Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul HAM dan
Demokrasi dalam Islam tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama di Universitas
pamulang
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI II
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN..........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 HAM
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN..............................................................................18
3.2 SARAN.........................................................................................18
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya manusia sudah memiliki hak-hak pokok dari lahir sampai
meninggal. Hak-hak pokok tersebut adalah hak asasi manusia yang dikenal dengan
HAM. Hak asasi manusia bersifat universal. Hak asasi manusia ( HAM ) dalam Islam
berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak
merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan.
Rasulullah saw pernah bersabda:
HAM dan demokrasi dalam Islam berisi tentang penjelasan konsep-konsep hukum
Islam, HAM menurut Islam dan demokrasi dalam Islam meliputi prinsip bermusyawarah
dan pengambilan keputusan sesuai dengan sya’riat Islam.
Disisi lain umat Islam sering kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang
sama, demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum bisa
diterima secara utuh. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa timbal balik,
sementara yang lain, justru bersikap ekstrim. Menolak bahkan mengharamkannya sama
sekali.
1
Sebenarnya banyak yang tidak bersikap seperti keduanya. Artinya, banyak yang
tidak mau bersikap apapun. Kondisi ini dipicu dari kalangan umat Islam sendiri yang
kurang memahami bagaimana Islam memandang demokrasi.
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 HAM
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang
maha pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). oleh karena itu, tidak ada
kekuasaan apa pun yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian, bukan berarti
manusia dengan hak-haknya dapat berbuat semaunya, sebab apabila seseorang
melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan memperkosa atau merampas hak
asasi orang lain, harus mempertanggung jawabkan perbuatanya.
Hak asasi yang dimiliki oleh manusia telah dideklarasikan oleh ajaran Islam
jauh sebelum masyarakat (barat) mengenalnya, melalui berbagai ayat Al-Qur’an
misalnya manusia tidak dibedakan berdasarkan warna kulitnya, rasnya tingkat
sosialnya. Allah menjamin dan memberi kebebasan pada manusia untuk hidup
dan merasakan kenikmatan dari kehidupan, bekerja dan menikmati hasil
usahanya, memilih agama yang diyakininya.
1. Musyawarah
3
42:28, yang berisi perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apapun
untuk menyelesaikan urusan mereka yang dipimpinnya dengan cara
bermusyawarah. Dengan, demikian, tidak akan terjadi kesewenang-wenangan
dari seorang pemimpi terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Disamping musyawarah, ada hal lain yang sangat penting dalam masalah
demokrasi, yakni consensus atau ijma’. Konsep consensus memberikan dasar
bagi penerima system yang mengakui suara mayoritas.
Selain syura dan ijma’ ada konsep yang sangat penting dalam proses
demokrasi islam, yaitu ijtihad. Ini merupakan langkah kunci menuju penerapan
perintah Allah, berkaitan debgan tempat dan waktu.
Kedatangan Islam di muka bumi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
bertujuan untuk membawa rahmat bagi makhluk seisi bumi termasuk di dalamnya
manusia. Menurut ajaran Islam, manusia tidak hanya menjadi objek tapi sekaligus
menjadi subjek bagi terciptanya keselamatan dan kedamaian itu. Oleh karena itu,
setiap muslim dituntut pertanggungjawaban atas keselamatan diri dan
lingkungannya. Seorang muslim harus dapat memberikan rasa aman bagi orang
lain baik dari ucapan maupun tindak-tanduknya.
4
Berdasarkan ini, maka penghargaan tertinggi kepada manusia dan
kemanusiaan menjadi perhatian yang paling utama dan prinsipil di dalam Islam.
Penghargaan yang tidak dibatasi oleh kesukuan, ras, warna kulit, kebangsaan dan
agama. Misalnya nilai persamaan, persaudaraan, dan kemerdekaan merupakan
nilai-nilai universal Islam yang berlaku pula untuk seluruh umat manusia di jagad
raya ini. Hal ini tercermin dari penegasan Allah didalam kitab suci al-qur’an :
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi kekhalifahan itu setiap manusia
harus mengerti terlebih dahulu hak-hak dasar yang melekat pada dirinya seperti
kebebasan, persamaan, perlindungan dan sebagainya. Hak-hak tersebut bukan
merupakan pemberian seseorang, organisasi, atau Negara tapi adalah anugerah
dari Allah yang sudah dibawanya sejak lahir ke alam dunia. Hak-hak itulah yang
kemudian disebut dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
5
2.1.3 Latar Belakang Pemikiran tentang HAM
Manusia pada dasarnya berasal dari satu ayah dan satu ibu, yang kemudian
menyebar ke berbagai penjuru dunia, membentuk aneka ragam suku dan bangsa
serta bahasa dan warna kulit yang berbeda-beda. Karena itu manusia menurut
pandangan Islam adalah umat yang satu “ummatun wahidatun”.
Karena manusia itu bersaudara yang saling mengasihi dan sama derajatnya,
manusia tidak boleh diperbudak oleh manusia lain. Manusia bebas dalam
kemauan dan perbuatan, bebas dari tekanan dan paksaan orang lain. Manusia,
menurut islam, hanya milik Allah dan hamba Allah (‘Abd Allah) dan tidak boleh
menjadi hamba dari makhluk-Nya, termasuk hamba dari manusia.
Dari ajaran dasar persaudaraan, persamaan dan kebebasan ini pula timbul
manusia yang lainnya. Seperti kebebasan dari kekurangan, rasa takut, meyalurkan
pendapat, bergerak, kebebasan dari penganiayaan dan penyiksaan. Hal ini
mencakup semua sisi dari apa yang disebut hak-hak asasi manusia seperti hak
hidup, hak memiliki harta, hak berfikir, hak berbicara dan mengeluarkan
pendapat, mendapat pekerjaan, hak memperoleh pendidikan, hak memperoleh
keadilan, hak berkeluarga dan hak diperlakukan sebagai manusia yang terhormat
(mulia) dan sebagainya.
6
2.1.4 Perspektif Islam tentang HAM
7
dimiliki oleh manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan oleh firman-nya antara
lain:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
Dan merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S Ali-Imran/3:104)
“Hendaklah kamu saling berpesan kepada kebenaran dan saling berpesan
dengan penuh kesabaran” (Q.S Al-Ashr/103:3)
“Berilah berita gembira kepada hamba-Ku yang mendengarkan perkataan
lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang
yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang
mempunyai akal” (Q.S Az-Zumar/39:17:18)
Ayat-ayat diatas menegaskan bahwa setiap orang berhak menyampaikan
pendapatnya kepada orang lain, mengingatkan kepada kebenaran, kebajikan serta
mencegah kemungkaran. Bahkan hal itu disampaikan bukan saja karena ada hak
tapi sekaligus merupakan suatu kewajiban sebagai orang beriman.
8
B. Hak kebebasan memilih agama
Sehubungan dengan kebebasan memilih agama dan kepercayaan, Al-
Qur’an menyebutkan antara lain:
“ Dialah orang yang menjadikan segala yang ada dibumi ini untuk kamu…..”
(Q.S Al-Baqarah/2:29)
Ayat ini menjadi dasar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dari apa-apa yang sudah disiapkan Allah
9
dipermukaan bumi ini. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mendapatkan
Rezki yang halal dan baik hal ini di tegaskan dalam firman-Nya :
“ Hai sekalian Manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi…..” (Q.S Al-Baqarah/2:168)
a. Kebebasan beragama
b. Kebebasan berpendapat
c. Kebebasan kepemilikan
Inilah fakta demokrasi yang saat ini dianut dan digunakan oleh hampir semua
negara yang ada di dunia. Tentu saja dalam implementasinya akan mengalami
variasi-variasi tertentu yang dilatar belakangi oleh kebiasaan, adat istiadat serta
agama yang dominan di suatu negara. Namun, variasi yang ada hanyalah terjadi
pada bagian cabang bukan pada prinsip tersebut.
10
2.2.2 Asal-usul Demokrasi
Penggagas dari demokrasi tersebut pertama kali adalah Solon, seorang penyair
dan negarawan. Paket pembaruan konstitusi yang ditulisnya pada 594 SM menjadi
dasar bagi demokrasi di Athena namun Solon tidak berhasil membuat perubahan.
Demokrasi baru dapat tercapai seratus tahun kemudian oleh Kleisthenes, seorang
bangsawan Athena.
11
selepas Abad Pertengahan, yakni situasi yang dipenuhi semangat untuk
mengeliminir pengaruh dan peran agama dalam kehidupan manusia.
Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid
dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan
kerangka yang dengannya para cendekiawan belakangan ini mengembangkan teori
politik tertentu yang dapat dianggap demokratis. Didalamnya tercakup definisi
khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat
manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintahan.
12
Oleh karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin
terutama dalam doktrin musyawarah. Hal ini disebabkan menurut ajaran Islam,
setiap muslim yang dewasa dan berakal sehat, baik pria maupun wanita adalah
khalifah Allah di bumi.
Disamping musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam masalah
demokrasi, yakni konsensus atau ijma’. Konsensus memainkan peranan yang
menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan
sangat besar pada korpus hukum atau tafsir hukum. Dalam pengertian yang lebih
luas, konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif
bagi demokrasi Islam modern.
Selain syura dan ijma’, ada konsep yang sangat penting dalam proses
demokrasi Islam, yakni ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini merupakan
langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat atau waktu. Hal
ini dengan jelas dinyatakan oleh Khursid Ahmad: “Tuhan hanya mewahyukan
prinsip-prinsip utama dan memberi manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-
prinsip tersebut dengan arah yang sesuai dengan semangat dan keadaan
zamannya”. Itjihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan pembaharuan, karena
prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis, pendekatan kitalah yang telah menjadi
statis.
Oleh karena itu sudah selayaknya dilakukan pemikiran ulang yang mendasar
untuk membuka jalan bagi munculnya eksplorasi, inovasi dan kreativitas. Dalam
13
pengertian politik murni, Muhammad Iqbal menegaskan hubungan antara
konsensus demokratisasi dan ijtihad.
14
Prinsip keadilan dalam sebuah negara sangat diperlukan, sehingga ada
ungkapan yang berbunyi “Negara yang berkeadilan akan lestari kendati ia negara
kafir, sebaliknya negara yang zalim akan hancur meski ia negara (yang
mengatasnamakan) Islam”.
Ketiga, al-Musawah adalah kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang merasa
lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa
tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan
eksploitatif. Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari
hegemoni penguasa atas rakyat.
Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang atau institusi yang diberi
wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan yang jujur dan adil
untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan undang-undang yang telah
dibuat. Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung jawab besar dihadapan
rakyat demikian juga kepada Tuhan.
Dengan begitu pemerintah harus amanah, memiliki sikap dan perilaku yang
dapat dipercaya, jujur dan adil. Sebagian ulama’ memahami al-musawah ini
sebagai konsekuensi logis dari prinsip al-syura dan al-‘adalah. Diantara dalil al-
Qur’an yang sering digunakan dalam hal ini adalah surat al-Hujurat:13.
Karena jabatan pemerintahan adalah amanah, maka jabatan tersebut tidak bisa
diminta, dan orang yang menerima jabatan seharusnya merasa prihatin bukan
malah bersyukur atas jabatan tersebut. Inilah etika Islam. Kelima, al-Masuliyyah
adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui bahwa, kekuasaan dan jabatan
15
itu adalah amanah yangh harus diwaspadai, bukan nikmat yang harus disyukuri,
maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau penguasa harus dipenuhi.
Dan kekuasaan sebagai amanah ini mememiliki dua pengertian, yaitu amanah
yang harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga amanah yang harus
dipertenggungjawabkan di depan Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Ibn
Taimiyyah, bahwa penguasa merupakan wakil Tuhan dalam mengurus umat
manusia dan sekaligus wakil umat manusia dalam mengatur dirinya.
Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya kemungkinan tidak adanya lagi
pihak yang berani melakukan kritik dan kontrol sosial bagi tegaknya keadilan. Jika
sudah tidak ada lagi kontrol dalam suatu masyarakat, maka kezaliman akan
semakin merajalela. Ada beberapa alasan mengapa islam disebut sebagai agama
demokrasi, yaitu sebagai berikut:
1) Islam adalah agama hukum, dengan pengertian agama islam berlaku bagi semua
orang tanpa memandang kelas, dari pemegang jabatan tertinggi hingga rakyat
jelatah dikenakan hukum yang sama. Jika tidak demikian, maka hukum dalam
islam tidak berjalan dalam kehidupan.
16
2) Islam memiliki asas permusyawaratan “amruhum syuraa bainahum” artinya
perkara-perkara mereka dibicarakan diantara mereka. Dengan demikian, tradisi
bersama-sama mengajukan pemikiran secara bebas dan terbuka diakhiri dengan
kesepakatan.
3) Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan manusia tarafnya tidak
boleh tetap, harus terus meningkat untuk menghadapi kehidupan lebih baik di
akhirat.
Jadi, prinsip demokrasai pada dasrnya adalah upaya bersama-sama untuk
memperbaiki kehidupan, kareana itulah islam dikatakan sebagai agama perbaikan
“diinul islam” atau agama inovasi. Untuk itu, islam selau menghendaki demokrasi
yang merupakan salah satu ciri atau jati diri islam sebagai agama hukum.
Hukum, HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini dikarenakan salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi ialah adanya
penegakkan hukum dan perlindungan HAM. Demokrasi akan rapuh apabila HAM
setiap masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM dapat terwujud apabila hukum
ditegakkan. Dalam ajaran Islam, hukum, HAM dan ddemokrasi disebutkan dengan
jelas di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan demikian manusia sebagai
khalifah Allah dimuka bumi ini dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan
benar apabila ia seelalu berpegang pada aturan-aturan pada Al-Quran dan As-
Sunnah.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
18
Daftar pustaka
Kosasih, Ahmad. 2003. HAM dalam perspektif ISLAM. Jakarta: Salemba Diniyah
Azra, Azyumardi, dkk.2002. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: dir. Perguruan Tinggi Agama Islam
Fanani, Sunan. 2010. Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo: PT. Al
Maktabah.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Materi instruksional pendidikan agama islam di perguruan
tinggi umum. Jakarta : dir. Pt. Agama Islam
· Husain, syekh syaukat, 1991, Hak asasi – manusia dalam islam, Jakarta. Gema Insani
perss
· Lopa, Baharuddin, 1999. Al Qur’an dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT. Dana
Bakti Prima Yasa.
· Ilyas, Muhtarom, 2009. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
· Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004
19