Anda di halaman 1dari 18

DEMOKRASI PANCASILA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

MAHAYANA ARIA SATYA (H0822083)


MUHAMAD LUTFIDEN FATHONI (H0822088)
MUHAMMAD RAUF DERMAWAN (H0822093)
MUHAMMAD YANUAR YUDHANTA (H0822097)
NOVIA RAHMA SAFITRI (H0822108)
PRATAMA GALIH SAPUTRO (H0822116)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2022
PRAKATA

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridlo
Allah SWT, karena tanpa rahmat dan RidloNya, kelompok kami tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

Kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok ini guna memenuhi


tugas kelompok untuk mata kuliah Kewarganegaraan yang diampu oleh dosen
Prof. Dr. Pranoto, M.Sc. Makalah yang kelompok kami buat berjudul
DEMOKRASI PANCASILA.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan ataupun kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Dengan demikian kami berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat untuk menambah informasi mengenai Demokrasi
Pancasila.

ii
DAFTAR ISI
PRAKATA.......................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
A. Demokrasi.............................................................................................................
B. Pancasila ..............................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................
A. Sejarah Demokrasi Pancasila.............................................................................
B. Prinsip Demokrasi Pancasila..............................................................................
C. Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila...........................................................................
D. Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Pancasila ..........................................
BAB V PENUTUP.........................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut


demokrasi yang bersumber kepada nilai-nilai kehidupan yang berakar dari budaya
bangsa Indonesia sendiri. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati
oleh bangsa dan negara Indonesia, dihayati dan diintegrasikan oleh nilai-nilai
luhur Pancasila yang tidak lepas dari rasa kekeluargaan. Para pakar berpendapat
bahwa demokrasi Pancasila merupakan salah satu bentuk demokrasi yang mampu
menjawab tantangan zaman. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang
konstitusional berdasarkan mekanisme kedaulatan rakyat di setiap
penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan menurut konstitusi
yaitu UUD 1945. Sebagai demokrasi Pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
implementasinya wajib sesuai dengan apa yang terdapat dalam UUD 1945.

Perkembangan demokrasi turut meningkatkan partisipasi politik masyarakat.


Masyarakat boleh mengorganisasikan diri untuk ikut serta dalam proses
pengambilan keputusan. Masyarakat atau rakyat kembali merasakan kebebasan
sipil dan politiknya. Rakyat menikmati kebebasan berpendapat serta rakyat
menikmati kebebasan berorganisasi. Kebebasan sipil bisa dinikmati meskipun di
sisi lain hak sekelompok masyarakat bisa dihilangkan oleh kelompok masyarakat
lain. Dalam kondisi seperti itu beberapa kalangan menilai penerapan demokrasi di
Indonesia harus dijiwai dengan ideologi atas dasar negara RI yaitu Pancasila.
Pancasila sebagai dasar atau ideologi negara harus diterapkan dalam kehidupan
berdemokrasi.

Demokrasi Pancasila ini bersumber dari sila pancasila yang dilihat sebagai
satu keseluruhan yang utuh. Nilai-nilainya digali dari kepribadian bangsa
Indonesia. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional berdasarkan
mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan seperti yang
terkandung dalam UUD 1945. Hal ini sesuai dengan sila keempat, yakni
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan yang mementingkan musyawarah dalam keputusan.

1
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1. Apa pengertian demokrasi Pancasila?
2. Bagaimana sejarah demokrasi di Indonesia?
3. Apa saja prinsip demokrasi Pancasila di Indonesia?
4. Bagaimana ciri-ciri demokrasi Pancasila?
5. Apa kekurangan dan kelebihan demokrasi Pancasila?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, berikut tujuan disusunnya
makalah ini.
1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi Pancasila
2. Untuk mengetahui sejarah demokrasi Pancasila
3. Untuk mengetahui prinsip demokrasi Pancasila di Indonesia
4. Untuk mengetahui ciri-ciri demokrasi Pancasila
5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan demokrasi Pancasila

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari dua asal kata bahasa Yunani, yaitu “demos”
dan “kratos” atau “kratein”. Menurut artinya secara harfiah yang dimaksud
dengan demokrasi, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “kratos” yang berarti
pemerintahan, sehingga kata demokrasi berarti suatu pemerintahan yang
dijalankan oleh rakyat. Demokrasi menyiratkan arti kekuasaan itu pada
hakikatnya yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sekalipun
sejelas itu arti istilah demokrasi menurut bunyi kata-kata asalnya, akan tetapi
dalam praktek demokrasi itu dipahami dan dijalankan secara berbeda-beda,
bahkan perkembangannya sangat tidak terkontrol.

Menurut Munir Fuady dalam Konsep Negara Demokrasi, sebenarnya yang


dimaksud demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dalam suatu negara
dimana warga negara secara memiliki hak, kewajiban, kedudukan, dan kekuasaan
yang baik dalam menjalankan kehidupannya maupun dalam berpartisipasi
terhadap kekuasaan negara, dimana rakyat berhak untuk ikut serta dalam
menjalankan negara atau mengawasi jalannya kekuasaan baik secara langsung
misalnya melalui ruang publik adil dan jujur dengan pemerintahan yang
dijalankan semata-mata untuk kepentingan rakyat, sehingga sistem pemerintahan
dalam negara tersebut berasal dari rakyat, dijalankan oleh rakyat, untuk
kepentingan rakyat.

Menurut Sartori, demokrasi merupakan istilah yang bersifat umum ataupun


universal dan tidak ada sistem demokrasi yang berlaku untuk semua bangsa.
Konsep demokrasi semula berawal dari pemikiran mengenai hubungan negara dan
hukum di Yunani kuno dan dipraktekkan dalam hidup bernegara antara abad ke 4
sebelum Masehi sampai abad ke 6 Masehi. Saat itu pelaksanaan demokrasi
dipraktikan secara langsung artinya rakyat menentukan sendiri secara langsung
terhadap setiap putusan yang menyangkut dengan kepentingan publik berdasarkan
prosedur mayoritas.

3
Kemudian, dalam perkembangannya mengalami dua kali bentuk
transformasi demokrasi yakni transformasi demokrasi negara kota di Yunani dan
Romawi kuno pada abad ke 5 sebelum Masehi serta beberapa negara kota di Italia
pada masa abad pertengahan dan transformasi yang terjadi dari demokrasi negara
kota menjadi demokrasi kawasan bangsa negara atau negara nasional yang luas.
Akibat transformasi demokrasi tersebut, terjadi perubahan tatanan secara
mendasar bentuk demokrasi sebagai akibat terjadinya perpindahan dari negara
kota ke negara bangsa. Dari sini terlihat bahwa bentuk dan susunan negara
demokrasi pada masa Yunani kuno sangat berbeda dengan bentuk dan susunan
negara demokrasi pada masa sekarang.

B. Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara berarti bahwa, seluruh pelaksanaan dan


penyelenggaraan pemerintah harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan tidak
boleh bertentangan. Menurut Damanhuri dkk (2016:183) secara etimologis
Pancasila berasal dari Bahasa sansekerta yang di artinya Pancasila berarti lima dan
sila berarti batu sendi, alas dan dasar. Pancasila memiliki arti lima dasar,
sedangkan sila sendiri sering diartikan sebagai kesesuaian atau peraturan tingkah
laku yang baik. Hakikat adalah sesuatu hal yang ada pada diri seseorang atau
sesuatu hal yang harus ada dalam diri sendiri.

Pancasila bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi warga Indonesia, diterapkan
dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV dan dijadikan sebagai dasar negara
Republik Indonesia yang terdiri dari 5 sila. Maskipun dalam UUD 1945 tidak
secara langsung dijelaskan mengenai Pancasila, namun Pancasila sudah tertanam
sendiri dalam jiwa masyarakat Indonesia bahwa Pancasila merupakan pedoman
yang harus ditanamkan dalam diri. Pancasila juga mencerminkan kepribadian
masyarakat Indonesia karena didalamnya terdapat butir-butir yang apabila
diimplementasikan akan mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat Pancasila adalah
sesuatu yang terkandung dalam nilai-nilai yang terdapat pada sila Pancasila yang
harus dijadikan sebab, sehingga dijadikan sebagai dasar negara. Pancasila
menunjukan hakikat atau subtansi. Hakikat atau substansi memiliki sifat abstrak,

4
umum, universal, mutlak, tetap, tidak berubah, terlepas dari situasi, tempat dan
waktu.

BAB III

METODE PENILITIAN

Metode yang digunakan dalam makalah adalah metode kajian pustaka


menggunakan data-data teoritis atau konseptual dari berbagai sumber seperti
buku, jurnal, media massa online maupun offline, majalah, koran, berita media
massa, dan lainnya.

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila merupakan konsep demokrasi yang dipopulerkan


oleh Orde Baru pada masa kepemimpinan Soeharto (1966-1998). Istilah
Demokrasi Pancasila lahir dari konsep pemikiran yang kontra atau berlawanan
terhadap konsep Demokrasi Terpimpin masa Soekarno (1959-1965). Secara
tidak langsung, pemberlakuan Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru
adalah sebuah upaya deligitimasi terhadap konsep Demokrasi Terpimpin
Soekarno.

Terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada 1966,


menjadi penanda dari pelaksanaan Demokrasi Pancasila masa Orde Baru.
Dalam buku Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia : Studi tentang Interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan (2003) karya Mahfud MD, disebutkan
bahwa Demokrasi Pancasila mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
Pemimpin tidak diberi hak untuk mengambil keputusan sendiri ketika
‘’mufakat bulat’’ tidak tercapai, melainkan melalui voting (pemungutan
suara). Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan konsep Demokrasi
Terpimpin masa Soekarno yang mengatur tentang peran pemimpin yang
diperbolehkan mengambil keputusan ketika mufakat tidak tercapai.

Pada 16 Agustus 1967, Presiden Soeharto memberikan pengertian


bahwa Demokrasi Pancasila adalah demokrasi berkedaulatan rakyat yang
dijiwai dan diintegrasikan dengan sila-sila dalam Pancasila. Demokrasi
Pancasila juga mengatur adanya hubungan yang harmonis antar eksekutif dan
legislatif, sehingga keseimbangan yang wajar antara konsensus (kesepakatan)
dan konflik akan tercipta. Oleh karena itu, Lembaga eksekutif dan legislatif
cenderung tidak bisa saling menjatuhkan.

6
B. Prinsip Demokrasi Pancasila

Indonesia tidak hanya menerapkan prinsip demokrasi secara universal,


tetapi juga menerapkan prinsip demokrasi Pancasila yang disebut sepuluh pilar
demokrasi

1. Demokrasi yang Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.


Hal ini dapat ditunjukkan melalui perbuatan/perilaku yang taat dan patuh
pada aturan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan norma-norma
agama.
2. Demokrasi yang Menjunjung Tinggi Hak-Hak Asasi Manusia.
Hal ini dapat terlihat pada pengakuan hak asasi manusia secara resmi yang
dimuat dalam undang-undang serta keseriusan aparat hukum dalam upaya
pemajuan, penghormatan, dan penegakkan hak asasi manusia.
3. Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat.
Dalam pemerintahan demokrasi, rakyat harus didahulukan dan diutamakan
kepentingannya melalui wakil-wakil rakyat.
4. Demokrasi yang Didukung oleh Kecerdasan Warga Negara.
Rakyat yang cerdas serta berwawasan luas dapat membedakan perbuatan-
perbuatan yang membangun atau merusak. Dengan kata lain, mereka dapat
menyikapi perbedaan dengan pikiran terbuka karena perbedaan adalah
suatu hak asasi tiap-tiap individu dan pengakuan hak asasi manusia mutlak
dalam negara demokrasi.
5. Demokrasi yang Menerapkan Prinsip Pemisahan Kekuasaan.
Dengan adanya pemisahan kekuasaan, diharapkan lembaga-lembaga
negara dapat lebih fokus pada tugas dan wewenang masing-masing.
6. Demokrasi yang Menjamin Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Dengan diterapkannya otonomi daerah, tiap-tiap daerah mempunyai
kesempatan untuk maju dan mengembangkan potensi melalui keunikan-
keunikan atau kelebihan-kelebihan yang mereka miliki.
7. Demokrasi yang Menerapkan Prinsip Negara Hukum.

7
Segala sesuatu perbuatan didasarkan pada hukum dan peraturan yang
berlaku, serta hukum ini sifatnya mengikat warga negara termasuk
penyelenggara negara.

8. Demokrasi yang Melaksanakan Peradilan yang Bebas dan Tidak


Memihak.
Dalam negara demokrasi, badan peradilan bersifat merdeka dan berjalan di
atas nama keadilan. Dengan kata lain, untuk menegakkan keadilan harus
melalui jalur-jalur yang benar dan tidak terpengaruh badan-badan/pihak-
pihak lain.
9. Demokrasi yang Mengusahakan Kesejahteraan Rakyat.
Demokrasi harus lebih mengutamakan kehendak rakyat, termasuk di
dalamnya adalah mengusahakan kesejahteraan rakyat.
10. Demokrasi yang Mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.
Tujuan utama demokrasi adalah mewujudkan keadilan sosial yang merata
bagi seluruh rakyat Indonesia.
C. Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila
Pada dasarnya sistem demokrasi pancasila memiliki kesamaan
dengan demokrasi universal, namun terdapat perbedaan di dalamnya. Ciri-
ciri demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut.
1. Penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan konstitusi.
2. Dilakukan kegiatan Pemilihan Umum (PEMILU) secara
berkesinambungan.
3. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan melindungi hak
masyarakat minoritas.
4. Proses demokrasi dapat menjadi ajang kompetisi berbagai ide dan cara
menyelesaikan masalah.
5. Ide-ide yang paling baik bagi Indonesia akan diterima, dan bukan
berdasarkan suara terbanyak.
D. Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Pancasila

8
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat. Bentuk demokrasi ini, lebih mengutamakan musyawarah
dalam menyelesaikan masalah bersama. Berdasarkan hal tersebut, tentu saja
demokrasi Pancasila ini memiliki berbagai kelebihan. Namun dibalik
banyaknya kelebihan tersebut, tentu saja masih terdapat beberapa kekurangan.

1. Kelebihan demokrasi Pancasila


1.1. Lebih baik untuk lebih banyak orang.
Demokrasi pancasila sering dilihat sebagai bentuk pemerintahan
yang lebih adil dan kurang sewenang-wenang karena
memungkinkan “kehendak rakyat” disahkan menjadi undang-
undang. Sampai taraf tertentu, ini mencegah skenario seperti
minoritas kecil yang kuat mengeksploitasi mayoritas besar yang
kehilangan haknya.
1.2. Desentralisasi kekuasaan.
Keuntungan lain dari demokrasi pancasila adalah bahwa, paling
tidak dalam teori, tidak ada orang yang memegang banyak
kekuasaan. Keuntungan ini dapat dikurangi hingga taraf tertentu
dengan kontrol informasi, media misalnya menggunakan banyak
kekuatan politik di sebagian besar negara demokrasi.
1.3. Dilakukan oleh rakyat dan untuk rakyat.
Dalam bentuk pemerintahan yang demokratis, semua orang akan
diizinkan untuk memilih dan berpartisipasi dalam
mempertimbangkan apa yang mereka pikirkan tentang masalah
politik, sosial dan ekonomi negara itu, memastikan bahwa
keputusan apa pun yang dibuat, itu akan menjadi kepentingan
mereka dan bukan hanya dari para pemimpin pemerintahan. Publik
benar-benar akan memegang kekuasaan dan memiliki pendapat
yang penting. Perasaan partisipasi ini akan memungkinkan
perasaan bangga dan patriotisme yang tidak sering terlihat di
daerah dengan sistem politik yang berbeda.
1.4. Mempromosikan rasa keterlibatan.

9
Ketika orang memiliki kekuatan untuk memilih dan mendukung
keputusan dan undang-undang tertentu, mereka akan merasa seperti
bagian aktif dalam masyarakat. Ini berarti mereka akan merasa
dibutuhkan agar masyarakat berkembang. Memberi kekuatan
kepada orang-orang dan membiarkan mereka terlibat jelas
merupakan sesuatu yang akan berdampak besar pada negara secara
keseluruhan.
1.5. Memaksakan kesetaraan.
Pemungutan suara setiap orang memiliki bobot yang sama,
membuat bentuk pemerintahan demokratis yang dibangun di atas
kesetaraan. Tidak hanya dalam demokrasi, tetapi ini berlaku di
semua bentuk pemilihan politik, membuat semua orang merasa
didengar dan penting.
1.6. Memungkinkan perubahan kebijakan yang wajar.
Menurut para pendukung, ini mungkin pro demokrasi terbesar.
Mempertimbangkan kekuatan rakyat, mereka juga penting untuk
membuat perubahan pada sistem ketika mereka merasa perlu, yang
kemudian disepakati dengan pejabat terpilih dengan sukarela.
Perubahan-perubahan ini dapat terjadi tanpa kekerasan, di mana
kekuasaan ditransfer dari satu pihak ke pihak lainnya melalui
pemilihan, yang berarti pemerintah hanya terikat pada kekuasaan
dengan syarat-syarat yang dipisahkan ke dalam kenaikan tahunan.
1.7. Tidak menempatkan kekuasaan ke dalam satu individu.
Dalam demokrasi, kekuasaan tersebar, dan tidak ada individu yang
memegang semua kekuasaan bahkan sebagian besar. Ini membantu
mencegah eksploitasi terhadap orang-orang dan korupsi.
1.8. Memberikan kewajiban kepada warga negara.
Demokrasi memungkinkan perasaan kewajiban kepada publik
dalam memotivasi kekuatan yang berkuasa. Akibatnya, pejabat
pemerintah akan memiliki tugas dan kewajiban kepada warga yang
memilih mereka dalam posisi, yang berarti mereka berutang
keberhasilan mereka kepada warga, sehingga mereka harus

10
berhutang budi kepada mereka dalam tingkat tertentu. Motivasi
semacam itu dapat membantu para pejabat ini bekerja menuju
kebijakan dan tujuan yang mereka pilih untuk diterapkan.
2. Kekurangan demokrasi Pancasila
2.1. Berisiko kurangnya pengetahuan di antara orang-orang.
Karena fakta bahwa orang-orang memiliki kekuatan untuk memilih
pejabat ke kantor, mereka akan sering tidak diberitahu tentang isu-
isu politik dengan cara yang seharusnya, yang berarti bahwa
banyak dari mereka dengan kekuatan voting tidak sepengetahuan
isu-isu yang relevan seperti perlu. Ini tidak selalu ideal, karena
massa umum tanpa pemahaman masalah kemasyarakatan akan
membuat pilihan yang salah selama pemilihan seperti kelebihan
dan kekurangan demokrasi konstitusional.
2.2. Mungkin mengalami kecurangan pemilu.
Demokrasi akan menghadapi kesulitan dalam berfungsi secara
efisien, terutama ketika ada yang lebih besar untuk diurus.
Pemilihan dan penghitungan suara akan menjadi tugas yang
tampaknya mustahil, yang mengarah ke beberapa bentuk korupsi,
seperti penipuan pemilih.
2.3. Mungkin sulit menghindari kekurangan.
Setiap sistem politik tidak datang tanpa cacat, yang berarti bahwa
demokrasi bukanlah sistem yang sempurna, terutama bahwa ada
orang-orang memiliki pandangan yang berbeda, membuat masalah
menjadi rumit. Karena posisi pemerintah didasarkan pada jangka
pendek, sistem politik mungkin juga terfokus jangka pendek dan
tidak akan bekerja untuk pertumbuhan masyarakat jangka panjang.
2.4. Inefisiensi dan ketidakpraktisan.
Semakin besar demokrasi, semakin sulit memilih dan memilih
penghitungan suara, dan demokrasi menjadi sasaran penipuan
pemilih. Demokrasi dapat menderita intimidasi atau balas dendam
pemilih, sehingga mengambil dari sifat demokratis sejati mereka.
Masalah terbesar, bagaimanapun, demokrasi tampaknya kurang

11
keji tapi sebenarnya lebih bermasalah inefisiensi. Semakin besar
sistem manusia, semakin kurang realistis bagi setiap orang untuk
memilih keputusan. Bahkan dalam demokrasi kecil, bisa ada
masalah serius dengan membuat orang-orang mengetahui dan
tertarik dengan masalah yang ada.
2.5. Eksploitasi minoritas.
Dalam demokrasi pancasila, tidak ada yang dapat mencegah
mayoritas mengeksploitasi minoritas kecil. Untuk alasan ini,
checks and balances dari struktur keseimbangan pemerintahan
pemerintah Amerika Serikat memilih pejabat untuk kongres dan
kepresidenan dengan struktur non-demokratis (penunjukan
eksekutif dan yudisial).
2.6. Cacat aturan.
Bahkan ketika setiap orang memiliki tujuan yang baik, mayoritas
yang kurang informasi dapat membuat keputusan buruk yang
melukai semua orang. Ini bisa menjadi masalah khusus setiap kali
ada kebijakan untuk memberlakukan yang memiliki implikasi halus
dan rumit. Karena mayoritas menurut definisi bukan kelompok
yang berpendidikan paling tinggi, pendidikan massa menjadi faktor
pembatas dalam efektivitas demokrasi.
2.7. Disiplin waktu.
Dalam organisasi dengan rapat dewan terbuka yang dijalankan oleh
demokrasi langsung, masalah yang menarik muncul, yaitu bahwa
orang-orang yang memiliki waktu luang paling dapat
mempengaruhi organisasi, karena alasan sederhana bahwa mereka
dapat muncul ke lebih banyak pertemuan dan berpartisipasi lebih
banyak. Orang dengan tanggung jawab lain, di sisi lain, tidak bisa.
2.8. Sebuah insentif untuk polarisasi.
Satu masalah dengan demokrasi pancasila adalah cara sistem suara
mayoritas-aturan menciptakan insentif bagi orang untuk
menjangkau sebagian besar untuk tidak memutuskan, tidak pasti,
atau moderat pemilih, dan memiliki insentif yang lemah bagi orang

12
untuk berbicara dengan orang-orang yang pandangannya sangat
berbeda dari mereka. Dalam sistem yang dijalankan konsensus,
insentif dibalik. Hal ini adalah sisi negatif dari demokrasi karena
mengarah pada peningkatan polarisasi, di mana kelompok-
kelompok dengan sudut pandang yang berlawanan cenderung
untuk tidak saling berbicara dan cenderung untuk tidak
menyelesaikan ketidaksetujuan mereka atau bekerja sama.
2.9. Mungkin menyebabkan minoritas untuk mendapatkan akhir yang
pendek.
Karena bentuk pemerintahan yang demokratis dibentuk untuk
melayani mayoritas, minoritas akan sering diabaikan dan bahkan
dieksploitasi. Banyak kebijakan dan undang-undang yang
mendukung mayoritas sebagian besar merugikan minoritas,
menyebabkan kesenjangan besar antara dua kelompok.

13
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional


berdasarkan mekanisme kedaulatan rakyat di setiap penyelenggaraan negara
dan penyelenggaraan pemerintahan menurut konstitusi yaitu UUD 1945.
Demokrasi Pancasila merupakan konsep demokrasi yang dipopulerkan oleh
Orde Baru pada masa kepemimpinan Soeharto (1966-1998). Demokrasi
Pancasila memiliki prinsip yang sering disebut dengan sepuluh pilar
demokrasi. Ciri-ciri demokrasi Pancasila yaitu penyelenggaraan pemerintahan
berjalan sesuai dengan konstitusi, dilakukan kegiatan Pemilihan Umum
(PEMILU) secara berkesinambungan, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
(HAM) dan melindungi hak masyarakat minoritas, proses demokrasi dapat
menjadi ajang kompetisi berbagai ide dan cara menyelesaikan masalah, ide-
ide yang paling baik bagi Indonesia akan diterima, dan bukan berdasarkan
suara terbanyak. Berdasarkan hal tersebut, tentu saja demokrasi Pancasila ini
memiliki berbagai kelebihan. Namun dibalik banyaknya kelebihan tersebut,
tentu saja masih terdapat beberapa kekurangan.

B. Saran

Demokrasi Pancasila ini bersumber dari sila pancasila yang dilihat


sebagai satu keseluruhan yang utuh. Nilai-nilainya digali dari kepribadian
bangsa Indonesia. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional
berdasarkan mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan
pemerintahan seperti yang terkandung dalam UUD 1945. Hal ini sesuai
dengan sila keempat, yakni Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat

14
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan yang mementingkan
musyawarah dalam keputusan. Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi
Pancasila sebagai pedoman negara kita agar demokrasi Pancasila ini dapat
terlaksana dengan baik dan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Farhan. (2020). Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Pancasila di


Indonesia. Diakses pada 20 September 2022, dari
https://www.academia.edu/37856463/Kelebihan_dan_Kekurangan_Demokr
asi_Pancasila_di_Indonesia
Fambudi, Harry. (2017). Analisis Tentang Independensi Dewan Perwakilan
Daerah Atas Keanggotaan Dalam Partai Politik. (Undergraduate (S1)
thesis, University of Muhammadiyah Malang). Diakses pada 20 September
2022, dari https://eprints.umm.ac.id/37773/3/jiptummpp-gdl-harryfambu-
49176-3-bab2.pdf
Freedomnesia. (2020). Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila. Diakses pada 20
September 2022, dari https://www.freedomnesia.id/prinsip-prinsip-
demokrasi-pancasila/
Kompas. (2020). Demokrasi Indonesia Masa Demokrasi Pancasila (1966-1998).
Diakses pada 20 September 2022, dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/22/130156569/demokrasi-
indonesia-masa-demorasi-pancasila-1966-1998
Pratiwi, Arinta dkk. (2020). Demokrasi Pancasila. Diakses pada 20 September
2022, dari https://www.studocu.com/id/document/universitas-
tarumanagara/pendidikan-pancasila/makalah-kelompok-4-demokrasi-
pancasila/17612993

15

Anda mungkin juga menyukai