HALAMAN UTAMA
07 TAHUN 2017
LINA FARDA
2020150009
UNIVERSITAS MERANGIN
2023
DAFTAR ISI
HALAMAN UTAMA.......................................................................................... 0
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Kewenangan Bawaslu ............................................................................. 10
C. Rumusan Masalah ................................................................................... 13
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 13
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 14
1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 14
2. Manfaat Praktis .................................................................................... 14
F. Kerangka Konseptual .............................................................................. 14
1. Kewenangan ........................................................................................ 14
2. Pengawasan ......................................................................................... 15
3. Pemilu ................................................................................................. 16
G. Landasan Teori........................................................................................ 18
1. Teori Demokrasi .................................................................................. 18
2. Teori Kewenangan .............................................................................. 19
3. Teori Pengawasan ................................................................................ 23
H. Metode Penelitian.................................................................................... 26
1. Tipe Penelitian ..................................................................................... 26
2. Bahan hukum primer ........................................................................... 27
3. Pendekatan .......................................................................................... 27
4. Pengumpulan bahan hukum ................................................................. 28
5. Analisis Bahan Hukum ........................................................................ 29
I. Sistematika Penulisan .............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 32
i
KATA PENGANTAR
penulis temui. Namun berkat bantuan moril dan materil yang penulis terima
dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini
Akhir kata penulis berharap agar proposal skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan semua yang berkepentingan pada umumnya, amin.
Penulis
LINA FARDA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
pendekatan kedua yang menekankan pada sisi substansi, idealis dan esensi.
demokrasi harus sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai dari demokrasi
itu sendiri, dalam konteks demokrasi Indonesia tujuan demokrasi adalah untuk
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
ketertiban dunia.1
asas kedaulatan rakyat dengan berbagai cara, sehingga dalam setiap sendi
memompa darah keseluruh tubuh kenegaraan Republik Indonesia, selama ini rakyat
merasa bahwa kedaulatan mereka hanya terbatas pada partisipasi mereka dalam
1
Salman, Laporan Akhir Divisi Penyelesaian Sengketa Bawaslu Kabupaten Merangin,
Bangko: Alber Trisman, 21 sep 2020, hlm. 1
1
2
pemilu untuk memilih anggota legislatif yang merupakan perwujudan wakil rakyat,
sehingga rakyat menuntut agar peranan rakyat tidak hanya terbatas pada lingkup
pemilihan legislatif saja melainkan juga lingkup pemilihan lembaga eksekutif mulai
dari lingkup lembaga eksekutif tertinggi yaitu Presiden, sampai pemilihan kepala
daerah.
kehidupan bernegara titik tatanan sosial masyarakat tentunya diatur secara paralel
dengan ketentuan dan peraturan yang mengikat dan saling terikat antara kehidupan
nilai-nilai moral dan etika yang berkelanjutan sesuai dengan kondisi lingkungan
masyarakat itu sendiri, tujuannya untuk membangun masyarakat yang bertahta nilai
sosial, dan negara Plato mendefinisikan hukum sebagai suatu sistem aturan-aturan
2
Herman Bakir, Filsafat Hukum Desain dan Arsitektur Kesejarahan, Bandung:
Refika Aditama, 2007, hlm. 175.
3
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang- Undang Dasar 1945 dalam
Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa “kedaulatan berada ditangan rakyat dan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dapat terwujud apabila
kepada publik baik secara politik maupun secara hukum. Bertanggung jawab secara
politik berarti setiap unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu mempunyai
tunduk pada proses penegakan hukum berdasarkan asas praduga tak bersalah dan
asas due process of law yang diatur dalam KUHAP Oleh karena itu salah satu
pemerintah.3
Pemilihan umum dapat disebut juga dengan “political market” yaitu pasar
politik, wadah atau tempat individu dan masyarakat saling berinteraksi dengan
3
Ahmad Nadir, metode penelitian, Jakarta: Rumus Cifta, 2022, hal. 1
4
umum (partai politiik) bersama pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setelah
terlebih dahulu melakukan aktivitas politik. Pemilu membawa dampak yang massif
mempunyai hal pokok yang sama. Pemilu, yakni rakyat yang melakukan kegiatan
memilih calon pemimpin atau sekelompok orang, agar menjadi teladan bagi rakyat
atau pemimpin negara. Calon pemimpin yang telah dipilih, akan menjalankan
system politik. Perubahan sebuah sistem pemilu kepada sistem pemilu yang
lain akan berpengaruh pula pada struktur sistem politik yang ada seperti
mengatakan sistem pemilu sebagai sebuah bagian yang paling esensial dari
kerja sistem politik. Sistem pemilu bukan hanya instrument politik yang paling
spectrum representasi’.4
4
Sigit pamungkas, Perihal Pemilu, Yogyakarta: Megatama, 2009, hal. 86
5
Penyelenggara pemilu yang tertuang pada pasal 2 UU No. 15 Tahun 2011 tentang
dan berwibawa, itu menjadi cita-cita dan harapan setiap bangsa. Yang tertuang
dalam pasal 2 UU No. 15 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilu, yakni pada
mencerminkan akuntabilitas.
jelas dan menarik serta berfokus pada kebutuhan masyarakat.Persamaan kata yang
menegaskan bahwa lembaga atau organisasi pada sector public dituntut untuk
desa.Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi
5
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/kimap/index Volume 1, Nomor 3,
Desember 2020, Hlm. 864. Diakses pada 10. 30 wib, sen 9 okt 2023.
6
jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata
komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di
teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau
Para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah
para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program- programnya pada masa
dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan
pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan
sebenarnya baru muncul pada era 1980-an. Pada pelaksanaan Pemilu yang pertama
kali dilaksanakan di Indonesia pada 1955 belum dikenal istilah pengawasan Pemilu.
Pada era tersebut terbangun trust di seluruh peserta dan warga negara tentang
6
https://batamkota.bawaslu.go.id/sejarah-pengawas-pemilihan-umum/ Diakses pada
10.50 wib, sen 9 okt 2023.
7
Walaupun pertentangan ideologi pada saat itu cukup kuat, dapat dikatakan
gesekan, itu terjadi di luar wilayah pelaksanaan Pemilu. Gesekan yang muncul
merupakan konsekuensi logis pertarungan ideologi pada saat itu. Hingga saat ini
masih muncul keyakinan bahwa Pemilu 1955 merupakan Pemilu di Indonesia yang
Pada saat itu sudah mulai muncul distrust terhadap pelaksanaan Pemilu
Pemilu pada Pemilu 1982 dilatari oleh protes-protes atas banyaknya pelanggaran
dan manipulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh para petugas pemilu pada
Pemilu 1971. Karena palanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada Pemilu
1977 jauh lebih masif, protes-protes ini lantas direspon pemerintah dan DPR yang
tuntutan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk menempatkan wakil peserta pemilu
badan baru yang akan terlibat dalam urusan pemilu untuk mendampingi Lembaga
bersifat mandiri dan bebas dari kooptasi penguasa semakin menguat. Untuk itulah
7
https://batamkota.bawaslu.go.id/sejarah-pengawas-pemilihan-umum/ Diakses pada
10.55 wib, sen, 9 okt 2023.
8
diberi nama Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini dimaksudkan untuk
struktur KPU yang terdiri dari Panitia Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu
(Bawaslu).
lembaga tetap Pengawas Pemilu di tingkat provinsi dengan nama Badan Pengawas
kredibilitas yang berasaskan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan
8
https://batamkota.bawaslu.go.id/sejarah-pengawas-pemilihan-umum/ Diakses pada
11.02 wib, sen 9 0kt 2023.
9
https://www.bawaslu.go.id/id/profil/sejarah-pengawasan-pemil. Diakses pada sen 9
okt 2023, pukul 11.05 wib.
10
sumber yang dilarang, dan candidacy buying dalam konteks pilkada, penggunaan
B. Kewenangan Bawaslu
10
Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta: 1999, Ctk.
Pertama, Gama Media hal. 219-220
11
pengawasan terhadap netralitas aparatur sipil negara, netralitas Anggota TNI, dan
berhalangan sementara akbiat dikenai sanksi atau akibat lainnta sesuai dengan
pemilu, dan sengketa proses Pemilu. Mengoreksi putusan dan rekomendai Bawaslu
11
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan
Umum, Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 20
12
1945. Hal ini sebagai salah satu model demokrasi secara tidak langsung, yang
undang Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum dan mempunyai tugas
pemilu/pemilihan.13
12
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan
Umum, Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 18
13
Salman, Laporan Akhir Divisi Penyelesaian Sengketa Bawaslu Kabupaten
Merangin, Bangko: Alber Trisman, 21 sep 2020, hlm. 2
13
Sengketa;
pelanggaran; dan
Kabupaten Merangin)”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas, maka penelitian ini akan
membahas mengenai:
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
sumbangan pemikiran, keilmuan, dan bahan kajian dalam studi ilmu pendidikan
secara sehat.
2. Manfaat Praktis
F. Kerangka Konseptual
pembahasan yang akan diteliti. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Kewenangan
kecamatan atau nama lain. Pengawas pemilu lapangan adalah petugas yang
desa atau nama lain/kelurahan. Pengawas Pemilu luar negeri adalah petugas yang
Bawaslu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat tetap. Panwaslu Provinsi,
Pengawas Pemilu Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besifat
adhoc.14
2. Pengawasan
memiliki integritas sekaligus akuntabilitas. Ada dua hal penting terkait sengketa
pemilu bisa dicatat dari konferensi. Pertama, mengani cakupan pengertian sengketa
14
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan Umum,
Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 17
16
pemilu sudah saatnya menjadi tugas bersama seluruh pihak yang berkepentingan
dengan pemilu, yaitu baik peserta pemilu (baik parpol maupun kandidat atau tim
Nomor 8 Tahun 2012 menempatkan peran serta masyarakat dalam setiap tahapan
pemilu. Peran serta yang demikian dapat menjadi instrumen pengawasan tahapan
pemilu oleh masyarakat secara partisipasif. Pada saat yang sama, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2012 juga menegaskan bahwa masyarakat dapat berperan serta
3. Pemilu
kelembagaan penyelenggara Pemilu saat ini berbeda jauh dibanding zaman orde
15
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan Umum,
Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 21
17
dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri yang secara penuh di bawah kendali
amanahnya oleh KPU. Meski KPU pada saat itu terdiri dari anggota partai dan
Pemilu 1999 melakukan Pleno untuk menetapkan hasil Pemilu. Kepentingan yang
terlalu banyak untuk intervensi proses dan hasil Pemilu dinilai membuat komposisi
campuran KPU dinilai tidak tepat. Penyelenggara Pemilu pada tahun 1971 dan 1977
Reformasi kondisi juga belum membaik. Melalui UU No 3 Tahun 1999 dan PP No.
33 tahun 1999 wewenang dan ruang lingkup lembaga pengawas ini belum detail,
bahkan selama periode itu lembaga ini sekedar menyampaikan peringatan tertulis,
Tahun 2003 dijelaskan terdiri dari Panwaslu Pusat, Panwaslu Provinsi, Panwaslu
16
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan Umum,
Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 15
18
Kabupaten/Kota dan sampai kecamatan. Nama Bawaslu seperti yang sekarang ini,
G. Landasan Teori
1. Teori Demokrasi
atau sebuah proses yang harus di lalui sebuah negara untuk mendapatkan
kesempurnaan bukanlah milik manusia. Oleh karenanya, yang menjadi ukuran ada
tidaknya sebuah demokrasi dalam sebuah negara bukan ditentukan oleh tujuan
akhir, melainkan lebih melihat pada fakta tahapan yang ada. Demokrasi akan
berjalan sesuai dengan perkembangan zaman dan akan sangat dipengaruhi oleh
faktor budaya sebuah negara. Dengan begitu Rousseau seolah ingin mengatakan
bahwa jika menempatkan demokrasi secara kaku dan ideal, tidak akan pernah ada
Hal inilah yang juga disadari oleh Hans Kelsen. Uraiannya tentang
demokrasi menjadi lebih tertata dan terstruktur. Ini untuk membuktikan, bahwa
dari datangnya ide demokrasi menurut Hans Kelsen adalah adanya ide kebebasan
yang berada dalam benak manusia. Pertama kali, kosakata “kebebasan” dinilai
17
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan Umum,
Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 16
18
HM.Thalhah, “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans
Kelsen” jurnal Hukum, Vol. 3 No. (16 Juli 2009), hal, 415.
19
sebagai sesuatu yang negatif. Pengertian “kebebasan” semula dianggap bebas dari
kewajiban. Namun, hal inilah yang ditolak oleh Hans Kelsen. Pasalnya, ketika
manusia berada dalam konstruksi kemasyarakatan, maka ide “kebebasan” tidak bisa
lagi dinilai secara sederhana, tidak lagi semata-mata bebas dari ikatan, namun ide
ide atau kehendak. Berbagai pendapat mengenai sebuah persoalan akan muncul
secara acak. Dari titik inilah munculnya pola kepentingan yang berujung pada
adanya suara mayoritas dan suara minoritas, yang masing-masing mempunyai hak
dan kewajiban. Dalam pandangan Hans Kelsen, suara mayoritas tidak melahirkan
dominasi absolut atau dengan kata lain, dalam bahasa Hans Kelsen, adalah
demokratis, hanya dapat dijalankan jika segenap warga masyarakat dalam sebuah
negara diperbolehkan turut serta dalam pembentukan tatanan hukum. Inilah yang
2. Teori Kewenangan
Kata kewenangan berasal dari kata dasar wewenang, yang diartikan sebagai
hal yang berwenang, hak dan kekuasaan dapat melakukan sesuatu. Kewenangan
atau wewenang memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara,
19
HM.Thalhah, “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans
Kelsen” Jurnal Hukum, Vol. 3 No. ( 16 Juli 2009) Hlm, 415.
20
HM. Thalhah, “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans
Kelsen” Jurnal Hukum, Vol. 3 No. ( 16 Juli 2009) Hlm, 416.
20
pada organ pemerintahan dalam suatu negara. Dengan demikian, substansi asas
legalitas adalah wewenang, yakni "Het vermogen tot het verrichten van bepaalde
diwilayah kecamatan atau nama lain. Panitia Pengawas Lapangan adalah petugas
21
Ridwan HR, Hukum Administrasi negara, Jakarta: Cet. Ke – 12, Raja Grafindo persada,
(2016), Hlm. 98
21
negeri adalah petugas yang dibentuk oleh Bawaslu yang bertugas mengawasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Panwaslu LN, dan Pengawas TPS, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
Indonesia.22
kepada DKPP;
22
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan Umum,
Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 19
22
penyusutannya;
perundang-undangan;
undangan.23
bertugas;
Pemilu;
23
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan Umum,
Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 20
23
3. Teori Pengawasan
memiliki integritas sekaligus akuntabilitas. Ada dua hal penting terkait sengketa
pemilu bisa dicatat dari konferensi. Pertama, mengani cakupan pengertian sengketa
24
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan Umum,
Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 20
24
pidana pemilu yang diadili dan dihukum karena waktunya tidak memadai. Dengan
secara curang. Ketiga, penanganan ketiga jenis sengketa belum menunjukan saling
berkaitan, dan cenderung berujung pada sengketa hasil pemilu. Akhirnya titik berat
perhatian sengketa pemilu tetuju pada peradilan MK untuk memutus sengketa hasil
Pemilu. Padahal, apa yang diputus dalam sengketa hasil, dipengaruhi oleh
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
dibantu oleh peserta pemilu dan pemantau pemilu. Biarkan ketiga elemen ini saja
yang melakukan pengawasan pemilu. Pengawasan oleh ketiga elemen ini akan lebih
25
perlu lagi menggunkan pengawas sebagai perantara “tukang pos”. Bila pelanggaran
terjadi di ranah pidana, pelapor dapat langsung melaporkannya kepada polisi. Untuk
bersama seluruh pihak yang berkepentingan dengan pemilu, yaitu baik peserta
pemilu (baik parpol maupun kandidat atau tim kampanye), pemantau pemilu, dan
peran serta masyarakat dalam setiap tahapan pemilu. Peran serta yang demikian
partisipasif. Pada saat yang sama, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 juga
suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan pemilu yang aman, damai, tertib,
pengawas di tingkat bawah bisa dihapuskan, yaitu mulai dari pengawas di tingkat
26
bawaslu dan bawaslu provinsi. Kedua instansi ini diebrikan fungsi utama untuk
H. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
penelitian empiris. Penelitian hukum yang disebut juga penelitian hukum sosiologis
dan dapat disebut penelitian lapangan, penelitian hukum sosiologis bertitik tolak
pada data primer. Data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat
hukum, artinya bahwa sampai sejauh manakah hukum itu benar-benar berlaku
dalam kehidupan. Penelitian hukum empiris tidak hanya menuju pada warga
masyarakat saja, akan tetapi menuju pada penegak hukum juga Metode
Pengumpulan Bahan Hukum Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan studi pustaka, yakni dengan mengkaji dan mempelajari buku - buku,
dengan kebutuhan penelitian yang akan dikaji teknik tersebut dilakukan dengan
25
Sarah Furqoni Dkk, Politik Hukum Kewenangan Badan Pengawasan Pemilihan Umum,
Jatijajar Law Review, Vol. 1 No. 1 (2022) hal. 22
27
maksud untuk mempertajam analisis adapun bahan hukum yang digunakan dalam
secara yuridis yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
Tahun 2018.
Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum bersifat
secara yuridis yang terdiri dari buku-buku literatur, jurnal, karya ilmiah yang
3. Pendekatan
terhadap narasumber.
yang berkembang di dalam ilmu hukum. Pendekatan ini dapat dijadikan pijakan
28
hukum, lembaga hukum, dan sebagainya. Konsep hukum ini berada pada tiga ranah
tataran sesuai dngan tingkatan ilmu hukum itu sendiri yaitu: tataran teori hukum
konsep hukumnya konsep umum, tataran filsafat hukum konsep hukumnya konsep
dasar.26
Perspektif kasus konkrit yang terjadi dilapangan. Pendekatan ini dilakukan dengan
melakukan telaah pada kasus - kasus yang Berkaitan dengan isu hukum yang
dihadapi.
dilakukan dengan studi pustaka yang mengkaji bahan hukum. Bahan hukum
sebagai bahan penelitian diambil dari bahan kepustakaan yang berupa bahan hukum
penelitian lapangan dengan cara wawancara dengan para responden yang telah
ditentukan.
petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus
Tipe penelitian yang penulis pergunakan dalam penulisan ini adalah yuridis
sistematis, yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara mengamati dan mengkaji
dengan seksama dan cermat hubungan antara pasal yang satu dengan yang lain.
Tahap I : Mengindentifikasi fakta hukum dan mengeliminasi hal - hal yang tidak
yang diteliti.
Tahap III : Melakukan telaah atas permasalahan hukum yang diajukan berdasarkan
26
https://repository.unja.ac.id/54262/2/BAB%20I.pdf Diakses pada 13.29 wib. Rab 8 nov
2023.
27
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung: (2008)
Hlm.. 124-125
30
I. Sistematika Penulisan
Skripsi ini tersusun atas empat bab dengan sub dan bab pada masing-
masing babnya, dimana masing-masing bab tersebut saling berkaitan satu sama
lain. Adapun sistematika atau penyajian secara keseluruhan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
sebagai judul skripsi, lalu perumusan masalah yang memuat tentang apa yang
berfungsi memberikan pengertian dari kata-kata yang ada dalam judul skripsi
Bab ini Terkait kajian teori, membahas mengenai penelitian terdahulu dan
28
Peter Mahmud Marzuki, “Penelitian Hukum”, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2005, hal. 171.
31
BAB IV PENUTUP
Bab ini terdiri atas simpulan dan saran-saran dari penulis yang bersifat
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Jakarta, 2005
Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Ctk. Pertama, Gama Media,
Yogyakarta, 1999
persada,Jakarta, 2016
JURNAL
32
33
https://batamkota.bawaslu.go.id/sejarah-pengawas-pemilihan-umum/
https://www.bawaslu.go.id/id/profil/sejarah-pengawasan-pemil.
https://batamkota.bawaslu.go.id/sejarah-pengawas-pemilihan-umum/