Anda di halaman 1dari 15

AKTUALISASI DEMOKRASI

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA

Tugas Besar
Mata Kuliah Kewarganegaraan

Nama : Dede Firdaus


NIM : 521211043
Dosen : Zumali, SE., MM

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
JAKARTA 2023
Jl. Tanjung Duren Barat II/1 RT.001/RW.005 Tanjung Duren.
Grogol. Petamburan. Jakarta Barat
e. rektorat@undira.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun sampaikan kepada Allah SWT.Yang telah memberikan segala
cinta dan kasih sayang - Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas besar ini. Shalawat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW,keluarga,sahabat,sampai kepada kita umatnya.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan
dengan materi ”Aktualisasi Demokrasi Pancasila”. Makalah ini disusun berdasarkan beberapa
sumber. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan terimakasih atas
kerja sama dan do’a yang telah diberikan kepada penyusun selama pembuatan makalah sehingga
dapat terselesaikan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kesalahan serta kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifat nya membangun
sangat penyusun harapkan. Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penyusun.

2
ABSTRAK

Demokrasi selain sebagai asas fundamental di hampir semua negara, demokrasi juga
menjadi asas kenegaraan untuk penyelenggaraan suatu negara sebagai organisasi tertinggi.
Terdapat beberapa tipologi demokrasi yang bervariatif dan menunjukkan adanya pola baru yang
dihasilkan dari teori dasar demokrasi. Demokrasi Pancasila pada hakikatnya merupakan norma
yang mengatur penyelenggaraan kedaulatan rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan negara,
dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, bagi setiap warga
negara Republik Indonesia, organisasi kekuatan sosial politik, organisasi kemasyarakatan, dan
lembaga kemasyarakatan lainnya serta lembaga-lembaga negara baik di pusat maupun di daerah.
Konsep demokrasi Pancasila digali dari nilai masyarakat asli Indonesia dengan nilai-nilai yang
melekat kepadanya. Demokrasi Pancasila merupakan jalan tengah yang harus disikapi secara
bijak karena merupakan alternatif pemersatu antara beragam latar belakang suku dan budaya
masyarakat Indonesia.

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................... 1

Kata Pengantar .................................................................................................. 2

Abstrak .............................................................................................................. 3

Daftar Isi............................................................................................................ 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 5


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Demokrasi di Indonesia ..................................................... 7


2.2 Demokrasi Pancasila dalam Konsep dan Teori Bernegara Indonesia ........ 8
2.3 Upaya Aktualisasi Demokrasi Pancasila di Indonesia .............................. 9
2.4 Hubungan Demokrasi Pancasila dan Kebudayaan Asli Indonesia ............ 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 14


3.2 Saran ........................................................................................................... 14

Daftar Pustaka ................................................................................................... 15

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demokrasi sebagai suatu sistem telah menjadikan alternatif dalam berbagai tatanan aktivitas
bermasyarakat dan bernegara di beberapa negara. Alasan menjadikan demokrasi sebagai sistem
bermasyarakat dan bernegara dikarenakan hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan
demokrasi sebagai asas fundamental. Selain demokrasi dijadikan sebagai asas kenegaraan, secara
esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara
sebagai organisasi tertingginya, sehingga diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar
pada warga masyarakat tentang demokrasi.

Demokrasi dalam arti formal yaitu demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan atau sistem
politik dimana kedaulatan rakyat tidak dilaksanakan sendiri oleh rakyat, tetapi melalui wakil-
wakil yang dipilihnya di lembaga perwakilan. Sedangkan demokrasi dalam arti material dapat
disebut sebagai demokrasi sebagai asas, yang dipengaruhi oleh kultur, historis suatu bangsa,
sehingga dikenal demokrasi konstitusional, demokrasi rakyat dan demokrasi Pancasila.

Dalam kajian tentang pelaksanaan asas kedaulatan rakyat dalam sistem UUD 1945, rujukan
pertama adalah hukum positif, yaitu ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945. Kalau terdapat
ketentuan yang perlu penafsiran maka penafsiran tersebut harus bersifat penafsiran yang
komprehensif berdasar pada hukum positif yang ada, dalam hal ini adalah UUD 1945 itu sendiri.
Penafsiran yang parsial akan menyebabkan ketidak taatan asas yang dapat menyebabkan hukum
yang dilahirkan oleh penafsiran tersebut sangat parsial dan menimbulkan pertentangan antara
yang satu dengan yang lain. Sementara pelaksanaan asas kedaulatan rakyat itu sendiri bisa
dilakukan secara langsung, dan bisa juga melalui lembaga perwakilan.Dengan
memperhatikan ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945, asas kedaulatan rakyat
dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pelaksanaan langsung oleh rakyat kemudian
dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu tahap tidak langsung yang dilaksanakan oleh lembaga
lembaga perwakilan.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka berikut ini akan dirumuskan
permasalahan pokok dalam makalah ini yaitu:
1. Pertama, bagaimana demokrasi di Indonesia berjalan.
2. Kedua, bagaimana hubungan antara Pancasila dan penerapan konsep teori Bernegara.
3. Ketiga, bagaimana terbentuknya demokrasi di Indonesia dan pelaksanaanya.

1.3 Tujuan Penulisan

a. Menjelaskan mengenai pengertian demokrasi dan perkembangannya di Indonesia


b. Menjelaskan hubungan antara Pancasila dan penerapannya dalam konsep teori Bernegara
c. Mendeskripsikan aktualisasi pelaksanaan demokrasi di Indonesia

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Indonesia adalah Negara demokrasi. Demokrasi yang saaat ini dipahami di Indonesia
merupakan bagian dari pengaruh konsep demokrasi modern. Sejak awal mkemerdekaan sampai
dengan era reformasi demokrasi mengalami perubahan dan corak yang berbeda. Praktek
demokrasi berdasar UUD mengalami perkembangan demokrasi dalam tiga masa.

a. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi yang menonjol peran parlemen serta
partai-partai yang pada masa itu dinamai demokrasi parlementer;
b. Masa Republik Indonesia II, yaitu demokrasi terpimpin yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara formil merupakan landasannya dan
menunjukkan aspek demokrasi rakyat;
c. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi Pancasila yang merupakan demokrasi
konstitusional menonjolkan demokrasi presidensiil, masa ini berakhir bersamaan dengan
jatuhnya rezim Orde Baru yang kemudian demokrasi Indonesia memasuki era baru yang di
sebut era reformasi, yang di awali dengan adanya perubahan UUD 1945 dengan menonjolkan
kebebasan berpolitik yang lebih nyata dan penguatan sistem presidensiil.

Soehino meninjau dari segi perkembangan sistem demokrasi yang dianut dalam
penyelenggaraan sistem pemerintahannya, maka dikemukakan masa masa dianutnya sistem
demokrasi di Indonesia sebagai berikut;
1) 18 Agustus 1945 - 14 november 1945 menganut sistem demokrasi konstitusional;
2) 14 November 1945 - 5 juli 1959 menganut sistem demokrasi liberal;
3) 5 Juli 1959 - 21 Maret 1968 menganut sistem demokrasi terpimpin;
4) 21 Maret 1968 - sekarang (berjalan hingga berakhirnya pemerintahan orde baru 1998
menganut sistem demokrasi pancasila)

Pernyataan senada disampaikan oleh Padmo Wahyono bahwa demokrasi secara genus
berarti pemerintahan oleh rakyat, yang dengan demikian mendasar hal ikwal
kenegaraannya pada kekuasaan rakyat sehingga rakyatlah yang berdaulat. Pelaksanaan
kedaulatan rakyat dengan mekanisme demokrasi ini dalam sejarah ketatanegaraan harus
didasarkan kepada dasar Negara sehingga timbul sebutan Demokrasi Pancasila. Dalam hal ini
Padmo Wahyono menyatakan, bahwa Demokrasi Pancasila ialah kegiatan bernegara di
Indonesia, dan pemilu dengan segala bentuk ragamnya salah satu manifestasi dari
Demokrasi Pancasila”.

7
2.2 Demokrasi Pancasila dalam Konsep dan Teori Bernegara Indonesia

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang didasarkan pada asas kekeluargaan dan
kegotongroyongan yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur
berkesadaran religius, kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan
berkesinambungan.
Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri
atau dengan persetujuan rakyat. Kebebasan individu dalam demokrasi pancasila tidak bersifat
mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.
Keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang
dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.
Demokrasi Pancasila pada hakikatnya merupakan norma yang mengatur penyelenggaraan
kedaulatan rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan negara, dalam kehidupan politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan, bagi setiap warga negara Republik Indonesia,
organisasi kekuatan sosial politik, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan
lainnya serta lembaga-lembaga negara baik di pusat maupun di daerah. Demokasi Pancasila
memiliki prinsipprinsip yang berlaku, seperti:

• Kebebasan atau persamaan (Freedom/ Equality). Kebebasan/persamaan adalah dasar


demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai sarana mencapai kemajuan dan memberikan hasil
maksimal dari usaha orang tanpa pembatasan dari penguasa. Dengan prinsip persamaan
semua orang dianggap sama, tanpa dibedabedakan dan memperoleh akses dan kesempatan
bersama untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensinya. Kebebasan yang dikandung
dalam demokrasi Pancasila ini tidak berarti Free Fight Liberalism yang tumbuh di Barat, tapi
kebebasan yang tidak mengganggu hak dan kebebasan orang lain.
• Kedaulatan Rakyat (people’s Sovereignty). Dengan konsep kedaulatan rakyat, hakikat
kebijakan yang dibuat adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme
semacam ini akan mencapai dua hal; yaitu, kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan sangatlah kecil, dan kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan lebih
terjamin. Perwujudan lain dari konsep kedaulatan adalah adanya pengawasan oleh rakyat.
Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati penguasa.
• Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab yang memiliki prinsip-prinsip :
a) Dewan Perwakilan Rakyat yang representatif.
b) Badan kehakiman/peradilan yang bebas dan merdeka.
c) Pers yang bebas,
d) Prinsip Negara hukum,
e) Sistem dwi partai atau multi partai.
f) Pemilihan umum yang demokratis.
g) Jaminan akan hak-hak dasar dan hak-hak minoritas.

8
Di Indonesia, prinsip-prinsip demokrasi telah disusun sesuai dengan nilai-nilai yang tumbuh
dalam masyarakat, meski harus dikatakan baru sebatas demokrasi prosedural, dalam proses
pengambilan keputusan lebih mengedepankan voting ketimbang musyawarah untuk mufakat,
yang sejatinya merupakan azas asli demokrasi Indonesia. (bukankah voting itu asas asli
demokrasi liberal, jadi apa tidak berkebalikan). Praktek demokrasi ini tanpa dilandasi mental
state yang berakar dari nilainilai luhur bangsa merupakan gerakan omong kosong belaka.

Ada beberapa unsur demokrasi yang dikemukakan oleh para Ahli di antaranya adalah:

1. Menurut Sargen, Lyman Tower (1987), unsur demokrasi meliputi keterlibatan rakyat
dalam mengambil keputusan politik, tingkat persamaan hak antarmanusia, tingkat
kebebasan dan kemerdekaan yang dimiliki oleh warga Negara, sistem perwakilan dan
sistem pemilihan ketentuan mayoritas.
2. Afan Gaffar (1999), unsur demokrasi meliputi akuntabilitas, rotasi kekuasaan, rekruitmen
politik yang terbuka, pemilihan umum, dan hak-hak dasar
3. Menurut Marriam Budiardjo (1977), terdapat beberapa unsur demokrasi, yaitu perlunya
dibentuk lembaga-lembaga demokrasi untuk melaksanakan nilainilai demokrasi, yaitu
pemerintahan yang bertanggung jawab, Dewan Perwakilan Rakyat, organisasi politik,
pers dan media massa, serta peradilan yang bebas.
4. Menurut Frans Magnis Suseno(1997), menyebutkan ada lima gugus ciri hakiki Negara
demokrasi. Kelima gugus demokrasi tersebut adalah negara hukum, pemerintahan di
bawah kontrol nyata masyarakat, pemilihan umum yang bebas, prinsip mayoritas dan
adanya jaminan terhadap hak-hak demokrasi

2.3 Upaya Aktualisasi Demokrasi Pancasila di Indonesia

Sistem ketatanegaraan yang dianut oleh Undang-Undang Dasar 1945 adalah negara
demokrasi konstitusional, dengan menganut asas demokrasi Pancasila. Dalam aktualisasinya,
Demokrasi Pancasila didasarkan pada Pembukaan Undang Undang Dasar 45 alinea ke 4, yaitu
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
mengandung semangat ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Demokrasi Pancasila juga diartikan sebagai demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara
Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam menganut asas
demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan
persetujuan rakyat, dimana keluhuran manusia sebagai makhluk Tuhan dalam bidang politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan diakui, ditaati dan dijamin atas dasar
kenegaraan Pancasila.

9
Pemerintah berdasarkan atas demokrasi konstitusional tidak bersifat absolutisme (kekuasaan
yang tidak terbatas). Konstitusi di sini diartikan dalam arti luas, sebagai living constitution, baik
yang tertulis yang disebut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
maupun hukum dasar yang tidak tertulis (konvensi), seperti aturanaturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.

Kedaulatan rakyat dengan sistem perwakilan atau demokrasi biasa disebut sistem demokrasi
perwakilan (representative democracy) atau demokrasi tidak langsung (indirect democracy).
Dalam praktek, pihak yang menjalankan kedaulatan rakyat itu adalah wakil-wakil rakyat yang
duduk di lembaga perwakilan rakyat yang disebut parlemen. Agar wakil-wakil rakyat dapat
bertindak atas nama rakyat, wakil-wakil rakyat itu harus ditentukan sendiri oleh rakyat, yaitu
melalui pemilihan umum (general election). Dengan demikian, pemilihan umum itu tidak lain
merupakan cara yang diselenggarakan untuk memilih wakil-wakil rakyat secara demokratis.

Secara ideal pemilihan umum bertujuan agar terselenggaranya perubahan kekuasaan


pemerintahan secara teratur dan damai sesuai dengan mekanisme yang dijamin oleh konstitusi.
Tradisi berpikir bebas atau kebebasan berpikir (freedom of expression) itu pada gilirannya
mempengaruhi tumbuh kembangnya prinsip-prinsip kemerdekaan berserikat atau berorganisasi
(freedom of association) dan kemerdekaan berkumpul (freedom of assembly) dalam dinamika
kehidupan masyarakat demokratis yang bersangkutan.

Ismail Sunny menyatakan, Pemilihan umum adalah suatu kepastian dan suatu lembaga yang
sangat vital untuk demokrasi. Suatu pemilihan yang bebas berarti bahwa dalam jangka waktu
tertentu rakyat akan mendapat kesempatan untuk menyatakan hasratnya terhadap garisgaris
politik yang harus diikuti oleh negara dan masyarakat terhadap orang-orang yang harus
melaksanakan kebijaksanaan itu.

Pasal 22 ayat (1) UUDNRI Tahun 1945 menyebutkan bahwa, Pemilihan Umum dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali. Ada dua manfaat
yang sekaligus sebagai tujuan atau sasaran langsung yang hendak dicapai dengan pelaksanaan
pemilu yaitu, pembentukan atau pemupukan kekuasaan yang otoritas dan mencapai tingkat
keterwakilan politik (political representativeness). Selain itu Pemilu juga merupakan salah satu
hak asasi warga negara yang sangat prinsipil, karena dalam pelaksanaan hak asasi adalah suatu
keharusan pemerintah untuk melaksanakan pemilu. Oleh karena itu, pemilu adalah suatu syarat
yang mutlak bagi negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat.

10
Hal ini merupakan perwujudan dari hak asasi manusia. Dalam pasal 28D ayat (3) berbunyi,
Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
Pengertiannya, setiap orang memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Pemilihan umum pada dasarnya memiliki empat fungsi utama yakni,
pembentukan legitimasi penguasa, pembentukan perwakilan politik rakyat, sirkulasi elite
penguasa, dan pendidikan politik.

Tujuan penyelenggaraan pemilihan umum (general election) pada pokoknya dapat


dirumuskan menjadi empat, yaitu:
a. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan
damai.
b. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan
rakyat di lembaga perwakilan.
c. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat, dan d. Untuk melaksanakan prinsip hak-
hak asasi warga negara.

Pemilihan umum juga bertujuan untuk memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan dan
pergantian pejabat negara yang diangkat melalui pemilihan (elected public oficials). Yang
dimaksud di sini adalah pemilihan umum harus membuka kesempatan sama untuk menang atau
kalah bagi setiap peserta pemilihan umum itu, karena pemilihan umum sejatinya adalah hak
setiap orang sebagai warga negara.

Tujuan ketiga dan keempat pemilihan umum adalah untuk melaksanakan kedaulatan rakyat
dan melaksanakan hak asasi warga negara. Hak-hak politik rakyat untuk menentukan jalannya
pemerintahan dan fungsi-fungsi negara dengan benar menurut UUDNRI 1945 adalah hak rakyat
yang sangat fundamental. Karena itu, penyelenggaraan pemilihan umum, di samping merupakan
perwujudan kedaulatan rakyat, juga merupakan sarana pelaksanaan hak asasi warga negara.

Pengaturan mengenai hak asasi manusia di bidang politik yang sangat berkaitan dengan
pemilihan umum adalah ketentuan pasal 28E ayat (3) yang merumuskan bahwa, Setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Kebebasan berserikat
dan berkumpul dapat diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan warga negara untuk berpartisipasi
dalam partai politik yang diakui keberadaannnya oleh peraturan perundang-undangan.
Sedangkan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan
warga negara untuk menentukan wakil-wakilnya yang akan duduk dalam badan perwakilan
rakyat maupun sebagai Presiden yang diwujudkan melalui pemilihan umum itu sendiri.

11
2.4 Hubungan Demokrasi Pancasila dan Kebudayaan Asli Indonesia

Konsep demokrasi pancasila digali dari nilai masyarakat asli Indonesia dengan nilai-nilai
yang melekat kepadanya, seperti desa demokrasi, rapat kolektivisme, musyawarah mufakat,
tolong-menolong dan istilah-istilah lain yang berkaitan dengan itu. Tujuannya, memberikan
pendasaran empiris sosiologis tentang konsep demokrasi yang sesuai dengan sifat kehidupan
masyarakat asli Indonesia, bukan sesuatu yang asing yang berasal dari Barat dan dipaksakan
pada realitas kehidupan bangsa Indonesia.

Masyarakat asli yang dimaksudkan di sini adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
sudah berlangsung di pulau-pulau di Nusantara sejak berabad-abad yang lalu dan yang tersusun
dari satuan-satuan kehidupan yang terkecil yang berbeda-beda seperti desa di Jawa, nagari di
Sumatra Barat, pekon di Lampung atau subak di Bali. Masyarakat asli ini memiliki seperangkat
nilai mental dan moral yang bersifat homogen, struktural dan kolektif, yang kesemuanya
memiliki sistem budaya sendiri dan berlangsung secara demokratis, yaitu demokrasi secara
langsung sebagaimana terdapat di negaranegara kota di Yunani kuno 25 abad yang lalu. Proses
metamorfosis nilai-nilai demokrasi yang digali dari kearifan budaya Indonesia tersebut
mengalami beberapa periodisasi dalam proses implementasinya sebagai suatu keniscayaan.

Kebudayaan merupakan ruh dan jati diri bangsa dalam kehidupan bernegara, di mana
tinggi rendahnya martabat bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya budaya bangsa itu
sendiri. Jati diri bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh hasil proses aktualisasi nilainilai
budaya bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pancasila sebagai budaya dan
ideologi yang sedang men “sistem”, harapannya adalah akan mampu menopang tuntutan
demokrasi yang bertahap maju secara kultural-edukatif, dengan rujukan pola pikir budayawinya
sendiri.
Sistem ideologi yang mampu tumbuh dengan terbuka mengemban peningkatan kesadaran
dan partisipasi politik dan ekonomi rakyat yang semakin tinggi dari waktu ke waktu, tanpa efek
alienasi budaya, bahkan memperkuat wujud kebangkitan nasional Indonesia yang tahapannya
semakin matang dan dewasa. Ini mengimplikasikan kebutuhan akan politik kebudayaan yang
didasarkan pada Pancasila. Dengan lain kata, untuk menciptakan budaya bangsa yang
berdasarkan pada nilainilai Pancasila diperlukan suatu rekayasa kebudayaan atau suatu strategi
kebudayaan. Perlu disadari batas-batasnya serta kehati-hatian dalam menentukan caranya,
sehingga strategi budaya itu sendiri tidak justru menghasilkan sesuatu yang kontra-produktif atau
bahkan bertentangan dengan prinsip-prinsip budaya demokrasi Pancasila yang hendak
diterapkan. Dengan demikian dapat dihindarkan segala kecenderungan yang menjadikan
Pancasila Ideologi totaliter.

12
Pendefinisian ideologi di sini tidak terlalu membedakan antara ideologi dan paham serta
tidak membedakan ideologi yang bersifat murni atau tidak. Sebab menurut koran Pedoman yang
terbit di tahun 1960 dengan mengutip pemikiran ahli politik Barat, ideologi yang benar-benar
murni di dunia itu ada tiga yaitu liberalisme, sosialisme dan Islam. Walaupun sejatinya Islam
bukan termasuk ideologi, karena bukan merupakan karya manusia. Pancasila merupakan contoh
ideologi campuran, karena merupakan perpaduan dari berbagai unsur ideologi murni yaitu
liberalisme dan sosialisme ditambah dengan nilai-nilai moral dan budaya Indonesia. Hal ini
terbukti dengan kenyataan yang sama di dunia sekarang ini karena berkembang ideologi jalan
ketiga (Third Way) yang merupakan kompromi atau campuran antara liberalisme dan sosialisme.

Alian mengatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan demokrasi antara
lain terletak pada kualitas yang terkandung di dalam dirinya. Di samping itu relevansinya terletak
pada posisi komparatif terhadap ideologi-ideologi lain sehingga bangsa Indonesia yang
meyakini, menghayati dan memahami mengapa Pancasila adalah ideologi untuk dipakai sebagai
landasan dan sekaligus tujuan dalam membangun dirinya dalam berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk kehidupan politik.

Menurut Hatta, Pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar yang memimpin
sila-sila yang lain. Seperti halnya sila kerakyatan atau demokrasi, Hatta yakin bahwa demokrasi
akan hidup selama-lamanya di bumi Indonesia, sekalipun akan mengalami pasang naik dan
pasang surut. Menurut Hatta, sumber demokrasi atau lebih tegasnya demokrasi sosial, di
Indonesia ada tiga; Pertama, sosialisme Barat yang membela prinsip-prinsip humanisme, dan
prinsip ini juga dipandang sebagai tujuan. Kedua, ajaran Islam yang memerintahkan kebenaran
dan keadilan Tuhan dalam bermasyarakat. Ketiga, pola hidup dalam bentuk kolektivisme
sebagaimana terdapat di desa-desa di Indonesia. Ketiga sumber inilah yang akan menjamin
kelestarian demokrasi di Indonesia, sehingga Hatta berkeyakinan bahwa demokrasi di Indonesia
mempunyai dasar yang kukuh.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demokrasi yang terlahir dari adanya kedaulatan rakyat secara mutlak, ternyata mengalami
metamorfose dan perubahan. Terutama pada saat berakulturasi dengan budaya masyarakat
setempat yang ditempatinya. Tipologi demokrasi yang bervariatif menunjukkan adanya pola baru
yang dihasilkan dari teori dasar demokrasi. Termasuk dalam hal ini Indonesia. Indonesia dengan
kedaulatan rakyatnya kemudian menyerap kebudayaan aslinya untuk kemudian menjelma
menjadi demokrasi tersendiri bernama demokrasi pancasila. Menyelesaikan pertikaian secara
damai dan sukarela dengan membela prinsip-prinsip humanisme, menegakan keadilan di tengah
keanekaragaman masyarakat, kolektivisme dan penggunaan paksaan sesedikit mungkin
menjadikan contoh aktualisasi nyata demokrasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia.

Demokrasi Pancasila ini pun, mengalami banyak hambatan dan tantangan. Sebagian
berupaya menerapkan dan sebagian lain menolak. Tetapi apa pun realita yang terjadi patut
disadari, demokrasi pancasila merupakan jalan tengah yang harus disikapi secara bijak. Ia
merupakan alternatif pemersatu antara beragama latar belakang suku dan budaya masyarakat
Indonesia.

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi
pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan
masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. (2011). Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta: Sinar Graika.

Asshiddiqie, Jimly. (2005). Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik dan


Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konpress.

Asshiddiqie, Jimly. (2009). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Rajawali Press.

Asshiddiqie, Jimly. (2007). Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Cetakan ketiga.

Buyung N., Adnan. (2010). Pikiran dan Gagasan: Demokrasi Konstitusional. Jakarta: Kompas.

Latif, Yudi. (2011). Negara Paripurna. Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila.
Jakarta: Pustaka Gramedia.

Prof. Dr. Jimly Assihiddiqie (2012). Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi.
Jakarta : Sinar Grafika.

15

Anda mungkin juga menyukai