Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Masalah HAM Dalam Pandangan Agama Islam

(Disusun Untuk Memenuhi Penilaian Mata Kuliah Literasi Teknologi Informasi dan
Komunikasi)

Disusun Oleh:

Sefty Kholizah (2207015118)

Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2023
Kata Pengantar
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
segala rahmat, rezeki, kesabaran, serta keimanan. Tidak lupa shalawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Saya mengucapkan terimakasih kepada Allah Swt atas
nikmat dan anugerah-Nya yang sangat berlimpah, khususnya kesehatan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Dalam makalah ini saya menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini bentuknya
masih sangat sederhana dan masih ada kekurangan. Maka dari itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca untuk kelengkapan makalah ini. Saya mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Andi Amri, S.E, M.M selaku dosen pengampu mata kuliah
Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi serta masing-masing pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun
yang  membacanya.

Jakarta, 21 Januari 2023 

Penulis

i
Daftar Isi

Daftar Isi..............................................................................................................................................ii
Daftar Tabel........................................................................................................................................iii
Daftar Gambar....................................................................................................................................iv
Daftar Lampiran..................................................................................................................................v
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
I. 1. Latar Belakang....................................................................................................................1
I. 2. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
I. 3. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
II. 1. Metode Penulisan.............................................................................................................3
II. 2. Sasaran Penulisan............................................................................................................3
II. 3. Hasil..................................................................................................................................3
BAB III...............................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
III. 1. Kesimpulan.....................................................................................................................14
III. 2. Saran...............................................................................................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................................................................15

ii
Daftar Tabel
Tabel II.3.5.1 ………………………………………………………………………………………………………………………11

iii
Daftar Gambar
Gambar demo II.3.5.1 …………………………………………………………………
11

Gambar II.3.5.2 …………………………………………………………………


11

iv
Daftar Lampiran

Lampiran II. 3.5.1 ………………………………………………………………………………


12

v
BAB I

PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena
ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh
masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan sematmata berdasarkan
martabatnya sebagai manusia. Hak-hak tersebut bersifat universal dan juga tidak
dapat dicabut (inalieable). Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami oleh
seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan seseorang, ia tidak akan berhenti
menjadi manusia dan karena itu tetap memenuhi hak-hak tersebut. Hak itu melekat
pada dirinya sebagai makhluk insani.1 Ide mengenai hak asasi manusia timbul pada
abad ke-17 dan ke-18, sebagai reaksi terhadap keabsolutan raja-raja dan kaum feodal
di zaman itu terhadap rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka
pekerjakan, yaitu masyarakat lapisan bawah. Masyarakat lapisan bawah ini tidak
mempunyai hak-hak, mereka diperlakukan sewenang-wenang sebagai budak yang
dimiliki. Sebagai reaksi terhadap keadaan tersebut, timbul gagasan supaya masyarakat
lapisan bawah tersebut diangkat derajatnya dari kedudukannya sebagai budak menjadi
sama dengan masyarakat kelas atas, karena pada dasarnya mereka adalah manusia
juga. Oleh karena itu, muncullah ide untuk menegakkan HAM, dengan konsep bahwa
semua manusia itu sama, semuanya merdeka dan bersaudara, tidak ada yang
berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah, dengan demikian tidak ada lagi budak.2
Ide mengenai HAM juga terdapat dalam Islam, yang telah tertuang dalam
syari’ah sejak diturunkannya Islam. Hal ini dapat dilihat dalam ajaran tauhid. Tauhid
dalam islam mengandung arti bahwa hanya ada satu pencipta bagi alam semesta.
Ajaran dasar pertama dalam Islam adalah la ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah
SWT). Seluruh alam dan semua yang ada dipermukaan bumi adalah ciptaan Allah,
semua manusia, hewan, tumbuhan dan benda tak bernyawa berasal dari Allah.
Dengan demikian, dalam tauhid terkandung ide persamaan dan persaudaraan seluruh
manusia.4 Dari ajaran dasar persamaan dan persaudaraan manusia tersebut, timbullah
kebebasankebebasan manusia, seperti kebebasan dari perbudakan, kebebasan
beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat dan lain-lain. Dari situ pulalah timbul
1
Rhona K.M.Smith, dkk. 2009. Hukum Hak Asasi Manusia. PUSHAM UII. Yogyakarta. Hal. 11.
2
Abdul Azis Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1996, hal. 495.

1
hak-hak asasi manusia, seperti hak hidup, hak memiliki harta, hak berbicara, hak
berpikir dan sebagainya.3

I. 2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HAM?
2. Bagaimana pandangan islam tentang HAM?
3. Apa saja peraturan HAM yang ada dalam hukum-hukum islam?
4. Bagaimana perlindungan islam untuk melindungi HAM?
5. Bagaimana kasus pelanggaran HAM dan penyelesaiannya?

I. 3. Tujuan
Dengan penulisan makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengerti apa arti
Hak Asasi Manusia dan makna serta konsep yang dituju. Lalu membahas bagaimana
pandangan islam agama kita tentang Hak Asasi Manusia, sebagai integrasi keislaman
pada kasus Hak Asasi Manusia yang ada serta mengetahui hukum-hukum islam yang
mengatur dan melindungi Hak Asasi Manusia yang ada.

3
Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia menurut Al-Qur’an, PT Al-Husna Zikra, Jakarta, 1995, hal. 32.

2
BAB II

PEMBAHASAN
II. 1. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan makalah ini adalah berdasarkan literasi dan
research beberapa sumber yang telah saya baca dan saya cari. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu
pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan:
1. Studi Kepustakaan,
Yaitu mempelajari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
yang berkaitan dengan Kebijakan Pemerintah Indonesia, Penyelesaian
Konflik Kebebasan Beragama berdasarkan Prinsip- Prinsip Hak Asasi
Manusia.
2. Pencarian data-data kasus tentang HAM
Yaitu mencari data-data kasus mengenai Hak Asasi Manusia yang ada
pada berbagai platform dan website yang terpercaya. Serta mencari
celah keislaman pada kasus-kasus tersebut.

II. 2. Sasaran Penulisan


Penulisan makalah ini membahas beberapa pengertian dasar tentang
penulisan Hak Asasi Manusia dan beberapa prinsip Hak Asasi Manusia yang
di terapkan dalam pandangan dan perspektif agama islam.
Uraiannya mencakup definisi Hak Asasi Manusia secara umum dan
dalam pandangan islam serta diikuti dengan kasus-kasus yang pernah terjadi,
pengumpulan informasi dan data dari beberapa sumber terpercaya,
perlindungan Hak Asasi Manusia di dalam islam.

II. 3. Hasil
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak manusia yang paling mendasar
dan melekat padanya di manapun ia berada. Tanpa adanya hak ini
berarti berkuranglah harkatnya sebagai manusia yang wajar. Hak asasi
manusia adalah suatu tuntutan yang secara moral dapat
dipertanggungjawabkan, suatu hal yang sewajarnya mendapat
perlindungan hukum. Dalam mukadimah Deklarasi Universal Hak-hak

3
Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) dijelaskan
mengenai hak asasi manusia sebagai : “Pengakuan atas keseluruhan
martabat alami manusia dan hak-hak yang sama dan tidak dapat
dipindahkan kepada orang lain dari semua anggota keluarga
kemanusiaan adalah dasar kemerdekaan dan keadilan di dunia.”4
Menurut Jan Materson dari komisi Hak Asasi Manusia
Perserikataan Bangsa-Bangsa, Hak Asasi Manusia ialah hak-hak yang
melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia. Menurut Baharuddin Lopa, kalimat “mustahil
dapat hidup sebagai manusia” hendaklah diartikan “mustahil dapat
hidup sebagai manusia yang bertanggungjawab.” Penambahan istilah
bertanggungjawab ialah di samping manusia memiliki hak, juga
memiliki tanggungjawab atas segala yang dilakukannya. Hak-hak asasi
manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung kepada manusia
(hak-hak yang bersifat kodrati) oleh Tuhan yang menciptakannya.
Oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun di dunia ini yang dapat
mencabutnya. Meskipun demikian, bukan berarti manusia dengan
hakhaknya dapat berbuat semaunya, sebab apabila seseorang
melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan merampas hak asasi
orang lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.5
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut
pengertian yang umum dikenal. Dalam Islam seluruh hak asasi
merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh
diabaikan. Oleh karena itu, negara bukan saja menahan diri dari
menyentuh hak-hak asasi tersebut, melainkan juga mempunyai
kewajiban untuk melindungi dan menjamin hak-hak tersebut.6
2. Konsep Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden
untuk kepentingan manusia, lewat syari’ah Islam yang diturunkan
melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk bebas yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga

4
Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia menurut Al-Qur’an, PT Al-Husna Zikra, Jakarta, 1995, hal. 32.
5
Lopa, Baharuddin. 1999. Al-Quran dan Hak Asasi Manusia. PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta.
6
Hak Asasi Manusia dalam Islam, http://www.angelfire.com.

4
mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang
ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu.
Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya
kebebasan, sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud
tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri.7
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang
persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.8
Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia sama dan
mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang
dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh
tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat
Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut : “Hai manusia,
sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum
adalah yang paling takwa.”
3. Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
merupakan salah satu sosok revolusioner sekaligus pejuang penegak
HAM yang paling gigih se antero jagad. Ia tidak hanya sekedar
membawa serangkaian pernyataan HAM yang tertuang dalam kitab
suci (Al-Qur’an), namun juga memperjuangkan dengan penuh
pengorbanan dan kesungguhan.
Salah satu kegigihan Nabi dalam memperjuangkan HAM,
yakni memurnikan ajaran maupun kebiasaan yang ada pada zamannya,
yakni tradisi masyarakat Arab Jahiliyah di Makkah yang sangat
bertentangan dengan konsep HAM.
Bukti lainnya berupa pidato Muhammad bin Abdullah pada
tahun 632 Masehi, yang dikenal dengan sebutan Deklarasi Arafah.
Bahkan deklarasi tersebut disebut-sebut sebagai dokumen tertulis
pertama yang berisi tentang HAM.

7
M. Luqman Hakim (ed), Deklarasi Islam tentang HAM, Risalah Gusti, Surabaya, 1993, hal. 12.
8
Harun Nasution dan Bahtisr Effendi (ed), Op. Cit., hal. 124.

5
Secara sederhana dapat disimpulkan, jika dunia internasional
baru mengenal HAM ribuan tahun pasca adanya konsep HAM
mempuni yang diprakarsai Islam pada zaman Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dalam perkembangannya, HAM (Human Rights, bahasa
Inggris) diartikan sebagai sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya
karena ia adalah seorang manusia. HAM berlaku kapanpun, di
manapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal.
HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat
dibagi-bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. HAM
biasanya dialamatkan kepada negara dengan kata lain negaralah yang
mengemban kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan
memenuhi HAM, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti
pelanggaran yang dilakukan oleh swasta.
Dalam terminologi modern, HAM dapat digolongkan menjadi
hak sipil dan politik yang berkenaan dengan kebebasan sipil. Seperti
gak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa dan kebebasan berpendapat.
Termasuk juga hak ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan
akses ke barang publik. Seperti hak untuk memperoleh pendidikan
yang layak, hak atas kesehatan, dan lainnya.
Bahkan empat negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Brunai
Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura. Diwakili menteri
agama masing-masing, sepakat mewujudkan resolusi yang berisi tujuh
poin tentang HAM dalam perspektif Islam.
Pertama, umat Islam diharapkan melengkapi diri dengan ilmu
dan keterampilan yang tepat melalui sumber terpercaya untuk
menghadapi berbagai doktrin dan tantangan baru. Hal itu demi
memastikan hak-hak yang diperjuangkan sesuai prinsip dan bebas dari
unsur yang bertentangan dengan Islam.
Kedua, perlunya memberdayakan komitmen kehidupan
beragama sebagai satu cara hidup, demi memastikan setiap individu
muslim mampu menyikapi realitas kehidupan saat ini yang berporos
kepada prinsip dan panduan ajaran Islam.

6
Ketiga, mencari titik persamaan atas nilai-nilai kemanusiaan
seperti martabat dan kehormatan, kemerdekaan dan kebebasan,
kesetaraan dan kesamaan, serta persaudaraan sebagai dasar kesempatan
untuk bekerjasama menangani isu-isu hak asasi manusia yang sejalan
dengan Islam.
Keempat, menyebarluaskan pemahaman tentang Islam sebagai
satu sistem nilai dan etika, yang berkontribusi kepada kebaikan
bersama.
Kelima, Memperkuat perjuangan hak asasi manusia yang
sejalan dengan tuntutan Islam, berdasarkan strategi menekankan
prinsip-prinsip Islam sebagai sistem etika tentang HAM, meningkatkan
pemahaman masyarakat terkait prinsip HAM sesuai etika Islam, serta
meningkatkan efektivitas jaringan kerjasama antarotoritas agama di
setiap negara, organisasi dan individu, demi memperkuat perjuangan
isu-isu hak asasi dari perspektif Islam.
Keenam, siap menjalin kolaborasi program penjelasan HAM
dari sudut pandang Islam melalui kerja sama strategis di antara negara
anggota.
Ketujuh, forum menyepakati penulisan konsep HAM dari sudut
pandang Islam yang dibentangkan dalam konferensi ini dapat
diterbitkan atas nama MABIMS (Forum Menteri Agama Brunai,
Indonesia, Malaysia dan Singapura) sebagai sumber informasi bagi
para peneliti yang bisa dijadikan referensi di tingkat negara anggota,
serta masyarakat antarbangsa. 9
4. Perlindungan Islam terhadap Hak Asasi Manusia
Adapun hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum Islam
antara lain adalah :
a. Hak hidup.
Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi
manusia, yang merupakan karunia dari Allah bagi setiap
manusia. Perlindungan hukum islam terhadap hak hidup
manusia dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan syari’ah yang
melinudngi dan menjunjung tinggi darah dan nyawa manusia,
9
Arifin, S. HAM dalam Perspektif Islam. 2019. https://alkhairat.ac.id/blog/ham-dalam-perspektif-islam/.

7
melalui larangan membunuh, ketentuan qishash dan larangan
bunuh diri. Membunuh adalah salah satu dosa besar yang
diancam dengan balasan neraka, sebagaimana firman Allah
dalam Surat Al-Nisa’ ayat 93 yang artinya sebagai berikut :
“Dan barang siapa membunuh seorang muslim dengan sengaja
maka balasannya adalah jahannam, kekal dia di dalamnya dan
Allah murka atasnya dan melaknatnya serta menyediakan
baginya azab yang berat.”
Bahkan Islam tidak membenarkan kita memikirkan soal
membunuh diri dan mencitacitakan mati. Mengharap-harap
supaya lekas mati tidak dibenarkan dalam Islam, karena kalau
kita terus hidup dapat menambah kebaikan dan memperbaiki
kesalahan.10
b. Hak kebebasan beragama
Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan
HAM, termasuk di dalmnya kebebasan menganut agama sesuai
dengan keyakinannya. Oleh karena itu, Islam melarang keras
adanya pemaksaan keyakinan agama kepada orang yang telah
menganut agama lain. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat
AL-Baqarah ayat 256, yang artinya: “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dan jalan yang salah.” Kemederkaan beragama terwujud
dalam bentuk-bentuk yang meliputi antara lain:11
Pertama, tidak ada paksaan untuk memeluk suatu agama
atau kepercayaan tertentu atau paksaan untuk menanggalkan
suatu agama yang diyakininya. Kedua, Islam memberikan
kekuasaan kepada orang-orang non-Islam (Ahli Kitab) untuk
melakukan apa yang menjadi hak dan kewajiban atau apa saja
yang dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Ketiga, Islam menjaga kehormatan Ahli Kitab, bahkan lebih
dari itu mereka diberi kemerdekaan untuk mengadakan
perdebatan dan bertukar pikiran serta pendapat dalam batasan-

10
T. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hal. 40-41.
11
Dalizar Putra, Op. Cit., hal. 59-61.

8
batasan etika perdebatan serta menjauhkan kekerasan dan
paksaan. Islam telah memberikan respon positif terhadap
kebebasan beragama yang tercermin dalam bentuk kerukunan
dan toleransi antar pemeluk agama. Hal ini tercermin dalam
bnetuk larangan memaki sembahan penganut agama lain,
meskipun menurut pandangan Islam hal itu termasuk syirik
atau menyekutukan Allah, sebagaimana dikatakan dalam Surat
Al-An’am ayat 108, yang artinya : “Dan janganlah kamu
memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain
Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan.”
c. Hak atas keadilan.
Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan
merupakan disiplin mutlak untuk menegakkan kehormatan
manusia. Dalam hal ini banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun
Sunnah yang mengajak untuk menegakkan keadilan, di
antaranya terlihat dalam Surat Al-Nahl ayat 90, yang artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
perbuatan keji , kemungkaran dan permusuhan.”
d. Hak persamaan
Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat
mutlak di antara manusia tanpa memndang warna kulit, ras atau
kebangsaan, melainkan menjadikannya realitas yang penting.
Ini berarti bahwa pembagian umat manusia ke dalam bangsa-
bangsa, ras-ras, kelompok-kelompok dan suku-suku adalah
demi untuk adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras
atau suku dapat bertemu dan berkenalan dengan rakyat yang
berasal dari ras atau suku lain.
e. Hak mendapatkan Pendidikan
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan dan pengajaran. Setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan sesuai dengan kesanggupan alaminya. Dalam Islam,
mendapatkan pendidikan bukan hanya merupakan hak, tapi

9
juga merupakan kewajiban bagi setiap manusia, sebagaimana
yang dinyatakan oleh hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh
Bukhari “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.”
f. Hak kebebasan berpendapat
Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan
menyatakan pendapatnya dalam batas-batas yang ditentukan
hukum dan norma-norma lainnya. Artinya tidak seorangpun
diperbolehkan menyebarkan fitnah dan berita-berita yang
mengganggu ketertiban umum dan mencemarkan nama baik
orang lain. Dalam mengemukakan pendapat hendaklah
mengemukakan ide atau gagasan yang dapat menciptakan
kebaikan dan mencegah kemungkaran.
g. Hak kepemilikan
lslam menjamin hak kepemilikan yang sah dan
mengharamkan penggunaan cara apa pun untuk mendapatkan
harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah
dalam Surat Al-Baqarah ayat 188, yang artinya : “Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa
urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan harta
benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu
mengetahuinya.”
h. Hak mendapatkan pekerjaan
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak,
tetapi juga sebagai kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan
yang perlu dijamin, sebagaimana sabda Nabi saw : “Tidak ada
makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada
makanan yang dihasilkan dari tangannya sendiri.” (HR.
Bukhari)

10
5. Contoh Kasus Pelanggaran HAM dan Penyelesaiannya

Tabel II.3.5.1 jumlah kasus pelanggaran HAM

Berdasarkan table dapat diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah kasus


pelanggaran HAM di Indonesia khususnya pasal kekerasan pada perempuan
akan meningkat. Tindakan kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Tindakan kekerasan
terhadap perempuan selain tindakan pidana, juga bentuk
pelanggaran HAM yang berbasis gender yang mengakibatkan rasa sakit atau
penderitaan terhadap perempuan secara fisik, seksual maupun psikologis.

Gambar demo II.3.5.1 tentang pelecehan Gambar II.3.5.2 demo tentang pelecehan
seksusal pada Komnas Perempuan seksual saat RUU TPKS

Berdasarkan Catatan Komnas Perempuan, terjadi peningkatan


pengaduan langsung kasus kekerasan seksual terhadap perempuan. Selain itu
tercatat juga meningkatnya kriminalisasi terhadap Perempuan Pembela HAM.
Isu Perempuan Pembela HAM ini biasanya terjadi kepada perempuan yang

11
bergerak di lapangan untuk mempertahankan tanah dan sumber daya alam,
yang berhadapan dengan pertambangan, perkebunan, dan lain-lain. Jika
dihubungkan dengan hukum yang ada, Peraturan Perundang-Undangan yang
ada pun masih belum memadai. Seperti halnya Rancangan Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang sudah dimulai sejak 2012
namun belum disahkan sampai saat ini.
Indonesia juga mengalami defisit perempuan pada kalangan yang
membuat kebijakan, pada lembaga legislasi, sebagai pejabat publik dan pada
institusi penegak hukum. Defisit perempuan masih terjadi di berbagai lini
yang ada di baris depan dalam konteks merekonstruksi kultur masyarakat
tentang bagaimana berelasi dengan perempuan, untuk menghormati hak-hak
perempuan dan lain-lain. Masih sangat sedikit pula perempuan menjadi
pejabat yang bisa menjadi pengambil keputusan yang mewarnai pendidikan.
Isu kekerasan seksual tidak bisa disamakan dengan yang lainnya.
Korban kekerasan seksual tidak sederhana, tidak semua mau bicara. Bahkan
ada yang sudah mau bersuara, namun ketika sudah bicara, bisa juga berubah
karena tekanan-tekanan yang ada sehingga pendampingan yang dilakukan pun
harus lebih intens dan berbeda.

Lampiran II. 3.5.1 survei korban pelapor kekerasan pelanggaran HAM pada perempuan

Dari seluruh responden yang pernah mengalami kekerasan seksual baik


pada dirinya sendiri, keluarga maupun orang yang dikenalnya, lebih dari
setengahnya memutuskan untuk tidak melaporkan kekerasan seksual yang

12
dialaminya. Hal ini dikarenakan adanya hambatan psikologis seperti takut,
malu, serta adanya rasa bersalah/menyalahkan diri sendiri atas apa yang ia
alami. Para korban ini juga mengakui masih kurangnya pengetahuan dan
informasi mereka terkait mekanisme pelaporan.
Alasan-alasan tersebut dapat dikarenakan adanya stigma negatif yang
diberikan kepada korban, khususnya perempuan sehingga melahirkan sikap-
sikap di masyarakat yang menyalahkan korban, baik dari masyarakat dan
aparat penegak hukum. Oleh karena itu, korban merasa tidak menemukan
tempat yang aman dan mendukung pemenuhan akses keadilannya. Padahal,
siapapun korban seharusnya mendapatkan dukungan yang baik dari
lingkungan.
Menurut temuan West Coast LEAF Vancouver, banyak korban
kekerasan seksual yang juga enggan melapor karena khawatir atas minimnya
perlindungan identitas bagi korban, sehingga mereka takut akan tersebarnya
informasi tentang perkaranya yang mungkin berdampak pada kesehatan
mental dan kondisi finansial mereka.12
Dalam konteks global Perjuangan panjang kaum Feminis telah
mendapat momentumnya dengan dikeluarkan naskah-naskah hak asasi
manusia. Secara umum tidak lepas dari sebuah pandangan bahwa Tuhan Yang
Maha Esa telah menciptakan manusia berakal dan berhati nurani. Dengan akal
dan nurani, manusia mampu membedakan yang baik dan yang buruk, yang
akan mengarahkan sikap dan prilakunya dalam menjalani kehidupan. Dengan
akal dan nurani itu, maka manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan
sendiri sikap dan prilakunya dan mampu memepertanggungjawabkan semua
tindakan yang dilakukannya. Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang
disebut hak asasi manusia. Jadi hak asasi manusia dapat diartikan sebagai hak-
hak dasar yang dimiliki pribadi manusia secara universal yang merupakan
anugrah Tuhan Yang Maha Esa.13

12
Indonesia Judicial Research Society. 2021. Mengapa Korban Kekerasan Seksual Enggan Melapor.

13
Suyatno. PEREMPUAN DALAM SYARIAT ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA. Volume 5, Nomor 2, Desember 2013.

13
BAB III

PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai HAM di atas dapatlah kita tarik kesimpulan
bahwa Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada manusia yang diberikan
langsung oleh Tuhan yang maha pencipta. Perbedaan prinsipil antara konsep HAM
dalam pandangan Barat dan Islam adalah bahwa HAM menurut Barat bersifat
antroposentris artinya segala sesuatu berpusat pada manusia, sedangkan HAM dalam
Islam bersifat teosentris artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan.
Islam itu adalah agama yang asy-syumul (lengkap). Ajaran Islam meliputi
seluruh aspek dan sisi kehidupan manusia. Islam memberikan pengaturan dan
tuntunan pada manusia, mulai dari urusan yang paling kecil hingga urusan manusia
yang berskala besar.Dan tentu saja telah tercakup di dalamnya aturan dan
penghargaan yang tinggi terhadap HAM. Memang tidak dalam suatu dokumen yang
terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.

III. 2. Saran
Pada saat ini masih banyak negara-negara Muslim yang belum sepenuhnya
menegakkan dan melindungi HAM. Sebagai salah satu negara Muslim, seluruh
komponen bangsa Indonesia di era reformasi ini telah berkomitmen untuk melakukan
upaya-upaya perlindungan dan penegakan HAM sejalan dengan penerapan sistem
demokrasi secara substantif, baik dalam bentuk amandemen konstitusi, legislasi
tentang HAM, ratifikasi perjanjian-perjanjian internasional maupun perumusan
rencana aksi HAM. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi
persoalan, kendala dan tantangan itu, baik oleh pemerintah, DPR, civil society
maupun organisasiorganisasi keagamaan, terutama melalui peningkatan kapasitas para
penegak hukum serta pendidikan kewarganegaraan yang menekankan pendidikan
HAM.

14
Daftar Pustaka

Rhona K.M.Smith, dkk. 2009. Hukum Hak Asasi Manusia. PUSHAM UII. Yogyakarta. Hal.
11.

Abdul Azis Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1996,
hal. 495.

Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia menurut Al-Qur’an, PT Al-Husna Zikra, Jakarta, 1995,
hal. 32.

Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia menurut Al-Qur’an, PT Al-Husna Zikra, Jakarta, 1995,
hal. 32.

Lopa, Baharuddin. 1999. Al-Quran dan Hak Asasi Manusia. PT. Dana Bhakti Prima Yasa,
Yogyakarta.

Hak Asasi Manusia dalam Islam, http://www.angelfire.com.

M. Luqman Hakim (ed), Deklarasi Islam tentang HAM, Risalah Gusti, Surabaya, 1993, hal.
12.

Harun Nasution dan Bahtisr Effendi (ed), Op. Cit., hal. 124.

Arifin, S. HAM dalam Perspektif Islam. 2019. https://alkhairat.ac.id/blog/ham-dalam-


perspektif-islam/.

T. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hal. 40-41.

Dalizar Putra, Op. Cit., hal. 59-61.

Indonesia Judicial Research Society. 2021. Mengapa Korban Kekerasan Seksual Enggan
Melapor.

Suyatno. PEREMPUAN DALAM SYARIAT ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA.


Volume 5, Nomor 2, Desember 2013.

15

Anda mungkin juga menyukai