Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

CIVIC EDUCATION

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Materi Hak Asasi Manusia

Dosen Pengampu:

Eli Wulandari, M.Pd

Disusun Oleh:

Sherly Septi Rahmawati 2211102101


Raihan Alfi Syahrin 2211102056
Sidik Rifai 2211102069

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tak
lupa pula untuk selalu memanjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang mana telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Otonomi Daerah”. Adapun makalah ini telah disusun dengan diusahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan referensi melalui internet berupa beberapa
buku dan jurnal sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah kali ini. Untuk itu tidak
lupa disampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak dan referensi-referensi yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Eli Wulandari, M.Pd yang telah membi
mbing dalam proses pembuatan makalah ini. Juga kepada teman-teman MPI lokal 3 yang tela
h mendukung dan bekerjasama dalam penyusunan makalah ini.

Namun tidak lepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa terdapat kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan
kritik dan saran guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi dan manfaat bagi pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.

Samarinda, 21 Februari 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1. HAM dalam Tinjauan Islam.......................................................................................................5
2.2. HAM dalam Perundang-undangan Nasional...............................................................................7
2.3. Pelanggaran dan bagaimana pegadilan HAM di Indonesia.........................................................8
2.4. Tanggung Jawab dalam Penegakan, Pemajuan, Perlindungan, dan Pemenuhan HAM.............11
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................12
3.2. Saran.........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) diatur dalam Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Keberadaan Pengadilan Hak Asasi
Manusia (HAM) Indonesia secara hukum "menjawab" bahwa Indonesia mampu dengan
sungguh-sungguh mengadili para pelaku pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang
berat, seperti yang diamanatkan Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia dengan berbagai
lnstrumen lnternasional tentang Hak Asasi Manusia (HAM) serta Peradilan Pidana
lnternasional.
Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia memiliki keistimewaan yaitu
menganut asas "retroaktif", yaitu mengadili pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM) yang
berat, yang dilakukan sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000.
Hal ini dimungkinkan dengan usul DPR dan keputusan Presiden. Pengadilan Hak Asasi
Manusia (HAM) yang retroaktif ini dinamakan Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM)
Ad Hoc. Dengan Pengadilan Ad Hoc maka dimungkinkan ditetapkan Hakim Pengadilan
Ad Hoc Hak Asasi Manusia (HAM), juga berperannya Jaksa penyidik dan penuntut Ad
Hoc, ialah mereka yang di luar Hakim dan Jaksa karier. Pengadilan Hak Asasi Manusia
(HAM) Ad Hoc pertama kalinya menggelar kasus Timtim 14-3-2002 dan akan disusul
dengan kasus Tanjung Priok
.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana HAM dalam tinjauan Islam
2. Bagaimana HAM dalam perundang-undangan Nasional
3. Apa saja pelanggaran dan bagaimana pengadilan HAM di Indonesia
4. Bagaimana tanggung jawab dalam penegakan, pemajuan, perlindungan, dan
pemenuhan HAM

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah Untuk mengetahui bagaimana
HAM dalam tinjauan Islam, Untuk mengetahui bagaimana HAM dalam perundang-
undangan Nasional, Untuk mengetahui apa saja pelanggaran dan bagaimana pengadilan
HAM di Indonesia, serta untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan agar kami khususnya
dan Mahasiswa umumnya mampu memahami tentang Hak Asasi Manusia

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. HAM dalam Tinjauan Islam

Islam ialah agama yang universal dan komprehensif yang melingkupi beberapa
konsep. Konsep yang dimaksud yaitu aqidah, ibadah, dan muamalat yang di dalamnya
memuat ajaran keimanan, aqidah, ibadah dan muamalat. Di samping itu mengandung
ajaran keimanan, juga mencakup dimensi ajaran agama Islam yang dilandasi oleh
ketentuan-ketentuan berupa syariat atau fikih. Selanjutnya, di dalam Islam, menurut Abu
al'Ala al-Maududi, terdapat dua konsep tentang hak. Yang Pertama, hak manusia atau
huquq al-insan al-dharuriyyah, dan Kedua, hak Allah atau huquq Allah 1. Kedua jenis hak
tersebut tidak dapat dipisahkan. Dan hal Itu yang membedakan antara konsep HAM
menurut Islam dengan HAM menurut perspektif Barat.
Jika dlihat dari tingkatannya terdapat 3 bentuk hak asasi manusia dalam Islam,
pertama, hak darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar jika hak tersebut dilanggar,
bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga membuat hilang eksistensinya,
bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Misal, hak hidup seseorang dilanggar, maka
artinya orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy), ialah hak-hak yang apabila tidak
dipenuhi akan berakibat pada hilangnya hak-hak elementer, misalnya, hak seseorang
dalam memperoleh sandang pangan yang layak, maka akan mengakibatkan hilangnya hak
hidup. Ketiga, hak tersier (tahsiny), ialah hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak
primer dan juga sekunder.2
HAM dalam Islam dimulai dengan adanya beberapa peristiwa yang akan dijelaskan
sebagai berikut :
a) Piagam Madinah. (al-Dustur al-Madinah)
Adapun ajaran pokok dalam Piagam Madinah itu ialah: Pertama, interaksi secara
baik dengan sesama, baik pemeluk Islam ataupun non Muslim. Kedua, saling
membantu dalam menghadapi pesaing. Ketiga, berada di pihak mereka yang
teraniaya. Keempat, saling menasihati. Dan kelima, menghormati kebebasan
beragama. Dasar itu yang telah diletakkan oleh Piagam Madinah sebagai landasan
bagi kehidupan bernegara untuk masyarakat majemuk di Madinah.
b) Deklarasi Cairo (The Cairo Declaration) yang memuat ketentuan HAM yakni hak
persamaan dan kebebasan (QS. al-Isra: 70, al- Nisa: 58, 105, 107, 135 dan al-
Mumtahanah: 8), hak hidup (QS. al-Maidah: 45 dan al-Isra’: 33), hak
perlindungan diri (QS. al-Balad: 12 - 17, al-Taubah: 6), hak kehormatan pribadi
(QS. al-Taubah: 6), hak keluarga (QS. al-Baqarah: 221, al-Rum : 21, al-Nisa 1, al-

1
Abu A’la Al Maududi, Hak Asasi Manusia dalam Islam (Jakarta: YAPI, 1998) 13
2
Masdar F. Mas’udi, “HAM dalam Islam” dalam Superman Marzuki dan Sobirin Mallan, Pendidikan
Kewarganegaraan dan HAM (Yogyakarta: UII Press, 2002

5
Tahrim : 6), hak keseteraan wanita dan pria (QS. al-Baqarah: 228 dan al-Hujurat:
13),hak anak dari orangtua (QS. al-Baqarah: 233 dan surah al-Isra: 23-24),
selanjutnya, hak mendapatkan pendidikan (QS. al-Taubah: 122, al-`Alaq: 1 - 5),
hak kebebasan beragama (QS. al-Kafirun: 1-6, alBaqarah: 136 dan al-Kahfi: 29),
hak kebebasan mencari suaka (QS. al-Nisa: 97, al-Mumtahanah: 9), hak
memperoleh pekerjaan (QS. al-Taubah: 105, al-Baqarah : 286, al-Mulk : 15), hak
memperoleh perlakuan yang sama (QS. al-Baqarah 275-278, al-Nisa 161, Ali
`Imran : 130), hak kepemilikan (QS. al-Baqarah : 29, al-Nisa : 29), dan hak
tahanan (QS. al-Mumtahanah : 8).3

Ayat-ayat tersebut yang secara tematik dapat menjadi konsep utama dalam al-Qur'an
tentang HAM dapat diperluas lagi.
Dari gambaran di atas, baik deklarasi Madinah ataupun deklarasi Cairo, menunjukkan
betapa besarnya perhatian Islam terhadap HAM yang dimulai sejak Islam itu ada,
sehingga Islam tidak membeda-bedakan latar belakang agama, suku, budaya, strata sosial
dan sebagainya.
Namun dalam pelaksanaannya, HAM dipengaruhi oleh konsep HAM dari Barat yang
berorientasi sekuler. Ada beberapa tanggapan dari masyarakat muslim di dunia tentang
HAM. Pertama, menolak secara keseluruhan. Hal ini karena pada keyakinan mereka
bahwa syariat bersifat sakral, independen dan sekaligus mampu mengatasi kondisi
historis di mana dan kapan pertama kali diwahyukan dan dalam pandangan mereka
syariah merupakan pandangan hidup yang benar dan sempurna. Konsekuensinya, HAM
dipandang sebagai omong kosong dan bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab dalam
konsep HAM PBB identik dengn agama Kristen. Karena itu, Islam harus membangun
versi HAM nya sendiri. Kedua, menerima secara keseluruhan. Pendapat ini didasarkan
oleh pandangan bahwa HAM PBB dan Perjanjian Internasional ialah hasil elaborasi dan
merupakan bagian khazanah kemanusiaan dan tidak perlu adanya justifikasi Islam. Sebab
keadilan sama sekali tidak berarti jika hak-hak fundamental seseorang tidak diakui atau
dilanggar oleh masyarakat. Ketiga, tanggapan yang bersifat ambigu yang mencerminkan
adanya dia keinginan yaitu untuk tetap setia pada syari’ah dan di satu sisi ada keinginan
untuk menghormati tatanan serta hukum-hukum internasional. Kelompok ini meyakini
bahwa, syari’ah bersifat kekal, universal dan harus dijadikan landasan hidup.4
Secara prinsip, HAM dalam Islam mengacu pada al-dlaruriyat alkhamsah atau yang
disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak asasi manusia dalam islam). Konsep
itu mengandung lima hal pokok yang dikemukakan oleh Imam Asy-Syathibi 5 yang harus
dijaga oleh individu yaitu :

3
Dede Rosyada, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarifah
Hidayatullah, 2005), 221
4
Said Agil Husin al Munawar. Al-Qur’an: Membangun Tradisi Kesaehan Hakiki (Jakarta: Ciputat Press, 2004),
298-299
5
Selanjutnya penjabaran secara luas penulis merujuk pada Ahmad al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah,
terj. Khikmawati (Jakarta: Amza,2009).

6
1. Menjaga agama (hifzd al-din). Alasan diwajibkannya berperang dan berjihad 6, jika
ditujukan untuk para musuh atau tujuan senada.
2. Menjaga jiwa (hifzd al-nafs). Alasan diwajibkannya hukum qishash,7
yang didasarkan oleh QS. al-Baqarah:178-179) diantaranya menjaga kemuliaan
dan kebebasan.
3. Menjaga akal (hifzd al ‘aql). Alasan diharamkannya semua benda yang
memabukkan atau narkotika dan sejenisnya. Akal ialah sumber pengetahuan,
cahaya hati, sinar hidayah, dan media kebahagiaan bagi manusia di dunia dan di
akhirat.
4. Menjaga harta (hifzd al-mal). Alasan pemotongan tangan untuk orang yang
menncuri dan diharamkannya riba dan suap-menyuap, atau memakan harta orang
lain dengan cara bathil lainnya.
5. Menjaga keturunan (hifd al-nasl). Alasan diharamkannya zina8 dan qazdaf. Dalam
hal ini, Islam sangat menganjurkan pernikahan terhadap mereka yang dianggap
dan merasa sudah mampu untuk melakukannya untuk menjaga keturunan, harta
dan kehormatan.

2.2. HAM dalam Perundang-undangan Nasional


Secara harfiah yang dimaksud HAM adalah hak pokok atau hak dasar. Dalam arti
harfiah inilah HAM merupakan hak yang bersifat fundamental, sehingga keberadaannya
merupakan suatu keharusan, tidak bisa diganggu gugat, bahkan harus dilindungi,
dihormati, serta dipertahankan dari segala macam ancaman, hambatan dan ganggugan
dari manusia lainnya. HAM ialah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang
tidak dapat dipisahkan dari hakikat karena itu bersifat suci.9
Pemberlakuan peraturan perundang-undangan Nasional yang mengatur tentang hak
asasi manusia didasarkan pada:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Tahun 1945
2. Ketetapan MPR Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 Tentang Hak
Asasi Manusia
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi
Ras dan Etnis
6
Perang suci melawana orang kafir untuk mempertahankan agama Islam. Bisa dilihat di Tim Redaksi, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) Cet.I, Edisi 3, 473
7
Secara etimologi qishash berarti meneliti, menyelidiki dengan seksama, memotong. Dari kata terakhir ini
kemudian dipahami bahwa qishash adalah persamaan antara tindak kejahatan dengan sanksi; sanksi dengan
ukuran yang setimpal yang telah ditetapkan oleh Allah, diwajibkan sebagai hak bagi hamba, diturunkan bagi
orang yang melakukan tindakan tertentu dan telah memenuhi syarat serta rukunnya. Satu tindakan diberlakukan
atas seorang pelaku, sepadan dengan tindakan yang telah dilakukannya kepada si korban. Bisa dilihat di
Musthafa Az Zarqa, al-Madkhal li al-Fiqh al-‘Am, Jilid I, 404
8
0Ulama mendefinisikan zina adalah hubungan seksual yang sempurna antara seorang laki-laki dengan
perempuan yang diinginkan (menggairahkan), tanpa akad pernikahan sah ataupun pernikahan yang menyerupai
sah.
9
Ibid

7
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International
Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional
Tentang Hak-Hak Ekonomi dan Sosial Budaya)
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International
Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-
Hak Sipil dan Politik)
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional
9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
10. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 Tentang International Convention on
The Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965 (Konvensi
Internasional Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965)
11. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri
12. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention
Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan Atau
Penghukuman lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi, Atau Merendahkan
Martabat Manusia)
13. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita
(Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Against
Women) 1979
14. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
15. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention
on The Rights of The Child (Konvensi Tentang Hak-Hak Anak) 1989.

Hak asasi manusia merupakan isu global yang pengakuannya telah menjadi komitmen
di dunia internasional. Indonesia sebagai bagian dari tatanan dunia internasional telah
meratifikasi sebagian besar komponen-komponen dalam hak asasi manusia. Dari hal
tersebut maka ada keharusan untuk menegakkan dan mematuhi hal-hal yang berhubungan
dengan hak asasi manusia dan harus disosialkan melalui pendidikan dan pengajaran yang
tersistematis dan terprogram, sebab pemahaman dan pengetahuan tentang hak asasi
manusia merupakan suatu hal yang bersifat individual dan butuh adanya pemahaman.10

2.3. Pelanggaran dan bagaimana pegadilan HAM di Indonesia


Doktrin tentang HAM sekarang ini sudah diterima secara universal sebagai a moral,
political, and legal framework and as a guideline dalam membangun dunia yang damai
dan bebas dari rasa ketakutan dan penindasan serta perlakuan yang tidak adil.11
Maka dari adanya ketentuan tersebut dapat diklasifikasikan bentuk pelanggaran HAM
di indonesia, yaitu
ada 2 bentuk Pelanggaran HAM:

10
Serlika Aprita, dan Yonani Hasyim. Op. Cit.hlm. 1.
11
Assiddiqie, Jimly, “Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet ke-
4, h. 343.

8
1. Pelanggaran HAM Ringan
a. Perilaku Tidak Adil (UU No.39/1999)
Pengertian ketidakadilan secara umum sering diartikan sebagai hal perbuatan
yaitu “Tidak bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya “.
b. Diskriminasi (Pasal 1 (2). UU No. 39/1999 )
Definisi 'diskriminasi‘
yaitu, Pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan
warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya, sehingga
bersifat diskriminasi (membeda-bedakan)”.12
Oleh karena itu, jaminan perlindungan hak asasi manusia dianggap sebagai ciri
mutlak yang harus ada disetiap negara yang dapat disebut rechstaat. Bahkan, dalam
perkembangan selanjutnya, jaminan-jaminan HAM juga diharuskan tercantum dengan
tegas didalam undang-undang dasar atau konstitusi tertulis baik dalam hal pelanggaran
HAM ringan maupun HAM berat sebagai negara demokrasi konstitusional dan diangap
sebagai materi penting yang harus ada didalam konstitusi, seperti format kelembagaan
dan pembagian kekuasaan negara serta mekanisme hubungan antar lembaga negara.

2. Pelanggaran HAM Berat


Maka adapun pelanggaran HAM berat meliputi antara lain (Pasal 7 UU No. 26
tahun 2000 tentang Pengadilan HAM):
1. Kejahatan Genosaida
2. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan (crimes againts humainity)

 Ketentuan pidana Bagi pelanggaran HAM Ringan


a) Dalam konteks UU HAM belum diatur mengenai sanksi yang diberikan terhadap
pelaku pelanggaran HAM Ringan seperti perilaku tidak Adil dan Diskriminasi,
tetapi Hanya di peruntukkan bagi pelanggaran HAM berat.
b) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pembedaan, pengecualian,
pembatasan atau pemilihan berdasarkan pada ras, serta etnis yang mengakibatkan
pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan atau pelaksanaan HAM dan
kebebasan dalam suatu kesetaraan dibidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan
budaya sebagaimana dimaksud di dalam pasal 4 huruf a, yaitu dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak 100 juta. (Pasal 15
UU No. 40/2008).
c) Setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan tasakebencian kepada orang lain
berdasarkan diskriminasi ras dan etnis sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf
b angka 1 dan 2 atau 3 dipidana, degan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
denda 500 juta rupiah. ( Pasal 16 UU No.40/2008 ).

12
http://www.artikata.com/arti-325405- diskriminatif.html

9
d) Selain pidana sebagaimana pada pasal 16 dan pasal 17 pelaku bisa dijatuhi pidana
tambahan berupa restitusi atau pemulihan Hak korban. (pasal 18 UU No. 40/2008
tentang Penghapusan Diskriminasi, Ras dan Etnis).13

 Beberapa penyelesaian pelanggaran HAM di pengadilan HAM


a) Penyelidikan14
Penyelidikan dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM). Hal ini bertujuan karena adanya objektifitas hasil Dari penyelidikan yang
dilakukan oleh lembaga independen. Dalam penyelidikan, penyelidik berwenang:
1. Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang ttimbul di
lingkungan masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut
dicurigai adanya pelanggaran HAM berat.
2. Menerima laporan atau pengaduan dari individu atau kelompok orang tentang
adanya pelanggaran HAM berat dan mencari keterangan serta barang bukti.
3. Memanggil pihak pengadu, korban atau pihak yang diadukan untuk diminta
dan didengar keterangannya.

b) Penyidikan15
Penyidikan pelanggaran HAM berat dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam
melaksanakan tugasnya Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad hoc yang
terdiri atas unsur pemerintah dan masyarakat. Sebelum melaksanakan tugasnya,
penyidik ad hoc mengucapkan sumpah atau janji menurut agama yang mereka
anut.

c) Penuntutan16
Penuntutan dilakukan juga oleh Jaksa Agung. Jaksa Agung dapat mengangkat
penuntut umum ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat. Syarat
untuk diangkat menjadi penuntut umum sama halnya dengan syarat diangkat
menjadi penyidik ad hoc. Penuntutan dilakukan paling lama 70 hari sejak tanggal
hasil penyidikan diterima.

d) Pemeriksaan di Pengadilan17
Pemeriksaan perkara pelanggaran HAM berat dilakukan oleh majelis hakim,
Pengadilan HAM berjumlah 5 orang, yang terdiri atas 2 orang hakim pada
Pengadilan HAM dan 3 orang hakim ad hoc.

13
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol.05.No. 01 Maret 2017
14
Pasal 18 sampai 20 UU No.26 Tahun 2000
15
5 Pasal 21 sampai 22 UU No. 26 Tahun 2000
16
Pasal 23 sampai 25 UU No.26 Tahun 2000
17
Pasal 27 sampai 33 UU No.26 Tahun 2000

10
2.4. Tanggung Jawab dalam Penegakan, Pemajuan, Perlindungan, dan Pemenuhan
HAM

Pelanggaran HAM ialah pelanggaran terhadap kewajiban Negara yang lahir dari
instrumen-instrumen internasional hak asasi manusia. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh Thomas Buergenthal "The law that deals with protection of individual
or groups against violation by government of their internationally guaranteed rights and
with the promotion of those rights".18 Dengan kata lain Pelanggaran HAM merupakan
sebuah kegagalan negara dalam menjalankan kewajiban (obligation) dan tanggung jawab
(responsibility) seperti yang dimandatkan oleh hukum internasional. Hukum HAM yang
berlaku di internasional telah memberikan mandat pada semua negara pihak untuk
memajukan dan menegakkan HAM maka negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab
untuk menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfill).
Pelanggaran HAM ini terjadi ketika negara dalam produk hukum yang dibuat,
kebijakan maupun tindakan aparat negara, dengan sengaja ataupun tidak sengaja telah
melanggar, mengabaikan serta gagal memenuhi standart hak asasi manusia warga
negaranya.
Oleh karena itu, Kepastian hukum sebagai salah satu dari 3 nilai dasar hukum menjadi
lemah. Nilai kepastian hukum perundang-undangan diperlukan agar dengan adanya
keteraturan (regularity) dan kepastian (certainty), sistem hukum mampu bekerja
sebagaimana seharusnya. Bahwa salah satu tujuan dari kepastian hukum ialah untuk
melindungi kepentingan umum/pribadi dan menghadirkan keadilan di tengah masyarakat.

18
Buergentha, Thomas, Internationa Human Rights, St.Paul, Minn west Pubishing Co., 1995, page 1

11
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
2.1. HAM dalam Tinjuan Islam

Islam ialah agama yang universal dan komprehensif yang melingkupi beberapa
konsep. Konsep yang dimaksud yaitu aqidah, ibadah, dan muamalat yang di dalamnya
memuat ajaran keimanan, aqidah, ibadah dan muamalat. Di samping itu mengandung
ajaran keimanan, juga mencakup dimensi ajaran agama Islam yang dilandasi oleh
ketentuan-ketentuan berupa syariat atau fikih. Selanjutnya, di dalam Islam, menurut Abu
al'Ala al-Maududi, terdapat dua konsep tentang hak. Yang Pertama, hak manusia atau
huquq al-insan al-dharuriyyah, dan Kedua, hak Allah atau huquq Allah. Kedua jenis hak
tersebut tidak dapat dipisahkan. Dan hal Itu yang membedakan antara konsep HAM
menurut Islam dengan HAM menurut perspektif Barat.

HAM dalam Islam dimulai dengan adanya beberapa peristiwa yang akan dijelaskan
sebagai berikut :

1) Piagam Madinah. (al-Dustur al-Madinah)

2) Deklarasi Cairo (The Cairo Declaration)

2.2. HAM dalam Perundang-undangan Nasional

Secara harfiah yang dimaksud HAM adalah hak pokok atau hak dasar. Dalam arti
harfiah inilah HAM merupakan hak yang bersifat fundamental, sehingga keberadaannya
merupakan suatu keharusan, tidak bisa diganggu gugat, bahkan harus dilindungi,
dihormati, serta dipertahankan dari segala macam ancaman, hambatan dan ganggugan
dari manusia lainnya. HAM ialah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang
tidak dapat dipisahkan dari hakikat karena itu bersifat suci.

2.3. Pelanggaran dan bagaimana pegadilan HAM di Indonesia

Doktrin tentang HAM sekarang ini sudah diterima secara universal sebagai a moral,
political, and legal framework and as a guideline dalam membangun dunia yang damai
dan bebas dari rasa ketakutan dan penindasan serta perlakuan yang tidak adil.

Maka dari adanya ketentuan tersebut dapat diklasifikasikan bentuk pelanggaran HAM
di indonesia,

12
ada 2 bentuk Pelanggaran HAM:

1) Pelanggaran HAM Ringan

2) Pelanggaran HAM Berat

2.4. Tanggung Jawab dalam Penegakan, Pemajuan, Perlindungan, dan Pemenuhan HAM

Kepastian hukum sebagai salah satu dari 3 nilai dasar hukum menjadi lemah. Nilai
kepastian hukum perundang-undangan diperlukan agar dengan adanya keteraturan
(regularity) dan kepastian (certainty), sistem hukum mampu bekerja sebagaimana
seharusnya. Bahwa salah satu tujuan dari kepastian hukum ialah untuk melindungi
kepentingan umum/pribadi dan menghadirkan keadilan di tengah masyarakat.

3.2. Saran
Terkait hal tersebut, maka penulis harap untuk seluruh Mahasiswa bahwa memahami
beberapa hal diantaranya yaitu dalam hal mengetahui HAM dalam Tinjauan Islam, HAM
dalam Perundang-undangan Nasional, Pelanggaran dan bagaimana pegadilan HAM di
Indonesia, Tanggung Jawab dalam Penegakan, Pemajuan, Perlindungan, dan Pemenuhan
HAM Berharap kepada seluruh Mahasiswa dapat diterapkan pada pelajaran yang mudah
ditemui atau diamati dalam kehidupan dunia nyata, serta hendaknya para Mahasiswa
dapat menambahkan wawasan mengenai apa yang sudah dibahas melalui makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Zainal Abidin Pakpahan, S.H, M.H, (2017), Mekanisme penyelesaian penyelenggaraan


HAM di Indonesia berdasarkan Undang-undang No.26 Tahun 2000 tentang pengadil
HAM, Labuan Batu

Richard Jatimulya Alam Wibowo (2022), Kepastian Hukum di Indonesia terkait


perlindungan dan pembatasan kebebasan berpendapat pada dunia maya
(CYBERSPACE), Jakarta Barat

Naimatul Atqila (2014), HAM dalam Perspektif Islam, Jawa Timur

Tenang Haryanto, Johanes Euhardjana, A. Komari, Muhammad Fauzan, dan Manunggal


Kesuma Wardaya (2008), Pengaturan tentang Hak Asasi Manusia berdasarkan
undang-undang Dasar 1945 sebelum dan sesudah amandemen, Purwokerto

Yesaya Andries Rampen, Decky J. Paseki, Harly Stanly Muaja, Ratifikasi perjanjian
Internasional melalui peraturan perundang-undangan Nasional di bidang Hak Asasi
Manusia, Sulawesi Utara

Hesti Armiwulan (2017), Pelanggaran HAM dan mekanisme penanganannya,


Yogyakarta, Ruas Media

14

Anda mungkin juga menyukai