Anda di halaman 1dari 55

Materi kuliah material teknik

MAKALAH TENTANG material non ferro

OLEH

EKA MAULANA SENIMAN

NIM;2205011007

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


JURUSAN TEKNIK MESIN- KELAS ME1F
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan

rahmatNya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan

dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan ke pada bapak SURYA sebagai dosen

pengampu mata kuliah MATERIAL TEKNIK saya yang telah membantu memberikan

arahan dan pemahaman dalam penyususunan makala ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan

karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan penyusun. Maka dari itu penyusun sangat

mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang di

tulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Stabat, 6 Desember 2022

(EKA MAULANA SENIMAN)

ii
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun,

dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat

ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa

kekurangan dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok merasa merdeka dengan

diberlakukannya sistem domokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah

menempati ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan

pendapat dan aspirasinya masing-masing. Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau

mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan

rakyat atau negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak

yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.

Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui

perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi

mencakup kondisi social, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik

kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan

sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia. Selain itu yang melatar belakangi pemakaian

sistem demokrasi di Indonesia. Hal itu bisa kita temukan dari banyaknya agama yang

masuk dan berkembang di Indonesia, selain itu banyaknya suku, budaya dan bahasa,

kesemuanya merupakan karunia Tuhan yang patut kita syukuri.

iii
Rumusan Masalah

Pengertian demokrasi

Pengertian demokrasi menurutpara ahli

Jenis jenis demokrasi

Asas pokok demokrasiprinsip demokrasi

Perkembangan demokrasi di Indonesia

Membandingkan demokrasi di setiap negara

Tujuan

Dapat mengetahui pengertian demokrasi

Dapat mengetahui jenis-jenis demokrasi

Dapat mengetahui ciri-ciri demokrasi

Dapat mengetahui contoh-contoh demokrasi

Dapat mengetahui prinsip demokrasi

Dapat membandingkan demokrasi di setiap negara

iv
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUISAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB 2 PEMBAHASAN

.PENGERTIAN DEMOKRASI…………………………………………………..……01

PENGERTIAN DEMOKRASI MENURUT PARA AHLI…………………………….02

.JENIS JENIS DEMOKRASI………………………………………………………….04

.KONSEP DEMOKRASI…………………………………….........................................16

.PERBANDINGAN DEMOKRASI FLIPINA DENGAN INDONESIA………….……47

BAB 3 KESIMPULAN

KESIMPULAN.................................................................................................................50

v
BAB I

PENDAHULUAN

PENGERTIAN DEMOKRASI

Dalam buku berjudul Komunikas Politik, Media & Demokrasi dari Henry

Subiakto dijabarkan latar belakang, pendekatan, metode stut di komunikasi politik,

komunikasi politik dan kepemimpinan politik yang akan membentuk demokrasi itu

sendiri.

Namun, pengertian dari demokrasi itu sendiri apa sih?

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”. Demos

bermakna rakyat atau khalayak, sementara Kratos bermakna pemerintahaan. Demokrasi

sebagai sistem pemerintahan yang mengijinkan dan memberikan hak, kebebasan kepada

warga negaranya untuk berpendapat serta turut serta dalam pengambilan keputusan di

pemerintahan.

1
PENGERTIAN DEMOKRASI MENURUT PARA AHLI

C.F. Strong

Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana mayoritas rakyat berusia dewasa

turut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan, yang kemudian menjamin

pemerintahan mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusannya.

Haris Soche

Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan rakyat, karenanya dalam kekuasaan

pemerintahan terdapat porsi bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur,

mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan orang lain atau badan yang

bertanggung jawab memerintah.

Montesquieu

Kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi

yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang merupakan

pemegang kekuasaan untuk membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki

kekuasaan dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang

memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan masing-masing

institusi tersebut berdiri secara independen tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.

Samuel Huntington

2
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam

sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di

dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh

penduduk dewasa dapat memberikan suara.

John L Esposito

Pada Sistem Demokrasi semua orang berhak berpartisipasi, baik terlibat aktif

maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja

dalam lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif,

legislatif, maupun yudikatif.

Affan Gaffa

Menurut Affan Demokrasi sendiri terbagi menjadi dua definisi yang pertama jika

diartikan secara normatif, adalah demokrasi yang secara ideal ingin diwujudkan oleh

negara, sementara secara empiris adalah demokrasi adalah perwujudannya dunia politik.

Abraham Lincoln

Demokrasi menurut Abraham Lincoln adalah sebuah hal yang didasari oleh rakyat.

Abraham Lincoln menjelaskan bahwa demokrasi adalah sebuah pemerintahan yang

berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Joseph A. Schemer

Menurut Joseph A. Schemer, demokrasi adalah suatu perencanaan institusional.

Perencanaan tersebut dilakukan untuk mencapai sebuah keputusan politik. Dimana setiap

3
individu akan memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif. Hal

itu dilakukan atas dasar suara rakyat.

Aristoteles

Demokrasi menurut Aristoteles adalah sebuah kebebasan setiap warga negara.

Kebebasan tersebut digunakan untuk saling berbagi kekuasaan. Menurut Aristoteles,

demokrasi adalah suatu kebebasan, prinsip demokrasi adalah kebebasan. Hal itu karena

hanya melalui kebebasanlah, setiap warga negara dapat saling berbagi sebuah kekuasaan

di dalam negaranya sendiri.

JENIS- JENIS DEMOKRASI

Setiap negara mengartikan demokrasi berbeda-beda. Dengan atmosfer geopolitik

yang berbeda, pemerintahan demokrasi di seluruh dunia dapat dikelompokkan menjadi

delapan. Dikutip dari Science ABC, delapan jenis atau bentuk utama demokrasi, yaitu

Demokrasi langsung (direct democracy)

Demokrasi tak langsung atau representatif (indirect atau representative

democracy)

Demokrasi presidensial (presidential democracy)

Demokrasi parlementer (parliamentary democracy)

Demokrasi otoriter (authoritarian democracy)

Demokrasi Islam (Islamic democracy)

Demokrasi sosial (social democracy)

Demokrasi langsung adalah ketika warga negara dapat memilih kebijakan secara

langsung tanpa perantara atau majelis parlemen. Jika pemerintah harus mengesahkan
4
undang-undang atau kebijakan tertentu, diserahkan pada rakyat. Demokrasi langsung

dapat dipraktikkan dalam negara yang populasinya kecil, berpendidikan dan secara

politik memiliki kesamaan. Contoh Swiss yang masih mempunyai Landsgemeinde,

majelis di mana orang-orang berkumpul bersama di tempat terbuka di waktu tertentu

untuk memilih hukum yang berlaku di masyarakat. Demokrasi langsung terlalu rumit

dilaksanakan di negara dengan wilayah besar. Orang-orang lebih suka memilih

perwakilan atas nama mereka daripada membuat keputusan sendiri pada setiap masalah.

Demokrasi tak langsung atau demokrasi representatif adalah ketika orang

memilih perwakilan untuk duduk di parlemen. Bentuk demokrasi ini paling umum

ditemukan di seluruh dunia. Kelemahan demokrasi tak langsung adalah pemerintah yang

terpilih gagal mengakomodasi kepentingan warga negara. Sebagian besar negara yang

menerapkan demokrasi perwakilan disebut juga negara demokrasi liberal. Karena lebih

menghargai kebutuhan warga negara daripada kebutuhan seluruh negara. Contoh

Amerika Serikat dan India. Tetapi ada juga beberapa negara yang terus menerus merasa

terancam oleh pihak luar atau kerusuhan sipil sehingga lebih suka demokrasi defensif

daripda liberal. Agar pemerintah dapat mengerahkan pasukan pada saat bersamaan.

Contohnya Korea Selatan.

Demorasi presidensial Melalui demokrasi presidensial, presiden suatu negara

memiliki sejumlah besar kekuasaan atas pemerintah. Presiden dipilih secara langsung

atau tidak langsung oleh warga negara. Presiden dan lembaga eksekutif pemerintah tidak

bertanggung jawab kepada legislatif tetapi tidak dapat memberhentikan lembaga legislatif

sepenuhnya. Sebaliknya lembaga legislatif tidak dapat mengeluarkan presiden dari

jabatannya kecuali jika ada kasus ekstrem. Dalam demokrasi presidensial, kepala negara

juga adalah kepala pemerintahan. Contoh Amerika Serikat, Argentina dan Sudan.
5
Demokrasi parlementer Dalam demokrasi parlementer kedudukan lembaga

legislatif lebih kuat. Lembaga eksekutif memperoleh legitimasi demokrasi hanya dari

legislatif yaitu parlemen. Legislatif terpilih (parlemen) memilih kepala pemerintahan

(perdana menteri) dan mencopot perdana menteri dengan memberikan mosi tidak

percaya. Kepala negara (presiden) berbeda dari kepala pemerintahan (perdana menteri)

dan keduanya memiliki tingkat kekuasaan yang berbeda-beda. Namun dalam kebanyakan

kasus, presiden adalah raja yang tidak memiliki kekuasaan seperti di Inggris atau kepala

adat istiadat seperti di India.

Demokrasi otoriter Demokrasi otoriter terjadi ketika hanya elit yang merupakan

bagian dari proses parlementer. individu-individu tertentu diizinkan memilih kandidat

tetapi orang biasa tidak dapat. Karena itu, pada akhirnya hanya elit penguasa yang

memutuskan berbagai kepentingan populasi negara. Contoh Rusia di bawah pimpinan

Vladimir Putin.

Demokrasi Islam Bentuk demokrasi ini berupaya menerapkan hukum Islam ke

dalam kebijakan publik dengan tetap mempertahankan kerangka demokrasi. Demokrasi

Islam memiliki tiga karakteristik utama yaitu: Para pemimpin dipilih oleh rakyat. Semua

orang tunduk pada hukum Syariah, termasuk para pemimpin. Para pemimpin harus

berkomitmen mempraktikkan syura. Syura menandakan badan politik ada pada

tempatnya untuk konsultasi tentang masalah apa pun. Ini adalah prinsip dasar sistem

politik Islam yang direkomendasikan dalam Al-Quran. Negara-negara yang memenuhi

ketiga karakteristik ini Iran, Afghanistan dan Pakistan. Negara Islam lain seperti Arab

Saudi cenderung pada bentuk rezim otoriter daripada negara demokasi.

Demokrasi sosial Demokrasi sosial muncul sebagai reaksi terhadap kebijakan


6
neoliberal dalam ekonomi internasional. Demokrasi sosial bertujuan memberdayakan

negara atas pasar neoliberal. Pengeluaran negara untuk memberikan layanan gratis

daripada swasta yang terlalu mahal. Negara fokus pada penyediaan pendidikan gratis atau

layanan kesehatan gratis sehingga orang tidak harus bergantung pada perusahaan.

Ciri-Ciri Pemerintahan Demokratis


Setiap bentuk pemerintahan pastilah memiliki ciri-ciri. Berikut ini
merupakan ciri-ciri pemerintahan Demokrasi:
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan
keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung
(perwakilan).
2. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala
bidang.
3. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
4. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk
di lembaga perwakilan rakyat.

Landasan-landasan Demokrasi Indonesia


5. Pembukaan UUD 1945
a. Alinea pertama yang berbunyi Kemerdekaan ialah hak segala
bangsa.
b. Alinea kedua yang berbunyi Mengantarkan rakyat Indonesia
kepintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
c. Alinea ketiga yang berbunyi Atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan dan
kebangsaaan yang bebas.
d. Alinea keempat yang berbunyi Melindungi segenap bangsa.
6. Batang Tubuh UUD 1945
a. Pasal 1 ayat 2 yaitu tentang “Kedaulatan adalah ditangan rakyat”.
b. Pasal 2 yaitu tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat.
c. Pasal 6 yaitu tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
7
d. Pasal 24 dan Pasal 25 yaitu tentang Peradilan yang merdeka.
e. Pasal 27 ayat 1 yaitu tentang Persamaan kedudukan di dalam
hukum.
f. Pasal 28 yaitu tentang Kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

Asas pokok demokrasi

Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah

pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang

sama dalam hubungan sosial.  Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas

pokok demokrasi, yaitu:

 Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-

wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas,

dan rahasia serta jujur dan adil; dan

 Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan

pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan

bersama.

Prinsip-Prinsip Demokrasi
Prinsip budaya demokrasi
g. Kebebasan : Adalah kekuasaan untk membuat pilihan terhadap
beragam pilihan atau melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
kepentingan bersama atas kehendak sendiri, tanpa tekanan dar
pihak manapun.
h. Persamaan : Setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras, dan
agama. Namun dalam negara demokrasi perbedaan tersebut tidak
perlu ditonjolkan bahkan harus ditekan agar tidak menimbulkan
konflik.
i. Solidaritas : Rasa solidaritas harus ada di dalam negara demokrasi.
Karena dengan adanya sifat solidaritas ini, walaupun ada
8
luas kepada rakyat sehingga pemerintah dapat diawasi untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
Dalam perkembangan-nya demokrasi di Indonesia,demokrasi dibagi
dalam beberapa periode berikut:
Pelakasanaaan Demokrasi pada Masa Revolusioner (1945-1950) Tahun
1945-1950, Indonesia masih berjuang menghadapi
Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan
demokrasi belum berjalan dengan baik karena masih adanya
revolusi fisik.Pada awalnya kemerdekaan masih
terdapat sentralisasi kekuasaan.Hal itu terlihat pada pasal 4 Aturan
Peralihan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa sebelum MPR ,
DPR dan DPA dibentuk menurut UU ini, segala kekuasaan
dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP. Untuk
menghindari bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolute
pemerintah mengeluarkan:
j. Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 oktober 1945,
KNIP berubah menjadi lembaga legislatif;
k. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang
Pembentuksn Partai Politik;
l. Maklumat Pemmerintah tangaal 14 november 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahan presidensial menjadi
parlementer .
Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama
m. Masa Demokrasi Liberal 1950-1959
Pada masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas
politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai
politik.Akan tetapi ,praktik demokrasi pada masa ini dinilai
gagal disebabkan :
1) Dominannya partai politik ;
2) Lanadasan social ekonomi yang masih lemah ;

9
3) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk
mengganti UUDS 1945.

Atas dasar kegagalan itu,Presiden mengeluarkan Dekrit


Presiden 5 juli 1959 yanag isinya:

1) Bubarkan konstituante
2) Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
3) Pembentukan MPRS dan DPAS.
n. Masa Demokrasi Terpimpin
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS
No.VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di
antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom.Ciri-cirinya adalah:
1) Tingginya dominasi presiden
2) Terbatasnya peran partai politik
3) Berkembangya pengaruh PKI

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antaara lain:

1) Sistem kepartaian menjadi tidak jelas ,dan para pemimpin


partai banyak yang dipenjarakan;
2) Peranan parlemen lemah,bahkan akhirnya dibubarkan
oleh presiden dan presiden membentuk DPRGR ;
3) Jaminan HAM lemah;
4) Terbatasnya peran pers;
5) Kebijakan politik luar negeri memihak ke RRC (blok
timur) yang memicu terjadinya peristiwa pemberontakan
G 30 S PKI .
Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998

10
4) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk
mengganti UUDS 1945.

Atas dasar kegagalan itu,Presiden mengeluarkan Dekrit


Presiden 5 juli 1959 yanag isinya:

4) Bubarkan konstituante
5) Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
6) Pembentukan MPRS dan DPAS.
o. Masa Demokrasi Terpimpin
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS
No.VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di
antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom.Ciri-cirinya adalah:
1) Tingginya dominasi presiden
2) Terbatasnya peran partai politik
3) Berkembangya pengaruh PKI

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antaara lain:

6) Sistem kepartaian menjadi tidak jelas ,dan para pemimpin


partai banyak yang dipenjarakan;
7) Peranan parlemen lemah,bahkan akhirnya dibubarkan
oleh presiden dan presiden membentuk DPRGR ;
8) Jaminan HAM lemah;
9) Terbatasnya peran pers;
10) Kebijakan politik luar negeri memihak ke RRC (blok
timur) yang memicu terjadinya peristiwa pemberontakan
G 30 S PKI .
7. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998

11
a. Tap MPR RI No.XIII/MPR/1998 tentang pembatasan
Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI;
b. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen
I,II,III,IV.

Disisi lain ada jugak ahli yang berpendapat tentang pelaksanaaan


demokrasi di Indonesia yaitu Menurut Azyumardi Azra (2000: 130-141)
Perkembangan demokrasi di Indonesia dari segi waktu dapat dibagi dalam
empat periode, yaitu :

1. Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer.


Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi
parlementer. Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah
kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat
dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-
Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat
berjalan dengan memuaskan di beberapa negara Asia lain, sistem ini
ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan
eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional
(constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan.
2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi
terpimpin. Dalam demokrasi terpimpin ditandai oleh tindakan yang
menyimpang dari atau menyeleweng terhadap ketentuan
Undangundang Dasar. Dan didalam demokrasi terpimpin terdapat
ciri-ciri yaitu adanya dominasi dari Presiden, terbatasnya peranan
partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya
peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli
dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar

12
dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang
kuat.
Misalnya berdasarkan ketetapan MPRS No. III/1963 yang
mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Selain itu,
terjadi penyelewengan dibidang perundang-undangan dimana
pelbagai tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan
Presiden (Penpres) yang memakai Dekrit 5 Juli sebagai sumber
hukum, dan sebagainya.
3. Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila.
Demokrasi pada masa ini dinamakan demokrasi pancasila.
Demokrasi Pancasila dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika
dan gagasan belum sampai pada tataran praksis atau penerapan.
Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan,rezim ini
sangat tidak memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi.
Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh;
dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik
dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan
inkorporasi lembaga nonpemerintah
4. Periode 1998-sekarang ( Reformasi ).
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto
pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian diisi oleh
wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden
Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari
rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya reformasi
yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal
bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi merupakan
fase krusial yang kritis karena dalam fase ini akan ditentukan ke
mana arah demokrasi akan dibangun.

13
Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Setelah Orde Baru tumbang yang ditandai oleh turunnya Soeharto dari
kursi kepresidenan pada bulan Mei 1998 terbuka kesempatan bagi bangsa
Indonesia untuk kembali menggunakan demokrasi. Demokrasi merupakan
pilihan satu-satunya bagi bangsa Indonesia karena memang tidak ada
bentuk pemerintahan atau sistem politik lainnya yang lebih baik yang
dapat dipakai untuk menggantikan sistem politik Orde Baru yang otoriter.
Oleh karena itu ada konsensus nasional tentang perlunya digunakan
demokrasi setelah Orde Baru tumbang. Gerakan demokratisasi setelah
Orde Baru dimulai dengan gerakan yang dilakukan oleh massa rakyat
secara spontan. Segera setelah Soeharto menyatakan pengunduran dirinya,
para tokoh masyarakat membentuk sejumlah partai politik dan
melaksanakan kebebasan berbicara danberserikat/berkumpul sesuai
dengan nilai-nilai demokrasi tanpa mendapat halangan dari pemerintah.
Pemerintah tidak melarang demokratisasi tersebut meskipun peraturan
perundangan yang berlaku bias digunakan untuk itu. Pemerintah bisa saja,
umpamanya, melarang pembentukan partai politik karena bertentangan
dengan UU Partai Politik dan Golongan Karya yanghanya mengakui dua
partai politik dan satu Golongan Karya. Tentu saja pemerintah tidak mau
mengambil resiko bertentangan dengan rakyat sehingga pemerintah
membiarkan demokratisasi bergerak sesuai dengan keinginan rakyat.
Pemerintah kemudian membuka peluang yang lebih luas untuk
melakukan demokratisasi dengan mengeluarkan tiga UU politik baru yang
lebih demokratis pada awal 1999. Langkah selanjutnya adalah amandemen
UUD 1945 yang bertujuan untuk menegakkan demokrasi secara nyata
dalam sistem politik Indonesia.Demokratisasi pada tingkat pemerintah
pusat dilakukan bersamaan dengan demokratisasi pada tingkat pemerintah
daerah (provinsi,kabupaten, dan kota). Tidak lama setelah UU Politik
dikeluarkan,diterbitkan pula UU Pemerintahan Daerah yang memberikan
otonomi yang luas kepada daerah-daerah.Suasana bebebasan dan

14
keterbukaan yang terbentuk pada tingkat pusat dengan segera diikuti oleh
daerahdaerah.
Oleh karena itu beralasan untuk mengatakan, demokratisasi di
Indonesia semenjak 1998 juga telah menghasilkan demokratisasi pada
tingkat pemerintah daerah.Sesuai dengan perkembangan demokratisasi di
tingkat pusat, di tingkat provinsi (juga di tingkat kabupaten dan kota)
dilakukan penguatan kedudukan dan fungsi tersebut mempunyai
kedudukan yang sama dengan gubernur. Gubernur tidak lagi merupakan
“penguasa tunggal” seperti yang disebutkan dalam UU Pemda yang
dihasilkan selama masa Orde Baru.DPRD telah mendapatkan perannya
sebagai lembaga legislatif daerah yang bersama-sama dengan gubernur
sebagai kepala eksekutif membuat peraturan daerah (perda). DPRD
Provinsi menjadi lebih mandiri karena dipilih melalui pemilihan umum
(pemilu) yang demokratis. Melalui pemilu tersebut, para pemilih
mempunyai kesempatan menggunakan hak politik mereka untuk
menentukan partai politik yang akan duduk di DPRD.
Suasana kebebasan yang tercipta di tingkat pusat sebagai akibat dari
demokratisasi juga tercipta di daerah. Partisipasi masyarakat dalam
memperjuangkan tuntutan mereka dan mengawasi jalannya pemerintahan
telah menjadi gejala umum di seluruh provinsi di Indonesia. Berbagai
demonstrasi dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat, tidak
hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok-pelosok desa di
Indonesia.Rakyat semakin menyadari hak-hak mereka sehingga mereka
semakin peka terhadap praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan
yang tidak benar dan merugikan rakyat.Hal ini mengharuskan pemerintah
bersikap lebih peka terhadap aspirasi yang berkembang di dalam
masyarakat. Demokratisasi telah membawa perubahan-perubahan politik
baik di tingkat pusat maupun daerah. Apa yang terjadi di tingkat pusat
dengan cepat ditiru oleh daerahdaerah. Demokratisasi merupakan sarana
untuk membentuk system politik demokratis yang memberikan hak-hak
yang

15
c. Demokrasi liberal : Dalam demokrasi ini pemerintah dibatsi oleh
undang-undang dan pemilihan umum yang bebas diselenggarakan
dalam waktu yang tetap.
d. Demokrasi terpimpin : Dalam demokrasi ini terdapat keyakinan
para pemimpin bahwa semua tindakan mereka dipercaya oleh
rakyat, tetapi menolak persaingan dalam pemilihan umum untuk
menduduki kekuasan.
e. Demokrasi sosial : Demokrasi ini menaruh kepeduliannya kepada
keadaan sosial dan egalitarianisme (paham persamaan) bagi
persyaratan untuk memperoleh kepercayaan politik.
f. Demokrasi partisipasi : Demokrasi yang menekankan hubungan
timbal balik antara penguasa atau pemimpin dengan yang
dipimpin.

Demokrasi konstitusional : Demokrasi yang menekankan pada proteksi khusus bagi

kelompok-kelompok budaya dan menekankan kerja sama yang erat diantara elite

yang mewakili bagian budaya

.KONSEP DEMOKRASI
Konsep demokrasi bukanlah hal yang baru. Bisa dikatakan bahwa
konsep ini telah menjadi konsumsi public sehari-hari layaknya
kebutuhan primer.
Demokrasi menjadi kata kunci untuk sebuah pranata dan peradaban
social yang mapan.Demokrasi berarti mapan. Tidak demokrasi artinya
tidak mapan.Sebuah analogi sederhana yang memiliki spectrum
luas.Bahkan dewasa ini penerimaan demokrasi secara luas sebagai
landasan legitimasi bagi tatanan politik merupakan fenomena zaman
modern di seluruh dunia.
16
Hingga akhir abad kedelapan belas sebagian besar sistem politik utama
tidak berdasarkan prinsipprinsip demokrasi.Hak Ilahiah para raja
merupakan isu yang ramai diperdebatkan dalam kancah politik Eropa
sepanjang zaman modern awal dan zaman pencerahan. Dalam sejarah
filosofi dan teori politik yang jauh lebih luas disebutkan bahwa dari
perspektif pemikiran politik Barat selama dua ribu lima ratus tahun, hampir tidak ada
satu pun, hingga saat sekarang ini, yang menganggap demokrsi sebagai cara terbaik
untuk membangun kehidupan politik. Sebgian besar pemikir politik selama dua
setengah milenia mengadakan perlawanan terhadap konstitusi demokrasi, kekacauan
politik demokrasi dan kekosongan moral dalam karakter demokrasi (Corcoran, 1983).

Teori, pranata dan praktik demokrasi dalam kehidupan barat selalu merupakan
hasil interaksi antara tradisi nondemokratis dan antidemokratis dengan tradisi
demokratis yang ada, serta persepsi baru dalam bidang social kemanusiaan,
keagamaan, kebutuhan politik dan hak politik. Kenyataan bahwa gagasan
kedaulatan rakyat tidak sesuai dengan konsep teosentris menegnai kekausaan raja
dan struktur imperial Gereja Romawi yang semakin kaku tidak mencegah para
penganut Kristen untuk menciptakan sistem demokrasi di Eropa Barat dan
Amerika Utara (Esposito dan Voll, 1996).
Kelompok elit penguasa dalam kebanyakan tradisi utama peradaban
mempunyai keberatan tertentu terhadap demokrasi.Namun, dari sudut pandang
sejarah dunia, mungkin dapat dikatakan bahwa kebanyakan masyarakat di dunia
dapat memanfaatkan tradisi local untuk membangun demokrasi modern.Buktinya
jelas bahwa baik gagasan maupun praktik demokrasi tidaklah asing di seluruh
belahan dunia.Tradisi-tradisi demokrasi local ini kebanyakan dengan sistem
consensus dan bukan suara mayoritas, dan sering diidentikkan dengan unit-unit
social yang relative kecil.
Sementara dalam sejarah Islam ada sejumlah konsep dan citra yang sangat
penting yang membentuk persepsi Islam atas demokrasi. Lepas dari dinamika dan
keragaman pandangan politik di kalangan kaum muslim, terdapat konsep inti yang
sangat sentral bagi pendapat politik seluruh kaum muslim. Keragaman itu
menyangkut perbedaan defenisi konsep-konsep itu, dan bukan pengakuan terhadap
konsep-konsep itu sendiri. Abu Al-A’la Al-Maududi – seorang pemikir Sunni
terkemuka dan pernah tinggal di India semasa dijajah Inggris dan selanjutnya
menetap di Pakistan, dan seorang pendiri organisasi kebangkitan Islam di Asia
Selatan, Jamaati-Islami – menyatakan bahwa sistem politik Islam didasarkan pada
tiga prinsip, yaitu tauhid (keesaan Tuhan), risalah (kenabian), dan khilafah
(kekhalifaan). Adalah sulit untuk memahami berbagai aspek pemerintahan Islam
tanpa mengerti sepenuhnya ketiga prinsip itu. Para pemimpin Muslim yang lain
mungkin mengungkapkan isu-isu tersebut dalam format yang berbeda, tetapi
ketiga konsep inti ini, dapat memberikan landasan untuk memahami perspektif

17
politik Islam. Memperhatikan rekonseptualisasi konsep-konsep inti tersebut dalam
konteks kekinian dapat memberi dasar penting untuk memahami

luas disebutkan bahwa dari perspektif pemikiran politik Barat selama dua ribu
lima ratus tahun, hampir tidak ada satu pun, hingga saat sekarang ini, yang
menganggap demokrsi sebagai cara terbaik untuk membangun kehidupan politik.
Sebgian besar pemikir politik selama dua setengah milenia mengadakan
perlawanan terhadap konstitusi demokrasi, kekacauan politik demokrasi dan
kekosongan moral dalam karakter demokrasi (Corcoran, 1983). Teori, pranata dan
praktik demokrasi dalam kehidupan barat selalu merupakan hasil interaksi antara
tradisi nondemokratis dan antidemokratis dengan tradisi demokratis yang ada,
serta persepsi baru dalam bidang social kemanusiaan, keagamaan, kebutuhan
politik dan hak politik. Kenyataan bahwa gagasan kedaulatan rakyat tidak sesuai
dengan konsep teosentris menegnai kekausaan raja dan struktur imperial Gereja
Romawi yang semakin kaku tidak mencegah para penganut Kristen untuk
menciptakan sistem demokrasi di Eropa Barat dan Amerika Utara (Esposito dan
Voll, 1996)
Kelompok elit penguasa dalam kebanyakan tradisi utama peradaban mempunyai
keberatan tertentu terhadap demokrasi.Namun, dari sudut pandang sejarah dunia,
mungkin dapat dikatakan bahwa kebanyakan masyarakat di dunia dapat
memanfaatkan tradisi local untuk membangun demokrasi modern.Buktinya jelas
bahwa baik gagasan maupun praktik demokrasi tidaklah asing di seluruh belahan
dunia.Tradisi-tradisi demokrasi local ini kebanyakan dengan sistem consensus dan
bukan suara mayoritas, dan sering diidentikkan dengan unit-unit social yang
relative kecil. Sementara dalam sejarah Islam ada sejumlah konsep dan citra yang
sangat penting yang membentuk persepsi Islam atas demokrasi. Lepas dari
dinamika dan keragaman pandangan politik di kalangan kaum muslim, terdapat
konsep inti yang sangat sentral bagi pendapat politik seluruh kaum muslim.
Keragaman itu menyangkut perbedaan defenisi konsep-konsep itu, dan bukan
pengakuan terhadap konsep-konsep itu sendiri. Abu Al-A’la Al-Maududi –
seorang pemikir Sunni terkemuka dan pernah tinggal di India semasa dijajah
Inggris dan selanjutnya menetap di Pakistan, dan seorang pendiri organisasi
kebangkitan Islam di Asia Selatan, Jamaati-Islami – menyatakan bahwa sistem
politik Islam didasarkan pada tiga prinsip, yaitu tauhid (keesaan Tuhan), risalah
(kenabian), dan khilafah (kekhalifaan). Adalah sulit untuk memahami berbagai
aspek pemerintahan Islam tanpa mengerti sepenuhnya ketiga prinsip itu. Para
pemimpin Muslim yang lain mungkin mengungkapkan isu-isu tersebut dalam
format yang berbeda, tetapi ketiga konsep inti ini, dapat memberikan landasan
untuk memahami perspektif politik Islam. Memperhatikan rekonseptualisasi
konsep-konsep inti tersebut dalam konteks kekinian dapat memberi dasar penting
untuk memahami landasan konseptual demokratisasi di dunia Muslim (Esposito
dan Voll, 1996)
18
Tulisan ini akan menggambarkan kehidupan demokrasi di Amerika Serikat
sebagai kiblat demokrasi dewasa ini dan juga demokrasi dalam pandangan Islam
yang selama ini dianggap antidemokrasi. Perbandingan gambaran kehidupan
demokrasi di dua ranah yang berbeda ini namun konvergen akan menjelaskan
hakikat demokrasi tersebut.

Munculnya Amerika Serikat (AS) sebagai adidaya tunggal pascaperang dingin

berkorelasi terhadap perkembangan demokrasi di dunia. Hal ini dimungkinkan karena

selama perang dingin, AS telah tampil sebagai negara champion of democracydan the

guardian of democracy, menjadi negara yang senantiasa mensponsori penyebarluasan

demokrasi di berbagai belahan bumi. perang dingin yang ditandai dengan tumbuhnya

komunisme yang menjadi momentum bagi AS untuk lebih meningkatkan peranannya

dalam menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi (Huntington, 1995 : 130)

Keberpihakan AS pada demokrasi tidak dapat dilepaskan dari munculnya

keyakinan yang besar dalam diri bangsa AS bahwa demokrasi merupakan prinsip

dasar pembangunan watak bangsa

Cipto, 2003 :6). Demokrasi telah menjadi American Ethos dan menjadi nilai-

nilai pengatur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang senantiasa ada

dalam kehidupan masyarakat AS selama ratusan tahun.Demokrasi telah menjadi

tradisi yang kokoh sejak diproklamasikannya Deklarasi Kemerdekaan AS 4 Juli

1776. Dalam bahasa Thomas Jefferson, demokrasi telah terefleksi dalam life,

freedom, and pursuit of happiness sebagai nilai-nilai yang senantiasa mengilhami

para imigran yang datang ke AS (Jatmika, 2000 :9). Demokrasi menjadi tumpuan

dalam mengangkat keagungan manusia yang hadir atas peran setiap individu

dalam pembentukan nilai-nilai yang mengatur kehidupan masyarakat

Praktek demokrasi yang telah lama mengakar di tengah masyarakat AS tersebut,


telah dijelaskan oleh de Tocqueville dalam bukunya Democracy in America yang
19
terbit tahun 1835. Dijelaskan bahwa tidak hanya dalam sistem kenegaraan dan
pemerintahan saja terdapat praktek demokrasi, namun telah mengkristal dala filosofi
bangsa, agama, pluralism cultural, sampai pada kehidupan keluarga sebagai unit
terkecil kehidupan kelompok (de Tocqueville, 1961 : 2). Disini demokrasi
mendapatkan ruang dan gerak yang sangat luas.

Walau demikian, perkembangan kehidupan demokrasi di AS tidak selamanya


menunjukkan grafik yang terus stabil, tetapi juga mengalami pasang surut, hambatan,
dan dianggap tidak taat asas dalam melaksanakan demokrasi.Dipertahankannya sistem
perbudakan yang berlangsung lama dan baru dihapuskan tahun 1865. Adanya Civil
Rights Movement pada tahun 1960-an yang menggambarkan perjuangan hak-hak
orang-orang kulit hitam AS, pengakuan hak pilih wanita baru di tahun 1920, dan baru
disahkannya undang-undang untuk melindungi hak-hak warga negara minoritas di
tahun 1954, serta kurang diberikannya persamaan hak dan keadilan kepada penduduk
asli AS (yang dikenal sebagai bangsa Indian), menunjukkan berfluktuasinya
perkembangan demokrasi di AS (Bradley dan Lubis, 1991 : XVII)

Terlepas dari semua cacat sejarah tersebut, dewasa ini AS dapat dianggap sebagai
negara dengan kualitas demokrasi terbesar di dunia.Hal tersebut kemudian menjadi
salah satu faktor yang membuat kuatnya posisi demokrasi sebagai isu penting dalam
politik luar negeri AS saat ini, disamping faktor-faktor lain seperti dinamika
kesejarahan dalam mempraktekkan nilai-nilai demokrasi selama ratusan tahun dan
kemunculannya sebagai kekuatan unilateral pascaperang dingin.

Menurut Fawaz A. Gerges, semangat untuk menerapkan demokrasi di luar negeri


merupakan salah satu hal yang selalu ada dalam politik luar negeri AS (Gergez, 2002 :
6). Isu demokrasi telah menjadi isu yang mutlak dikedepankan dalam tata pergaulan
internasional AS.Telah menjadi ketentuan dari pemerintahan yang terbentuk di AS –
apakah dari partai Republik atau Demokrasi – untuk senantiasa merumuskan misi baru
dalam melakukan konsilidasi dan mempropagandakan demokrasi. Sejalan dengan hal
itu, agar demokrasi tetap keberadaannya, AS tidak segan-segan menjatuhkan sanksi
ekonomi, politik maupun militer kepada negara-negara yang dianggap tidak
menghormati nilai-nilai demokrasi (Jatmika, 2000 : 11).

Hanya saja ukuran demokrasi yang dijadikan indikator oleh AS terhadap satu
negara dengan negara lainnya dapat berbeda.Kadangkala terjadi pembiasan karena
unsur kepentingan nasional kerap kali lebih mengemuka dibandingkan mengutamakan
mendeteksi pelanggaranpelanggaran terhadap nilai-nilai demokrasi yang terjadi. Hal
ini terjadi pada proses yang diambil AS dalam aksi politik luar negerinya. Bisa
demokratis dan juga bisa tidak demokratis.Kasus invasi AS ke Irak April 2003 yang
lalu menjadi contoh kongkrit. Alasan invasi AS tersebut karena Irak di bawah
pemerintahan Saddam Hussein menjadi negara yang tidak demokratis dengan tingkat

20
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang tinggi, represif, mendukung terorisme
internasional, dan mengembangkan persenjataan pemusnah massal.

Pernyataan tersebut di atas menjadi alasan yang kuat bagi pemerintah AS untuk
menginvasi Irak dan mengabaikan tentangan-tentangan yang muncul dari dalam
negeri AS sendiri maupun dari masyarakat internasional yang menginginkan proses
damai dan demokratis dalam menyelesaikan kasus Irak. Demokrasi tidak lahir dengan
sendirinya, tetapi muncul melalui proses pemikiran, perdebatan, dan polemik yang
panjang. Bahkan pemikir-pemikir seperti Plato dan Aristoteles malah menolak dan
keberadaan demokrasi. Sementara kaum Marxis melihat bahwa demokrasi hanyalah
manipulasi kelas borjuis belaka (Suseno, 1995 : 34-61).

Walau demikian, dewasa ini demokrasi telah menjadi sistem yang dipakai di hampir
semua negara.Dibeberapa negara seperti AS dan Eropa Barat, demokrasi sudah
merupakan bagian dari budaya warga, menjadi sebuah bentuk kebudayaan yang
dominan yang membentuk pola prilaku masyarakat. Demokrasi merupakan sebuah
nilai budaya atau kebudayaan karena demokrasi mencakup makna, simbol-simbol,
kumpulan nilai, kepercayaan, sikap, tatacara, dan gaya hidup yang diturunkan
sepanjang sejarah dan dianut bersama (Geertz, 1973 : 89). Nilai budaya ini dapat
ditemui di dalam kehidupan masyarakat AS yang telah tumbuh beratus tahun
lamanya dan menyebutknya dengan nilai-nilai life, freedom, and pursuit of
happiness. Disini demokrasi mendapatkan pengertian yang sangat luas karena tidak
hanya mencakup sebuah sistem politik tetapi juga sistem ekonomi dan sosial
(Sorensen, 2003 : 17-19). Budaya demokrasi adalah sebuah prilaku, praktek, dan
norma-norma yang menjelaskan kemampuan rakyat untuk memerintah diri sendiri,
yang dibentuk oleh otoritas yang dipilih secara bebas oleh individu atau kelompok.
Warga negara bebas mengejar kepentingan mereka, menjalankan hak-hak mereka
dan bertanggung jawab atas hidup mereka sendiri (Jurnal Demokrasi, 1991 : 18).
Kedemokratisan sebagai nilai-nilai budaya warga AS berperan penting dalam
membentuk sebagian besar persepsi para pembuat kebijakan AS mengenai
lingkungan internationalnya. Sebagian besar penentu kebijakan di AS cenderung
dipengaruhi budaya yang dominan tersebut (Gerges, 2002 : 7). Hal ini dapat
dikatakan bahwa budaya warga yang teraktualisasi tersebut dapat menjadi masukan
yang berharga bagi pemerintah AS dalam menjalankan politik luar negerinya. De
Tocqueville dalam bukunya Democracy in America (1835) melihat bahwa telah
tumbuh suatu kesamarataan dan kebebasan di antara rakyat AS serta sebuah
pemerintahan mayoritas. Rakyat dalam dunia politik di AS memerintah sama dengan
Tuhan memerintah alam semesta, sebuah penggambaran yang memperlihatkan
bahwa setiap rakyat AS memiliki hak yang sama dalam sistem politik dan
pemerintahan (de Toqueville, 1961 : 3). Lawrence H. Fuchs dalam The American

21
Kaleidoscope : Race, Ethnicity, and the Civil Culture menjelaskan bahwa demokrasi
sebagai budaya warga yang secara luas dianut oleh para pendiri Amerika dan
kemudian merembes dalam kehidupan masyarakat AS didasarka pada tiga gagasan
yang merupakan landasan bagi republikanisme, yaitu pertama : laki-laki dan
perempuan

biasa dapat dipercaya untuk memerintah diri mereka sendiri melalui wakil-
wakil yang dipilihnya yang bertanggungjawab kepada rakyat; kedua : semua orang
yang hidup dalam masyarakat politik berhak ikut dalam kehidupan kenegaraan atas
dasar persamaan derajat; dan ketiga : orang-orang yang berperilaku sebagai warga
yang baik dari budaya warga bebas untuk saling berbeda dalam hal agama dan segi-
segi lain kehidupan pribadinya (Fuchs, 1994 : 5-6). Lewat bukunya The Third Wave :
Democratization in the Late Twentieth Century (1995), Samuel P. Huntington
menggambarkan posisi AS sebagai salah satu negara yang memulai gelombang
demokratisasinya sekitar tahun 1828 dan dikategorikan sebagai gelombang pertama.
Huntington melihat bahwa demokrasi di AS berkembang tanpa cacat. Gelombang
balik yang merupakan antithesis dari gelombang demokratisasi yang dipaparkannya
tidak mencakup AS, padahal banyak peristiwa yang mengindikasikan kecenderungan
demokrasi mengecil dan berbalik kalau tidak bisa dikatakan terancam di AS, seperti
perlakuan buruk yang dialami oleh kaum kulit hitam dari kulit putih AS dalam
kehidupan sosial mereka

Pemaparan Herbert McClosky dan John Zaller dalam The American Ethos : Publik
Attitudes toward Capitalism and Democracy (1988) memperlihatkan bahwa nilai-nilai
demokrasi sangat besar pengaruhnya dalam membawa arah dan sifat perkembangan
bangsa AS dan terus berfungsi sebagai nilai-nilai yang menguasai politik bangsa AS.
Sementara John Markoff dengan Waves of Democracy, Social Movements and
Political Change (1996) melihat adanya pertumbuhan institusi yang demokratis dan
ide-ide demokrasi menyebar di AS

Akan halnya Charles W. Kegley dan Eugene R. Witkopf dalam bukunya


American Foreign Policy: Pattern And Process (1996), mengulas bahwa proses
pengambilan politik luar negeri AS lebih banyak dilakukan dan dipengaruhi oleh
aktor-aktor tertentu dalam tubuh politik dan pemerintahan AS, seperti presiden,
kongres dan kelompok-kelompok tertentu, tanpa lebih jauh meilihat adanya
peranan masyarakat secara umum dalam proses pengambilan politik luar negeri
serta besarnya pengaruh pragmatis-realismee dalam menjalankan kebijakan
tersebut

Ada kecenderungan bahwa demokrasi dianggap pertama kali lahir di AS mengingat


praktek dan kehidupan demokrasi di AS begitu besar, padahal bangsa AS mengadopsi
demokrasi dan melakukan revolusi dengan landasan demokrasi dan demi demokrasi

22
baru sekitar abad ke18 (Musa, 2003 : 127). Eksistensi demokrasi sebagai nilai-nilai
budaya masyarakat AS telah menjadi bagian sejarah yang amat kuat yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan mereka. Internasionalisasi sikap dan tindakan masyarakat
AS terhadap demokrasi menjadi bagian dari bab ini yang membahas perwujudan nilai-
nilai demokrasi dalam kehidupan bangsa AS

Prinsip-Prinsip Demokrasi di Amerika Serikat


Demokrasi berasal dari kata demos, rakyat, dan kratos, pemerintahan, dan
diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat, pertama kali diciptakan di Yunani Kuno,
2500 tahun yang lalu. Lambat laun praktek demokrasi tersebut berkembang dan
dewasa ini telah mencakup setiap benua dan bagian terbesar dari umat manusia (Dahl,
1999 : 22)

Memberikan batasan yang mutlak pada demokrasi tidak mudah.Beragam


pendapat muncul dan mewarnai praktek demokrasi. Ada yang disebut demokrasi
liberal, demokrasi parlementer, demokrasi pancasila, demokrasi terpimpin,
demokrasi konstitusional dan sebagainya (Budiardjo, 1981 : 30). Walau demikian
ada nilai-nilai dasar di dalam demokrasi yang dianggap sebagai nilainilai
universal, seperti kedaulatan rakyat, kekuasaan mayoritas, pembatasan pemerintah
secara konstitusional, nilai-nilai toleransi, kerjasama dan mufakat, jaminan hak-
hak asasi manusia, hakhak minoritas, pemilihan yang bebas dan jujur, persamaan
di depan hukum, proses hukum yang wajar, serta pluralism sosial, ekonomi dan
politik (Jurnal Demokrasi, 1991 : 6). Singkatnya nilai nilai universal itu mencakup
kedaulatan rakyat dan pemerintah yang demokratis, serta kebebasan dan
egaliterianisme.

Kedaulatan Rakyat dan Pemerintahan yang Demokratis


Merujuk asal kata, maka demokrasi memiliki spesifikasi batasan sebagai
pemerintahan oleh rakyat yang kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan
dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah
sistem pemilihan bebas (Jurnal Demokrasi, 1991 : 4-5). Dalam ucapan Presiden
Abraham Lincoln pada upacara peresmian pemakaman Tentara di Gettysburg 19
November 1863, demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat (Jurnal Demokrasi, 1991 : 4-5)

Disini sisi yang paling penting ditekankan adalah partisipasi masyarakat dalam
sistem kenegaraan.Jika suatu negara dimana sistem pemerintahannya menganut
paham demokrasi, maka konsekuensi logis yang harus dilakukan oleh elit yang
berkuasa adalah membuka lebar-lebar pintu kebebasan dari rakyatnya untuk
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan politik.
23
Menurut Miriam Budiardjo, semakin tinggi tingkat partisipasi politik rakyat,
maka tingkat demokrasi juga bertambah baik. Sebaliknya partisipasi yang rendah
dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena hal tersebut berarti warga negara
tidak respek terhadap masalah-masalah kenegaraan. Hal ini akan menyebabkan
jarring-jaring birokrasi yang berkuasa takkan tanggap terhadap kebutuhan aspirasi,
keperluan, dan permintaan rakyatnya. (Rais, dkk, 1995 : XVIIIXXII)
Perlunya partisipasi rakyat dalam demokrasi juga dilontarkan oleh Dahl yang
menyatakan bahwa partisipasi efektif dalam pembuatan seluruh proses keputusan
secara kolektif, termasuk tahap menentukan agenda kerja, setiap warga Negara
harus mempunyai kesempatan yang sama dan memadai untuk menyatakan hak-hak
istimewanya dalam rangka mewujudkan kesimpulan akhir (Rais, dkk., 1995 :
XVIII-XXII).
Sementara itu Sergent, mendefinisikan demokrasi sebagai adanya partisipasi
rakyat dalam pengambilan keputusan, adanya persamaan hak, adanya kebebasan
dan kemerdekaan yang diberikan atau dipertahankan dan dimiliki warga Negara,
adanya sistem perwakilan yang efektif, adanya sistem pemilihan yang menjamin
dihormatinya prinsip ketentuan mayoritas (Rais, dkk., 1995 : XVIII-XXII).

Gagasan berpartisipasi juga dikedepankan oleh Diamond, Linz, dan Lipzet,


yang menguraikan bahwa dalam kriteria demokrasi ada partisipasi politik yang
melibatkan sebanyakbanyaknya rakyat dalam pemilu yang diselenggarakan secara
berkala dan adil serta tak satu kelompok pun yang dikecualikan. Di dalam
demokrasi ada kebebasan sipil dan politik yaitu kebebasan berbicara, kebebasan
pers, kebebasan berserikat, dan berorganisasi untuk berkompetisi serta
berpartisipasi dalam politik (Rais, dkk., 1995 : XVIII-XXII)

Hal di atas menekankan juga bahwa kebebasan dalam demokrasi seolah memang
kemutlakan, sebab tanpa kebebasan yang baik, penilaian terhadap jalannya proses
politik dan pemerintahan takkan terwujud. Terpasungnya kebebasan hanya akan
mematikan kebebasan rakyat untuk bicara. Kebebasan yang terberangus tidak saja
mematikan kontrol sosial dan memandulkan partisipasi rakyat yang justru akan
menyuburkan pertumbuhan ketakutan dan kebobrokan dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan. Adanya kebebasan akan menggairahkan dinamika suatu bangsa serta
menggeliatkan rakyat untuk terus berpikir maju, agar haknya sebagai social control –
karena memegang kendali yang menentukan demokrasi – akan berjalan dengan baik.

Pendefisian yang lebih luas dari demokrasi dikemukakan oleh Guillermo


O’Donnell, dkk., yang menekankan bahwa prinsip terpenting dalam demokrasi adalah
kewarganegaraan. Hal ini

mencakup hak untuk mendapat perlakuan sama dengan orang lain berkenaan
dengan penentuan pilihan-pilihan bersama, dan kewajiban pihak yang berwenang
24
melaksanakan pilihan tersebut untuk bertanggung jawab pada dan membuka akses
terhadap seluruh rakyat. Sebaliknya, prinsip ini juga membebankan kewajiban
pada rakyat, untuk menhormati keabsahaan pilihan-pilihan yang dibuat bersama
secara sengaja, dan hak penguasa untuk bertindak dengan kewenangan dan bila
perlu dengan paksaan untuk mendorong efektifitas pilihan-pilihan ini, serta untuk
melindungi negara dari ancaman-ancaman atas kelangsungannya (O’Donnell, dkk.,
1993 : 8-9).

b. Kebebasan dan Egaliterianisme


Samuel P. Huntington menekankan bahwa demokrasi berkaitan erat dengan
kebebasan individu.Secara keseluruhan korelasi antara eksistensi demokrasi dengan
eksistensi kebebasan individu adalah sangat tinggi.Adanya sejumlah kebebasan
individu merupakan komponen esensial dari demokrasi. Pengaruh jangka panjang dari
berjalannya proses politik yang demokratis akan memperluas dan memperdalam
kebebasan individu. Kebebasan merupakan keutamaan yang khas dari demokrasi
(Huntington, 1995 : 30)

Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik, tetapi keduanya tidak
sama. Memang demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat praktek dan prosedur.Demokrasi
adalah kelembagaan dari kebebasan.Ini menyangkut adanya sistem yang warganya
memiliki kebabasan untuk mengambil keputusan melalui kekuasaan mayoritas dengan
mengindahkan hak-hak minoritas, apakah itu etnik, agama atau politik.Hal ini menjadi
keharusan karena dalam lembaga-lembaga demokratis hak-hak minoritas tidak
bergantung pada itikad baik mayoritas dan tidak dapat dihapus oleh suara
mayoritas.Hak-hak minoritas mendapat tempat dan harus dilindungi dalam sebuah
negara demokratis. (Jurnal Demokrasi, 1991 : 4-5).

Lebih jauh Samuel P. Huntington menjelaskan bahwa demokrasi juga


mencakup, pertama, demokrasi yang didasarkan pada pemilihan merupakan
definisi minimal.Demokrasi seharusnya memiliki konotasi yang jauh lebih luas
dan idealistis.Demokrasi sejati berarti liberte, egalite, fraternite, kontrol yang
efektif oleh warga negara terhadap kebijakan pemerintah.Pemerintah bertanggung
jawab, jujur, dan terbuka dalam percaturan politik, menciptakan musyawarah yang
rasional dan didukung oleh informasi yang cukup, partisipasi serta kekuasaan yang
setara. Kedua, dalam konsep demokrasi tersirat pembatasan kekuasaan.Para
pembuat keputusan yang terpilih tidak menjalankan seluruh kekuasaan.Mereka
berbagi kekuasaan dengan kolompokkelompok lain dalam masyarakat. Akan
tetapi, jika pembuat keputusan yang dipilih secara demokrasi itu hanya menjadi
kedok bagi sebuah kelompok yang tidak dipilih secara demokratis untuk
menjalankan kekuasaan yang jauh lebih besar, maka jelas sistem politik itu tidak
demokratis (Huntington, 1995 : 12).
25
Robert A. Dahl memberikan batasan bahwa pada sistem kenegaraan yang menganut
demokrasi, masalah hak asasi manusia sangat penting.Demokrasi menjamin bagi
warga negaranya sejumlah hak asasi yang tidak diberikan oleh sistem-sistem yang
tidak demokratis. Demokrasi bukan hanya sebuah proses pemerintah, karena hak
adalah unsur penting dalam lembaga politik demokratis maka demokrasi itu pada
intinya adalah juga suatu sistem hak. Hak adalah salah satu bahan utama dalam
membangun suatu proses pemerintahan yang demokratis. Untuk memenuhi
persyaratan demokrasi dan hak-hak yang telah melekat padanya harus betul-betul
tersedia bagi warga Negara.Jadi tidak cukup hanya menjanjikan hak-hak demokrasi
melalui hukum tertulis, atau bahkan dengan suatu dokumen konstitusional. Hak-hak
tersebut harus secara efektif dilaksanakan dan tersedia bagi warga negara dalam
prakteknya (Dahl, 1999 : 65).

Demokrasi membantu orang-orang untuk melindungi kepentingan pokok mereka.


Melindungi kesempatan dan kebebasan untuk memilih, kesempatan untuk membentuk
kehidupan menurut tujuan, pilihan, perasaan, nilai komitmen, dan keyakinan dengan
baik daripada semua sistem politik alternatif yang pernah terjadi.Hanya pemerintahan
yang demokratis yang dapat memberikan kesempatan sebesar-besarnya bagi orang-
orang untuk menggunakan kebebasan menentukan nasibnya sendiri. Ini merupakan
penegasan bahwa dibutuhkan sebuah proses untuk mengambil berbagai keputusan
tentang aturan-aturan dan hukum-hukum yang memenuhi beberapa kriteria yang
layak.

Demokrasi memastikan bahwa sebelum suatu hukum dijalankan dibutuhkan


kesempatan untuk mengemukakan aneka pandangan. Dipastikan pula bahwa akan
diperoleh kesempatan untuk berdiskusi, memberi pertimbangan, berorganisasi, dan
berkompromi yang dalam keadaan terbaik dapat menunjukkan hukum yang akan
memuaskan semua orang, serta dalam situasi yang kemungkinan besar kebulatan suara
tidak dapat diraih, usulan hukum yang memiliki jumlah penduduk terbesarlah yang
akan diberlakukan. Kriteria-kriteria tersebut di atas adalah bagian proses demokrasi
yang ideal dan proses tersebut mengembangkan seluas-luasnya penentuan nasib
sendiri sampai batas-batas yang memungkinkan (Dahl, 1999 : 68).

Batasan-batasan demokrasi tersebut di atas menjajaki keberadaan demokrasi pada


tatanan ideal politik yang seharusnya dilaksanakan, karena dengan menerapkannya
pada real politik, maka demokrasi akan menghasilkan akibat-akibat yang diinginkan
sebagai suatu cara yang lebih baik untuk memerintah negara
dibandingkan alternatif lama yang bukan demokratis. Hal ini memungkinkan karena,
pertama, demokrasi menolong mencegah tumbuhnya pemerintahan oleh kaum otokrat
kejam dan licik.Disini ada kecenderungan bahwa negara-negara demokrasi lebih adil
dan lebih menghormati kepentingan-kepentingan manusia yang mendasar. Demokrasi
mencegah para pemimpin untuk mengeksploitasi kemampuan negara yang luar biasa
melalui pemaksaan dan kekerasan untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi akibat
26
dorongan rasa gila kebesaran, kepentinga pribadi, ideologi, nasionalisme, keyakinan
agama, perasaan keunggulan batin, atau hanya emosi dan kata hati.

Kedua, demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang lebih luas bagi warga
negaranya daripada alternatif lain yang memungkinkan. Kebabasan, dan
kesempatan amat diperlukan supaya pemerintahan berjalan demokratis. Keyakinan
dalam menerima demokrasi tidak akan terpisah dengan keyakinan lainnya. Dalam
semesta nilai-nilai dan kebaikan-kebaikan, demokrasi memiliki tempat yang amat
penting. Seperti hak lainnya yang penting bagi sebuah proses demokrasi,
kebebasan berpendapat juga mempunyai nilai tersendiri karena ia membantu
otonomi moral, pertimbangan moral, dan kehidupan yang baik. Disini nampak
bahwa kebudayaan demokrasi menegaskan nilai kebebasan individu sebagai fokus
utama sehingga memberikan dukungan terhadap hak-hak dan kebebasan lainnya.
Ketiga, hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat membantu
perkembangan kadar persamaan politik yang relatif tinggi. Pemerintahan yang
demokratis dapat mencapai persamaan politik di antara warga negara pada tingkat
yang lebih baik daripada alternatif lain yang memungkinkan (Dahl, 1999 : 63-80).
Islam dan Demokrasi
Apabila menyimak penjelasan tentang kehidupan demokrsi di Amerika Serikat di
atas sepertinya menafikan keberadaan demokrasi di tempat lain tidak terkecuali di
negara-negara Islam. Tipologi gelombang demokratisasi yang diperkenalkan oleh
Samuel Huntington rupanya tidak memasukkan wilayah atau satupun dari negara
Islam.Apakah memang konsep demokrasi The POLITICS: Jurnal Magister Ilmu
Politik Universitas Hasanuddin Volume 1, Number 1, January 2015 Jurnal The
Politics 17 dalam Islam tidak ada?Lalu bagaimana dengan Spring Wave 2012 yang
berhembus kencang di negara-negara Muslim? Dalam pandangan Esposito dan Voll
(1996) demokratisasi di dunia Muslim sebetulnya telah berlangsung dalam konteks
global yang dinamis

. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu Al-A’la Al-Maududi bahwa sistem politik
Islam didasarkan pada tiga prinsip, yaitu Tauhid (keesaan Tuhan), Risalah (kenabian),
dan Khilafah (kekhalifaan) maka melalui ketiga konsep itu pula penjelasan tentang
demokrasi dalam Islam akan disentuh. Kaum muslim dari semua tradisi bersepakat
bahwa tauhid merupakan konsep inti iman, tradisi, dan praktik Islam. Meskipun
mungkin diungkapkan dengan berbagai cara yang berbeda-beda, tauhid, jika
didefiniskan secara sederhana berarti keyakinan dan kesaksian bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan konsekuensinya adalah bahwa di dalam intisari pengalaman
keagamaan Islam, hadirlah Tuhan yang Maha Esa yang dengan kehendak Nya
memberikan aturan dan petunjuk bagi kehidupan seluruh manusia. Dengan berpijak
pada dasar ini, dalam pengertian filosofi politik, kaum muslim menegaskan bahwa
hanya ada satu kedaulatan, yaitu Tuhan (Esposito dan Voll, 1996).

27
Apa yang dimaksud dengan kedaulatan Tuhan dalam Islam tentu saja bertentangan
dengan konsepsi demokrasi barat yang bersandar pada kedaulatan rakyat. Oleh karena
itu Maududi menjelaskan bahwa pemerintahan Islam memang adalah kerajaan Tuhan
atau sejenis dengan teokrasi namun teokrasi Islam berbeda sama sekali dengan
teokrasi yang pernah menjadi pengalaman pahit di Eropa. Teokrasi Islam tidak
dikuasai oleh kelas keagamaan tertentu, tetapi oleh seluruh komunitas Muslim,
termasuk rakyat jelata.Seluruh penduduk Muslim menyelenggarakan kehidupan
negara sesuai dengan Kitab Allah Alquran dan Sunnah Nabi.Menurut Maududi hal ini
disebut teodemokrasi yaitu pemerintahan demokrasi Ilahi terbatas di bawah kekuasaan
Allah. Pihak eksekutif dalam sistem pemerintahan ini dibentuk melalui kehendak
umum kaum Muslim yang sekaligus berhak membubarkannya (Esposito dan Voll,
1996).

Kedaulatan mutlak Tuhan dalam Islam tidak memungkinkan adanya hierarki


manusia sebab di hadapan Tuhan semua manusia berkedudukan sederajat.Dengan
demikian, tauhid memberikan landasan konseptual dan teologis bagi tuntutan terhadap
kesamaan derajat dalam sistem politik. Bagi Islam, sistem yang bersifat hierarkis dan
dictatorial dinilai sebagai sistem yang tidak islami. Sementara Risalah (kenabian)
menjadi perantara untuk mengkomunikasikan dan mentransfer ketahuidan.Hal ini
dilihat dalam konteks sosio-kultural yang berdimensi luas.

Selanjutnya adalah konsep khilafah yang dalam telaah pemikiran politik Islam
identic dengan kepemimpinan politik masyarakat.Pemimpin umat Islam setelah
kematian Nabi Muhammad disebut Khalifah dan sistem politiknya disebut kekhalifaan
atau khilafah.Istilah khalifah mengandung makna penerus Nabi.Bisa dimaklumi jika
pemikiran politik Islam pada abad pertengahan banyak memusatkan perhatiannya pada
teori kekhalifaan, asal-usul dan tujuannya (Esposito dan Voll, 1996). Dalam
sejarahnya, sistem politik yang dipimpin oleh seorang khalifah berlangsung selama
dua dinasti, yaitu Dinasti Umayyah (661-750) dan Dinasti Abbasiyah (750- 1258),

tetapi kemudian mengalami keruntuhan setelah penaklukan Mongol di Bagdad


pada 1258. Dalam perdebatan tradisional dan modern ihwal kekhalifaan pada dasarnya
dipandang dalam pengertian monarkial.Namun makna khalifah sebetulnya tidak hanya
“penerus” karena makna lainnya bisa berarti utusan, wakil atau agen.Makna secara
kosmik dari ini adalah pengelola ciptaan Tuhan.Kedudukan dan tempat manusia yang
sesungguhnya adalah sebagai wakil Tuhan di muka bumi, sebagai khalifahNya.Ini
berarti dia harus menjalankan kekuasaan Tuhan di dunia ini dalam batas-batas yang
telah ditetapkan oleh Tuhan.Implikasi khususnya dalam sistem politik adalah bahwa
wewenang kekhalifaan diberikan kepada setiap rakyat dalam masyarakat yang
memenuhi syarat-syarat perwakilan dan menaati prinsip-prinsip tauhid.Masyarakat
memikul

28
tanggung jawab kekhalifaan secara keseluruhan dan setiap individu didalamnya
adalah khalifah Ilahi.Inilah titik masuk bagi demokrasi dalam Islam. Setiap
individu dalam masyarakat Islam menikmati hak dan wewenang sebagai khalifah
Tuhan dan dalam hal ini semua manusia sama. Selanjutnya, demokrasi Islam telah
lama mengukuhkan konsep-konsep islami yang sudah lama berakar, yaitu
musyawarah (syura), persetujuan atau consensus (ijma’) dan penilaian
interpretative yang mandiri (ijtihad).Ketiganya merupakan konsep operasional
yang dijalankan dalam Islam.Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi
politik prinsip kekhalifaan manusia. Perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam
tercermin terutama dalam doktrin musyawarah. Karena semua Muslim yang
dewasa dan berakal sehat, baik pria maupun wanita, adalah khalifah (agen) Tuhan,
mereka mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa dan pendapat mereka
harus diperhatikan dalam menangani permasalahan negara.

Alquran menetapkan umat Muslim sebagai masyarakat yang benar-benar egaliter


dan terbuka berlandaskan niat baik dan kerjasama dan Alquran juga menetapkan
prinsip-prinsip syura sebagai petunjuk dalam proses pengambilan keputusan
masyarakat yang berarti bahwa setiap orang harus saling menasehati melalui diskusi
timbal-balik dalam kedudukan yang sederajat. Syura menjadi unsur operasional yang
menentukan dalam hubungan antara Islam dan Demokrasi. Konsep operasional lain
yang samapentingnya adalah consensus atau ijma’. Konsensus telah lama diterima
sebagai konsep pengesahan resmi dalam hukum Islam, terutama di kalangan kaum
Muslim Sunni.Islam Sunni memperbolehkan para ahli agama untuk menafsirkan
melalui consensus atau keputusan kolektif umat dan consensus memainkan peranan
yang menentukan dalam perkembangan hukum atau tafsir hukum.Landasan bagi
legitimasi consensus adalah hadis Nabi yang sering dikutip bahwa “umatku tidak akan
bersepakat dalam melakukan kesalahan”. Hadis ini memberikan pemahaman bahwa
consensus membuka ruang yang lebih besar untuk mengembangkan hukum Islam dan
menyesuaikannya dengan kondisi yang terus berubah.Dalam pengertian yang lebih
luas, consensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif bagi
demokrasi Islam modern.Konsep consensus memberikan dasar bagi penerimaan
sistem yang mengakui suara mayoritas.Beberapa cendekiawan Islam kontemporer
menyatakan bahwa dalam sejarah Islam karena tidak ada rumusan yang pasti
mengenai struktur negara dalam Alquran maka legitimasi negara bergantung pada
sejauh mana organisasi dan kekuasaan negara mencerminkan kehendak
umat.Legitimasi pranata-pranata negara tidak berasal dari sumbersumber tekstual,
tetapi terutama didasarkan pada prinsip ijma.Atas dasar inilah consensus dapat
menjadi legitimasi sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam.

Konsep operasional yang ketiga adalah ijtihad atau pelaksanaan penilaian yang
ilmiah dan mandiri.Bagi banyak pemikir Muslim, upaya ini merupakan langkah kunci
menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat dan waktu. Tuhan hanya

29
mewahyukan prinsip=prinsip utama dan memberi manusia kebebasan untuk
menrapkan prinsip-prinsip tersebut dengan arah yang sesuai dengan semangat dan
keadaan zamannya. Melalui ijtihad itulah masyarakat dari setiap zaman berusaha
menerapkan dan menjalankan petunjuk Ilahi guna mengatasi masalah-masalah
zamannya.Dalam konteks dunia modern, ijtihad dapat berbentuk seruan untuk
melakukan pembaruan radikal (Esposito dan Voll, 1996).

Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Pancasila di


Indonesia

Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Pancasila di IndonesiaPengertian Demokrasi


PancasilaDemokrasi Pancasila adalah sistem kehidupan bagi negara dan masyarakat
atas dasar kedaulatan rakyat.Itu terinspirasi oleh nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Pancasila sendiri, yang berarti lima prinsip, adalahnama yang diberikan kepada
dasar Republik Indonesia. Lima prinsip Pancasila adalah Keyakinan padaSatu dan
Hanya Tuhan; Manusia yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Demokrasi dipandu
olehkebijaksanaan batin dari pertimbangan perwakilan, dan Keadilan Sosial untuk
semua orang Indonesia.Jadi Demokrasi Pancasila berarti demokrasi berdasarkan
kedaulatan rakyat, yang diilhami oleh dandiintegrasikan dengan prinsip-prinsip
Pancasila lainnya. Ini berarti bahwa penggunaan hak-hakdemokratis harus selalu sejalan
dengan rasa tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa sesuaidengan
keyakinan masing-masing, menjunjung tinggi nilai-nilai manusia sesuai dengan
martabatmanusia, menjamin dan memperkuat persatuan nasional dan ditujukan untuk
mewujudkan keadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Pancasila
 
1.KELEBIHAN DEMOKRASI PANCASILA.
Lebih baik untuk lebih banyak orang
 Demokrasi pancasila sering dilihat sebagai bentuk pemerintahan yang lebih adil dan
kurang sewenang-
wenang karena memungkinkan “kehendak rakyat” disahkan menjadi undang
-undang. Sampai taraftertentu, ini mencegah skenario seperti minoritas kecil yang kuat
mengeksploitasi mayoritas besar yangkehilangan haknya.

2. Desentralisasi Kekuasaan
 Keuntungan lain dari demokrasi pancasila adalah bahwa, paling tidak dalam
teori, tidak ada orang yangmemegang banyak kekuasaan. Keuntungan ini dapat

30
dikurangi hingga taraf tertentu dengan kontrolinformasi, media misalnya menggunakan
banyak kekuatan politik di sebagian besar negara demokrasi.

3. Dilakukan oleh rakyat dan untuk rakyat


 Dalam bentuk pemerintahan yang demokratis, semua orang akan diizinkan untuk
memilih danberpartisipasi dalam mempertimbangkan apa yang mereka pikirkan tentang
masalah politik, sosial danekonomi negara itu, memastikan bahwa keputusan apa pun
yang dibuat, itu akan menjadi kepentinganmereka dan bukan hanya dari para pemimpin
pemerintahan. Publik benar-benar akan memegangkekuasaan dan memiliki pendapat
yang penting. Perasaan partisipasi ini akan memungkinkan perasaanbangga dan
patriotisme yang tidak sering terlihat di daerah dengan sistem politik yang berbeda.
 

4. Mempromosikan rasa keterlibatan

 Ketika orang memiliki kekuatan untuk memilih dan mendukung keputusan dan
undang-undang tertentu,mereka akan merasa seperti bagian aktif dalam masyarakat. Ini
berarti mereka akan merasa dibutuhkanagar masyarakat berkembang. Memberi
kekuatan kepada orang-orang dan membiarkan mereka terlibat jelas merupakan sesuatu
yang akan berdampak besar pada negara secara keseluruhan.

5. Memaksakan kesetaraan

 Pemungutan suara setiap orang memiliki bobot yang sama, membuat bentuk pemerintahan
demokratisyang dibangun di atas kesetaraan. Tidak hanya dalam demokrasi, tetapi ini berlaku di
semua bentukpemilihan politik, membuat semua orang merasa didengar dan penting.

6. Memungkinkan perubahan kebijakan yang wajar

 Menurut para pendukung, ini mungkin pro demokrasi terbesar. Mempertimbangkan kekuatan
rakyat,mereka juga penting untuk membuat perubahan pada sistem ketika mereka merasa
perlu, yangkemudian disepakati dengan pejabat terpilih dengan sukarela. Perubahan-
perubahan ini dapat terjaditanpa kekerasan, di mana kekuasaan ditransfer dari satu pihak
ke pihak lainnya melalui pemilihan, yangberarti pemerintah hanya terikat pada kekuasaan
dengan syarat-syarat yang dipisahkan ke dalamkenaikan tahunan.

7. Tidak menempatkan kekuasaan ke dalam satu individu

 Dalam demokrasi, kekuasaan tersebar, dan tidak ada individu yang memegang semua
kekuasaan bahkansebagian besar. Ini membantu mencegah eksploitasi terhadap orang-
orang dan korupsi.

 Demokrasi memungkinkan perasaan kewajiban kepada publik dalam memotivasi kekuatan


yangberkuasa. Akibatnya, pejabat pemerintah akan memiliki tugas dan kewajiban kepada warga
yangmemilih mereka dalam posisi, yang berarti mereka berutang keberhasilan mereka kepada
warga,sehingga mereka harus berhutang budi kepada mereka dalam tingkat tertentu. Motivasi

31
semacam itudapat membantu para pejabat ini bekerja menuju kebijakan dan tujuan yang mereka
pilih untukditerapkan.

Daftar Kekurangan Demokrasi Pancasila

1. Berisiko kurangnya pengetahuan di antara orang-orang

 Karena fakta bahwa orang-orang memiliki kekuatan untuk memilih pejabat ke kantor,
mereka akansering tidak diberitahu tentang isu-isu politik dengan cara yang seharusnya,
yang berarti bahwa banyakdari mereka dengan kekuatan voting tidak sepengetahuan
isu-isu yang relevan seperti perlu. Ini tidakselalu ideal, karena massa umum tanpa
pemahaman masalah kemasyarakatan akan membuat pilihanyang salah selama
pemilihan seperti kelebihan dan kekurangan demokrasi konstitusional. 

kaSerikat (memilih pejabat untuk kongres dan kepresidenan) dengan struktur non-
demokratis(penunjukan eksekutif dan yudisial).
1. Cacat Aturan
 Bahkan ketika setiap orang memiliki tujuan yang baik, mayoritas yang kurang
informasi dapat membuatkeputusan buruk yang melukai semua orang. Ini bisa menjadi
masalah khusus setiap kali ada kebijakanuntuk memberlakukan yang memiliki implikasi
halus dan rumit. Karena mayoritas menurut definisibukan kelompok yang
berpendidikan paling tinggi, pendidikan massa menjadi faktor pembatas
dalamefektivitas demokrasi.

2. Disiplin Waktu

 Dalam organisasi dengan rapat dewan terbuka yang dijalankan oleh demokrasi
langsung, masalah yangmenarik muncul, yaitu bahwa orang-orang yang memiliki waktu
luang paling dapat mempengaruhiorganisasi yang paling, karena alasan sederhana
bahwa mereka dapat muncul ke lebih banyakpertemuan dan berpartisipasi lebih banyak.
Orang dengan tanggung jawab lain, di sisi lain, tidak bisa.

3. Sebuah insentif untuk polarisasi

 Satu masalah dengan demokrasi pancasila yang baru disadari ketika saya mulai bekerja
denganorganisasi yang dikelola konsensus, adalah cara sistem suara mayoritas-aturan
menciptakan insentif bagi

orang untuk menjangkau sebagian besar untuk tidak memutuskan, tidak pasti, atau


“moderat” pemilih,

32
dan memiliki insentif yang lemah bagi orang untuk berbicara dengan orang-orang yang
pandangannyasangat berbeda dari mereka. Dalam sistem yang dijalankan konsensus,
insentif dibalik. Saya pikir iniadalah sisi negatif dari demokrasi karena mengarah pada
peningkatan polarisasi, di mana kelompok-kelompok dengan sudut pandang yang
berlawanan cenderung untuk tidak saling berbicara dancenderung untuk tidak
menyelesaikan ketidaksetujuan mereka atau bekerja sama.

Mungkin menyebabkan minoritas untuk mendapatkan akhir yang pendek

 Karena bentuk pemerintahan yang demokratis dibentuk untuk melayani mayoritas,


minoritas akansering diabaikan dan bahkan dieksploitasi. Banyak kebijakan
dan undang-undang yang mendukungmayoritas sebagian besar merugikan minoritas,
menyebabkan kesenjangan besar antara 2 kelompokseperti contoh penerapan budaya
demokrasi keluarga. 

KELEMAHAN SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA

 Demokrasi di Indonesia bisa dikatakan, belum menjalankan fungsinya sebagai mana


semestinya. Slogan

‘atas nama rakyat’ hanya sekedar untuk

 menarik simpati rakyat saat pemilu, dan melupakannya saatsudah menjabat. Setelah
terpilih, mereka malah sibuk mengeluarkan modal karena berhutang buditerhadap pihak
lain yang ikut mensukseskannya dalam pemilu. Oleh sebab itu, secara logika
bisadikatakan, demokrasi di Indonesia cenderung melahirkan koruptor.Padahal jika
dijalankan dengan semestinya, demokrasi memiliki pengaruh yang besar dalam
setiapsendi-

sendi kehidupan. Amartya Sen, penerima nobel bidang ekonomi menyebutkan bahwa “demokrasi

dapat me

ngurangi kemiskinan.” Hal tersebut dapat terwujud jika pihak legislatif benar

-benarmendengarkan dan menyerap aspirasi serta hak-hak rakyat dan pihak eksekutif
melaksanakankewajibannya dengan efektif sehingga kesejahteraan rakyat meningkat
dan kemiskinan berkurang.Namun kenyataannya, demokrasi di Indonesia cenderung
lebih menguntungkan masyarakat dengantingkat kesejahteraan ekonomi yang cukup.
Sedangkan bagi masyarakat ekonomi menengah kebawah,

 
tidak memberi pengaruh yang besar. Kelompok miskin menjadi tertindas karena
demokrasi tidak begitumementingkan kebutuhan-kebutuhan mereka. Saat ini demokrasi

33
pancasila tidak dijalankan sesuaidengan pancasila karena dijalankan oleh orang-orang
yang memiliki kepentingan sendiri didalamnya.Selain itu, kelemahannya yang lain yaitu
tidak semua orang memahami makna demokrasi itu sendiri.Yang mereka tahu,
demokrasi adalah kebebasan berbicara, menyatakan pikiran, dan pendapat. Olehkarena
itu, tidak jarang kita temukan orang-orang berdemo dimana-mana demi
menyampaikanpendapat mereka. Fakta menunjukan, lebih banyak kerusakannya yang
terjadi daripada hasil yangdiharapkan akibat demonstrasi. Untuk itu, diperlukan
pemahaman yang lebih agar masyarakat dapatmenikmati demokrasi. Sebab, sumber
daya manusia yang kuat sangat mempengaruhi kefektifan jalannya demokrasi, karena
tanpa itu pegaruh asing akan mudah masuk ke dalam kehidupan berbangsadan
bernegara di Indonesia.Banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan berbagai
kelompok sipil lainnya masih terjebak padapola pikir lama, yaitu membangun
perlawanan terhadap pihak anti-demokrasi dari luar. Selain itu,kegagalan terbesar yang
mungkin terjadi terhadap sistem demokrasi di Indonesia adalah hilangnyakepercayaan
rakyat terhadap para wakil rakyat dalam parlemen dan pejabat publik. Sebab
merekadianggap telah gagal memegang amanat rakyat, amanat yang seharusnya dijalani
dengan benar malahdiselewengkan, salah satunya dengan melakukan korupsi.Beberapa
kelemahan lainnya dari sistem demokrasi di Indonesia antara lain :1. Terlalu banyak
partai yang menjadi ajang memperebutkan kursi Presiden.2. Terlalu banyak aturan
Undang-Undang yang dikeluarkan dan semuanya saling bertolak belakang satudengan
yang lainnya.3. Para anggota DPR tidak bisa memberikan contoh yang baik kepada
rakyatnya, kalau mereka memanglayak untuk dipilih, sebab akhir-akhir
ini kenyataannya banyak kasus korupsi yang terjadi.4. Para anggota Parlemen sudah
tidak lagi memiliki rasa malu dalam melakukan atau menjalankankehidupan pribadinya
jikalau mereka melakukan hal-hal yang melenceng dari norma-norma yangberlaku
.
SOLUSI DARI KELEMAHAN SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA

 Solusi uuntuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan membentuk barisan rakyat

yang bersatuuntuk mengembalikan demokrasi kepada rakyat yang selama ini menjadi

korban demokrasi. Seluruhrakyat diharapkan partisipasinya untuk ikut serta dalam hal

ini.Selain itu, orang-orang yang sudah dipercaya oleh rakyat sebaiknya menjalankan

tugasnya dengansungguh-sungguh sebab itu adalah amanat dan dapat menjadi contoh

yang baik bagi rakyat. Sehingga

rakyat tetap percaya kepada pemerintahan yang ada. Jika satu sama lain sudah saling

percaya, akanlebih mudah memajukan negara yang kita cintai ini.Sementara itu untuk

masalah partai, lebih baik diterapkan tidak lebih dari partai yang dapatmencalonkan

sebagai presiden. Hal ini dimaksudkan agar para pemilih lebih selektif lagi dalam
34
memilihpemimpinnya. Untuk masalah Undang-Undang, masalahnya disini adalah kita

tidak mampu menjalankanperaturan yang sudah kita buat sendiri. Coba saja kalau kita

tetap patuh dan tidak melanggrnya, hidupbermasyarakat dan berwarganegara akan lebih

baik. Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari sifatpribadi masing-masing

individu.Diharapkan dengan adanya hal semacam ini, dapat mengetuk hati pemerintah

untuk segeramelaksanakan demokrasi dengan sebaik-baiknya agar demokrasi benar-

benar menjadi milik rakyat,sehingga kemiskinan dapat berkurang dan rakyat dapat

hidup makmur dan sejahtera

Kelebihan Sistem Demokrasi Liberal

Setiap sistem demokrasi di dunia tentu memiliki kelebihan yang membuat beberapa
negara menerapkannya, termasuk demokrasi liberal.

Kelebihan dan kekurangan demokrasi liberal sangat menarik untuk Anda ketahui.
Berikut ini adalah kelebihan demokrasi liberal.

1. Individu Memiliki Kebebasan Tinggi


Kelebihan pertama dari demokrasi liberal adalah memberikan kebebasan yang tinggi
kepada setiap individu.

Semua individu pada negara tersebut memiliki kebebasan yang sama tingginya. Ini
artinya, penegakkan hak asasi manusia di negara liberal sangat ketat.

2. Tingginya Tingkat Pendapatan Penduduk


Sistem demokrasi liberal membuat penduduk bisa mendapatkan penghasilan yang
tinggi. Ini karena roda ekonomi masyarakat tidak terlalu diatur secara ketat oleh
pemerintah. Setiap individu yang berbisnis bisa lebih bebas untuk mengembangkan
usahanya.

Pada akhirnya, hal ini membuat individu bebas melakukan apa saja yang mereka mau
untuk mengembangkan bisnis tersebut.

Dengan begitu, penghasilan mereka pun akan meningkat. Tidak heran jika pendapatan
penduduk di negara demokrasi liberal cukup tinggi.

3. Fokus Pada Tujuan Jangka Pendek


Sistem demokrasi liberal lebih fokus pada rencana jangka pendek. Hal ini akan
membuat banyak program dapat terealisasi dengan cepat dan maksimal.
35
Dengan tercapainya program-program tersebut, maka masyarakat bisa merasakan
dampaknya secara langsung.

4. Pemerintah Tidak Bisa Menyalahgunakan Kekuasaan


Bicara mengenai kelebihan dan kekurangan demokrasi liberal, tentu tidak terlepas dari
kekuasaan pemerintah.

Demokrasi liberal tidak memberikan celah bagi pemerintah untuk melakukan


penyalahgunaan kekuasaan, karena kekuasaannya sangat terbatas.

Alasan kenapa kekuasaan pemerintah terbatas adalah sebagai upaya supaya tidak terjadi
pemerintahan yang dikuasai oleh satu kelompok tertentu saja.

Dengan begitu, maka mekanisme check and balance dalam demokrasi liberal tetap
berlaku dalam pemerintahan.

5. Kompetisi Memicu Etos Kerja yang Tinggi


Negara dengan sistem demokrasi liberal mempunyai tingkat perekonomian yang cukup
tinggi. Alasannya karena setiap individu bebas melakukan kegiatan ekonomi yang
mereka inginkan. Hal ini memicu kompetisi antar individu, sehingga memiliki etos
kerja yang tinggi.

Setiap individu saling berusaha untuk mengembangkan dan memajukan usahanya. Pada
akhirnya, hal ini menyebabkan semakin meningkatnya perbaikan mutu produk atau
komoditi dari negara tersebut. Pendapatan negara juga semakin meningkat dari ekspor
produk.

6. Adanya Kontrol Sosial Dalam Pers


Membahas soal kelebihan dan kekurangan demokrasi liberal juga tidak terlepas dari
kontrol sosial oleh pers.

Pada negara dengan demokrasi liberal, pers mempunyai kebebasan penuh. Pers menjadi
agen kontrol sosial melalui kritik kepada semua pihak.

Baik perseorangan, lembaga, golongan, hingga pemerintahan bisa mendapatkan kritik


dari pers. Hal ini membuat pers memegang peran penting sebagai kontrol sosial
masyarakat di negara liberal tersebut. Bahkan, pemerintah juga tidak bisa
mengendalikan pers tersebut.

Kekurangan Demokrasi Liberal

Tidak ada satu sistem pemerintahan di dunia yang sempurna, termasuk demokrasi
liberal. Kelebihan dan kekurangan demokrasi liberal sudah menjadi satu paket yang
tidak bisa terpisahkan. Artinya, negara tidak bisa menghindari kekurangan demokrasi
liberal tersebut.

36
Meskipun memiliki banyak kelebihan, namun sistem demokrasi liberal juga punya
beberapa kekurangan.

Kekurangan inilah yang membuat beberapa negara tidak menerapkan demokrasi ini.
Lalu, apa saja kekurangan sistem demokrasi liberal? Berikut penjelasannya:

1. Tingginya Tingkat Individualitas Menjadi Kekurangan Demokrasi Liberal


Demokrasi liberal sangat menjunjung tinggi HAM atau kebebasan individu. Hal ini
menyebabkan ketidakpekaan sosial semakin meningkat di negara yang menganut sistem
tersebut. Setiap orang tidak saling peduli satu sama lain selama tidak mengganggu
dirinya.

2. Terjadi kesenjangan sosial


Bicara tentang kelebihan dan kekurangan demokrasi liberal, pasti tidak jauh-jauh dari
adanya kesenjangan sosial. Bukan menjadi hal yang mengherankan jika terjadi adanya
kesenjangan sosial di negara dengan demokrasi liberal.

Si kaya dan si miskin sangat terlihat perbedaannya. Hal ini terjadi karena kaum kapitalis
yang menguasai modal melakukan eksploitasi kepada para pekerja. Pada akhirnya, ini
membuat kesenjangan sosial semakin terasa.

3. Kekurangan Demokrasi Liberal Banyak Terjadi Gejolak Ekonomi


Pada negara demokrasi liberal, individu mendapatkan kebebasan untuk melakukan
berbagai kegiatan ekonomi.

Namun, seringkali terjadi gejolak ekonomi akibat adanya gesekan antar pelaku usaha.


Tentu, adanya gejolak ekonomi ini bisa mengakibatkan ketidakstabilan dalam
masyarakat.

4. Pelanggaran Kebebasan Pers


Pers yang memiliki kebebasan tinggi di negara demokrasi liberal membuat pemerintah
tidak bisa mengontrolnya sama sekali.

Untuk kepentingan tertentu, beberapa pihak bisa menyetir pers dengan


menyalahgunakan kewenangan agar dapat memanipulasi masyarakat.

37
Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Terpimpin

Kelebihan Demokrasi Terpimpin

1. Adanya Kabinet Kerja Kabinet Kerja dibentuk 10 Juli 1959 dan terdiri dari Sukarno
sebagai Perdana Menteri, sedangkan Djuanda bertindak sebagai menteri pertama dengan
dua wakilnya yaitu J. Leimena dan Subandrio.

Kabinet kerja bertujuan untuk mengurangi pengaruh kepentingan partai politik maka
tidak satupun menteri dalam kabinet yang berasal dari ketua umum partai politik agar
dapat memberikan tekanan pada sifat nonpartai, beberapa menteri keluar dari partainya
seperti Subandrio (PNI) dan J.Leimena (Partai Kristen Indonesia). Program kabinet
meliputi penyelengaraan keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Barat, dan
melengkapi sandang pangan rakyat.

2. Dibentuknya Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) Pembentukan DPAS


berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 3 tahun 1955 tertanggal 22 Juli 1959 yang
diketuai oleh Presiden Sukarno dengan Roeslan Abdulgani sebagai wakil ketua.

DPAS bertugas menjawab pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada
pemerintah. Kemudian, pada pidato kenegaraan pada 17 Agustus 1959 Presiden
Sukarno dengan lantang menjelaskan dasar dikeluarkannya Dekret Presiden 5 Juli 1959
serta garis kebijakan presiden Sukarno dalam mengenalkan Demokrasi terpimpin.

3. Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)

MPRS dibentuk pada 31 Desember 1959 oleh Presiden Sukarno. Fungsi dan tugas
MPRS tidak diatur berdasarkan UUD 45 tetapi berdasarkan ketetapan Presiden Sukarno
Nomor 2 tahun 1959 sehingga fungsi dan tugas MPRS hanya menetapkan aris-garis
Besar Haluan Negara (GBHN).

4. Dibentuknya Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPRS) MPPRS dibentuk


berdasarkan ketetapan Presiden N0. 4/1962. MPPRS merupakan badan pembatu
pemimpin Besar Revolusi (PBR) dalam mengambil kebijakan khusus dan darurat untuk
menyelesaikanrevolusi.AS

Kelemahan Demokrasi Terpimpin

1. Mengaburnya sistem kepartaian partai


38
Politik bukan untuk mempersiapkan diri untuk mengisi jabatan politik di pemerintahan,
tapi lebih sebagai elemen penopang dari tarik ulur kekuatan antara lembaga
kepresidenan, TNI-AD, dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

2. Melemahnya Lembaga Legislatif

Dibentuknya DPR Gotong-Royong (DPR-GR) membuat sistem politik melemah. Hal


ini dikarenakan DPR-GR hanya merupakan instrumen politik lembaga kepresidenan.
Proses rekruitmen politik untuk lembaga ini juga ditentukan oleh presiden.

3. Hak dasar manusia sangat lemah

Presiden mudah untuk menyingkirkan politiknya yang tidak sesuai dengan kebijakan
atau siapa pun yang mempunyai keberanian untuk menentangnya. Beberapa lawan
politik menjadi tahanan.

4.Puncak Anti-Kebebasan Pers

Demokrasi terpimpin menjadi masa puncak dari semangat anti kebebasan pers.
Pemerintah melarang terbitnya beberapa surat kabar, seperti Harian Abadi dari
Masyumi dan Harian Pedoman dari Partai Sosialis Indonesia (PSI).

5.Otonomi Daerah Sangat Terbatas

Hal ini dikarenakan sentralisasi kekuasaan yang semakin dominan dalam proses
hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.

Membandingkan Demokrasi Indonesia Dan Amerika Serikat

Dewasa ini demokrasi adalah model sistem pemerintahan yang banyak dianut oleh

sebagian besar negara-negara di dunia.

Sistem demokrasi menumbuhkan kesadaran terhadap hak-hak individual (Hak Asasi

Manusia) sebagai warga negara memperoleh kebebasan berpendapat, kebebasan

berserikat dan kesempatan yang sama dalam ruang sosial atau publik.

Suatu negara tidak dapat menjadi negara demokrasi jika tidak memiliki konsep

Reschtsstaat. Negara hukum yang demokratis akan selalu terkoneksi dan terintegrasi
39
dari tiga subtansi dasar yang di kandungnya, konstitusi, demokrasi dan hukum itu

sendiri

Baru-baru ini persoalan penegakan HAM di tanah air menjadi sorotan, akibat

peristiwa penembakkan yang dilakukukan oleh oknum aparat penegak hukum

terhadap enam orang laskar FPI di KM 50 dan ini menambah daftar catatan potret

HAM di Indonesia.

Apalagi berdasarkan hasil temuan investigasi yang dilakukan oleh Komnas HAM

menyatakan peristiwa dibalik penembakkan tersebut merupakan pelanggaran HAM.

Peristiwa KM 50 merupakan dampak panjang dari politik pasca Pilpres 2019, sudah

menjadi pemahaman umum bahwa FPI merupakan kelompok kepentingan yang

mengusung hastag ganti Presiden pada pilpres kemarin.

Kegaduhan politik yang terjadi pada Pilpres 2019 banyak membuat gerah seluruh

element bangsa karena hampir membelah persatuan dan kesatuan bangsa.

Kegaduhan politik di Indonesia sama halnya dengan yang terjadi di Amerika serikat

pasca pemilihan Presiden, yang mana incumbent Donald Trump kalah dalam

electoral vote dengan Joe Biden.

Apalagi awal tahun 2021 ini terjadi unjuk rasa dan penyerangan Gedung Capitol AS

oleh pendukung Presiden Amerika Serikat Donal Trump yang menolak hasil pemilu

karena dianggap penuh kecurangan. Dalam demonstrasi tersebut telah menyebabkan


40
lima nyawa hilang termasuk seorang wanita yang ditembak oleh polisi di halaman

Gedung capitol.

Yang menjadi pertanyaan adalah dalam suatu sistem demokrasi bagaimana peran

oposisi dalam pemerintahan dan apakah kelompok kepentingan bagian dari opoisisi

atau hanya alat politik dalam infastruktur politik?

Dan bagaimana hak-hak asasi manusia dalam political liberty?

Oposisi dan kekuasaan

Untuk memahami pertanyaan diatas, maka perlu mengulas kedudukan oposisi

dalam sistem demokrasi. Oposisi secara umum dapat dipahami sebagai kelompok

kekuatan yang ingin mengontrol dan mengkoreksi suatu kebijakan pemerintah yang

dianggap keliru atau salah

Ada pula yang mengartikannya sebagai kekuatan yang semata-mata menentang setiap

kebijakan dan langkah penguasa, tanpa menimbang apakah kebijakan tersebut masih

dalam suatu kewenangan atau kesewenang-wenangan.

Politik oposisi sejatinya adalah hal yang melekat di dalam demokrasi, ia dipraktekan

untuk menjamin demokrasi tetap bekerja dan memastikan monopoli kebenaran tidak

boleh terjadi.

Sayangnya pelembagaan politik oposisi di Indonesia merupakan hal yang masih sulit

terwujud. Kurang efektifnya peran oposisi di Indonesia. Hal ini bisa dilihat ketika
41
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang sejatinya merupakan rival Jokowi-Maruf

Amin pada Pilpres 2019 saat ini ikut masuk dalam Kabinet.

Memang oposisi di Indonesia sebagai sebuah kekuatan politik masih kurang familiar,

partai politik yang tidak masuk dalam kekuasaan tidak mau disebut oposisi melainkan

kekuatan check and balance.

Jika partai politik dinilai masih belum efektif menjalankan fungsi kontrol, publik justru

melihat lebih efektifnya fungsi tersebut diperankan oleh kekuatan civil society.

Inilah yang ingin dimainkan oleh FPI sebagai kelompok civil society yang mencoba

berperan sebagai kelompok tandingan karena karena oposisi dari partai politik tidak

berjalan efektif.

Seharusnya partai-partai politik yang tidak turut dalam pemerintahan mengambil peran

oposisi dalam melaksanakan fungsi dan tugas mereka sebagai wakil rakyat untuk

mengimbangi dan mengawasi jalannya pemerintahan agar tidak menyimpang dari

ketentuan dalam konstitusi yang disertai penjelasannya.

Politik oposisi kerap dilihat sebagai kegiatan politik yang kurang bergengsi ketimbang

kegiatan memerintah. Oposisi dianggap sebagai tertundanya kesempatan berkuasa.

Karena itu, oposisi menjadi identik dengan aktivitas menjatuhkan kekuasaan.

Di Amerika Serikat pasca penyerangan Gedung capitol AS oleh pendukung Donald

42
Trump, Partai Republik justru marah akan sikap trump yang membiarkan

pendukungnya melakukan aksi massa dan berbalik  meminta Trump agar segera

mundur.  

Pemberontakan sikap Trump menolak hasil pemilu mencoreng wajah Amerika Serikat

yang demokrasinya sudah berdiri sejak 200 tahun yang lalu.

Political liberty dan HAM

Dalam Deklarasi Universal HAM 1949 disebutkan bahwa setiap orang berhak atas

kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai induvidu, termasuk persamaan

kedudukan dalam politik dan hukum.

Apa yang terjadi di Indonesia kilas balik terhadap kasus penembakkan terhadap warga

sipil oleh oknum aparat kepolisian di KM 50 adalah extrajudicial killing.

Extrajudicial killing bisa diartikan sebagai tindakan-tindakan, apapun bentuknya, yang

menyebabkan seseorang mati tanpa melalui proses hukum dan putusan pengadilan yang

dilakukan oleh aparat negara.

Sementara itu di dalam sistem peradilan pidana di Indonesia berlaku Asas Praduga tak

bersalah. Pengakuan tentang asas praduga tak bersalah berhubungan erat dengan hak-

hak asasi manusia yang harus dihormati dan dijunjung tinggi.

Konsekuensinya adalah tersangka atau terdakwa (yang dianggap tidak bersalah)

43
mempunyai kedudukan yang sama dengan polisi dan jaksa, dan oleh karenanya hak-hak

tersangka atau terdakwa juga harus dihormati.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang Presiden menyikapi hal tersebut ? Sebagai

seorang kepala negara Presiden harus menghadirkan rasa keadilan terhadap warga

negaranya. Karena Presiden adalah harapan semua pihak satu-satunya yang dapat

mengungkap fakta kebenaran.

Berdasarkan temuan investigasi Komnas HAM bahwa terdapat pelanggaran HAM

dalam peristiwa KM 50 tersebut. Seyogyanya Presiden membentuk tim independen

untuk mengusut tuntas kasus tersebut agar tidak menjadi polemik di kemudian hari.   

Kemudian dalam political liberty kebebasan berpendapat (freedom of speech) dan

berserikat merupakan hak-hak sipil diatur dalam negara Demokrasi.

Perlindungan kebebasan berpendapat diatur secara spesifik dalam Pasal 28E ayat (3)

UUD 1945 “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan

mengeluarkan pendapat “.

Pembubaran ormas FPI yang dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Bersama yang

ditandatangani enam menteri/kepala lembaga karena dianggap melakukan kegiatan yang

mengganggu ketentraman, ketertiban umum, dan bertentangan dengan hukum.

Seharusnya negara menghukum terhadap pelaku yang melanggar tindak pidana bukan

44
membubarkan organisasinya. Sama halnya dengan seorang pejabat negara yang

melanggar hukum karena melakukan korupsi, pelakuknya yang dihukum bukan

instansinya.

Bila ditelaah apakah sebenarnya Indonesia ini termasuk negara kekuasaan

(maschtsstaat) sebagai Leviathan yang digambarkan Hobbes atau Rechtsstaat yang

menghendaki adanya supremasi konstitusi?

Perlu diingat bahwa negara hukum dan demokrasi bertujuan membatasi kekuasaan

pemerintah dan menolak segala bentuk kekuasaan tanpa batas.

Lalu bagaimana dengan di Amerika Serikat?, kebebasan berbicara dan berekspresi

sangat dilindungi dari pembatasan pemerintah oleh Amandemen Pertama Konstitusi

Amerika Serikat.

Kebebasan berekspresi di Amerika Serikat tanpa sensor, bahkan seorang penista agama

tidak dapat dihukum, penghujatan adalah risiko yang harus diterima demi kebebasan

menyampaikan pendapat.

Namun demontrasi yang dilakukan oleh pendukung Trump di Gedung capitol mengarah

kepada tindak kekerasan yang menyebabkan tewasnya lima orang.

Baik Indonesia dan Amerika memang sama-sama mengatur tentang kebebasan

berpendapat dan berekpresi. Yang membedakan adalah bahwa penistaan terhadap

45
agama bisa dituntut di pengadilan sedangkan di Amerika Serikat tidak dapat dituntut.

Bila di Indonesia ada pembubaran ormas dan organisasi terlarang, di Amerika Serikat

sendiri tidak ada secara khusus organisasi yang dilarang oleh Undang-Undang..

Potret demokrasi di Indonesia dan Amerika saat ini sedang pasang surut, apakah ini

merupakan kemunduran demokrasi?

Jadi sebenarnya memahami kekuasaan, menurut Foucault, tidak dipahami dalam

konteks pemilikan oleh suatu kelompok institusional sebagai suatu mekanisme yang

memastikan ketundukan warga negara terhadap negara.

Kekuasaan juga bukan mekanisme dominasi sebagai bentuk kekuasaan terhadap yang

lain dalam relasi yang mendominasi dengan yang didominasi.

Kekuasaan bukan seperti halnya bentuk kedaulatan suatu negara atau institusi hukum

yang mengandaikan dominasi atau penguasaan secara eksternal terhadap individu atau

kelompok.

Hakekatnya kekuasaan seperti dua mata pisau, bisa menghadirkan keadilan dan

kebaikan bagi warganya. Selain itu, kekuasaan dan juga bisa melahirkan keburukan dan

kejahatan yang mengakibatkan kesewenang-wenangan.

Perbandingan Sistem Demokrasi Antara Indonesia dengan Filipina

46
Demokrasi Filipina  

Filipina merupakan negara koloni barat yang mendapatkan kebebasannya kembali pada

tanggal 4 Juli 1946, setelah dijajah Spanyol selama 3 abad dan dimiliki oleh Amerika

Serikat selama 50 tahun, dan negara ini dipikirkan dalam pemerintahan sendiri oleh

Amerika Serikat. 

Demokrasi di Filipina tumbang pada tahun 1971, ketika hukum darurat militer

dicanangkan oleh Presiden Ferdinand Marcos, yang tidak mau menerima hukuman

kekerasan selama dua kali masa jabatan. 

Lima belas tahun setelah pemberontakan damai pada tahun 1986, akhirnya Filipina

berhasil menggulingkan Presiden Ferdinan Marcos. Filipina kembali memasuki masa

ketenangan yang kedua kalinya. 

Negara Filipina menerapkan sistem demokrasi yang konstitusionalnya ditandai oleh

beberapa hal, yaitu kekuasaan pemerintah terbatas, negara hukum ( rechtsstaat ) yang

tunduk pada rule of law , dan tidak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap warga

negaranya.

Demokrasi Indonesia 
Pada tanggal 5 Juli 1959 telah menjadi sebuah penutup bagi kehidupan demokrasi

liberal yang bersistem demokrasi parlementer. Sejak dikeluarkannya dekrit presiden,

kehidupan Indonesia di bawah demokrasi terpimpin. 

47
Selama jangka waktu tahun 1959-1965 Presiden Soekarno dengan sistem demokrasi

terpimpinnya menjelma menjadi seorang pemimpin yang otoriter. Partai-partai pada

zaman tersebut, secara praktis menjadi lemah dan tidak berdaya, kecuali PKI yang dapat

memperluas pengaruhnya dengan berlindung di bawah kekuasaan Soekarno. 

Sementara angkatan darat dapat memperluas peran dan kekuatan politiknya,

pembentukan kepemimpinan yang konstitusional, dan mengembangkan komunisme. 

Di era sekarang, sistem demokrasi di indonesia dikenal dengan Demokrasi Masa

Reformasi yang mana posisi TNI sudah berada di dalam lingkupnya dan

kewenangannya, terjadi amandemennya pasal-pasal di dalam UUD 1945, adanya

kebebasan pribadi, dan diberlakukan otonomi daerah. 

Negara Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sistem demokrasi, sebagaimana

telah disebutkan di dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi, ”Kedaulatan berada di tangan

rakyat dan dilaksanakan sesuai undang-undang”. 

Sesuai dengan definisi dari demokrasi, kedaulatan sebuah negara berada di tangan

rakyat dan dijalankan oleh rakyat untuk mensejahterakan rakyatnya. 

48
Demokrasi Indonesia dapat dikatakan sebagai demokrasi perwakilan, yang mana rakyat

yang duduk di lembaga-lembaga pusat maupun daerah sebagai perwakilan dari sebagian

rakyat yang ada di daerah tersebut.

Demokrasi langsung diaplikasikan di Indonesia, seperti pelaksanaan pemilihan umum

yang dilakukan secara langsung, transparan dan tidak diwakilkan. Artinya, setiap rakyat

Indonesia ikut berpartisipasi langsung dalam pemilihan anggota-anggota yang akan

mengisi jabatan di lembaga pusat maupun daerah sebagai perwakilan dari rakyat. 

Di dalam Demokrasi secara langsung, kedaulatan rakyat diwujudkan ke dalam tiga

cabang kekuasaan yang tercermin dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat yang terdiri

atas Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah sebagai pemegang

kekuasaan legislatif, Presiden dan Wakil Presiden sebagai pemegang kekuasaan

eksekutif, dan Mahkamah Agung serta Mahkamah Konstitusi sebagai pelaksana

kekuasaan yudikatif.

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

49
1. Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan

persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga

negara

2. Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua yaitu Prinsip Demokrasi Sebagai

Sistem Politik dan Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran)

3. Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Yaitu Demokrasi menurut cara aspirasi

rakyat (Demokrasi Langsung, Demokrasi Tidak Langsung) dan Demokrasi

(Berdasarkan Prinsip Ideologi, Demokrasi Liberal, Demokrasi Rakyat,

Demokrasi Pancasila)

50

Anda mungkin juga menyukai