KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas ridho dan rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini disusun dengan maksud dan tujuan untuk memberikan pemahaman
serta penjelasan mengenai demokrasi di Indonesia. Kami harap makalah ini dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca, terutama mahasiswa
Akan tetapi keterbatasan yang kami miliki baik pengetahuan ataupun referensi yang
kami peroleh dalam penyusunan makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran dari
Dosen ataupun teman teman kami yang bersifat membangun, agar bisa menjadi lebih
baik lagi. Dan kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan
penjelasan ataupun penulisan dalam makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
A. Pengertian Demokrasi ...............................................................................................................3
B. Konsep Demokrasi.....................................................................................................................4
C. Sejarah Demokrasi.....................................................................................................................5
D. Jenis-jenis Demokrasi................................................................................................................5
E. Prinsip-prinsip demokrasi..........................................................................................................6
F. Ciri-ciri, Asas, dan Nilai Demokrasi............................................................................................8
G. Manfaat Demokrasi...................................................................................................................8
H. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia.................................................................9
I. Demokrasi Dalam SIstem Negara Indonesia............................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................................15
B. Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya.
Namun, dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi
1998 sampai saat ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih
terdapat beberapa kekurangan dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok
merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem domokrasi di Indonesia.
Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang sebebas-bebasnya
sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-
masing.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Demokrasi?
2. Bagaimana Konsep Demokrasi?
1
3. Bagaimana Sejarah Demokrasi?
4. Apa saja Jenis jenis Demokrasi?
5. Apa saja Prinsip prinsip Demokrasi?
6. Apakah Ciri-ciri, Asas dan Nilai Demokrasi?
7. Apakah Manfaat Demokrasi?
8. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Demokrasi.
2. Untuk mengetahui konsep Demokrasi
3. Untuk mengetahui sejarah Demokrasi
4. Untuk mengetahui jenis jenis Demokrasi
5. Untuk mengetahui prinsip prinsip Demokrasi
6. Untuk mengetahui ciri ciri, asas dan nilai demokrasi
7. Untuk mengetahui manfaat Demokrasi
8. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Demokrasi di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
1
Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang
terdiri dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, kratos/kratein yang berarti kekuasaan/
pemerintahan. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuasaan rakyat atau suatu bentuk
pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Melalui konteks budaya
demokrasi, nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi panutan dapat diterapkan dalam
praktik kehidupan demokratis yang tidak hanya dalam pengertian politik saja, tetapi juga
dalam berbagai bidang kehidupan. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik
Indonesia, menyebut demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan penggantian kedaulatan raja
menjadi kedaulatan rakyat.
Istilah -istilah demokrasi tersebut banyak dikaji oleh para ahli. Meskipun terdapat
perbedaan, namun pada dasarnya pandangan-pandangan para ahli itu mempunyai kesamaan
prinsip. Berikut ini adalah pandangan demokrasi menurut beberapa pendapat :
a. Abraham Lincoln (Presiden Amerika ke-16)
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
b. Giovani Sartori
Demokrasi dipandang sebagai suatu sistem dimana tidak seorang pun dapat memilih
diriya sendiri, tidak seorang pun dapat mengindentifikasikan dengan kekuasaannya,
kemudian tidak dapat merebut dari kekuasaan lain dengan cara-cara tak terbatas dan tanpa
syarat.
c. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah
yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesempatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa
d. Carol C. Gould
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang didalamnya rakyat memerintah
sendri, baik melalui partisipasi langsung dalam merusmuskan keputusan-keputusan yang
memengaruhi mereka maupun dengan cara memilih wakil-wakil mereka.
e. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Demokrasi berarti bentuk pemerintahan dimana segenap rakyat turut serta
memerintah dengan peraturan wakilnya. Adapun arti lainnya, yaitu demokrasi merupakan
suatu gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan-persamaan yang sama
bagi semua warga negara
f. Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila
Demokrasi adalah suatu pola pemerintahan, yang pelaksanaa pemerintahnya
bersumber pada mereka yang diperintah. Atau demokrasi adalah pola pemerintahan yang
mengikutsertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam keputusan yang diambil oleh
mereka yang berwenang.
1
Ria Fitri, S.H., dkk, 2018. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Banda Aceh:Syiah Kuala University Press. Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn) Bermuatan General Education. Universitas Syiah Kuala
3
Berdasarkan beberapa pengertian demokrasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana kekuasaan atau kedaulatan adaditangan
rakyat. Dengan kata lain, rakyat dapat dilibatkan dalam setiap aspek kehidpan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara atau Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga
negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
lain, seperti persoalanan agama, budaya, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Dengan
begitu, semua komponen bangsa, apakah itu agamawan, ekonom, cendikiawan,
wiraswastawan, wartawan, dan lain-lain dapat memberikan sumbangsi maksimal bagi
Ketahanan Nasional.
Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui
perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi
mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara. Keanekaragaman ini muncul disebabkan
kebudayaan bangsa didunia ini berlainan, hingga didapati berbagai macam demokrasi, juga
sebagai salah satu sisi dari penjelmaan hidup bermasyarakat.
B. Konsep Demokrasi
4
C. Sejarah Demokrasi
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada
abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah
berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.2
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti kekuasaan, sehingga dapat diartikan sebagai kekuasaan rakyat,
atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini
menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan
politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam
suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan
negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-
fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak
mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut
pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan
berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan
anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan
untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus
ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan
mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan
lembaga negara tersebut.
D. Jenis-jenis Demokrasi
Terdapat beberapa jenis demokrasi yang disebabkan perkembangan dalam
3
pelaksanaannya diberbagai kondisi dan tempat. Oleh karena itu, pembagian jenis demokrasi
dapat dilihat dari beberapa hal, sebagai berikut :
1. Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat. Termasuk jenis demokrasi ini
terdiri dari :
2
Drs. Sunarto, dkk, 2017. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat pengembangan MKU/MKDK-LP3
Universitas Negeri Semarang
3
http://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentang-demokrasi-indonesia
5
a. Demokrasi langsung. Rakyat secara langsung diikutsertakan dalam proses
pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintahan.
b. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Demokrasi ini dijalankan
oleh rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui pemilu. Aspirasi rakyat
disalurkan melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
(referendum) yang dapat diklasifikasikan
d. Demokrasi formal. Demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal, yaitu secara
hukum menempatkan semua orang dalam kedudukan yang sama dalam bidang
politik, tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi.
e. Demokrasi material. Demokrasi ini memandang manusia mempunyai kesamaan
dalam bidang sosial ekonomi, sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi
prioritas. Demokrasi material dikembangkan di Negara sosialis-komunis.
f. Demokrasi campuran. Demokrasi ini merupakan campuran dan kedua demokrasi
tersebut. Demokrasi ini berupaya menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat
dengan menempatkan persamaan derajat dan hak setiap orang.
g. Demokrasi liberal, yaitu memberikan kebebasan yang luas pada individu. Campur
tangan pemerintah diminimalkan bahkan ditolak. Pemerintah bertindak atas dasar
konstitusi (hukum dasar).
h. Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar. Demokrasi ini bertujuan
menyejahterakan rakyat. Negara dibentuk tidak mengenal perbedaan kelas. Semua
warga Negara mempunyai persamaan dalam hukum dan politik.
6
E. Prinsip-prinsip Demokrasi
4
https://maratussyolikha.wordpress.com/2017/10/27/makalah-pkn-tentang-demokrasi-di-indonesia-dan-contoh-kasus-demokrasi/
5
Drs. Sunarto, dkk, 2017. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat pengembangan MKU/MKDK-LP3
Universitas Negeri Semarang
7
3. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang.
1. Ciri-ciri Demokrasi
Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi
suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri
suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
3. Nilai-Nilai Demokrasi
Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya sistem demokrasi, maka harus ada
pola perilaku yang menjadi tuntunan atau norma nilai-nilai demokrasi yang diyakini
masyarakat. Nilai-nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal sebagai berikut:
8
a. Kesadaran akan puralisme. Masyarakat yang hidup demokratis harus menjaga
keberagaman yang ada di masyarakat. Demokrasi menjamin keseimbangan
hak dan kewajiban setiap warga Negara.
b. Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat. Pengambilan keputusan didasarkan
pada prinsip musyawarah prinsip mufakat, dan mementingkan kepentingan
masyarakat pada umumnya. Pengambilan keputusan dalam demokrasi
membutuhkan kejujuran, logis atau berdasar akal sehat dan sikap tulus setiap
orang untuk beritikad baik.
c. Demokrasi membutuhkan kerjasama antarwarga masyarakat dan sikap serta
itikad baik, masyarakat yang terkotak-kotak dan penuh curiga kepada
masyarakat lainnya mengakibatkan demokrasi tidak berjalan dengan baik.
d. Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan. Semangat demokrasi menuntut
kesediaan masyarakat untuk membenkan kritik yang membangun,
disampaikan dengan cara yang sopan dan bertanggung jawab untuk
kemungkinan menerima bentuk-bentuk tertentu.
e. Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral. Demokrasi mewajibkan
adanya keyakinan bahwa cara mencapai kemenangan haruslah sejalan dengan
tujuan dan berdasarkan moral serta tidak menghalalkan segala cara.
Demokrasi memerlukan pertimbangan moral atau keluhuran akhlak menjadi
acuan dalam berbuat dan mencapal tujuan.
G. Manfaat Demokrasi
6
Demokrasi dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu:
1. Kesetaraan sebagai warga Negara. Disini demokrasi memperlakukan semua orang
adalah sama dan sederajat. Prinsip kesetaraan menuntut perlakuan sama terhadap
pandangan-pandangan atau pendapat dan pilihan setiap warga Negara.
2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum. Kebijakan dapat mencerminkan keinginan
rakyatnya. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan semakin besar pula
kemungkinan kebijakan itu menceminkan keinginan dan aspirasi rakyat.
3. Pluralisme dan kompromi. Demokrasi mengisyaratkan kebhinekaan dan
kemajemukan dalam masyarakat maupun kesamaan kedudukan diantara para warga
Negara. Dalam demokrasi untuk mengatasi perbedaan-perbedaan adalah lewat
diskusi, persuasi, kompromi, dan bukan dengan paksanaan atau pameran kekuasaan.
4. Menjamin hak-hak dasar. Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan dasar tentang
hak-hak sipil dan politis; hak kebebasan berbicara dan berekspresi, hak berserikat dan
berkumpul, hak bergerak, dsb. Hak-hak itu memungkinkan pengembangan diri setiap
individu dan memungkinkan terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih
baik.
5. Pembaruan kehidupan social. Demokrasi memungkinkan terjadinya pembawan
kehidupan social. Penghapusan kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan
pergantian para politisi dilakukan dengan cara yang santun, dan damai. Demokrasi
memuluskan proses alih generasi tanpa pergolakan.
9
7
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17
Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945
(yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut NKRI) menganut paham atau ajaran
demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan
demikian berarti juga NKRI tergolong sebagai negara yang menganut paham Demokrasi
Perwakilan (Representatif Demokrasi).
Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara rakyat disatu
pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara Indonesia yang duduk di
BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa sebagian
terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat, baik mengikutinya secara langsung di
negara-negara Eropa Barat (khususnya Belanda), maupun mengikutinya melalui
pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan
kolonial Belanda di Indonesia sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah
cukup akrab dengan ajaran demokrasi yang berkembang di negara-negara Eropah Barat
dan Amerika Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus 1945) negara-negara
penganut ajaran demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-II.Didalam
praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini, ternyata
paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa model
demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.
Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950) Indonesia
mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau dinamakan juga Demokrasi
Liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang tentang instabilitas
pemerintahan dan nyaris berujung pada konflik ideologi di Konstituante pada bulan Juni-
Juli 1959. Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut di
atas, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden
yang memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula diterapkan model
Demokrasi Terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi Negara Pancasila dan paham
Integralistik yang mengajarkan tentang kesatuan antara rakyat dan negara. Namun belum
berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-nya Demokrasi
Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat konflik politik dan ideologi
yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan turunnya
Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI pada tanggal 11 Maret 1968. Presiden Soeharto
yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI, menerapkan model
Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba), untuk
menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai
dengan ideologi negara Pancasila.
Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama dibandingkan
dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan sebelumnya, yaitu
sekitar 30 tahun, tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita sedih dengan lengsernya
Jenderal Soeharto dari jabatan Presiden pada tanggal 23 Mei 1998, dan meninggalkan
kehidupan kenegaraan yang tidak stabil dan krisis disegala aspeknya. Sejak runtuhnya
Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto, maka NKRI
7
http://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentang-demokrasi-indonesia
10
memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang
dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku
sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian
Batang tubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan
kenegaraan di era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara, khususnya
laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar
lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap
model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model Demokrasi Pancasila di era
Orde Baru. Model Demokrasi pasca Reformasi yang telah dilaksanakan sejak beberapa tahun
terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda kemampuannya untuk mengarah-kan
tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajeq), sekalipun lembaga-lembaga negara yang utama,
yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dan lembaga-lembaga legislatif (DPR dan
DPD) telah terbentuk melalui pemilihan umum langsung yang memenuhi persyaratan sebagai
mekanisme demokrasi.
proklamirkan dan kemudian di perkuat dalam Undang-undang Dasar 1949 dan 1950, ternyata
kurang cocok untuk Indonesia meskipun dapat berjalan secara memuaskan dalam beberapa
Negara Asia lain. Persatuan yang dapat di galang untuk selalu menghadapi musuh bersama
menjadi kendor dan tidak dapat di bina menjadi kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah
kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi system parlementer memberi
peluang untuk dominasi partai-partai politik dan Dewan perwakilan rakyat.
Undang-undang dasar 1950 menetapkan berlakunya system parlementer dimana
badan eksekutif yang terdiri atas Presiden sebagai kepala Negara konstitusional
(constitutional head) dan menteri-menterinya mempunyai tanggung jawab politik. Karena
fragmentasi partai-partai politik, setiap kabinet berdasarkan koalisi yang berkisar pada satu
atau dua partai besar dengan beberapa partai kecil. Koaliisi ternyata kurang mantap dan
partai-partai dalam koalisi tidak segan-segan untuk menarik dukungannya sewaktu-waktu,
sehingga cabinet seringkali jatuh karena keretakan dalam koalisi sendiri. Dengan demikian di
timbulkan kesan bahwa partai-partai dalam koalisi kurang dewasa dalam mengahdapi
tanggung jawab mengenai permasalahan pemerintahan. Di lain pihak, partai-partai dalam
barisan oposisi tidak mampu berperan sebagai oposisi yang konstruktif yang menyusun
program-program alternatif, tetapi hanya menonjolkan segi-segi negative dari tugas oposisi
Masa Republik Indonesia II (1959-1965): Masa Demokrasi Terpimpin
Ciri-ciri periode ini ialah dominasi dari presiden, terbatasnya peranan partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial-
politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat di pandang sebagai suatu usaha utuk mencari jalan keluar
8
Suliswoeo, D., 2012. Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional. Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan
11
dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Undang-undang dasar
1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama sekurang-
kurangnya lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS No III/ 1963 yang mengangkat Ir.
Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun
ini (Undang-Undang Dasar memungkinkan seorang presiden untuk di pilih kembali) yang di
tentukan oleh Undang-undang Dasar. Selain itu, banyak lagi tindakan yang menyimpang dari
atau menyeleweng terhadap ketentuan-ketentuan undang undang dasar.
Misalnya dalam tahun 1960 Ir.soekarno sebagai presiden membubarkan dewan
perwakilan rakyat hasil pemilihan umum,padahal dalam penjelasan UUD 1945 secara
eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat demikian.
Dewan perwakilan rakyat gotong royong yang mengganti dewan perwakilan rakyat pilihan
rakyat di tonjolkan perananya sebagai pembantu pemerintah, sedangakan fungsi kontrol di
tiadakan. Bahkan pimpinan dewan perwakilan rakyat di jadikan menteri dan dengan demikian
di tekankan fungsi mereka sebagai pembantu presiden, disamping fungsi sebagai wakil
rakyat. Hal terakhir ini mencerminkan telah di tinggalkannya doktrin Trias Politika. Dalam
rangka ini harus pula di lihat beberapa ketentuan lain yang memberi wewenang kepada
presiden sebagai badan eksekutif untuk campur tangan di bidang lain selain bidang eksekutif.
Misalnya, Presiden di beri wewenang untuk campur tangan di bidang Yudikatif berdasarkan
UUD No. 19/1964, dan di bidang legislatif berdasarkan peraturan presiden No. 14/1960
Dalam hal anggotan dewan perwakilan rakyat tidak mencapai mufakat.
Selain itu terjadi penyelewengan di bidang per undang-undangan di mana pelbagai
tindakan pemerintah di laksanakan melalui penetapan presiden (Penpres) yang memakai
dekrik 5 Juli sebagai sumber hokum. Tambahan pula didirikan badan-badan ekstra
konstitusional seperti Front Nasional yang ternyata dipakai oleh pijhak komunis sebagai area
kegiatan, sesuai dengan taktik komunisme internasional yang menggariskan pembentukan
front nasional sebagai persiapan kearah terbentuknya demokrasi rakyat. Partai politik dan
pers yang di anggap menyimpang dari rel revolusi di tutup, tidak dibenarkan, dan di breidel,
sedangkan politik mercu suar di bidang hubungan luar negeri dan ekonomi dalam negeri telah
menyebabkan keadaan ekonomi menjadi bertambah suram. G 30 S/PKI telah mengakhiri
periode ini membuka peluang untuk dimulainya masa demokrasi Pancasila.
Masa Republik Indonesia III (1965-1998): Masa Demokrasi Pancasila
Landasan formal dari periode ini ialah Pancasila, UUD 1945, serta ketetapan MPRS.
Dalam usaha untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD yang telah terjadi
dalam masa demokrasi terpimpin telah di adakan sejumlah tindakan korektif. Ketetapan
MPRS No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno telah
dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap 5 tahun. Ketetapan
MPRS NO. XIX/1966 Telah menentukan di tinjaunya kembali produk-produk legislatif dari
masa demokrasi terpimpin dan atas dasar itu UU No. 19/1964 telah di ganti dengan suatu UU
baru (No.14/1970) yang menetapkan kembali ke asas kebebasan badan-badan pengadilan.
Dewan perwakilan rakyat gotong royong di beri beberapa hak kontrol di samping tetap
mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah. Pemimpinnya tidak lagi mempunyai status
materi. Begitu pula tata tertib dewan perwakilan rakyat gotong royong yang baru telah
meniadakan pasal yang memberi wewenang kepada presiden untuk memutuskan
permasalahan yang tidak dapat mencapai mufakat antara anggota badan legislative. Golongan
12
karya, di mana anggota ABRI memainkan peranan penting, di beri landasan konstitusional
yang lebih formal.
Selain itu beberapa hak asasi di usahakan supaya di selenggarakan lebih penuh
dengan memberi kebebsan lebih luas kepada pers untuk menyatakan pendapat dan kepada
partai-partai politik untuk bergerak dan menyusun kekuatannya terutama menjelang
pemilihan umum 1971, dengan demikian di harapkan terbinahnya partisipasi dengan
golongan-golongan dalam masyarakat di samping di adakan pembangunan ekonomi secara
teratur serta terencana. Perkembangan lebih lanjut pada masa republik Indonesia III (yang
juga di sebut sebagai orde baru yang menggantikan orde lama) menunjukkan peranan
presiden yang semakin besar. Secara lambat lain tercipta pemusatan kekuasaan ditangan
presiden karena presiden Soeharto telah menjelma sebagai seorang tokoh yang Paling
dominan dalam stem politik Indonesia tidak saja jabatanya sebagai presiden dalam system
presidensial tetapi juga karena pengaruhnya yang dominan dalam elit politik.
Keberhasilan pemipin penumpasan G 30 S/PKI dan kemudian membubarkan PKI
dengan menggunakan surat perintah 11 Maret (Super Semar) memberikan peluang yang
besar kepada Jendral Soeharto untuk tampil sebagai tokoh yang paling berpengaruh di
Indonesia. Status ini membuka peluang bagi Jenderal Soeharto untuk menjadi presiden
berikutnya sebagai pengganti presiden Soekarno.
Masa Republik Indonesia IV (1998 – sekarang): Masa Reformasi
Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadinya reformasi politik dan
9
9
Drs. Sunarto, dkk, 2017. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat pengembangan MKU/MKDK-LP3
Universitas Negeri Semarang
13
(1999-2002). Beberapa perubahan penting dilakukan terhadap UUD 1945 agar UUD 1945
mampu menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Pemeran DPR sebagai lembaga
legislative 10diperkuat, semua anggota DPR dipilih dalam pemilu, pengawasan terhadap
presiden lebih diperketat, dan hak asasi manusia memperoleh jaminan yang semakin kuat.
Amandemen UUD 1945 juga memperkenalkan pemilihan umum untuk memilih presiden dan
wakil presiden secara langsung (pilpres). Pilpres pertama dilakukan pada tahun 2004 setelah
pemilihan umum untuk lembaga legislative.
Langkah demokratisasi berikutnya adalah pemilihan umum untuk memilih kepala
daerah secara langsung (pilkada) yang diatur dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. UU ini mengharuskan semua kepala daerah di seluruh Indonesia
dipilih melalui pilkada melalui pertengahan 2005. Semenjak itu, semua kepala daerah yang
telah habis masa jabatannya harus dipilih melalui pilkada. Pilkada bertujuan untuk
menjadikan pemerintah daerah lebih demokratis dengan diberikan hak bagi rakyat untuk
menentukan kepala daerah. Hal ini tentu saja berbeda dengan pemilihan kepala daerah
sebelumnya yang bersifat tidak langsung karena dipilih oleh DPRD.
Pelaksanaan pemilu legislative dan pemilihan presiden pada tahun 2004 merupakan
tonggak sejarah politik penting dalam sejarah politik Indonesia modern karena terpilihnya
anggota-anggota DPR, DPD (Dewan Perwakilan Daerah), dan DPRD telah menuntaskan
demokratisasi di bidang lembaga-lembaga politik di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa
demokratisasi telah berhasil membentuk pemerintah Indonesia yang demokratis karena nilai-
nilai demokrasi yang penting telah ditetapkan melalui pelaksanaan peraturan perundangan
melalui dari UUD 1945. Memang benar bahwa demokratisasi adalah proses tanpa akhir
karena demokrasi adalah sebuah kondisi yang tidak pernah terwujud secara tuntas. Namun
dengan adanya perubahan-perubahan tadi, demokrasi di Indonesia telah mempunyai dasar
yang kuat untuk berkembang.
10
Drs. Sunarto, dkk, 2017. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat pengembangan MKU/MKDK-LP3
Universitas Negeri Semarang
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembahasan tengtang demokrasi menghadapkan kita pada suatu kompleksitas
permasalahan yang klasik, fundamental namun tetap aktual. Demokrasi adalah bentuk
pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga
negara berpartisipasi dengan baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum, karena Demokrasi sangat erat
kaitannya dengan politik dan hukum.
Sejak tahun 1998 hingga sekarang, Indonesia menjalankan Demokrasi Pancasila
Era Reformasi. Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap
demokrasi pancasila. Namun perbedaanya terletak pada aturan pelaksanaan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan praktik pelaksanaan demokrasi,
terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi pancasila dari masa orde baru
pelaksanaan demokrasi pada masa orde reformasi sekarang ini yaitu :
1. Pemilihan umum lebih demokratis
2. Partai politik lebih mandiri
3. Lembaga demokrasi lebih berfungsi
4. Konsep trias politika (3 Pilar Kekuasaan Negara) masing-masing bersifat otonom
penuh.
Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang dibuat
berdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan lebih mudah
diwujudkan. Tata cara pelaksanaan demokrasi Pancasila dilandaskan atas mekanisme
konstitusional karena penyelenggaraan pemeritah Negara Republik Indonesia
berdasarkan konstitusi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Sunarto, dkk, 2017. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat
pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang
http://m.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/10/10/oxlbf9440-pemilihan-rektor-ipb-
babak-baru-demonstrasi-di-perguruan-tinggi-indonesia
https://maratussyolikha.wordpress.com/2017/10/27/makalah-pkn-tentang-demokrasi-di-
indonesia-dan-contoh-kasus-demokrasi/
http://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentang-demokrasi-indonesia
Ria Fitri, S.H., dkk, 2018. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Banda Aceh:Syiah
Kuala University Press. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Bermuatan General Education. Universitas Syiah Kuala
16