Anda di halaman 1dari 24

SISTEM DAN DINAMIKA

DEMOKRASI PANCASILA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas PPKN

Disusun oleh
Kelompok 3

Dimas Pratama Nugraha


Shafira Ashari
Shandy Maulana Sulaiman
Yasfa Yusuf

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas PPKN ini
dengan baik serta tepat waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Sistem dan Dinamika
Demokrasi Pancasila. Mudah-mudahan makalah yang kami buat bermanfaat
dan dapat menolong untuk meningkatkan pengetahuan menjadi lebih luas lagi.

Kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu. Guru
mata pelajaran PPKn, lalu kepada pihak yang ikut menyelesaikan makalah ini.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Demokrasi
2. Prinsip Demokrasi
3. Penerapan Demokrasi di Indonesia
4. Jenis-jenis Demokrasi
1. Berdasarkan titik berat perhatiannya
2. Berdasarkan Ideologi
3. Berdasarkan penyaluran kehendak rakyat
5. Demokrasi Pancasila di Indonesia
1. Ciri khas dan prinsip demokrasi Pancasila
2. Asas dan nilai demokrasi Pancasila
6. Landasan konstitusional dalam penyelenggaraan demokrasi di Indonesia
7. Penerapan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa
1. Masa Revolusi Kemerdekaan (tahun 1945-1949)
2. Demokrasi masa Orde Lama
3. Demokrasi Orde Baru
4. Masa Transisi
5. Masa Reformasi
8. Membangun Kehidupan yang Demokratis di Indonesia
1. Pentingnya kehidupan demokratis
2. Perilaku yang mendukung tegaknya prinip-prinsip demokrasi
3. Penerapan perilaku demokratis dalam kehidupan di lingkungan

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apabila di dalam keluarga senantiasa melakukan musyawarah untuk


membahas suatu persoalan, apabila semua anggota keluarga
diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, serta apabila
anggota keluarga saling menghormati pendapat berarti keluarga
telah menerapkan sikap demokratis. Demikian pula halnya di
sekolah, apabila guru dalam proses pembelajaran senantiasa
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, berdiskusi, dan
mengemukakan pendapat di sekolah siswa telah berkembang sikap
demokratis. Begitu pula di lingkungan masyarakat, apabila setiap
permasalahan diselesaikan dengan musyawarah mufakat masyarakat
tersebut sudah mengembangkan sikap demokratis.

Dalam lingkup negara, apabila sebuah negara melaksanakan


pemilihan umum secara jujur dan adil negara tersebut telah
menerapkan demokrasi. Selain itu, apabila negara juga memberikan
kebebasan berpendapat kepada warga negaranya dalam negara
tersebut demokrasi telah dibudayakan, artinya nilai-nilai demokrasi
telah dipahami dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politika
yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (legislatif, eksekutif,
dan yudikatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara
yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang
sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis
lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini dapat
saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks
and balances.Penerapan demokrasi di Indonesia didasari oleh sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi

Kata demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu
demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti
pemerintahan sehingga demokrasi dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat. Kata ini kemudian diserap menjadi salah satu
kosa kata dalam bahasa Inggris yaitu democracy. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi
wajar sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.

Kebanyakan orang mungkin sudah terbiasa dengan istilah demokrasi,


tapi tidak menutup kemungkinan masih ada yang salah dalam
mempersepsikan istilah demokrasi. Bahkan tidak hanya itu, konsep
demokrasi bisa saja disalahgunakan oleh para penguasa terutama
penguasa yang otoriter untuk memperoleh dukungan rakyat agar
kekuasaannya tetap langgeng.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi merupakan


istilah politik yang berarti pemerintahan rakyat. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa dalam sebuah negara demokrasi kekuasaan tertinggi
berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat atau
wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas.

Dalam pandangan Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu sistem


pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya,
rakyat dengan serta merta mempunyai kebebasan untuk melakukan
semua aktivitas kehidupan termasuk aktivitas politik tanpa adanya
tekanan dari pihak mana pun, karena pada hakikatnya yang berkuasa
adalah rakyat untuk kepentingan bersama. Dengan demikian,
sebagai sebuah konsep politik, demokrasi adalah landasan dalam
menata sistem pemerintahan negara yang terus berproses ke arah
yang lebih baik. Dalam proses tersebut, rakyat diberi peran penting
dalam menentukan atau memutuskan berbagai hal yang menyangkut
kehidupan bersama sebagai sebuah bangsa dan negara.

Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik, tetapi


keduanya tidak sama. Sebagai suatu konsep, demokrasi adalah
seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan yang juga
mencakup seperangkat praktik yang terbentuk melalui sejarah
panjang dan sering berliku-liku. Pendeknya, demokrasi adalah
pelembagaan dari kebebasan. Artinya, kebebasan yang dimiliki
rakyat diatur dan diarahkan oleh sebuah lembaga kekuasaan yang
sumber kekuasaannya berasal dari rakyat dan dijalankan sendiri oleh
rakyat sehingga kebebasan yang mereka miliki dapat dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan tidak melanggar kebebasan yang
dimiliki orang lain.

B. Prinsip-prinsip Demokrasi

Berbicara mengenai demokrasi tidak akan terlepas dari pembicaraan


tentang kekuasaan rakyat. Seperti yang diungkapkan pada bagian
sebelumnya bahwa demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara eksplisit ditegaskan bahwa
rakyatlah pemegang kekuasaan yang sebenarnya. Demokrasi sebagai
sistem politik yang saat ini dianut oleh sebagian besar negara di
dunia tentu saja memiliki prinsip-prinsip yang berbeda dengan
sistem yang lain. Henry B. Mayo sebagaimana dikutip oleh Miriam
Budiardjo dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Politik
mengungkapkan prinsip dari demokrasi yang akan mewujudkan
suatu sistem politik yang demokratis. Adapun, prinsip-prinsip
tersebut sebagai berikut.

1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara


melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam
suatu masyarakat yang sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman.
6. Menjamin tegaknya keadilan.

Kemudian, menurut Alamudi sebagaimana dikutip oleh Sri Wuryan


dan Syaifullah dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kewarganegaraan,
suatu negara dapat disebut berbudaya demokrasi apabila memiliki
soko guru demokrasi sebagai berikut.

1. Kedaulatan rakyat.
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
3. Kekuasaan mayoritas.
4. Hak-hak minoritas.
5. Jaminan hak-hak asasi manusia.
6. Pemilihan yang bebas dan jujur.
7. Persamaan di depan hukum.
8. Proses hukum yang wajar.
9. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional.
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan
mufakat.

Prinsip-prinsip demokrasi yang diuraikan di atas sesungguhnya


merupakan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengembangkan suatu
bentuk pemerintahan yang demokratis. Berdasarkan prinsip-prinsip
inilah, sebuah pemerintahan yang demokratis dapat ditegakkan.
Sebaliknya, tanpa prinsip-prinsip tersebut, bentuk pemerintah yang
demokratis akan sulit ditegakkan.

C. Penerapan Sistem Demokrasi di Indonesia

Sistem demokrasi di Indonesia saat ini mengalami fenomena dimana


pemimpin dan masyarakat melakukan apapun sesuai dengan
kehendak mereka dan tidak menghormati norma yang berlaku.
Pemerintah kerap kali membuat kebijakan kebijakan yang tidak
sesuai dengan UU dan cenderung merugikan rakyat. Namun, pada
saat rakyat menyuarakan hak hak mereka seolah pemerintah
menutup telinga dan bersikap arogan dengan tidak menghiraukan
suara rakyat tersebut. Merasa tidak dihiraukan oleh pemerintah,
sehingga rakyat melakukan aksi demonstrasi dan merusak beberapa
fasilitas negara dengan harapan hak berpendapat mereka didengar.

Begitu juga dengan pelaksanaan pemilu, lemahnya sistem


manajemen KPU mengakibatkan cacat moral dan politik yang
berpengaruh pada sistem demokrasi. Dugaan adanya
penggelembungan suara dan maraknya jual beli suara menampakkan
bahwasannya para elite politik hanya mengejar jabatan legislatif,
bukan untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Hal tersebut dapat
mempengaruhi sikap rakyat dalam pemilu yang lebih memilih golput
karena hilangnya rasa percaya pada sistem pemerintahan. Maka bisa
dikatakan bahwa penerapan sistem demokrasi di Indonesia masih
membutuhkan penyempurnaan baik pada institusi maupun kualitas
intelektual.

Kembali pada hakikatnya, suatu negara bisa dikatakan demokrasi jika


tujuan untuk mengupayakan kesejahteraan rakyat tercapai. Jika
dilihat pada saat ini, negara Indonesia masih sangat kurang dalam
menerapkan sistem demokrasi pancasila. Pemerintah berperilaku
bak sang dewa yang bisa melakukan segala cara untuk mendapatkan
sesuatu yang ia inginkan walaupun itu harus mengorbankan rakyat
nya, padahal rakyat berhak untuk mendapatkan kebebasan
berpendapat dan pengambilan keputusan yang akan diambil dalam
kehidupan bernegara .

Hal tersebut tidak akan terjadi bila pemerintah melaksanakan


amanah yang diberikan kepadanya, mereka berperilaku baik saat
akan diadakan pemilu saja. Jika sudah terpilih mereka seakan lupa
akan kewajiban yang harus dilakukan dalam mengupayakan
kesejahteraan rakyat.

D. Jenis-jenis Demokrasi

Berdasarkan Titik Berat Perhatiannya


1. Demokrasi Formal Demokrasi formal umumnya dianut oleh
negara-negara liberal. Sistem demokrasi ini menjunjung tinggi
persamaan di bidang politik dan tidak ada upaya mengurangi
maupun menghilangkan kesenjangan di bidang ekonomi.
2. Demokrasi Material Demokrasi material dianut oleh negara-
negara sosialis. Demokrasi ini berfokus menghilangkan
perbedaan di bidang ekonomi dan tidak memperhatikan (kadang
sampai menghilangkan) persamaan di bidang politik.
3. Demokrasi Gabungan Demokrasi gabungan biasanya dianut oleh
negara-negara non-blok. Demokrasi ini mengambil kebaikan dari
bentuk demokrasi formal dan material. Hal-hal negatif dari
demokrasi formal dan material akan dibuang atau tidak
diterapkan.

Berdasarkan Ideologi Demokrasi Konstitusional/Liberal

Demokrasi ini didasarkan pada kebebasan/individualisme dan


kekuasaan pemerintahnya dibatasi oleh konstitusi. Pemerintah
tidak diperkenankan ikut campur dan bertindak sewenang-wenang
terhadap rakyat.

Demokrasi Rakyat/Proletar

Demokrasi ini terbentuk atas dasar paham marxisme-komunisme


yang bercita-cita mewujudkan kehidupan tanpa mengenal kelas
sosial. Setiap individu dibebaskan dari keterikatannya pada tetap
dilakukan bila memang diperlukan demi terwujudnya cita-cita
demokrasi rakyat kepemilikan pribadi tanpa ada paksaan dan
penindasan.

Berdasarkan Proses Penyaluran Kehendak Rakyat

1. Demokrasi Langsung
Demokrasi ini melibatkan rakyat dalam pemerintahannya. Setiap
warga negara diikutsertakan secara langsung dalam
permusyawaratan untuk menentukan kebijaksaan umum negara
atau undang-undang.

2. Demokrasi Tidak Langsung


Bentuk demokrasi ini dijalankan dengan sistem perwakilan melalui
pemilihan umum. Demokrasi tidak langsung diterapkan pada negara
yang wilayah dan jumlah penduduknya semakin banyak dengan
permasalahan yang semakin kompleks.

E. Demokrasi Pancasila di Indonesia

1. Ciri khas dan prinsip demokrasi Pancasila

a. Ciri Ciri Demokrasi Pancasila


 Sistem pemerintah yang dilaksanakan sesuai UUD 1945 sebagai
konstitusi negara ini.
 Terdapat pemilihan umum secara konsisten dan
berkesinambungan.
 Semua warga negara mempunyai hak asasi manusia yang
dihormati secara hukum.
 Adanya perlindungan untuk hak orang-orang yang masuk
golongan minoritas.
 Semua pemecahan masalah atau pengambilan keputusan,
perlu didasarkan dengan musyawarah yang mufakat.
 Solusi atau gagasan pemecahan masalah tidak berasal dari
sumber suara terbanyak, namun gagasan yang dirasa paling
baik.
b. Prinsip Demokrasi Pancasila

 Hak asasi manusia setiap warga negara dilindungi.


 Semua pengambilan keputusan harus didasarkan pada
musyawarah.
 Pemilihan umum yang kompetitif dan adil.
 Apa yang menjadi cita-cita nasional dan tujuan negara
Indonesia harus didukung dan dilaksanakan.
 Hadirnya partai politik atau organisasi sosial politik adalah
untuk menampung berbagai aspirasi rakyat.
 Rakyat adalah yang menentukan kedaulatan negara ini dan
kedaulatan negara harus terlaksana sesuai dengan UUD1945
yang tertuang pada pasal 1 ayat 2.
 Pelaksanaan kedaulatan rakyat sifatnya bebas dan bertanggung
jawab.
 Dalam menjalankan sistem pemerintahan Indonesia, maka
negara harus menjalankannya sesuai aturan hukum yang
tertuang dalam UUD 1945, bukan hanya dilaksanakan sesuai
dengan kekuasaan yang berlaku.
 Kekuasaan paling tinggi semuanya ada di tangan rakyat dan
tidak boleh ada yang mengganggunya, sekalipun itu
pemerintahan tertinggi negara ini.
 Negara menggunakan sistem konstitusi dalam menjalankan
pemerintahannya dan tidak boleh ada absolutisme.
Absolutisme adalah prinsip atau pelaksanaan kekuasaan penuh
dan tidak terbatas dalam pemerintahan.

2. Asas dan nilai demokrasi Pancasila

Asas-asas Demokrasi Pancasila

Asas merupakan prinsip dasar yang menjadi acuan dalam mengambil


suatu keputusan penting. Untuk memenuhi tujuan penting ini
Demokrasi Pancasila menerapkan asas:
a. Asas Kerakyatan

Asas kerakyatan merupakan asas kesadaran untuk cinta kepada


rakyat, serta memiliki jiwa kerakyatan, baik nasib maupun cita-cita.
Pada asas kerakyatan, intinya adalah demokrasi pancasila ini
memiliki dasar rasa cinta dan padu dengan rakyat, supaya tercipta
cita-citanya yang satu.

b. Asas Musyawarah

Asas musyawarah ialah asas yang memperhatikan aspirasi dan


kehendak seluruh rakyat melalui forum permusyawaratan. Hal
tersebut untuk menyatukan pendapat serta mencapai kesepatakan
bersama atas kasih sayang, pengorbanan serta kebahagiaan
bersama.

c. Asas Penjaminan Hak Asasi Manusia (HAM)

Demokrasi Pancasila sangat menjunjung tinggi HAM. Setiap warga


negara dijamin semua HAM-nya dan tidak dibeda-bedakan atas
status sosialnya.

F. Landasan konstitusional dalam penyelenggaraan demokrasi di


Indonesia

Pancasila sebagai landasan idiil harus tercermin dalam


Landasan Formal Konstitusional sebagai Peraturan Perundang-
undangan tertinggi. Landasan formal konstitusional dimaksudkan
untuk memberikan legitimasi prosedural terhadap pembentukan
Pdraturan Perundang-undangan yang dicantumkan dalam dasar
hukum “mengingat” suatu peraturan perundang-undangan.
Sedangkan Landasan Materiil Konstitusional Peraturan Perundang-
undangan dimaksudkan untuk memberikan tanda bahwa Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk merupakan penjabaran dari
Pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dengan dibentuknya Mahkamah Konstitusi yang diberikan
kewenangan konstitusional menguji undang-undang dengan
mengacu
pada Undang-Undang Dasar 1945.

Landasan konstitusional pembangunan adalah Undang-Undang


Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan arahan yang
paling dasar dalam menyusun tujuan pokok perencanaan
pembangunan nasional sebagai suatu visi pembangunan nasional
guna dijadikan landasan dalam Keputusan/Ketetatapan MPR. Khusus
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan empat
pokok tujuan pembangunan nasional mencakup: mencerdaskan
kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum, melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan
berperan serta dalam membantu ketertiban dunia dan perdamaian
abadi. Dengan demikian setiap menyusun perencanaan
pembangunan nasional harus berlandaskan kepada tujuan nasional
sebagai tujuan akhir bangsa Indonesia.

G. Penerapan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa

Masa Revolusi Kemerdekaan (tahun 1945-1949)

Sejak memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,


Indonesia menganut asas demokrasi. Namun wujud demokrasi di
awal kemerdekaan berbeda dengan bentuk demokrasi yang kita lihat
hari ini.

Di awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi banyak rintangan


mulai dari upaya Belanda yang ingin menguasai Indonesia,
perekonomian yang terseok-seok, perbedaan ideologi yang
menyebabkan pemberontakan, dan banyak hal lainnya. Risalah
sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), memperlihatkan besarnya komitmen para pendiri bangsa
untuk mewujudkan demokrasi politik di Indonesia.
Mohammad Yamin memasukkan asas peri kerakyatan dalam usulan
dasar negara Indonesia merdeka. Soekarno memasukkan asas
mufakat atau demokrasi dalam usulan tentang dasar negara
Indonesia merdeka yang kemudian diberi nama Pancasila.

Keyakinan besar para pendiri bangsa tersebut timbul karena


dipengaruhi latar belakang pendidikan. Mereka percaya bahwa
demokrasi bukan merupakan sesuatu yang hanya terbatas pada
komitmen. Tetapi juga merupakan sesuatu yang perlu diwujudkan.
Pelaksanaan Demokrasi di Masa Revolusi Pada masa pemerintahan
revolusi kemerdekaan (1945-1949) ini, pelaksanaan demokrasi
sangat terbatas. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh Soekarno selaku
presiden. Ia membentuk sendiri kabinetnya. Sementara di unsur
legislatif, Indonesia belum memiliki DPR.

Fungsi legislatif diemban oleh Komite Nasional Indonesia Pusat


(KNIP) yang membantu presiden. Adapun fungsi yudikatif dijalankan
oleh Mahkamah Agung dengan Hakim Agung pertamanya Kusumah
Atmaja. Selain tiga pilar demokrasi, Indonesia juga sudah memiliki
pers yang independen sebagai pilar keempat demokrasi. Indikasi
demokrasi lain yang sudah terwujud yakni kebebasan politik.

Partai-partai politik tumbuh dan berkembang cepat. Fungsi paling


utama partai politik adalah ikut serta memenangkan revolusi
kemerdekaan dengan menanamkan kesadaran untuk bernegara
serta semangat anti penjajahan. Namun pemilihan umum belum
dapat dilaksanakan karena keadaan yang serba sulit.

Pada periode ini telah diletakkan hal-hal mendasar bagi


perkembangan demokrasi di Indonesia untuk masa selanjutnya,
yaitu: Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh Para pembentuk
negara sejak semula punya komitmen besar terhadap demokrasi.
Begitu Indonesia menyatakan kemerdekaan dari pemerintah kolonial
Belanda, semua warga negara yang dianggap dewasa punya hak
politik sama, tanpa diskriminasi ras, agama, suku dan kedaerahan.
Kekuasaan presiden dibatasi presiden yang secara konstitusional ada
kemungkinan untuk menjadi diktator, kekuasaannya dibatasi Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang dibentuk menggantikan
parlemen. Lahirnya partai politik Dengan maklumat Wakil Presiden
maka dimungkinkan terbentuk sejumlah partai politik. Pembentukan
sejumlah partai politik ini kemudian menjadi peletak dasar sistem
kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah
kehidupan politik Indonesia.

Demokrasi masa Orde Lama

Sejak memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,


Indonesia menganut asas demokrasi. Namun wujud demokrasi di
awal kemerdekaan berbeda dengan bentuk demokrasi yang kita lihat
hari ini. Di awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi banyak
rintangan mulai dari upaya Belanda yang ingin menguasai Indonesia,
perekonomian yang terseok-seok, perbedaan ideologi yang
menyebabkan pemberontakan, dan banyak hal lainnya.

Risalah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (BPUPKI), memperlihatkan besarnya komitmen para
pendiri bangsa untuk mewujudkan demokrasi politik di Indonesia.
Mohammad Yamin memasukkan asas peri kerakyatan dalam usulan
dasar negara Indonesia merdeka. Soekarno memasukkan asas
mufakat atau demokrasi dalam usulan tentang dasar negara
Indonesia merdeka yang kemudian diberi nama Pancasila.

Keyakinan besar para pendiri bangsa tersebut timbul karena


dipengaruhi latar belakang pendidikan. Mereka percaya bahwa
demokrasi bukan merupakan sesuatu yang hanya terbatas pada
komitmen. Tetapi juga merupakan sesuatu yang perlu diwujudkan.
Pelaksanaan Demokrasi di Masa Revolusi Pada masa pemerintahan
revolusi kemerdekaan (1945-1949) ini, pelaksanaan demokrasi
sangat terbatas. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh Soekarno selaku
presiden. Ia membentuk sendiri kabinetnya. Sementara di unsur
legislatif, Indonesia belum memiliki DPR.

Fungsi legislatif diemban oleh Komite Nasional Indonesia Pusat


(KNIP) yang membantu presiden. Adapun fungsi yudikatif dijalankan
oleh Mahkamah Agung dengan Hakim Agung pertamanya Kusumah
Atmaja. Selain tiga pilar demokrasi, Indonesia juga sudah memiliki
pers yang independen sebagai pilar keempat demokrasi. Indikasi
demokrasi lain yang sudah terwujud yakni kebebasan politik. Partai-
partai politik tumbuh dan berkembang cepat. Fungsi paling utama
partai politik adalah ikut serta memenangkan revolusi kemerdekaan
dengan menanamkan kesadaran untuk bernegara serta semangat
anti penjajahan. Namun pemilihan umum belum dapat dilaksanakan
karena keadaan yang serba sulit.

Pada periode ini telah diletakkan hal-hal mendasar bagi


perkembangan demokrasi di Indonesia untuk masa selanjutnya,
yaitu: Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh Para pembentuk
negara sejak semula punya komitmen besar terhadap demokrasi.
Begitu Indonesia menyatakan kemerdekaan dari pemerintah kolonial
Belanda, semua warga negara yang dianggap dewasa punya hak
politik sama, tanpa diskriminasi ras, agama, suku dan kedaerahan.

Kekuasaan presiden dibatasi Ppresiden yang secara konstitusional


ada kemungkinan untuk menjadi diktator, kekuasaannya dibatasi
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang dibentuk menggantikan
parlemen. Lahirnya partai politik Dengan maklumat Wakil Presiden
maka dimungkinkan terbentuk sejumlah partai politik. Pembentukan
sejumlah partai politik ini kemudian menjadi peletak dasar sistem
kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah
kehidupan politik Indonesia.

Demokrasi masa Orde Baru

Pemerintahan orde baru menggunakan konsep Demokrasi Pancasila.


Visi utama pemerintahan orde baru adalah menerapkan nilai
Pancasila dan UUD 1945, secara murni serta konsekuen dalam aspek
kehidupan masyarakat Indonesia.

Di masa orde lama, komunisme dan gagasan yang bertolak belakang


dengan Pancasila sempat meluas. Hal ini membuat Soeharto di masa
jabatannya melakukan indoktrinasi Pancasila. Beberapa metode
indoktrinasi yang dilakukannya yaitu:

Menerapkan pengajaran P4 (Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan


Pengamalan Pancasila) di sekolah
Soeharto mengizinkan masyarakat membentuk organisasi dengan
syarat menggunakan asas pancasila
Melarang kritikan yang menjatuhkan pemerintah dengan alasan
stabilitas negara.

Sistem pemerintahan pada masa orde baru adalah presidensial


dengan bentuk pemerintahan Republik dan UUD 1945 sebagai dasar
konstitusi yang berlaku. Dalam periode masa orde baru, terjadi
banyak perubahan-perubahan politik dan ekonomi.

Ekonomi Indonesia berkembang pesat walaupun dibarengi dengan


praktik korupsi yang merajalela. Lewat beberapa kebijakannya,
politik dan ekonomi negara juga semakin kuat. Namun kondisi ini
menurun ketika di tahun 1997 saat terjadi krisis moneter.

Krisis inilah yang membuat pemerintah kehilangan kepercayaan


rakyat sehingga Soeharto sebagai presiden mengundurkan diri pada
tanggal 21 Mei 1998 yang mengakhiri kekuasaan Orde Baru.

Meski selama masa tersebut perekonomian Indonesia melaju pesat


dan pembangunan infrastruktur yang merata untuk masyarakat,
namun perkembangan tersebut diikuti dengan praktik korupsi, kolusi
dan nepotisme.

Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden


Soeharto dan memicu aksi demo mahasiswa dan masyarakat umum.
Demonstrasi semakin gencar setelah pemerintah menaikkan harga
BBM di tanggal 4 Mei 1998.

Belum lagi terjadi Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya 4 mahasiswa di


depan Universitas Trisakti yang semakin mendorong masyarakat
menentang kebijakan pemerintah. Tahun 1997-1998 merupakan
periode orde baru yang menjadi masa kelam bagi rakyat Indonesia.

Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami penurunan


disusul dengan berakhirnya rezim orde baru. Besarnya gelombang
demonstrasi di berbagai daerah, membuat Presiden Soeharto
mundur pada 21 Mei 1998. Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat,
orde baru ambruk akibat krisis ekonomi yang melanda negeri sejak
tahun 1997.

Masa Transisi

Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui


sejarah panjang perjuangan para pahlawan kemerdekaan dalam
menumpas penjajahan 350 tahun Hindia Belanda. Memasuki fase
kemerdekaan atau masa transisi di Indonesia, serentetan kejadian
yang melukai negeri juga bukannya tidak terjadi.  Pasca
kemerdekaan, Indonesia kembali dihadapkan pada banyak
pergolakan.

Sejarah Indonesia pasca kemerdekaan dapat dirunut berdasarkan


garis waktu atau timeline yang terjadi sepanjang masa perjuangan
setelah kemerdekaan. Pertengahan 1960-an merupakan masa
transisi di Indonesia, dimana terjadi pergantian kepemimpinan dari
Ir. Soekarno kepada Jenderal Soeharto, atau kita mengenalnya
dengan sebutan orde baru. Pergolakan politik terbesar yang terjadi
dimulai ketika 7 perwira senior TNI tewas pada 30 September 1965
dengan dugaan dibunuh oleh pemberontakan PKI.

Garis waktu yang pertama adalah masa 1966-1967 yang dikenal


sebagai masa transisi ke orde baru.
Orde baru sendiri lahir sebagai upaya untuk mengoreksi total
penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Di masa ini
dimulai penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa,
dan negara Indonesia, melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen, serta menyusun kembali kekuatan bangsa
untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses
pembangunan.

a. Aksi-aksi Tritura

Pada masa transisi ini terjadi pergolakan politik, militer hingga


lingkup sosial masyarakat. Hal ini terbukti ketika para mahasiswa
Jakarta membentuk organisasi federasi bernama Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI). Berbagai tindakan pemuda dan
mashasiswa pada masa transisi ini salah satunya aksi Tritura, dimana
ada 3 tuntutan yang disampaikan kepada pemerintah, yaitu
pembubaran PKI, Pembersihan Kabinet dari Unsur G30 S PKI, dan
Penurunan Harga atau Perbaikan Ekonomi.

b. Surat Perintah Sebelas Maret atau (Supersemar)

Surat perintah ini diterbitkan sebagai akibat demonstrasi yang


dilakukan pemuda dan mahasiswa pada tanggal 11 Maret 1966,
sehingga pemerintah mengadakankan sidang kabinet dalam
mengatasi krisis.)

Tujuan dikeluarkannya Supersemar adalah untuk memberi tugas


pada Panglima Angkatan Darat saat yang bertugas saat itu adalah
Mayjen Soeharto untuk memutuskan tindakan apa yang harus
dilakukan untuk memulihkan keamanan, ketertiban, dan kestabilan
dalam melaksanakan jalannya kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Tokoh dibalik perumusan Supersemar adalah
Muhamad Yusuf, Amir Machmud, dan Basuki Rachmat.

c) Dualisme Kepemimpinan Nasional


Supersemar membuat Soeharto memiliki kuasa sebagai pelaksana
pemerintahan, sementara Soekarno sebagai pimpinan
pemerintahan. Hal ini menimbulkan Dualisme Kepemimpinan
Nasional yang akhirnya menyebabkan pertentangan politik di
kalangan masyarakat, sehingga muncullah pendukung Soekarno dan
pendukung Soeharto.

Demi menjaga keutuhan bangsa, Soekarno menyerahkan kekuasan


pemerintahan kepada pengemban Tap. MPRS. No. IX/MPRS/1966
Jenderal Soeharto pada 23 Februari 1967. Pada 7-12 Maret 1967
diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS dengan tema utama
mengenai pertanggungjawaban presiden selaku mandataris MPRS.

d) Akhir masa pemerintahan Soekarno

Akhirnya, pada 22 Juni 1966, Presiden Soekarno menyampaikan


pidato NAWAKSARA dalam persidangan MPRS berisi 9 persoalan
yang dianggap penting. Lantaran isi pidato tersebut hanya sedikit
yang menyinggung tentang G 30 S PKI maka pengabaian peristiwa itu
tak memuaskan anggota MPRS.

Pada 10 Januari 1967, Presiden menyampaikan surat kepada


pimpinan MPRS yang berisi Pelengkap Nawaksara (Pelnawaksara).
Setelah membahas pelnawaksara pada 21 Januari 1967, pimpinan
MPRS menyatakan bahwa Presiden telah alpa dalam memenuhi
ketentuan konstitusional. Sehingga, pada 22 Februari 1967 tepat
pukul 19.30 Presiden Soekarno membacakan pengumuman resmi
pengunduran dirinya.

Maka pada 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik menjadi


Pejabat Presiden Republik Indonesia oleh Ketua MPRS Jenderal
Abdul Haris Nasution. Setelah setahun menjadi pejabat presiden,
Soeharto dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal
27 Maret 1968 dalam Sidang Umum V MPRS.

e) Masa Reformasi
Reformasi memiliki arti pembaharuan. Pada masa reformasi
masyarakat banyak mengahrapkan adanya perubahan dan perbaikan
dalam segala bidang kehidupan. Istilah reformasi digunakan sebagai
istilah untuk menyebut kekuasaan setelah kejatuhan Orde Baru
hingga sekarang masih disebut sebagai zaman reformasi, entah
sampai kapan kata reformasi dipakai untuk menunjukan kekuasaan
suatu rezim pemerintahan.

H. Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia

Pentingnya Kehidupan yang Demokratis

Kehidupan yang demokratis sangat penting dikembangkan dalam


berbagai lingkungan kehidupan. Kehidupan yang demokratis dapat
menjamin adanya asas kedaulatan rakyat, hak-hak asasi manusia,
serta persamaan di depan hukum sehingga dapat terwujud
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasasila.

Pada hakikatnya, sebuah negara bisa disebut sebagai negara yang


demokratis apabila di dalam negara tersebut terdapat hal-hal
berikut.

 Persamaan kedudukan di muka hukum.


 Partisipasi dalam pembuatan keputusan.
 Distribusi pendapatan secara adil.
 Kebebasan yang bertanggung jawab.

Perilaku yang Mendukung Tegaknya Nilai-Nilai Demokrasi

Perilaku demokratis adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai


demokrasi. Nilai demokrasi merupakan sesuatu yang baik yang
diyakini bermanfaat bagi terciptanya negara demokrasi.

Adapun contoh nilai demoktasi antara lain terbuka, tanggung jawab,


adil, menghormati dan menghargai, mengakui perbedaan,
antikekerasan, damai, serta kerja sama.
Berdasarkan nilai-nilai demokrasi tersebut, berikut beberapa perilaku
yang mendukung tegaknya prinsip-prinsip demokrasi.

a) Menghargai pendapat/saran orang lain dalam sebuah rapat.


b) Bersedia/berbesar hati menerima perbedaan.
c) Mengembangkan sikap saling percaya, jujur, dan rasa keadilan
dalam berbagai aspek kehidupan.
d) Menghindari sikap saling provokasi antarindividu atau
kelompok masyarakat.
e) Ikut mendukung ketertiban umum.
f) Menggunakan hak pilih sesuai hati nurani tanpa
tekanan/paksaan pihak lain.
g) Menaati tata tertib serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
h) Mengutamakan musyawarah untuk mengambil keputusan.
i) Menyalurkan aspirasi melalui jalur yang benar (sesuai aturan
yang berlaku).
j) Merealisasikan asas-asas pemilu, yaitu langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil.

Perilaku yang mencerminkan budaya demokrasi tidak datang begitu


saja, tetapi harus diajarkan dan ditanamkan sedini mungkin mulai
dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, kemudian di
lingkungan keluarga dan bangsa.

Contoh Perilaku Demokrasi di Lingkungan Sekolah

Adapun contoh perilaku demokrasi yang ditunjukkan di lingkungan


sekolah, antara lain sebagai berikut.

 Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.


 Aktif mengikuti dialog/diskusi kelas.
 Berteman dengan semua orang tanpa terkecuali.
 Menghargai perbedaan pendapat.
 Membangun hubungan yang baik dengan seluruh warga
sekolah.
Di lingkungan sekolah, misalnya para siswa memanfaatkan waktu
istirahat semaksimal mungkin, menghormati guru dan teman, serta
menjaga ketenangan dan ketertiban saat pelajaran berlangsung.

Contoh Perilaku Demokrasi di Lingkungan Masyarakat

Adapun contoh perilaku demokrasi yang ditunjukkan di lingungan


masyarakat antara lain sebagai berikut.

 Mengembang toleransi antarpemeluk agama.


 Aktif mengutarakan usul dalam musyawarah demi kepentinga
bersama.
 Bersedia bekerja sama dengan orang lain.
 Terbuka menerima kritik dan masukan orang lain.
 Berbesar hati menerima perbedaan pendapat.

Di lingkungan masyarakat atau tempat tinggal, misalnya bergaul


dengan masyarakat sekitar sesuai dengan norma lingkungan,
menghindari kata-kata yang menyakiti orang lain, menjaga
ketertiban dan keamanan tempat tinggalnya, serta menghormati
teman atau tetangga yang berbeda agama, suku, ataupun golongan.

Contoh Perilaku Demokrasi di Lingkungan Bangsa dan Negara

Adapun contoh perilaku demokrasi di lingkungan bangsa dan negara


antara lain sebagai berikut.

 Mendulung penyelenggaraan pemilu.


 Selalu mematuhi peraturan.
 Berusaha untuk bisa memahami masalah yang dihadapi negara.
 Menyikapi media massa secara kritis dan objektif.
 Melaksanakan amanat rakyat.

Sebagai warga negara yang multikultural, perlu adanya kesadaran


warga negara untuk dapat bersikap toleransi dan mampu
mengendalikan diri. Hal tersebut harus dibiasakan mulai dari
lingkungan keluarga, tempat tinggal, bahkan sekolah.
BAB III

1.2 Kesimpulan

Demokrasi pancasila adalah paham demokrasi berdasarkan paham


kekeluargaan dan gotongroyong yang ditujukan kepada
kesejahteraan rakyat.Dasar demokrasi pancasila adalahkedaulatan
rakyat seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945.Pelaksanaannya diaturdalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945, yang
berbunyi kedaulatan adalah ditangan rakyat dandilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pengertian
demokrasi juga banyak di kemukakan oleh beberapa para ahli

.Adapun ciri-ciri demokrasi Pancasila adalah sebagai


berikut:Penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan
konstitusi.Dilakukan kegiatan Pemilihan Umum (PEMILU) secara
berkesinambungan.Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan
melindungi hak masyarakat minoritas.Adapun beberapa prinsip
sistem demokrasi ini adalah sebagai berikut:Memastikan adanya
perlindungan HAM.

Keputusan diambil berdasarkan musyawarah.Adanya badan


peradilan independen yang bebas dari intervensi pemerintah atau
kekuasaan lainnya.Adanya partai politik dan organisasi sosial politik
sebagai media untuk menyalurkan aspirasi rakyat.Ada dua asas yang
terkandung di dalam sistem demokrasi Pancasila yaitu asas
kerakyatan dan musyawarah.

Dalam demokrasi pancasila ada beberapa norma-norma penting


yang harus diperhatikan yaitu keterbukaan,keadilan dan kebenaran.
Bentuk-bentuk demokrasi yaitu, Demokrasi Liberal,Komunis, dan
Pancasila di setiap demokrasi pasti memiliki sistem pemerintahan
yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai