleh akal pikiran orang yang memehuhi syarat untuk
ijtihad. Asas-asas hukum Islam, di samping asas-asas hukum yang berlaku
umum, tiap-tiap bidang dan lapangan mempunyai asas sendiri-sendiri.
Asas hukum Islam diperlukan karena tidak semua pemecahan masalah
hukum atas berbagai kehidupan manusia di dunia di rinci secara jelas dan
tegas dalam Al-Quran dan sunah(Islam 1970).
II.1.4 Tujuan Hukum Islam
Tujuan Allah SWT. mensyariatkan hukumnya adalah memelihara
kemaslahatan manusia, sekaligus menghindari mafsadat, baik di dunia
maupun di akhirat. Tujuan tersebut hendak dicapai melalui perintah dan
larangan (taklif), yang pelaksanaannya bergantung pada pemahaman
sumber hukum yang utama, yaitu Al-Quran dan hadis.

Tujuan syariat Islam perlu diketahui oleh mujtahid untuk


mengembangkan pemikiran hukum dalam Islam secara umum dan
menjawab persoalan-persoalan hukum kontemporer yang kasus-kasusnya
tidak diatur secara eksplisit oleh Al-Quran dan hadis. Lebih dan itu, tujuan
hukum perlu diketahui dalam rangka mengetahui apakah suatu kasus
masih dapat diterapkan berdasarkan satu ketentuan hukum karena adanya
perubahan struktur sosial hukum tersebut dapat diterapkan. Untuk
menangkap tujuan hukum yang terdapat dalam sumber hukum, diperlukan
sebuah keterampilan yang dalam ilmu ushul fiqh disebut dengan Maqashid

3
Al-Syariah. Dengan demikian, pengetahuan Maqashid Al-Syariah menjadi
kunci bagi keberhasilan mujtahid dalam ijtihadnya.

II.1.5 Sumber Hukum Islam


Berdasarkan penelitian menurut Abdul Wahab Khalaf telah
ditetapkan bahwa dalil syara’ yang menjadi dasar pengambilan hukum
yang berhubungan dengan perbuatan manusia itu ada empat: al-Qur’an,
as-sunah, ijma dan qiyas. Dan jumhur ulama telah sepakat bahwa empat
hal ini dapat digunakan sebagai dalil, juga sepakat bahwa urutan
penggunaan dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut: pertama al-Quran,
kedua assunah, ketiga ijma, dan keempat qiyas. Yakni bila ditemukan
suatu kejadian, pertama kali dicari hukumnya dalam al-Quran, dan bila
hukumnya ditemukan maka harus dilaksanakan. Bila dalam al-Quran tidak
ditemukan maka harus dicari ke dalam sunah. Bila dalam sunah juga tidak
ditemukan maka harus dilihat, apakah para mujtahid telah sepakat tentang
hukum dari kejadian tersebut, dan bila tidak ditemukan juga, maka harus
berijtihad mengenai hukum atas kejadian itu dengan mengkiaskan kepada
hukum yang memiliki nash(Sulistiani 2018)
II.2 Problematika Sosial
II.2.1 Teori problematika sosial
Masalah Sosial bisa artikan sebagai suatu hal yang bisa
mengancam kepentingan perorangan atau kelompok, masalah sosial juga
sering diartikan sebagai satu realitas sosial yang bagi masyarakat umum
perlu adanya pembetulan atau pembenahan agar sesuai dengan hal yang
diinginkan oleh masyarakat umum. Definisi secara sosiological tentang
masalah sosial ialah pertama, masalah sosial terjadi ketika adanya satu
realitas yang muncul dan realitas itu berbeda dengan yang ideal atau yang
berada di satu masyarakat tertentu.2
Adapun defenisi masalah sosial menurut beberapa orang ahli
adalah sebagai berikut:(Mariatin, Sudjati 2019)
a.) Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial merupakan suatu
ketidaksesuaian antara unsur- unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial.
b.) Menurut Soetomo masalah sosial adalah sebagai suatu kondisi yang
tidak diinginkan oleh sebagian besar warga masyarakat.
c.) Menurut Martin S. Weinberg, masalah sosial adalah situasi yang
dinyatakan sebagai sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai oleh

2
Shelly Puspita Sari, "Mandat Pekerja Sosial untuk Melakukan Advokasi dalam
Memberikan Perlindungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia." EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan
Sosial 7. No. 1 (26 Februari 2018): 77-86, http:// scholar.archive.org

4
warga masyarakat yang cukup signifikan, dimana mereka sepakat
dibutuhkannya suatu tindakan untuk mengubah situasi tersebut.
II.2.2 Faktor penyebab masalah sosial
Pada dasarnya, permasalahan sosial merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan masalah
sosial terwujud sebagai hasil dari kebudayaan manusia itu sendiri dan
akibat dari hubungan dengan manusia lainnya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor,
yakni antara lain:
a.) Faktor ekonomis, yaitu berupa masalah kemiskinan, penganguran, dan
sejenisnya. Dalam hal ini kemiskinan dibedakan lagi menjadi dua,
yaitu kemiskinan structural dan kemiskinan absolut.
b.) Faktor biologis, merupakan masalah sosial yang didalamnya terdapat
persoalan yang harus diselesaikan terlebih dahulu, dalam masyarakat
terdapat penyakit yang bisa menuar seperti HIV Aids, SARS, Covid-
19.
c.) Faktor psikologis, seperti depresi, gangguan jiwa, stress, tekanan batin,
gila, maupun yang lainnya.
d.) Faktor sosial dan kebudayaan, seperti penceraian, masalah pelecehan
seksual, criminal, kenakalan remaja, konflik ras, krisis moneter, dan
lain sebagainya.
II.2.3 Contoh masalah sosial di masyarakat
Kepincangan-kepincangan mana yang dianggap sebagai masalah
sosial oleh masyarakat tergantung dari system nilai sosial masyarakat
tersebut. Akan tetapi ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat-masyarakat pada umumnya.
Berikut beberapa contoh masalah sosial yang ada di masyarakat, antara
lain:
a.) Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya
dalam kelompok tersebut.
b.) Kriminalitas
Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya kejahatan.
Kriminalitas adalah semua perilaku warga masyarakat yang
bertentangan dengan norma-norma hukum pidana. Kriminalitas yang
terjadi di lingkungan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik dari dalam maupun luar individu. Tindakan kriminalitas
yang ada di masyarakat sangat beragam bentuknya, seperti pencurian,

5
perampokan, pembunuhan, dan lain sebagainya. Tindakan kriminalitas
yang terjadi di masyarakat harus menjadi perhatian aparat polisi dan
masyarakat sekitar.
c.) Pengangguran
Pengangguran adalah sebuah golongan angkatan kerja yang belum
melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan uang. Pengguran tidak
terbatas pada orang yang belum bekerja. Orang yang sedang mencari
pekerjaan dan orang yang bekerja namun perkerjaannya tidak
produktif pun dapat dikategorikan sebagai pengangguran.
II.3 Kaidah Hukum Islam
II.3.1 Definisi kaidah hukum islam
Secara etimologis, kaidah berasal dari bahasa Arab qā‘idah yang
berarti asās yang berarti asas, dasar, atau fondasi baik dalam pengertian
kongkrit maupun abstrak. Bentuk jamaknya adalah qawā‘id. Usūs al-syai’
berarti ushūluh ‘dasar-dasarnya’ baik yang bersifat kongkrit seperti
tertuang dalam ungkapan qawā‘id al-bait ‘dasar-dasar rumah’, maupun
yang bersifat abstrak seperti dalam ungkapan qawā‘id al-dīn ‘tiang-tiang
agama’, qawā‘id al-‘ilm dasar-dasar ilmu.3
Secara terminologis Kaidah adalah pernyataan menyeluruh yang
mencakup seluruh bagian-bagiannya Inilah rumusan yang umumnya
dianut oleh sejumlah penulis lainnya yang memiliki substansi sesuatu yang
kulliy (menyeluruh) yang mencakup semua bagiannya. Pengertian kaidah
seperti ini, sebenarnya, juga terdapat dalam disiplin ilmu yang lain, seperti
ilmu nahw/grammer bahasa Arab dan ilmu ushul fiqh.
Kaidah hukum dalam Islam merujuk pada aturan-aturan yang
diturunkan dari sumber-sumber hukum Islam, seperti Al-Qur'an, Hadis
(ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW), Ijma' (konsensus ulama),
dan Qiyas (analogi hukum). Kaidah-kaidah ini dirumuskan untuk
memberikan pedoman dalam memahami dan mengambil keputusan
hukum yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
II.3.2 Beberapa Kaidah Hukum Islam
a.) Al-Maslaha (Kemaslahatan)
Al-Maslaha mengacu pada prinsip bahwa hukum harus melayani
kemaslahatan umat manusia dengan menjaga dan mempromosikan
kepentingan mereka. Prinsip ini mengharuskan pemahaman dan
penerapan hukum Islam yang fleksibel dan adaptif sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada setiap zaman.
b.) Al-'Adl (Keadilan)
3
Ali Ahmad al-Nadwiy, Al-Qawā‘id al-Fiqhiyyah, (Damsyiq: Dar al-Qalam, 1994), h. 39;
Lihat juga A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2006), h. 2.

6
Keadilan merupakan prinsip fundamental dalam hukum Islam.
Hukum harus ditegakkan secara adil dan merata bagi semua individu,
tanpa memandang suku, ras, agama, atau status sosial. Prinsip keadilan
ini tercermin dalam berbagai aspek hukum Islam, termasuk dalam
sistem peradilan, perlakuan terhadap orang miskin dan lemah, dan
dalam hubungan sosial secara umum.
c.) Al-I'adah (Persiapan dan Kewaspadaan)
Prinsip Al-I'adah menekankan pentingnya persiapan dan
kewaspadaan dalam menghadapi berbagai situasi. Prinsip ini meliputi
ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur persiapan dalam
menghadapi perang, bencana alam, dan keadaan darurat lainnya. Al-
I'adah juga mencakup kewajiban individu dan masyarakat untuk
mempersiapkan diri secara fisik, mental, dan spiritual.
d.) Al-Mashlahah al-Mursalah (Kemaslahatan Umum)
Kemaslahatan umum menjadi pertimbangan penting dalam
mengambil keputusan hukum dalam Islam. Prinsip Al-Mashlahah al-
Mursalah mengizinkan tindakan yang tidak secara langsung terkait
dengan nash (teks hukum), tetapi memiliki manfaat umum dan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam secara keseluruhan.
Contohnya adalah penggunaan teknologi modern dalam mengatasi
masalah sosial, ekonomi, dan kesehatan.
II.3.3 Penerapan Kaidah-kaidah Hukum Islam
Kaidah-kaidah hukum Islam menjadi pedoman dalam berbagai
aspek kehidupan sehari-hari umat Muslim. Misalnya, prinsip keadilan
diwujudkan dalam sistem peradilan Islam yang memberikan perlindungan
hukum bagi individu dan menjamin penegakan hukum yang adil. Prinsip
kemaslahatan umum tercermin dalam kebijakan publik yang didasarkan
pada kepentingan bersama dan kesejahteraan seluruh masyarakat.
Selain itu, kaidah-kaidah hukum Islam juga mempengaruhi bidang-
bidang seperti ekonomi, keluarga, dan etika. Prinsip keadilan dan
kemaslahatan umum membentuk landasan bagi sistem ekonomi Islam
yang melarang riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan mendorong
keadilan dalam distribusi kekayaan. Dalam konteks keluarga, hukum Islam
mengatur perkawinan, waris, dan hak-hak individu dengan memperhatikan
prinsip-prinsIslam memiliki beberapa kaidah hukum yang membimbing
umat Muslim dalam mengambil keputusan hukum. Beberapa kaidah
hukum Islam yang penting antara lain:
a.) Al-Maslaha (Kemaslahatan): Prinsip ini mengharuskan hukum
Islam untuk melayani kemaslahatan umat manusia. Hukum harus
mempertimbangkan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat
dalam pengambilan keputusan.

7
b.) Al-'Adl (Keadilan): Keadilan merupakan prinsip fundamental
dalam hukum Islam. Hukum harus ditegakkan secara adil dan
merata bagi semua individu tanpa memandang perbedaan suku, ras,
agama, atau status sosial.
c.) Al-I'adah (Persiapan dan Kewaspadaan): Prinsip ini menekankan
pentingnya persiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi
berbagai situasi. Hukum Islam mendorong individu dan
masyarakat untuk mempersiapkan diri secara fisik, mental, dan
spiritual.
d.) Al-Mashlahah al-Mursalah (Kemaslahatan Umum): Prinsip ini
mempertimbangkan kemaslahatan umum sebagai faktor penting
dalam pengambilan keputusan hukum. Tindakan yang memiliki
manfaat umum dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
Islam dapat diterima meskipun tidak secara langsung terkait
dengan teks hukum.
e.) Al-Waqi' (Kondisi Nyata): Prinsip ini mempertimbangkan kondisi
nyata dan konteks waktu serta tempat dalam penerapan hukum
Islam. Hukum harus relevan dengan keadaan yang ada dan dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan sosial, ekonomi, dan
teknologi.
f.) Al-Urf (Adat Istiadat): Prinsip ini mengakui adanya kebiasaan dan
adat istiadat dalam masyarakat sebagai sumber hukum yang dapat
diterima selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
g.) Al-Tasamuh (Toleransi): Prinsip toleransi mendorong sikap saling
menghormati dan hidup berdampingan antara umat Muslim dan
non-Muslim. Hukum Islam mendorong perdamaian dan kerjasama
antara umat beragama yang berbeda.
Penerapan kaidah-kaidah hukum Islam dapat ditemukan dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti sistem peradilan, ekonomi, keluarga,
etika, dan kebijakan publik. Kaidah-kaidah ini memberikan landasan untuk
menciptakan masyarakat yang adil, berkeadilan, dan berwawasan
kemaslahatan umum dalam bingkai ajaran Islam. Namun, penting untuk
dicatat bahwa interpretasi dan penerapan kaidah-kaidah ini dapat berbeda
antara negara, mazhab, dan ulama.
II.4 Hubungan antara hukum Islam, problematika sosial, dan kaidah-
kaidah hukum Islam
Hukum Islam merupakan sistem hukum yang berdasarkan pada
ajaran agama Islam, yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk
masalah sosial. Hukum Islam mengajarkan prinsip-prinsip moral dan etika
yang dianggap sebagai pedoman bagi umat Muslim dalam menjalani
kehidupan mereka.

8
Problematika sosial, seperti kemiskinan, ketidakadilan, kekerasan,
dan ketimpangan sosial, sering kali menjadi fokus perhatian dalam konteks
hukum Islam. Hukum Islam berusaha untuk menyelesaikan masalah-
masalah ini dengan menggunakan kaidah-kaidah hukum yang terdapat
dalam sumber-sumber hukum Islam, seperti Al-Qur'an dan Hadis.
Kaidah-kaidah hukum Islam meliputi prinsip-prinsip umum yang
digunakan dalam menetapkan hukum Islam. Beberapa kaidah hukum
Islam yang relevan dengan problematika sosial antara lain:
a.) Maqasid al-Shariah: Prinsip ini menekankan pada tujuan-tujuan
atau maksud-maksud dalam hukum Islam, seperti menjaga
kehidupan, agama, akal, keturunan, dan harta benda. Dalam
konteks problematika sosial, prinsip ini dapat digunakan untuk
mengatasi masalah kemiskinan, ketidakadilan, dan ketimpangan
sosial.
b.) Ijtihad: Ijtihad adalah usaha pemikiran untuk menemukan solusi
hukum terkait dengan masalah-masalah baru yang muncul. Dalam
menghadapi problematika sosial, ijtihad memungkinkan
munculnya pendekatan hukum Islam yang responsif dan relevan
terhadap kondisi sosial yang berkembang.
c.) Adil atau keadilan: Prinsip keadilan merupakan prinsip sentral
dalam hukum Islam. Hukum Islam menekankan perlunya
penerapan keadilan dalam semua aspek kehidupan sosial, termasuk
dalam penyelesaian masalah-masalah sosial.
Hukum Islam juga menyediakan kerangka kerja hukum yang
mencakup berbagai masalah sosial, seperti hukum keluarga, hukum
pidana, hukum keuangan, dan sebagainya. Hukum-hukum ini dirancang
untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang mungkin timbul dalam
masyarakat Muslim.
Namun, penting untuk diingat bahwa interpretasi dan implementasi
hukum Islam dapat bervariasi di antara berbagai mazhab dan konteks
sosial. Selain itu, dalam masyarakat yang multikultural dan multireligius,
hukum Islam juga harus berinteraksi dengan hukum sekuler dan hukum
lainnya dalam menangani problematika sosial secara holistik.

9
BAB III
KESIMPULAN

Hukum Islam, juga dikenal sebagai syariah, adalah kerangka hukum yang
didasarkan pada ajaran agama Islam. Ia mencakup berbagai aspek kehidupan,
termasuk aspek sosial, ekonomi, politik, dan hukum pidana. Dasar hukum Islam
adalah Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, serta hadis-hadis, yaitu perkataan dan
tindakan Nabi Muhammad SAW.
Hukum Islam memiliki tujuan utama untuk menciptakan keadilan,
keseimbangan, dan kemaslahatan bagi individu dan masyarakat sebagai
keseluruhan. Prinsip-prinsip hukum Islam yang mendasarinya meliputi taqwa
(ketakwaan kepada Allah), adil, keadilan, kemaslahatan umum, dan menjaga
kehidupan manusia dari bahaya dan kerugian.
Namun, dalam penerapannya, hukum Islam menghadapi berbagai
problematika sosial. Salah satu tantangan utama adalah interpretasi yang beragam
tentang hukum Islam oleh para ulama dan sarjana. Terdapat perbedaan pendapat
dalam hal penafsiran teks-teks suci dan penerapan hukum Islam dalam konteks
modern. Perbedaan ini dapat menciptakan ketidakpastian hukum dan konflik
dalam masyarakat.
Selain itu, beberapa kaidah hukum Islam juga menghadapi kritik terkait
dengan hak-hak individu, perlakuan terhadap perempuan, dan kebebasan
beragama. Beberapa negara yang menerapkan hukum Islam menghadapi
tantangan dalam menyelaraskan tuntutan hukum Islam dengan prinsip-prinsip
demokrasi dan hak asasi manusia.
Untuk mengatasi problematika sosial dan menjawab tantangan tersebut, ada
upaya yang dilakukan oleh para cendekiawan Muslim untuk mengembangkan
model hukum Islam yang kontekstual dan beradaptasi dengan zaman. Pendekatan
ini mencoba menggabungkan prinsip-prinsip hukum Islam dengan nilai-nilai
universal, menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan, kesetaraan, dan keadilan.
Kesimpulannya, hukum Islam merupakan sistem hukum yang kompleks dan
terus berkembang. Ia mencoba mengatur berbagai aspek kehidupan dengan
prinsip-prinsip keadilan dan kemaslahatan umum. Namun, penerapannya
menghadapi berbagai problematika sosial dan tantangan dalam konteks modern.
Upaya terus dilakukan untuk mengatasi perbedaan interpretasi dan
mengembangkan model hukum Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman serta
nilai-nilai universal..

10
DAFTAR PUSTAKA

Islam, A Pengertian Hukum. 1970. “Buku Ilmu Hk Islam 1.” : 1–78.


Khakim, Moh. Ataniza Izfa’ Lukmanil. 2022. “Peran Agama Dalam Penyelesaian
Masalah Sosial Pemuda Desa Sonorejo Kecamatan Grogol.” 1(1): 73.
https://etheses.iainkediri.ac.id/6920/.
Mariatin, Sudjati, Amorirullah. 2019. “E-Modul Sosiologi.” Direktorat
Pembinaan SMA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013–15.
https://www.academia.edu/13677180.
Sulistiani, Siska Lis. 2018. “Perbandingan Sumber Hukum Islam.” Tahkim
(Jurnal Peradaban dan Hukum Islam) 1(1): 102–16.
doi:10.29313/tahkim.v1i1.3174.
Islam, A Pengertian Hukum. 1970. “Buku Ilmu Hk Islam 1.” : 1–78.
Khakim, Moh. Ataniza Izfa’ Lukmanil. 2022. “Peran Agama Dalam Penyelesaian
Masalah Sosial Pemuda Desa Sonorejo Kecamatan Grogol.” 1(1): 73.
https://etheses.iainkediri.ac.id/6920/.
Bahri, S. (2011). Penerapan Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Istinbath Hukum
(Analisis Kajian Dewan Hisbah/Persis). Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 13(3),
59-74.
Djazuli, H. A. (2019). Kaidah-kaidah fikih. Prenada Media.
Yudesman, Y. (2014). Prinsip-prinsip dan Kaidah-kaidah Hukum Islam. Al-
Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, 11, 1-16.

11

Anda mungkin juga menyukai