NAMA DOSEN:DR.DARWIS.,S.pd.,M.Kes
DISUSUN OLEH
NIM : NH0119044
KELAS : A2
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………i
BAB I………………………………………………………………………………………………………………4
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………….4
A. Latar belakang………………………………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………5
C. Tujuan……………………………………………………………………………………………..5
BAB II…………………………………………………………………………………………………………….6
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………….6
BAB III…………………………………………………………………………………………………………….9
PENUTUP……………………………………………………………………………………………………….9
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………….9
B. Saran …………………………………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………….iii
BAB I
PENDAHULUAN
A . latar Belakang
“Tidak ada demokrasi tanpa democrat”. Pengalaman pahit Jerman dimasa lalu
telah membuktikan kebenaran itu:Demokrasi pertama jerman pada masa
republicWeimar (1919 – 1933) akhirnya runtuh dan berakhir dengan malapetaka
terror kediktatoran rezim Nazi. FriedrichEbert, presiden pertama Jerman yang terpilih
secara demokratis berjuang dengan susah payah untuk membawa demokrasi
kesetiap kehidupan masyarakat dimana ketika itu mayoritas penduduk tidak
berpikiran demokratis.
4. pendidikan demokrasi di PT
C . Tujuan
PEMBAHASAN
Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu
demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan. Jadi
dalam bahasa Demokrasi adalah Pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Makna
Demokrasi, Demokrasi dalam Perspektif Negara Indonesia Pancasila Sila Ke 4
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi. Hampir
semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi
penting bagi rakyat akan tetapi penerapannya tidak selalu sama.
prinsip demokrasi yang dianut oleh Indonesia menuntut adanya transparansi dan
keterbukaan dalam pembentukan kebijakan daerah. Secara legal formal prinsip
demokrasi diatur dalam UU 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan. Dalam konteks ini, perlu dikaji dan dipahami apakah dalam
pembentukan kebijakan daerah sudah berasaskan prinsip demokrasi serta perlu
dikaji makna demokrasi dalam pembentukan kebijakan daerah. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian normatif dengan pendekatan peraturan
perundang-undangan dan pendekatan filsafat. Hasil pembahasan adalah
Pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung adalah suatu mekanisme yang
berfungsi sebagai pelaksanaan demokrasi. Namun, dalam perjalanannya muncul
ketidakpuasan berbagai pihak untuk tidak lagi menggunakan sistem pemilihan
gubernur secara langsung. Hal itulah yang menjadi dasar bagi Pemerintah untuk
mengusulkan sistem pemilihan gubernur oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) melalui Rancangan Undang-undang tentang Pemilihan Kepala Daerah (RUU
Pilkada). Usulan perubahan sistem tersebut merupakan topik yang sangat serius,
karena berpotensi mengingkari kedaulatan rakyat yang dijamin dalam UUD 1945.
Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif, dapat disimpulkan bahwa,
pertama , pemilihan secara langsung merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk memaknai frasa ”dipilih secara demokratis” sebagaimana dimuat dalam
Pasal 18 ayat (4) UUD 1945. Kedua , sejarah pemilihan kepala daerah ditandai
dengan diberlakukannya berbagai peraturan perundang-undangan terkait dengan
pemerintahan daerah mulai sejak masa kolonial hingga reformasi. Ketiga , sistem
pemilihan gubernur secara perwakilan oleh DPRD merupakan kemunduran bagi
demokrasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil pelajaran dari sejarah
sistem pemilihan kepala daerah. Setelah itu, diharapkan pemerintah dapat meninjau
kembali kebijakannya tentang sistem pemilihan kepala daerah oleh DPRD yang
tertuang dalam RUU Pilkada.
D.Pendidikan demokrasi
Demokrasi dewasa ini memerlukan syarat hidup yaitu warga Negara yang
memiliki dan menegakan nilai-nilai demokrasi. Tersedianya demokrasi ini
membutuhkan waktu yang lama, berat dan sulit. Oleh karena itu, secara substantif
berdimensi jangka panjang, guna mewujudkan masyarakat demokrati, pendidikan
demokratis mutlak diperluka. Karena pada hakikatnya pendidikan demokrasi
adalah sosialisasi nilai-nilai demokrasi supaya bisa diterima dan dijalankan oleh
warga negara.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saran
Dari pengalaman sejarah kita harus banyak belajar dari keberhasilan
kehidupan demokrasi negara lain, antara lain dalam meningkatkan kedewasaan
dalam berpolitik, tanggung jawab sebagai bangsa dan kesadaran untuk mematuhi
aturan main dalam kehidupan demokrasi. Masalah praktik politik yang mengarah
kepada tindakan anarkis, moneypolitic, dan kurang betanggung jawab harus kita
hindarkan. Kita harus terbiasa untuk mengakui keberhasilan orang lain dan kita siap
belajar dari kegagalan untuk meraih sukses dimasa depan.
DAFTAR PUSTAKA