Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

DEMOKRASI PANCASILA MENJELANG PEMILU 2024


DALAM PERSPEKTIF HUKUM TATA NEGARA
Dosen Pengampu :
Muhammad Fahruddin, S.H, M.H

Disusun oleh :
Annisa Hidayati Amal
1220230016

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini tepat waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah
“Demokrasi Pancasila Menjelang Pemilu 2024 dalam Perspektif Hukum Tata
Negara”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas
kepada kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Jakarta, 19 Oktober 2023

Annisa Hidayati Amal

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
A. Rumusan Masalah.........................................................................................2
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. DEMOKRASI..............................................................................................3
a. Pengertian Demokrasi...................................................................................3
b. Perkembangan Demokrasi di Indonesia........................................................5
c. Kekurangan dan Kelebihan...........................................................................7
B. PEMILIHAN UMUM (PEMILU).............................................................9
a. Pengertian Pemilihan Umum........................................................................9
b. Asas-asas pemilu :.......................................................................................11
c. Tujuan pemilihan umum.............................................................................12
d. Sistem Pemilihan Umum Indonesia............................................................13
e. Pembaharuan Sistem Pemilihan Umum Indonesia.....................................15
f. Menata Kembali Pemilihan Umum Serentak..............................................17
C. HUKUM TATA NEGARA........................................................................18
a. Pengertian Hukum Tata Negara..................................................................18
b. Objek Kajian Ilmu Hukum Tata Negara.....................................................19
c. Asas- asas Hukum Tata Negara...................................................................20
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................23
A. SARAN.......................................................................................................23
B. KESIMPULAN...........................................................................................23
DAFTAR PUSAKA...............................................................................................25

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia telah hadir dan masih mampu mempertahakan dirinya sebagai
ikon demokrasi yang harus diikuti oleh negara lain. Sebagai salah satu negara
demokrsi terbesar di dunia, Indonesia dalam lebih dari sepuluh tahun terus
tumbuh dan berubah dengan keragamannya dalam Masyarakat, dinamika dan
keragaman masalah. Indonesia masih bisa mempertahankan identitasnya
sebagai demokrasi. Indonesia terus menjadi contoh dari kisah sukses berbagai
demokrasi identitas yang beragam seperti negara multicultural, negara
berkembang, serta negara dengan penganut Muslim terbesar di dunia.

Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden setelah


Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ternyata dalam perkembangannya tidak
mampu menjadi alat transformasi perubahan sosial ke arah yang dikehendaki.
Pengalaman praktik ketatanegaraan tersebut, tidak memberi penguatan atas
system pemerintahan yang dikehendaki oleh Undang-Undang Dasar Ngera
Republik Indonesia Tahun 1945. Karena terdapat kelemahan dalam
penyusunan kebijakan pelaksanaan Pemilihan Umum serentak

Putusan Mahkamah Konstitusi seharusnya diikuti oleh proses penyusunan


kebijakan berbasis bukti dengan data yang kuat dan berdasarkan simulasi
terhadap penyelenggaran. Dengan demikian, beban penyelenggaraan
Pemilihan Umum dapat diidentifikasi sejak awal dan langkah-langkah untuk
meminimalisasi resiko dapat dipikirkan jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.

Terselanggaranya pemilu serentak pada tanggal 17 April 2019 merupakan


Sejarah baru dalam proses pemilihan umum yang ada di Indonesia. Hal ini
merupakan implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

1
14/PUU/2013 perkara pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008
Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Kemudian yang tidak kalah penting adalah perlu dievaluasi mengenai


persoalaan integritas penyelenggara atau peserta Pemilihan Umum, misalnya
dengan memperketat system rekrutmen, sehingga dapat mewujudkan
Pemilihan Umum serentak yang berintegritas di masa yang akan datang.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Demokrasi?
2. Berikan kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Liberal, Demokrasi
Terpimpin, Demokrasi Pancasila Era Orde Baru, dan Demokrasi Pancasila
Era Reformasi?
3. Apa yang dimaksud Pemilihan Umum?
4. Bagaimanakah konsep dasar dari diselenggarakannya pemilihan umum?
5. Apakah yang menjadi tujuan dilakukannya pemilihan umum?
6. Apa yang dimaksud Hukum Tata Negara?
7. Apa saja pokok kajian Hukum Tata Ngeara menurut Handoyo?

B. Tujuan
1. Untuk memahami kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Liberal,
Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila Era Orde Baru, dan
Demokrasi Pancasila Era Reformasi
2. Untuk memahami konsep dasar dari diselenggarakannya pemilihan umum
3. Untuk mengetahui lebih dalam tujuan diselenggarakannya pemilihan
umum
4. Untuk mengetahui macam-macam pokok kajian Hukum Tata Negara
menurut Handoyo

2
BAB 2

PEMBAHASAN
A. DEMOKRASI
a. Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos berarti rakyat dan kratein
artinya pemerintah. Dengan demikian, demokrasi berarti adanya kekuasaan
tertinggi yang dipegang oleh rakyat. Demokrasi memberikan kesempatan
perubahan, agar selalu dapat menjawab persoalan Masyarakat yang dari waktu
ke waktu juga berubah. Budaya demokrasi merupakan salah satu penerapan
dari nilai-nilai demokrasi yang menjadi jaminan bahwa perubahan dalam
demokratis. Indonesia telah mengalami perubahan system demokrasi dari
Demokrasi Liberal hingga Demokrasi Pancasila.

Indonesia mengalami banyak perubahan Sistem Demokrasi disebabkan


oleh banyak factor, salah satunya adalah karena banyaknya kekurangan –
kekurangan yang ada pada system demokrasi sebelumnya. Sehingga, bangsa
Indonesia mencoba untuk memperbaiki kekurangan tersebut dengan beralih ke
system demokrasi yang lain. Indonesia memilih Demokrasi Pancasila, karena
Demokrasi Pancasila melibatkan rakyat secara langsung dalam system
pelaksanaanya. Selain itu, Demokrasi Pancasila juga bersumber dari nilai dan
kepribadian bangsa sendiri yang sudah melekat dengan jati diri Bangsa
Indonesia.

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang keputusan-keputusan


penting, baik secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari Masyarakat dewasa.
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya
memiliki hak yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah
hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara ikut serta—baik secara
langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum.

3
Demokrasi memberikan pemahaman, bahwa dari sebuah kekuasaan dari
rakyat. Dengan pemahaman seperti itu, rakyat akan melahirkan sebuah aturan
yang menguntungkan dan melindungi hak-haknya. Agar itu bisa terlaksana,
diperluka sebuah peraturan bersama yang mendukung dan menjadi dasar
pijakan dalam kehidupan bernegara untuk menjamin dan melindungi hak-hak
rakyat. Peraturan seperti itu biasa disebut Konstitusi.

Dalam konteks Indonesia Konstitusi yang menjadi pegangan adalah UUD


1945, jika dicermati, UUD 1945 mengatur kedaulatan rakyat dua kali, pertama
pada pembukaan Alinea keempat, “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
berkedaulatan Rakyat….”. Kedua pada pasal 1 ayat (2) UUD 1945 hasil
perubahan berbunyi, Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”. Dengan demikian, UUD 1945 secara tegas
mendasar pada pemerintahan demokrasi karena berasaskan kedaulatan rakyat.

Asas kedaulatan rakyat dikenal sebagai asas demokrasi, dikenal dalam


konstitusi banyak Negara. Meskipun demikian, setiap Negara mempunyai
system atau mekanisme tersendiri untuk melaksanakan asas tersebut. Sebuah
negara yang system pemerintahan negara menganut system pemerintahan
presidensiil.

Di samping perbedaan system pemerintahan negara, dalam pelaksanaan


asas kedaulatan rakyat juga terdapat perbedaan system pemilihan umum yang
digunakan sebagai mekanisme demokrasi dalam memilih wakil rakyat, yaitu
antara system distrik dan system proposional. Sebagai sebuah system yang di
terapkan dalam system politik atau system Undang-Undang Dasar, hingga saat
ini belum ada ukuran baku untuk menetapkan bahwa sebuah system
pemerintahan parlementer dan system pemilu proposional lebih demokratis
dari pada system parlementer presindensial dan system pemilu distrik.

Dengan adanya rumusan pasal 1 ayat (2) UUD 1945 maka perlu dilakukan
pengkajian tentang pelaksanaan kedaulatan rakyat menurut UUD, karena

4
UUD 1945 menjadi hukum tertinggi yang berisikan norma-norma pengaturan
Negara. Oleh karenanya status dari UUD adalah sebagai hukum positif. Teori-
teori tentang pelaksanaan asas kedaulatan rakyat baik yang dikembangkan
oleh ilmuwan politik atau pun ahli hukum sangat beragam, dan tidak jarang
terdapat perbedaan atau pertentangan antara yang satu dengan yang lain.

Dengan memperhatikan ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945, asas


kedaulatan rakyat dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pelaksanaan
langsung oleh rakyat kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu tahap
tidak langsung yang dilaksanakan oleh Lembaga-lembaga perwakilan.

b. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Indonesia adalah Negara demokrasi. Demokrasi yang saat ini dipahami di
Indonesia merupakan bagian dari pengaruh konsep demokrasi modern. Sejak
awal kemerdekaan sampai dengan era reformasi mengalami perubahan dan
corak yang berbeda. Praktek demokrasi berdasar UUD mengalami
perkembangan demokrasi dalam tiga masa.

a. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi yang menonjol peran


parlemen serta partai-partai yang pada masa itu dinamai demokrasi
parlementer;
b. Masa Republik Indonesia II, yaitu demokrasi terpimpin yang dalam
banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional yang
secara formil merupakan landasannya dan menunjukkan aspek demokrasi
rakyat;
c. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi Pancasila yang
merupakan demokrasi konstitusional menonjolkan demokrasi presidensiil,
masa ini berakhir bersamaan dengan jatuhnya rezim Orde Baru yang
kemudian demokrasi Indonesia memasuki era baru di sebut era reformasi,
yang di awali dengan adanya perubahan UUD 1945 dengan menonjolkan
kebebasan berpolitik yang lebih nyata dengan penguatan system
presidensiil;

5
Soehino meninjau dari segi perkembangan system demokrasi yang dianut
dalam penyelenggaraan system pemerintahannya, maka dikemukakan masa
dianutnya system demokrasi di Indonesia sebagai berikut;
a. 18 Agustus 1945 – 14 November 1945 : menganut system demokrasi
konstitusional
b. 14 November 1945 – 5 Juli 1959 : menganut system demokrasi liberal
c. 5 Juli 1959 – 21 Maret 1968 : menganut system demokrasi terpimpin
d. 21 Maret 1968 – sekarang : (berjalan hingga berakhirnya pemerintahan
orde baru 1998 menganut system demokrasi Pancasila).

Demikian halnya yang lain yang dinyatakan oleh Sri Soemantri bahwa seluruh
konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia (UUD 1945, Konstitusi RIS, dan
UUDS 1950) menganit demokrasi Pancasila, karena ketiga konstitusi tersebut
menjadikan Pancasila sebagai dasar negara, sehingga secara materiil berarti
demokrasi yang dianut juga adalah demokrasi Pancasila, lebih lanjut Sri
Soemantri mengatakan :

Kita telah mengetahui, bahwa demokrasi Pancasila mempunyai 2 macam


pengertian, yaitu baik yang formal maupun material, sebagai realisasi
pelaksanaan demokrasi Pancasila dalam arti formal. UUD 1945 menganut apa
yang dikatakan indirect demokrasi dengan, yaitu suatu demokrasi dimana
pelaksanaan kedaulatan rakyat itu tidak dilaksanakan oleh rakyat secara
langsung itu tidak dilaksanakan oleh rakyat secara langsung melainkan melalui
Lembaga-lembaga perwakilan rakyat seperti DPR, dan MPR, dan demokrasi
dalam pandangan hidup atau demokrasi sebagai falsafah bangsa.

Pernyataan senada disampaikan oleh Padmo Wahyono bahwa demokrasi


secara genus berari pemerinatahan oleh rakyat, yang dengan demikian mendasar
hal ikwal kenegaraannya pada kekuasaan rakyat sehingga rakyatlah yang
berdaulat. Pelaksanaan kedaulatan rakyat dengan mekanisme demokrasi ini dalam
Sejarah ketatanegaraan harus didasarkan kepada dasar negara sehingga timbul
sebutan Demokrasi Pancasila. Dalam hal ini Padmo Wahyono menyatakan, bahwa

6
Demokrasi Pancasila ialah kegiatan bernegara di Indonesia, dan pemilu dengan
segala bentuk ragamnya salah satu menifestasi danri “Demokrasi Pancasila”.

c. Kekurangan dan Kelebihan


1. Demokrasi Liberal
Berikut ini merupakan kelebihan Demokrasi Liberal :
a. Kebebabasan Individu yang Dijungjung Tinggi
b. Kekuasaan Pemerintah yang di Dibatasi
c. Tingkat Pendapatan Penduduk yang Tinggi
Berikut ini merupakan kekurangan Demokrasi Liberal :
a. Tingkat Individualitas yang Tinggi
b. Besarnya Kesenjangan Sosial
c. Banyak Terjadi Gejolak Ekonomi

2. Demokrasi Terpimpin
Berikut ini merupakan kelebihan Demokrasi Terpimpin :
a. Mampu membangun integritas nasional
b. Kembalinya Irian Barat
c. Pelopor Non Blok dan Pemimpin Asia Afrika
d. Dibentuknya Lembaga-Lembaga Negara
Berikut ini merupakan kekurangan Demokrasi Terpimpin :
a. Penataan Kehidupan Konstitusi Tidak berjalan
b. Terjadinya Pertentangan Ideologi
c. Kehidupan Politis Tidak Demokratis

3. Demokrasi Pancasila Era Orde Baru


Berikut ini merupakan kelebihan Demokrasi Pancasila Era Orde Baru :
a. Beberapa program untuk kesejahteraan keluarga yang tidak berhasil
dilaksanakan pada orde lama bida dijalankan pada orde baru.
b. Tercukupi kebutuhan pangan.
c. Keberhasilan dari pelaksanaan Gerakan wajib belajar dan juga Gerakan
orang tua asuh.

7
Berikut ini merupakan kekurangan Demokrasi Pancasila Era Orde Baru :
a. Banyak kekayaan yang dipakai untuk pemerintah kota.
b. Kebebasan untuk berpendapat masih jauh diatas kesuksesan.
c. Maraknya kasus korupsi, kolusi, fan juga tindakan nepotisme hamper
disemua kalangan Masyarakat.

4. Demokrasi Pancasila Era Reformasi


Berikut ini merupakan kelebihan Demokrasi Pancasila Era Reformasi :
a. Kebebasan berbicara dan berpendapat
b. Pemberantas korupsi
c. Menjamin stabilitas politik
d. Demokrasi lebih terbuka
e. Jumlah partai politik tidak dibatasi
Berikut ini merupakan kekurangan Demokrasi Pancasila Era Reformasi :
a. Banyak Masyarakat yang salah tafsir tentang reformasi.
b. Masyarakat terlalu bebas.
c. Ditinggalkannya program-program pemerintah yang secara konseptual
cukup baik.
d. Banyak pemaksaan yang dilakukan oleh pihak tertentu
e. Rendahnya pengetahuan tentang politik.

8
B. PEMILIHAN UMUM (PEMILU)
a. Pengertian Pemilihan Umum
Pemilihan umum yang disingkat pemilu menjadi sangat dekat
hubungannya dengan masalah politik dan pergantian pemimpin. Sesuai
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah pengertian pemilihan diuraikan secara detail. Pemilu adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Dengan kata lain, pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatan dan merupakan demokrasi.

Secara teoritis pemilihan umum dianggap merupakan tahap awal dari


berbagai rangkaian kehidupan tata negara yang demokratis. Sehingga pemilu
merupakan motor penggerak mekanisme system politik Indonesia.

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk


memilih anggota Lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandeman keempat UUD 1945 pada 2002,
pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh
MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat dan dari rakyat
sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rangkaian pemilu. Pilpres sebagai
bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepada daerah
dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim
pemilu. Pada umumnya, istilah “pemilu” lebih sering merujuk kepada
pemilihan anggota legislative dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun
sekali. Pemilu harus dilakukan secara berkala, karena memiliki fungsi sebagai
sarana pengawasan bagi rakyat terhadap wakilnya.

Pemilihan Umum yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 yang
berlandasakan peraturan perundang-undangan bidang Politik yang baru, pada

9
hakikatnya adalah dalam rangka mewujudkan tata kehidupan negara
sebagaimana dihendaki Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan cita-cita
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pemilihan Umum yang demokratis
merupakan sarana untuk menegakkan kedaulatan rakyat dan untuk mencapai
tujuan negara. Di samping beberapa hal prinsip yang penting dalam
pelaksanaan Pemilihan Umum 1999, perlu dikenali berbagai hal yang belum
terselesaikan dan tindak lanjut yang diperlukan.

Beberapa masalah yang belum terselesaikan dan memerlukan tindak lanjut


diantaranya adalah : (a) target untuk mendapatkan anggota perwakilan rakyat
yang berkualitas termasuk tingkat keterwakilan yang berkualitas, (b)
keterlibatan seluruh Masyarakat, kesadaran politik Masyarakat, (c) berbagai
hal lain yang berkaitan dengan peningkatan kualitas Pemilihan Umum sebagai
sarana demoktatisasi, dan (d) Pemilihan Umum yang demokrasi dan
transparan, berdasarkan asas jujur, adil, langsung, umum, bebas, dan rahasia,
serta netralitas birokrasi sipil, dan independensi militer merupakan tuntutan
kebutuhan yang harus lebih dikedepankan di masa mendatang.

Dengan melihat berbagai kekurangan dalam proses penyelenggaraan


Pemilihan Umum, perlu diupayakan langkah-langkah untuk menjamin bahwa
proses Pemilihan Umum tidak hanya benae secara administrative, tapi juga
harus bebas dari kesan berat sebelah. Hal yang penting bagi pemerintah dan
Lembaga. Pemilihan Umum untuk melakukan berbagai Upaya yang lebih dari
sekedar untuk memenuhi persyaratan hukum agar menciptakan harapan bahwa
keadilan harus ditegakkan. Di samping itu juga penyelenggaraan Pemilihan
Umum diwajibkan untuk berperan lebih independent tidak terpengaruh oleh
intervensi siapapun dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum, serta bebas dan
mandiri.

Di masa mendatang masih dihadapkan pada Upaya untuk pengembangan


etika, moral, dan budaya politik untuk meningkatkan dan mengembangkan
etika, moral, dan budaya politik yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila
melalui Upaya menumbuhkembangkan semangat kebersamaan, kekeluargaan

10
dan keterbukaan yang bertanggung jawab, sikap kenegarawanan di dalam
berperilaku politik, sehingga dapat diwujudkan kehidupan politik yang sehat
dan mantap dalam wadah dan tatanan politik yang demokratis. Dengan
semangat dan perilaku politik yang demikian, diharapkan segala perbedaan
pandangan yang terjadi di dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan
akan dapat diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat, yang
berkeadilan dan berkeadaban, dalam demokrasi Pancasila yang sesungguhnya.
Perjalanan Sejarah politik bangsa selama ini belum mengimplementasikan
demokrasi Pancasila secara nyata, sebagaimana yang seharusnya.

Kehidupan konstitusional, demokratis, dan tegaknya hukum masih perlu


dimantapkan dengan meningkatkan fungsi Lembaga konstitusional
sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945, mengembangkan rasa percaya
dan hormat kepada tugas dan wewenang Lembaga konstitusional dan
Lembaga politik lainnya, serta meningkatkan kesadaran dan peran serta
Masyarakat dalam kehidupan politik.

Dengan demikian Pemilihan Umum sebagai sarana pelaksanaan


kedaulatan rakyat dalam demokrasi Pancasila, berdasarkan asas jujur dan adil,
langsung, umum, bebas, dan rahasia perlu terus ditingkatkan kualitas
penyelenggaraannya. Kesetaraan dalam posisi, kewenangan, dan tanggung
jawab antar individu, antar kelompok, dan antar institusi harus terwujudkan
baik secara vertical, horizontal, maupun antar daerah di seluruh Nusantara.
Keseteraan itu harus menjamin terciptanya kemerdekaan berpikir, bersikap,
dan bertindak yang disertai dengan tingkat tanggung jawab yang tinggi bagi
kemajuan, kemandirian, kesejahteraan secara berkeadilan.

b. Asas-asas pemilu :
1. Langsung : berarti Masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk
memilih secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan
diri sendiri tanpa ada perantara.

11
2. Umum : berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yang
memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis
kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.
3. Bebas : berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai
pemilih pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan
dicoblos untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari
siapa pun.
4. Rahasia : berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin
kerahasiaan pilihannya. Pemili memberikan suaranya pada surat suara
dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapaun pun suaranya
diberikan.
5. Jujur : berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan
juga bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
6. Adil : berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta
pemilihan umum mendapatkan perlakuan yang sama, serta bebas dari
kecurangan pihak mana pun.

c. Tujuan pemilihan umum


Tujuan pemilihan umum yaitu melaksanakan salah satu sitem yaitu system
demokrasi yang kekuasaan pemerintahannya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat supaya tercapainya kedaulatan rakyat, sebagai hak politik rakyat untuk
bebas memilih wakil rakyatnya seperti Presiden, DPR, DPD, sampai kepada
daerah serta melaksanakan pergantian personal pemerintahan secara damai, aman,
dan tertib dan juga memilih wakil rakyat yang mempertahankan NKRI dan
menjunjung tinggi falsafah negara kita, yaitu Pancasila.

Tujuan diselenggarakannya pamilu yaitu adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan kedaulatan
2. Perwujudan hak asasi politik rakyat
3. Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD dan DPRD,
serta memilih Presiden dan Wakil Presiden

12
4. Melaksanakan pergantian personal pemerintahan secara damai, aman, dan
tertib (secara konstitusional)
5. Menjamin kesinambungan Pembangunan nasional

Pentingnya Pemilu, Pemilu dianggap sebagai bentuk paling riil dari


demokrasi serta wujud paling konkret keikutsertaan (partisipasi) rakyat dalam
penyelenggaraan negara. Oleh sebab itu, system & penyelenggaraan pemilu
hamper selalu menjadi pusat perhatian utama karena melalui penataan, system
& kualitas penyelenggaraan pemilu diharapkan dapat benar-benar
mewujudkan pemerintahan demokratis.

Pemilu sangatlah penting bagi sebuah negara, dikarenakan :

1. Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat


2. Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh
legitimasi
3. Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk berpatisipasi dalam proses
politik
4. Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara
konstitusional

d. Sistem Pemilihan Umum Indonesia


Pembangunan hukum merupakan bagian integral dari Pembangunan
nasional yang tidak terpisahkan dari Pembangunan bidang lainnya. Pembangunan
hukum sebagai Upaya menegakkan keadilan, dan kebenaran, mengayomi
Masyarakat, serta menjamin ketertiban umum dalam negara hukum berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil rakyat
untuk duduk di dalam Lembaga permusyawaratan dan Lembaga perwakilan
rakyat, membentuk pemerintahan, melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan,
dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pemilihan Umum yang demokratis merupakan sarana untuk menegakkan
kedaulatan rakyat dan untuk mencapau tujuan negara sebagaimana diamanatkan
dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, Pemilu tidak boleh menyebabkan
rusaknya sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karena

13
Pemilu sebagai suatu system untuk menetukan pilihan rakyat terhadap wakilnya
baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.

Sejarah system Pemilu di Indonesia telah mengalami perubahan seiring


dengan adanya perubahan ketentuan dalam UUD 1945 yang dilakukan secara
bertahap pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Dalam perubahan ketiga UUD
1945, Bab VIIB Pemilihan Umum, Pasal 22E menyatakan :

Ayat (1) : “Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,


rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali”.

Ayat (2) : “Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota


Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”.

Ayat (3) : “Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan


Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai
Politik”.

Ayat (4) : “Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan


Perwakilan Daerah adalah perseorangan”.

Ayat (5) : “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan


umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri”.

Ketentuan Pemilu tersebut berbeda dengan ketentuan yang ada dalam


UUD 1945 sebelum perubahan. Ketentuan dalam UUD 1945 sebelum perubahan
hanya menegaskan bahwa, “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-
daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-
undang”. Kemudia terkait dengan susunan anggota DPR ditegaskan bahwa,
“Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang”.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan


Anggota Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Pemilu Tahun
1955 dilaksanakan dalam rangka memilih anggota-anggota Parlemen (DPR) dan

14
Konstituante (Lembaga yang memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan
perubahan terhadap Konstitusi). System yang digunakan pada Pemilu 1955 adalah
system perwakilan proporsional. Berdasarkan system tersebut, wilayah Republik
Indonesia terbagi ke dalam beberapa daerah pemilihan. System tersebut yang
mengawali system Pemilu pertama di Indonesia.

e. Pembaharuan Sistem Pemilihan Umum Indonesia


Pembaharuan system Pemilu di Indonesia dimulai pada era reformasi
tahun 1998. Dinamika transisi dan konsolidasi yang dialami bangsa Indonesia
pada era tersebut, antara lain perdebatan format baru Pemilu di era transisi dan
system perwakilan pada umumnya dimulai dengan bagian perubahan system
ketatanegaraan Indonesia dengan adanya Perubahan UUD 1945. Salah satu
fundamental dalam UUD 1945 yaitu ketentuan dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945
menyatakan bahwa “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”. Ketentuan tersebut berbeda dengan ketentuan dalam
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 sebelum perubahan yang menyatakan, “Kedaulatan
adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat”. Makna dari kedaulatan berada di tangan rakyat yaitu bahwa rakyat
memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis
memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna mengurus dan
melayani seluruh lapisan Masyarakat, serta memilih wakil rakyat untuk
mengawasi jalannya pemerintahan. Perwujudan kedaulatan rakyat dilaksanakan
melalui Pemilu sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih pemimpin melalui
Pemilu Presiden danWakil Presiden yang dipilih dalam satu pasangan secara
langsung serta memilih wakil rakyat yang akan menjalankan fungsi pengawasan,
menyalurkan aspirasi politik rakyat, membuat undang-undang sebagai landasan
bagi semua pihak di NKRI dalam menjalankan fungsinya masing-masing.

Pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung dapat


dikatakan lebih demokratis jika dibandingkan dengan pengangkatan Presiden dan
Wakil Presiden oleh MPR sebagaimana pernah diamanatkan dalam UUD 1945
sebelum perubahan, karena mekanisme pelaksanaannya yang melibatkan rakyat

15
secara langsung, maka Presiden dan Wakil Presiden dalam hal ini mendapatkan
mandat langsung serta dukungan yang nyata sebagai salah satu bentuk interaksi
langsung antara pemilih dan yang dipilih.

Ketentuan Pasal 22E UUD 1945 sebagaimana disebutkan di atas,


menegaskan bahwa Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota
DPR, DPD, serta anggota DPRD diselenggarakan berlandaskan asas langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, san adil setiap lima tahun sekalian. Penyelenggaran
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan dengan tujuan untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan dengan tujuan untuk memilih Presiden
dan Wakil Presiden yang memperoleh dukungan kuat dari rakyat sehingga mampu
menjalankan fungsi kekuasaan pemerintahan negara dalam rangka tercapainya
tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Menurut Jimly Asshiddiqie ada beberapa alas an pelaksanaan Pemilu


dilakukan secara berkala, yaitu : (1) perubahan atas sikap dan pendapat
Masyarakat sebagai aspirasi dalam memilih pemimpin dan wakilnya di parlemen;
(2) kondisi dan aspek kehidupan masyarakat juga mengalami perubahan sesuai
dengan kondisi dan situasi, tergantung dari lingkungan yang mempengaruhinya.
Artinya, ada beberapa factor yang dapat mengubah aspiranya, yaitu karena factor
dinamika dalam lingkungan local atau dalam negero, atau dunia internasional,
baik karena factor internal maupun eksternal Masyarakat itu sendiri; (3)
meningkatnya pertumbuhan penduduk, dapat juga mempengaruhi aspirasi rakyat;
dan (4) diperlukannya pemilu secara teratur untuk ritme pemerintahan yang lebih
baik.

Jika Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan Pemilu Anggota DPR,
DPD, dan DPRD dilakukan dengan serentak maka konstelasi politik pasti akan
berubah yang tentunya akan menguntungkan rakyat, partai politik, dan aparat
pemerintahan. Keuntungan yang diperoleh dalam penyelenggaraan Pemilu yang
dilaksanakaan serentak, anatar lain biaya penyelanggaraan Pemilu bisa lebih
hemat, fungsi eksekutif dan legislative dapat dengan mudah dievaluasi.

16
f. Menata Kembali Pemilihan Umum Serentak
Pemilihan umum merupakan bagian menyeluruh dalam negara demokrasi.
Landasan Pemilu di Indonesia ialah demokrasi Pancasila yang dinyatakan secara
tegas dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila merupakan dasar utama
kesepakatan berdirinya bangsa dan merupakan bagian dari Pembukaan UUD 1945
tidak dapat diubah karena selain merupakan modus vivendi ia juga dapat dianggap
sebagai “akta kelahiran” negara yang menjamin kelangsungan bangsa dan negara
Indonesia dengan keutuhannya atau integrasinya yang selalu kokoh. Undang-
Undang Dasar sebagai dasar aturan main politik mengatur mekanisme
ketatanegaraan yang demokratis yang juga menjamin integrasi bangsa dan negara.
Demokrasi disalurkan dengan adanya Pemilu atau pemilihan pejabat-pejabat
public tertentu secara jujur dan adil.

Pelaksanaan Pemilu secara serentak, yaitu menggabungkan Pemilu


Legislatif (Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD) dan Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden. Dalam system Pemilu baru dimiliki oleh Indonesia ini ada
beberapa hal yang perlu dievaluasi karena baru pertama kali diselenggarakan pada
tahun 2019.

17
C. HUKUM TATA NEGARA
a. Pengertian Hukum Tata Negara
Dalam keputusan hukum Belanda, perkataan staatrecht (hukum tata
negara) mempunyai dua macam arti; pertama, sebagai staatrechtwe tenschap
(ilmu hukum tata negara); dan kedua, positief staatrecht (hukum tata negara
positif). Senada dengan pendapat ini, Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,
mengatakan bahwa istilah Staatrecht menurut kepustakaan Belanda mempunyai
dua arti, yaitu Staatrecht in ruimere zin (hukum tata negara dalam arti luas) dan
Staatrecht in engere’ zin (hukum tata negara dalam arti sempit). Selanjutnya
hukum tata negara dalam arti luas dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :

1. Hukum Tata Negara dalam arti sempit atau hanya disebut Hukum Tata
Negara.
2. Hukum Tata Usaha Negara (administrative recht), yang dalam khasanah
Ilmu Hukum di Indonesia lebih popular dengan sebutan hukum
administrasi negara.

Menurut Van Vollenhoven, Hukum Tata Negara itu mengatur semua


Masyarakat hukum tingkat atas dan tingkat bawah, yang selanjutnya menentukan
wilayah lingkungan, menentukan badan-badan yang berkuasa, berwenang dan
berfungsi dalam Masyarakat hukum tersebut.

Dalam studi Hukum Tata Negara itu sebenarnya adapula cabang ilmu khusus
yang melakukan telaah perbandingan antar-berbagai konstitusi, yaitu Hukum Tata
Negara Perbandingan atau Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara. Tujuan
metode perbandingan itu pada pokoknya ada dua, yaitu; pertama, untuk
membandingkan dua atau lebih konstitusi-konstitusi berbagai Negara guna
menemuka prinsip-prinsip pokok Hukum Tata Negara; dan kedua, untuk
membandingkan satu konstitusi yang ditelaah dengan konstitusi lain atau
konstitusi-konstitusi Negara lain guna memahami lebih dalam konstitusi yang
ditelaah.

Dapatlah dikatakan, bahwa Hukum Tata Negara adalah merupakan Ilmu, oleh
karena memiliki objek yang dapat diteliti, dan dalam melakukan penelitian

18
terhadapnya memerlukan prosedur atau metode tertentu yang disebut dengan
metode penelitian.

b. Objek Kajian Ilmu Hukum Tata Negara


Sebagai ilmu, Hukum Tata Negara memiliki objek kajian yang berbeda
dengan ilmu politik, hukum pidana, hukum internasional, hukum perdata maupun
hukum administrasi negara. Objek kajian Hukum Tata Negara sebenarnya tertuang
dalam konstitusi suatu negara.

Secara umum, objek kajian Hukum Tata Negara adalah: pertama, Hukum Tata
Negara mengkaji mengenai organisasi negara, baik secara vertical maupun
horizontal. Kedua, selain organisasi negara, Hukum Tata Negara juga meletakkan
objek kajiannya pada alat kelengkapan negara. Hal ini berhubungan langsung
dengan bagaimana stuktur alat perlengkapan negara yang dimaksuf serta seperti
apa pembagian tugas dan wewenang dari alat perlengkapan negara itu. Artinya
jelas ada tugas dan kewenangan yang diberikan kepada alat kelengkapan negara
dalam menjalankan fungsinya guna melayani kepentingan Masyarakat dalam
negara itu.

Ketiga, setiap alat kelengkapan negara yang satu dengan yang lainnya tentu
meliki hubungan kelembagaan yang tidak bisa dihindari. Dalam hal ini, konsep
trias politica dapat menjadi acuan. Keempat, salah satu yang paling penting juga
yang menjadi objek kajian Hukum Tata Negara adalah bentuk negara dan bentuk
pemerintahan. Bentuk negara, baik kesatuan maupun federal merupakan bagain
penting yang dipelajari dalam Hukum Tata Negara. Begitu pula dengan bentuk
pemerintahan, demokrasi, monarki, aristokrasi, oligarki, tirani. Oleh karena itu
semuanya berkaitan dengan hal-hal yang paling fundament dalam kehidupan
bernegara, maka Hukum Tata Negara menjadikannya sebagai objek kajiannya.

Menurut Handoyo juga mengemukakan hal yang serupa mengenai objek


kajian Hukum Tata Negara. Hal serupa yang dimaksud, oleh Handoyo sebut
sebagai “pokok kajian Hukum Tata Negara”, yakni:

19
1. Bentuk dan cara pembentukan atau penyusunan alat-alat perlengkapan
negara. Dalam hal ini juga menyangkut bentuk organisasi negara yang
dikehendaki.
2. Wewenang, fungsi, tugas, kewajiban, dan tanggung jawab dari masing-
masing alat perlengkapan negara.
3. Hubungan antara alat perlengkapan negara, baik yang bersifat vertical
maupun horizontal
4. Hubungan antara warga negara termasuk hak-hak asasi dari warga negara
sebagai anggota organisasi.
323

c. Asas- asas Hukum Tata Negara


Menurut Boedisoesetyo, mempelajari asas-asas Hukum Ketatanegaraan
sesuatu negara tidak luput dari penyelidikan tentang hukum positifnya. Dan dari
hukum positifnya ini yang terutama dan karenanya terpenting adalah Undang-
Undang Dasarnya sebab dan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dasar
itu, akan dapat disimpulkan antara lain tipe negara dan asas-asas kenegaraan dari
negara yang bersangkutan. Sementara itu, pembahasan tentang Undang-Undang
Dasar.

Asas-asas dan pengertian-pengertian, masing-masing mempunyai makna yang


berbeda sebagaimana tampak dalam skema Logemaan tentang “Bahan-bahan
Hukum” (gegevens van het recht). Menurut Logemaan, setiap peraturan hukum
pada hakikatnya dipengaruhi oleh dua unsur penting, yaitu :

1. Unsur riil karena sifatnya yang konkret, bersumber dari lingkungan tempat
manusia itu hidup, seperti tradisi atau sifat-sifat yang dibawa manusia
sejak lahir dengan perbedaan jenisnya;
2. Unsur idiil karena sifatnya yang abstrak, bersumber pada diri manusia itu
sendiri yang berupa akal/pikiran dan perasaan.

Bangunan hukum yang bersumber pada perasaan manusia disebut asas-asas


hukum (beginselen), sedangkan yang bersumber pada akal/pikiran manusia
disebut pengertian-pengertian hukum (begrippen). Pengertian-pengertian yang

20
terdapat dalam Hukum Tata Negara pada umumnta bersifat tetap, sedangkan asas-
asasnya sering kali berubah-ubah. Perubahan pada asas-asas itu disebabkan karena
pandangan hidup masyarakatnya yang berbeda-beda.

Menurut D.Meuwissen (Rechtsbeginselen en natuurrecht, Ars Aequi 40, 1991)


misalnya memberikan suatu penggolongan yang sederhana. Ia mengadakan
pembedaan antara asas hukum materiel dan asas hukum formal. Asas materiel
yang berikut ini:

1. Aspek respek terhadp kepribadian manusia sebagai demikian, yang akan


dikonkretisasikan lebih lanjut dalam;
2. Asas respek terhadap aspek-aspek kerohanian dan kejasmanian dari
keberadaan sebagai pribadi, yang dipikirkan dalam hubungannya dengan
pribadi-pribadi lain memunculkan;
3. Aspek kepercayaan (vertrouwensbeginsel), yang menuntut timbal balik
dan memunculkan;
4. Asas pertanggungjawaban;
5. Asas keadilan

Di sampingnya terdapat tri-asas hukum formal;

1. Asas konsistensi logical;


2. Kepastian
3. Asas persamaan

Friedrich Julius Stahl, yang kemudian hadir belakangan, memperkenalkan


negara hukum menurut persepsi zaman-zamannya. Ciri-ciri rechstaat menurut
Friedrich Julius Stahl;

1. HAM.
2. Pembagian kekuasaan berdasar trias politika untuk menjamin HAM.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan.
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

21
Sementara ciri-ciri rule of law/rechstaat dalam internasional Commission of
Jurits Bangkok 1965, sebagai berikut:

1. Perlindungan konstitusional dan prosedur untuk memperolehnya.


2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
4. Pemilihan umum yang bebas.
5. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan civic (kewarganegaraan).

Menurut Montesquieu, negara yang paling baik adalah negara hukum karena
terkandung perlindungan HAM, ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara,
membatasi kekuasaan dan wewenang organ negara.

Sudargo Gautama menyatakan bahwa negara hukum memiliki tiga ciri-ciri


sebagai berikut:

1. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap seseorang


2. Asas legalitas
3. Pemisahan kekuasaan.

Menurut Frans Magnis S. mengemukakan ciri negara hukum sebagai ciri


demokrasi:

1. Fungsi kenegaraan dijalankan sesuai UUD


2. UUD menjamin HAM
3. Badan negara menjalankan kekuasaan taat pada hukum yang berlaku
4. Terhadap tindakan negara, Masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan
putusannya harus dilaksanakan badan negara
5. Badan kehamiman bebas dan tidak memihak

22
BAB 3

PENUTUP
A. SARAN
Diperlukan adanya Analisa yang matang terkait dengan model pemilu serentak
yang akan di adakan pada tahun 2024 mendatang. Semua aspek perlu diperhatikan
mulai dari dampak bagi pemilih, dampak terhadap partai politik, dampak terhadap
penyelenggara pemilu dan dampak terhadap system pemerintahan presidensial
dan pemerintah daerah.

B. KESIMPULAN
Indonesia telah mengalami perubahan system demokrasi dari Demokrasi
Liberal hingga Demokrasi Pancasila. Indonesia mengalami banyak perubahan
Sistem Demokrasi disebabkan oleh banyak factor, salah satunya adalah karena
banyaknya kekurangan-keruangan yang ada pada system demokrasi sebelumnya.
Sehingga, bangsa Indonesia mencoba untuk memperbaiki kekurangan tersebut
dengan beralih ke system demokrasi yang lain. Indonesia memilih Demokrasi
Pancasila, karena Demokrasi Pancasila melibatkan rakyat secara langsung dalam
system pelaksanaannya. Selain itu, Demokrasi Pancasila juga bersumber dari nilai
dan kepribadian bangsa sendiri yang sudah melekat dengan jati diri Bangsa
Indonesia.

System Pemilu di Indonesia telah mengalami perubahan yaitu yang semula


penyelenggaran Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan Pemilu Anggota
DPR, DPD, dan DPRD diselenggarakan dalam waktu yang berbeda kini
diselenggarakan dalam waktu yang bersamaan atau secara serentak.
Penyelenggaran pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pemilu Anggota DPR,
DPD, dan DPRD secara serentak lebih efisien, sehingga pembiayaan
penyelenggaraan Pemilu lebih menghemat uang negara (Anggaran Pendapatan
Belanja Negara) yang berasal dari pembayar pajak dan hasil eksploitasi sumber
daya alam serta sumber daya ekonomu lainnya.

Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan negara untuk mencapai tujuan


negara untuk mencapai tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam

23
Pembukaan UUD 1945 yang antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum
dan sebesar-sebesarnya kemakmuran rakyat. Selain itu, Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden yang diselenggarakan secara serentak dengan Pemilu Anggota
DPR,DPD, dan DPRD juga mengurangi pemborosan waktu karena tidak sesuai
dengan amanat UUD 1945 yaitu pemilihan umum dilaksanakn secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

24
DAFTAR PUSAKA
Dr. Tundjung Herning Sirabuana, S.H., C.N., M.Hum. Hukum Tata Negara
Indonesia

Dr. Ni’Matul Huda, S.H., M.Hum. Hukum Tata Negara Indonesia (edisi revisi),

Moh. Kusnardi, S.H. Harmaily Ibrahim, S.H Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia,

Manan, Bagir, 2012, Membedah UUD 1945, Editor: Moh. Fadli, Malang:
Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Asshiddiqie, Jimly, 2008. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, Jakarta:


Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

Mahkamah Konstitusi, 2008. Menata Ulang Sistem Peraturan Perundang-


undangan Indonesia, Jejak Langkah dan Pemikiran Hukum Hakim
Konstitusi Prof. HAS. N

atabaya, S.H., LLM, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah


Konstitusi.

Triono, 2017, “Menakar Efektivitas Pemilu Serentak 2019”, Jurnal Wacana


Politik, Volume 2, Nomor 2, Oktober.

Nurhayu Handayani Putri, Laia, A., & Laia, B. (2023). SISTEM PROPORSIONAL
PEMILIHAN UMUM DALAM PERSPEKTIF POLITIK
HUKUM. JURNAL PANAH KEADILAN, 2(2)

Daha, M. K. (2021). Demokrasi.

Junaidi, V. (2009). Menata Sistem Penegakan Hukum Pemilu Demokratis


Tinjauan Kewenangan MK atas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilu.
Jurnal Konstitusi, 6(3), 103-143.

25

Anda mungkin juga menyukai