Anda di halaman 1dari 18

“DEMOKRASI KEWARGANEGARAAN”

Dosen Pembimbing : Muhammad Rashif Anshari


Disusun untuk memenuhi suatu tugas yang diberikan

Disusun Oleh:
PRODI TEKNIK ELEKTROMEDIK ANGKATAN 8

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN


BANJARMASIN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
menyusunkan makalah Kewarganegaraaan dengan judul “Demokrasi Agama”
tepat pada waktunya.
Demikian makalah ini kami susun sepenuhnya menyadari bahwa masih
ada masalah dengan bahasa dan struktur, bahkan dengan yang terbaik dan terlepas
dari semua itu. Oleh karena itu, kami menyambut umpan balik dan rekomendasi
pembaca sehingga kami dapat meningkatkan pekerjaan yang telah kami lakukan.
Akhir kata, kami berharap para pembaca makalah tentang “Demokrasi
Indonesia” ini sukses dan mendapat inspirasi. Selain itu, kritik dan saran dari anda
kami tunggu untuk perbaikan makalah ini.

Banjarmasin, 20 November 2022

Penyusun

i
Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................
BAB I.................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1 Apa itu agama dalam kehidupan?......................................................................1
2 Apa itu Moral?......................................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................1
1. Untuk mengetahui agama dalam kehidupan......................................................1
2. Untuk mengetahui pengertian moral...................Error! Bookmark not defined.
3. Untuk mengetahui agama sebagai sumber moral.............Error! Bookmark not
defined.
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................1
1. Agama Islam mengajarkan moral sebagai bentuk pengembangan diri agar
manusia bisa menjadi makhluk yang mulia..................Error! Bookmark not defined.
BAB II...............................................................................................................................
2.1 Pengertian agama dalam kehidupan..........................Error! Bookmark not defined.
2.2 Definisi Moral.......................................................Error! Bookmark not defined.
A. Moral.................................................................................................................2
B. Akhlak..................................................................Error! Bookmark not defined.
C. Nilai......................................................................Error! Bookmark not defined.
D. Norma..................................................................Error! Bookmark not defined.
E. Susila dan Budi Pekerti........................................Error! Bookmark not defined.
F. Etika.....................................................................Error! Bookmark not defined.
G. Hubungan Moral, Susila, Budi, Pekerti, Akhlak, dan Etika Error! Bookmark not
defined.
2.3 Agama sebagai sumber moral..............................Error! Bookmark not defined.
BAB III............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................13
BAB IV............................................................................Error! Bookmark not defined.

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang keputusan-keputusan penting,
baik secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari masyarakat dewasa
Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno δημοκρατία (dēmokratía)
“kekuasaan rakyat”, yang terbentuk dari kata  δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος
(kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan". Dapat diartikan bahwa demokrasi
merupakan sistem pemerintahan yang mengijinkan dan memberikan hak,
kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat serta turut serta dalam
pengambilan keputusan di pemerintahan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan informasi latar belakang di atas, beberapa masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1 Apa itu demokrasi?


2 Bagaimana demokrasi di Indonesia?
3 Apa itu demokrasi dan pendidikan demokrasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi
2. Untuk mengetahui demokrasi di Indonesia
3. Untuk mengetahui demokrasi dan Pendidikan demokrasi
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan membaca semua susunan yang telah kami kerjakan dalam
Makalah ini, kami dapat menyimpulkan manfaatnya, antara lain :
1. Penulis maupun pembaca bisa mengetahui apa pengertian demokrasi,
sejarahnya, fungsinya, prinsinya, dan perkembangan demokrasi di
Indonesia

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Demokrasi
1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi bukan merupakan istilah asing bagi semua orang. Hampir semua
orang di dunia dewasa ini menamakan dirinya sebagai negara demokrasi. Hal ini
menunjukkan bahwa gagasan demokrasi saat ini semakin mendunia dan diakui
sebagai bentuk pemerintahan yang lain. Namun, pelaksaaan demokrasi pasti akan
berbeda pada tiap negara. Sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan demokrasi di suatu negara, seperti ideologi, latar belakang sejarah,
kondisi sosial budaya, tingkat kemajuan ekonomi dan sebagainya.
Secara Etomologi, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni
demos yang berarti rakyat, dan cratos/cratein yang berarti pemerintahaan atau
kekuasaan, sehingga secara bahasa demokrasi merupakan pemerintahan rakyat
atau kekuasan rakyat. Konsep pemerintahan rakyat mengandung 3 pengertian,
sebagai berikut:
a. Pemerintahan dari rakyat (government of the people), yang berhubungan
dengan pemerintahan yang sah (dapat pengakuan dan dukungan rakyat) dan
tidak sah.
b. Pemerintahan oleh rakyat, di mana kekuasaan yang dijalankan atas nama
dalam pengawasan rakyat.
c. Pemerintahan untuk rakyat, di mana kekuasaan yang diberikan oleh rakyat
kepada pemerintah dijalankan untuk kepentingan rakyat.
Secara terminologi, pada hakikatnya demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk meencapai keputusan politik di mana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara memperjuangkan kompetisi atas
suara rakyat (Schumpeter, 1950). Selain itu demokrasi juga dapat diartikan
dengan bentuk pemerintahan di mana keputusan pemerintah yang penting secara
langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara langsung atau tidak langsung didasarkan kesepakatan mayoritas
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa (Hook, 1995), lebih lanjut, demokrasi
juga diartikan dengan pemerintahan oleh rakyat, di mana kekuasaan tertinggi
berada di tangan rakyat dan dijalankan oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang
mereka pilih di bawah pemilihan bebas (Ravietch, 1991:4).
Demokrasi merupakan konsep abstrak dan universal. Demokrasi itu telah
diterapkan di banyak negara dalam berbagai bentuk, sehingga melahirkan
berbagai sebutan tentang demokrasi, seperti demokrasi konstitusional, demokrasi
rakyat, demokrasi terpemimpin, demokrasi liberal, dan sebagainya. Namun

v
demekian, pada dasarnya demokrasi itu dapat dibedakan atas dua aliran, yaitu
(Miriam Budiardjo, 1986:66):
a. Demokrasi konstitusional, adalah demokrasi yang berawal dari gagasan
pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya
dan tidak bertindak sewenang-wenang terhadap warganya. Pembatasan-
pembatasan atas kekuasaan pemerintah tersebut tercantum dalam konstitusi.
Oleh karena itu, pemerintah sering disebut dengan pemerintahan yang
berdasarkan konstitusi. Demokrasi konstitusional banyak diterapkan di
berbagai negara dengan variasi, misalnya dengan nama demokrasi liberal yang
diterapkan di negara-negara barat. Demokrasi Pancasila yang diterapkan di
Indonesia juga dapat juga dikelompokkan ke dalam tipe demokrasi
konstitusional.
b. Demokrasi proletar/demokrasi rakyat, merupakan tipe demokrasi yang lebih
mendasarkan diri pada ideologi Komunisme. Tipe demokrasi ini banyak
dianut oleh negara-negara komunis Eropa Timur, juga di Republik Rakyat
Cina dan Korea Utara Asia.
Oleh para pendukung demokrasi konstitusional, tipe demokrasi, tipe
demokrasi proletary/demokrasi rakyat ini dianggap tidak demokratis. Sebab,
menurut peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah bentuk khusus demokrasi
yang memenuhi fungsi diktatur proletariat, di mana kaum proletar (kelas buruh)
yang memegang kekuasaan politik, sementara dalam konsep demokrasi, seluruh
rakyat kecil tanpa kecuali ikut serta dalam proses pengambilan kebijakan untuk
kesejehteraan Bersama.
Demokrasi banyak dipraktikkan sekarang ini adalah demokrasi konstitusional
dimana ciri khasnya adalah pemerintah yang terbatas kekuasaanya oleh konstitusi
(UUD) dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenangnya terhadap warga
negaranya. Pembatasan-pembatasan atas kekuasaan pemerintah ini tercantum
dalam konstitusi (Miriam Budiardjo, 1986:52) atau dalam peraturan perundangan
lainnya. Demokrasi konstitusional ini sering juga disebut dengan demokrasi di
bawah sistem rule of law.
Demokrasi tidak hanya merupakan suatu sistem pemerintahan, tetapi juga
suatu gaya hidup serta tata masyarakat tertentu, yang karenanya juga mengandung
unsur-unsur moral. Selanjutnya, demokrasi semakin berkembang dan melingkupi
berbagai aspek, seperti; ekonomi, Pendidikan, pengajaran, dan sebagainya.
Organisasi Mahasiswa sebagai student government dalam alam demokrasi juga
harus mengindahkan nilai-nilai demokrasi. Begitu juga dalam pendidikan dan
pembelajaran di kelas dituntut demokratis.
Pengambilan keputusan dalam alam demokratis dilakukan dengan
musyawarah, mufakat, atau dengan suara terbanyak (voting). Dalam musyawarah,
setiap anggota harus memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat baik

vi
secara lisan maupun tertulis. Kebebasan berbicara dan berpendapat adalah “darah
hidup” setiap demokrasi (Ravietch, 1991:9). Setelah musyawarah dilaksanakan,
pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan mufakat suara bulat (musyawarah
untuk mufakat) atau dengan pemungutan suara terbanyak (voting). Prinsip utama
dalam pengambilan ini adalah bahwa keputusan harus ditentukan mayoritas
anggota tanpa mengabaikan kepentingan minoritas (Ravietch, 1991:6). Setiap
keputusan yang diambil dalam musyawarah atau voting harus didukung oleh
kelompok yang semula tidak setuju atau kalah dalam voting. Dalam budaya
politik masyarakat Indonesia baik pada tatanan pemerintah terendah maupun pada
pemerintahan tertinggi (pusat), prinsip demokrasi yang selalu dipakai adalah
musyawarah untuk kegiatan dalam kekeluargaan.
2. Sejarah Pertumbuhan Demokrasi
Demokrasi lahir melalui proses yang sangat Panjang. Demokrasi pada
hakikatnya lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat, terutama eksploitasi tenaga
dan pikiran rakyat, sehingga rakyat hanya punya kewajiban tanpa hak.
Sebaliknya, penguasa atau pemerintah tampak seolah-olah hanya punya
hak tanpa kewajiban.
b. Kondisi kehidupan masyarakat seperti di atas selalu mengakibatkan
timbulnya konflik dengan korban yang lebih banyak di pihak rakyat.
c. Kesejahteraan bertumpu pada para penguasa, sedangkan rakyat dibiarkan
hidup melarat tanpa jaminan masa depan.
Kondisi diatas menempatkan rakyat sebagai objek penindasan oleh penguasa.
Lambat laun rakyat yang tertekan ingin adanya perubahan sehingga mengadakan
pemberontakan untuk menggulingkan kekejaman dari penguasa. Setelah itu,
rakyat menciptakan suatu bentuk pemerintahan yang langsung diawasi oleh
rakyat. Inilah cikal bakal pemerintahan demokrasi yang kemudian berkembang
hingga saat ini.
Jika diurutkan lebih rinci, pertumbuhan dan perkembangan demokrasi dapat
diurutkan sebagai berikut:
a. Demokrasi Masa Yunani Kuno
Konsep demokrasi lahir di Yunani kuno dan dipraktikkan dalam
hidup bernegara antara abad IV sebelum masehi hingga abad VI Masehi.
Demokrasi yang dipraktikkan adalah demokrasi langsung, artinya hak
rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan oleh rakyat atau warga
negara. Kelemahan pada demokrasi tersebut ialah, lapisan budak,
pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat suara dalam
pemilihan.
b. Demokrasi Abad Pertengahan

vii
Gagasan demokrasi Yunani kuno dapat dikatakan berakhir ketika
bangsa Romawi dikalahkan oleh suku Eropa Barat dan Benua Eropa pada
abad pertengahan (abad VI Masehi sampai abad XII Masehi yang disebut
dengan abad kegelapan). Selama Abad Pertengahan, perbedaaan pendapat
antara ilmuwan dan kalangan gereja sering menimbulkan pertentangan
yang tak terselesaikan.
c. Perkembangan Demokrasi di Prancis
Di Prancis, perkembangan demokrasi dimulai pada awal abad XII
Masehi dengan bermunculan pusat-pusat belajar yang bisa dianggap
sebagai cikal-bikal perguruan tinggi. Mereka ini kemudian membentuk
sebuah perhimpunan yang disebut universitas magistrorum et sochafarum.
Perhimpunan ini sangat penting artinya dalam sejarah pendidikan tinggi
karena berhasil mendapat pengukuhan statusnya yang otonom berdasarkan
dekrit pemimpinan tertinggi gereja.
d. Perkembangan Demokrasi Melalui Magna Charta tahun 1215 di Inggris
Selanjutnya, tonggak baru kemunculan demokrasi ditandai dengan
kelahiran HAM melalui Magna Charta pada abad XII Masehi di Inggris.
Magna Charta merupakan piagram yang berisi perjanjian antara kaum
bangsawan dan Raja John di Inggris yang intinya menyatakan, bahwa raja
mengakui dan menjamin beberapa Hak. Dari sini timbul gagasan yang
membatasi kekuasaaan pemerintah dan menjamin hak-hak politik rakyat
sehingga kekuasaan pemerintah diimbangi kekuasan parlemen dan
lembaga lembaga hukum.
e. Demokrasi pada masa Rennaissance
Rennaissance merupakan gerakan yang menghidupkan kembali
minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno yang berupa gelombang-
gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia pada abad
XII Masehi dan mencapai puncaknya pada abad XIV Masehi. Masa
Renaissance adalah masa di mana orang mematahkan ikatan dan
menggantinya dengan kebebasan yang bertindak sesuai dengan yang
dipikirkan (kebebasan berpikir dan bertindak).
f. Reformasi Gereja
Reformasi Gereja merupakan gerakan revolusi agama yang terjadi
di Eropa Barat pada abad XVI Masehi yang bertujuan untuk memperbaiki
keadaaan dalam gereja Katolik yang hasilnya adalah protestanisme.
Reformasi dimulai pada pintu gereja Wittenberg (31 Oktober 1517), yang
kemudian segera memancing terjadinya serangan terhadap gereja. Martin
Luther memiliki keyakinan bahwa gereja telah keliru dalam beberapa
kebeneran sentral dari ke-Kristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci.
Intinya Martn Lather menyerukan kepada gereja untuk kembali kepada
ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen.
Ajaran Martin Luther diterima dimana-nana sehingga menyulut api
pemberontakan di Jerman dan sekitarnya. Sengketa dengan gereja berjalan

viii
lama dan menyulut perang besar selama kurang lebih tiga puluh tahun
(1618-1648). Dan berakhir dengan terjadinya perjanjian Whespella (1648).
Dengan dua kejadian terakhir (renaissance dan reformasi gereja)
mempersiapkan Eropa masuk pada Aufkalrung (abad pemikiran) dan
rasionalisme yang mendorong mereka untuk memederkakan pikiran dari
batas batas yang ditentukan gereja untuk mendasarkan pada pemikiran
atau akal (rasio) yang selanjutnya melahirkan berbagai macam hak bagi
manusia.
Selanjutnya, demokrasi berkembang dan tumbuh subur hingga
dewasa ini. Akan tetapi, demokrasi modern ini merupakan sifat hakiki dari
demokrasi dari demokrasi tidak langsung yang dilakukan melalui asas
perwakilan. Asas perwakilan ini kemudian mendasari lahirnya lembaga
legaslatif.
3. Bentuk Demokrasi serta Kriteria Pemerintahan Demokrasi
Secara teoretis, demokrasi yang dianut oleh negara-negara di dunia terbagi
dua, yaitu:
a. Demokrasi langsung, yaitu paham demokrasi yang mengikutsertakan
warga negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijakan
umum dan undang-undang.
b. Demokrasi tidak langsung, yaitu paham demokrasi yang dilaksanakan
melalui sistem perwakilan yang biasanya dilakukan melalui pemilihan
umum.
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan,
demokrasi melahirkan sistem yang bermacam-macam, seperti demokrasi dengan
sistem presidensial, demokrasi dengan sistem parlementer, dan demokrasi dengan
sistem referendum. Demokrasi ini dengan sistem presidensial menyajarkan antara
parlemen dan presiden dengan memberi dua kedudukan kepada presiden, yakni
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Demokrasi sistem parlamenter
meletakkan pemerintah (kepala pemerintah) dipimpin oleh perdana menteri dan
kepala negara, bisa presiden, raja, ratu, kaisar, dan sebagainya yang menjadi
symbol kedaulatan dan kesatuan. Di beberapa negara ada yang menggunakan
sebuah sistem campuran antara presidensial dan parlemen (seperti Prancis dan
Indonesia).
Selain itu, dalam impelementasinya demokrasi juga melahirkan sistem
demokrasi yang berdasarkan filosifi negara, yaitu demokrasi perwakilan liberal
dan demokrasi satu partai (komunisme). Demokrasi perwakilan liberal
mendasarkan pada suatu filsafat negara bahwa manusia merupakan makhluk
individu yang bebas, sehingga kebebasan individu dijadikan sebagai dasar
fundamental dalam pelaksanaan demokrasi. Adapun demokrasi satu partai yang
terdapat pada negara China, Rusia, Korea Utara dan negara komunis lainnya.

ix
Demokrasi satu partai juga tidak mengenal kelas dan semua warga negara
mempunyai persamaan dalam bidang hukum dan politik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa asas demokrasi
yang digunakan oleh negara-negara di dunia memberikan implikasi yang berbeda
dalam pelaksanaanya di masing masing negara. Artinya sistem pemerintahan
maupun sistem ketatanegaraan yang dianut suatu negara, maka asas demokrasi
dapat diimplementasikan dalam sistem yang diterapkan pada negara yang
bersangkutan.
Pada hakikatnya, pemerintahan atau sistem politik tidak dating, tumbuh, dan
berkembang sendirinya. Demokrasi bukanlah warisan, demokrasi membutuhkan
usaha nyata dari setiap warga maupun penyelenggara negara untuk berperilaku
sedemikian rupa sehingga mendukung sistem politik demokrasi.
Sebuah negara dapat dikatakan menganut sistem pemerintahan demokrasi jika
menerapkan kriteria-kriteria pemerintahan yang demokratis. Pemerintahan
demokratis menurut international conference of jurist, Bangkok, Tahun 1965
adalah:
a. Hukum di atas segala hal
b. Persamaan di hadapan hukum
c. Jaminan konstitusional terhadap HAM
d. Peradilan yang tidak memihak
e. Pendidikan kewarganegaraaan
Sementara itu, menurut Hendri B. Mayo dalam Budiardjo (1977:62)
mengemukakan beberapa nilai yang mendasari demokrasi seperti berikut:
a. Menyelesaikan perselihan dengan damai dan secara melambaga;
b. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat
yang sedang berubah;
c. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur;
d. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum;
e. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat
yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, serta kepentingan tingkah
laku; dan
f. Menjamin tegaknya keadilan
Demokrasi memiliki arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya,
sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya
organisasi negara dijamin (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007:55)
4. Prinsip Demokrasi
Dalam demokrasi, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara
musyawarah, mufakat atau dengan cara musyawarah, mufakat, atau dengan suara

x
terbanyak (voting). Dalam musyawarah setiap anggota harus memiliki kebebasan
mengemukakan pendapat baik secara tulisan maupun lisan. Kebebasan berbicara
dan berpendapat adalah darah hidup setiap demokrasi (Ravitch, 1989:).
Setelah musyawarah dilaksanakan, pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara mufakat suara bulat atau dengan pemungutan suara terbanyak (voting).
Prinsip utamanya dalam pengambilan keputusan ini adalah bahwa keputusan
harus ditentukan oleh mayoritas anggota tanpa mengabaikan kepentingan
minoritas (Ravitch, 1989:6).
Setiap keputusan yang diambil dalam musyawarah atau voting harus didukung
oleh kelompok yang semula tidak setuju atau yang kalah dalam voting. Dalam
budaya politik masyarakat Indonesia baik pada tataran pemerintah terendah
maupun tertinggi, prinsip demokrasi yang selalu dipakai adalah musyawarah
untuk mufakat dalam kekeluargaan. (Sihombing, 1984:12).
Toleransi, saling menghargai, dan partisipasi merupakan prinsip penting
dalam demokrasi. Nilai-nilai ini akan terlihat dalam penyusunan dan pelaksanaan
program kerja dari suatu organisasi, dalam perilaku masyarakat.
5. Demokrasi, Pemilu dan Partai Politik
Unsur penting dalam demokrasi yang perlu mendapat perhatian adalah pemilu
dan partai politik. Pemilu merupakan mekanisme demokrasi untuk memutuskan
pergantian pemerintah di mana rakyat akan menyalurkan hak politiknya secara
bebas dan aman. Partai politik juga merupakan wadah bagi penampungan aspirasi
rakyat. Peran tersebut merupakan implementasi nilai-nilai demokrasi, yakni
keterlibatan masyaratak untuk melakukan control terhadap penyelanggaraan
negara.
Pada hakikatnya, baik-buruknya pelaksanaan demokrasi di suatu negara sangat
tergantung dari kinerja dan pelaksanaan peranan dari alat-alat demokrasi yang ada
dalam negara tersebut. Alat-alat demokrasi tersebut adalah : 1) Partai Politik, 2)
Pemilihan Umum, 3) Lembaga-lembaga Negara, penjelasannya sebagai berikut:
a. Partai Politik
1) Sistem satu partai (Republik Rakyat Cina)
2) Sistem Dwi Partai (Amerika Serikat)
3) Sistem banyak partai (Indonesia)
Peran partai politik adalah sebagai peran sebagai wadah penyalur aspirasi
politik, sebagai sarana sosialisasi politik, peran sebagai sarana rekrutmen
politik, dan sebagai sarana pengatur konflik.
b. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum memiliki 3 (tiga) fungsi penting dalam proses berbangsa
dan bernegara, sebagai berikut:

xi
1) Rotasi Kekuasaan, dalam sebuah negara demokrasi, rotasi kekuasaan
mutlak harus ada. Semisal seorang pemimpin memerintah hanya dalam
periode dibatasi (dua periode saja). Banyak yang menilai bahwa
pemerintahan yang melebihi batas periode akan menjerumus kea rah
ditaktor/tirani.
2) Menciptakan perwakilan politik (dalam Lembaga eksekutif dan legislatif),
bertujuan untuk memilih calon-calon wakil rakyat yang akan
memperjuangkan kesejahteraan rakyat di tingkat pusat dalam lembaga
eksekutif dan legislatif.
3) Sarana pendidikan politik, pemilu tidak sekedar persoalan memilih dan
dipilih, namun juga merupakan salah satu wahana pendidikan politik
menurut alfan (1986:235) merupakan usaha yang sadar untuk mengubah
proses sosialisasi politik masyaratak sehingga mereka memahami dan
benar-benar menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem
politik ideal yang hendak dibangun. Sedangkan menurut Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, disebutkan, bahwa
pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang
hak kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
c. Lembaga-lembaga negara
Lembaga-lembaga negara terbagi:
1) Lembaga supra struktur politik, yaitu lembaga-lembaga
tinggi negara (seperti MPR, DPR, DPD, BK, MK, MA,
KPK, dan lain-lain)
2) Lembaga infra struktur, seperti Parpol, Mass Media, Rakyat,
serta LSM (termasuk kelompok kepentingan dan kelompok
penekan).
Kelompok kepentingan bertujuan untuk memperjuangkan suatu kepentingan
dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik untuk memperoleh keputusan
yang menguntungkan menghindari keputusan yang merugikan, seperti FPI
atau Front Pembela Islam yang memiliki kepentingan untuk menegakkan
syartiat Islam di tanah air.
Kelompok penekan merupakan kelompok yang dapat memaksa atau
mendesak pihak yang berada dalam pemerintahan atau pimpinan agar
bergerak ke arah yang diinginkan atau justru berlawanan dengan desakannya,
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Nasib Petani yang bertujuan
untuk mensejahterakan nasib petani di Indonesia.
B. Demokrasi di Indonesia
Dalam sejarah ketatanegaraan negara republik Indonesia yang telah lebih
dari setengah abad, perkembangan demokrasi mengalami fluktruasi (pasang
surut). Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana

xii
upaya untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan
sosial politik yang demokratis dalam masyarakat plural.
Fluktasi demokrasi di Indonesia pada hakikatnya dapat dibagi menjadi
dalam 5 (lima) periode:
1. Periode 1945-1949 dengan sistem Demokrasi Pancasila
Pada periode ini sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila seperti yang
diamantkan oleh UUD 1945 belum sepenuhnya dapat dilaksanakannya
karena negara dalam keadaan darurat dalam rangka mempertahankan
kemederkaan. Misalnya, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
semula berfungsi sebagai pembantu Presiden menjadi berubah fungsi
sebagai MPR. Sistem Kabinet yang seharusnya Presidensial dalam
pelaksanaannya menjadi sistem Parlementer seperti yang berlaku dalam
Demokrasi Liberal.
2. Periode 1949-1959 dengan sistem Parlamenter
Periode ini sangat menonjolkan peranan parlemen dan partai politik.
Pada periode ini berlaku Konstitusi RIS (1949-1950) dan UUDS 1950
(17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959). Pada masa ini pula, Indonesia dibagi
menjadi beberapa negara bagian. Setelah berjalan sampai 9 (Sembilan)
tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem
demokrasi parlementer tidak cocok diterapkan di negara ini. Pada
tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan dekrit mengenai
pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta
tidak berlakunya UUDS 1950.
3. Periode 1959-1965 dengan sistem Demokrasi Terpimpin
Sistem Demokrasi Terpimpin merupakan sistem yang menyimpang dari
konstitusional. Periode ini disebut juga sebagai periode Orde Lama.
Presiden Soekarno menjabat sebagai “Pemimpin Besar Revolusi”.
Dengan demikian pemusatan kekuasaan ada di tangan presiden.
Terjadinya pemusatan kekuasaan di tangan presiden menimbulkan
penyimpangan dan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945
yang puncaknya terjadi perebutan kekuasaan oleh PKI pada tanggal 30
September 1965 (G30S/PKI) yang merupakan bencana nasional bagi
Indonesia.
4. Periode 1965-1998 dengan sistem Demokrasi Pancasila (Orde Baru)
Demokrasi Pancasila Era Orde Baru yang merupakan demokrasi
kontitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Preiode ini dikenal
sebagai sebutan Orde Baru yang bertekad melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Secara tegas dilaksanakan
Demokrasi Pancasila dan dikembalikan fungsi lembaga tertinggi dan
tinggi negara sesuai dengan amanat 1945. Dalam pelaksanaannya,
sebagai akibat dari kekuasaan dan masa jabatan presiden yang tidak
dibatasi periodenya, maka menyebabkan kekuasaan menumpuk pada

xiii
presiden, sehinga terjadilah penyalahgunaan kekuasaan. Akibatnya
tumbuh suburnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Kebebasan bicara dibatasi, praktisi demokrasi menjadi semu, dan
Pancasila dijadikan sebagai alat legitimasi politik.
5. Periode 1998 - sekarang dengan sistem Demokrasi Pancasila (Orde
Reformasi)
Demokrasi Era Pancasila Reformasi berakar pada kekuatan multi partai
yang berupaya mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga
negara. Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi ini adalah
demokrasi dengan mendasarkan Pancasila dan UUD 19945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang
dianggap tidak demokratis, meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi
negara dengan menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab
yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuataan, dan tata hubungan
jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa pada
hakikatnya Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila, walaupun pernah
menganut sistem lain. Sistem demokrasi Pancasila mengemukakan musyawarah
mufakat dalam mengatasi segala macam persoalan.
A. Demokrasi dan pendidikan demokrasi
Pelaksanaan prinsip demokratis sebenarnya menyangkut dengan perilaku
manusia, baik secara individual maupun secara berkelompok, dalam
kedudukannya sebagai warga negara ataupun sebagai pejabat yang diberi
kewenangan. Perilaku adalah manifestasi dari kebudayaan sebab kebudayaan
terwujud dan disalurkan melalui perilaku manusia.
Nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat itulah yang mempengaruhi
perilakunya dalam kehidupan. Nilai-nilai itu beraneka ragam, termasuk di
dalamnya nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai itulah yang membentuk perilaku
demokratis.
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi perilaku demokratis beraneka
ragam, di antarnya adalah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara dan kepercayaan kepada pemerintah. Selain itu faktor faktornya adalah
faktor status sosial, status ekonomi, afiliasi (hubungan) antara politik orang tua
dengan pengalaman beroganisasi (Ramlan surbakti, 1999:144). Di samping itu,
pengetahuan demokrasi juga memengaruhi perilaku demokratis. Demokrats
bergantung pada warga negara yang berpendidikan dan berpengetahuan
(Ravietch, 1991:1). Bila kita ingin mewujudkan masyrakat demokratis,
pendidikan dan pengetahuan harus ditingkatkan dan perilaku harus sesuai
dengan nilai nilai demokratis.

xiv
Pendidikan demokratis diartikan sebagai upaya sistematis yang dilakukan
negara dan masyarakat untukm memfasilitasi individu warga negaranya agar
memahami, menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan konsep, prinsip,
dan nilai demokratis yang sesuai dengan status dan perannya dalam masyarakat
(Udin Winaputra, 2001:12).
Pendidikan demokratis pada dasarnya dapat dilakukan melalui tig acara,
yaitu:
1) Pendidikan Demokratis secara formal: pendidikan lewat tatap muka,
diskusi timbal balik, presentasi, serta studi kasus.
2) Pendidikan Demokratis secara informal: pendidikan lewat tahap
pergaulan di rumah maupun masyrakat, sebagai bentuk aplikasi nilai
berdemokrasi terhadap lingkungan sekitar.
3) Pendidikan Demokratis secara nonformal: pendidikan melewati
masyarakat secara lebih makro karena pendidikan di luar sekolah
memiliki parameter yang signifikan terhadap pembentukan jiwa
seseorang.
Adapun misi pendidikan demokrasi adalah sebagai berikut:
1) Memfasilitasi warga negara untuk mendapatkan berbagai akses dan
menggunakan secara cerdas berbagai sumber informasi tentang
demokrasi secara teori dan praktik untuk berbagai konteks kehidupan
sehingga memiliki wawasan yang luas dan memadai.
2) Memfasilitasi warga negara untuk melakukan kajian konseptual dan
operasional secara cermat dan bertanggung jawab terhadap berbagai
cita-cita, instrumentasi, dan praksis demokrasi guna mendapatkan
keyakinan dalam melakukan pengambilan keputusan individual atau
berkelompok dalam kehidupannya sehari-hari serta beragumentasi
dengan keputusannya tersebut.
3) Memfasilitasi warga negara untuk memperoleh dan memanfaatkan
kesempatan berpasitipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam
praksis kehidupan demokrasi di lingkungannya, serta mengeluarkan
pendapat, berkumpul, dan berserikat, memilih, serta memonitor dan
mempengaruhi kebijakan publi.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan demokrasi
sangat diperlukan agar warga negaranya mengerti, menghargai kesempatan dan
tanggung jawab sebagai warga negara yang demokratis.

xv
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Secara Etomologi, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni demos yang
berarti rakyat, dan cratos/cratein yang berarti pemerintahaan atau kekuasaan,
sehingga secara bahasa demokrasi merupakan pemerintahan rakyat atau kekuasan
rakyat.
Secara terminologi, pada hakikatnya demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk meencapai keputusan politik di mana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara memperjuangkan kompetisi atas
suara rakyat (Schumpeter, 1950).
Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila, walaupun pernah menganut
sistem lain. Sistem demokrasi Pancasila mengemukakan musyawarah mufakat
dalam mengatasi segala macam persoalan.
Pendidikan demokratis diartikan sebagai upaya sistematis yang dilakukan negara
dan masyarakat untukm memfasilitasi individu warga negaranya agar memahami,
menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan konsep, prinsip, dan nilai
demokratis yang sesuai dengan status dan perannya dalam masyarakat (Udin
Winaputra, 2001:12).

B. Saran

xvi
Daftar Pustaka

xvii

Anda mungkin juga menyukai