2.PERMASALAHAN ………………………………………………..
3.TUJUAN ………………………………………………..
BAB II
PEMBAHASAN ………………………………………………..
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS ………………………………………………..
LAMPIRAN ………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang di berikan-
Nya sehingga makalah pembahasan "Demokrasi" ini dapat kelompok kami selesaikan.
Makalah ini kami buat dalam kewajiban materi presdentasi diskusi kelompok mata kuliah
Dasar-dasar Ilmu Politik.
Dalam Kesempatan ini kami menghantarkan terima kasih kepada semua pihak
kelompok yanng telah membantu dan memberi pokok pikiran serta materi demi terwujudnya
makalah ini. Dan kami menyadari dalam penyusunan makalah ini bisa dikatakan masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami menunggu kritik dan saran yang membangun agar
kedepanya kami bisa lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi dipraktekan
di seluruh dunia secara berbeda-beda dari satu negara ke negara lain. Dan Negara Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha untuk membangun sistem politik
demokrasi sejak menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya pada tahun 1945.
Demokrasi harus berdasarkan pada suatu kedaulatan rakyat, artinya kekuasaan negara itu
dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Setiap warga negara sama kedudukannya
dalam pemerintahan, dimana mereka diberi kebebasan untuk memilih ataupun dipilih. Di
Indonesia, hal ini telah diwujudkan dalam bentuk Pemilihan Umum yang dilaksanakan setiap
lima tahun sekali dan juga hal-hal lain yang seringkali dikaitkan dengan Demokrasi.
Demokrasi kadangkala di sebut juga sebagai ekpresi kebebasan berpendapat dan sangat
erat kaitannya dengan kegiatan politik. Hal ini seringkali terwujud dengan adanya aksi
demonstrasi dimana rakyat turun ke jalan untuk menyampaikan beberapa aspirasinya kepada
pemerintah. Dewasa ini, sudah banyak aksi-aksi demonstrasi yang mengatasnamakan
demokrasi dan beberapa diantaranya banyak menyita perhatian umum, baik dalam negeri
maupun luar negeri.
2.Rumusan Masalah
A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang
terdiri dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, kratos/kratein yang berarti kekuasaan/
pemerintahan. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuasaan rakyat atau suatu bentuk
pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Melalui konteks budaya
demokrasi, nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi panutan dapat diterapkan dalam
praktik kehidupan demokratis yang tidak hanya dalam pengertian politik saja, tetapi juga
dalam berbagai bidang kehidupan. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik
Indonesia, menyebut demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan penggantian kedaulatan raja
menjadi kedaulatan rakyat.
Istilah -istilah demokrasi tersebut banyak dikaji oleh para ahli. Meskipun terdapat
perbedaan, namun pada dasarnya pandangan-pandangan para ahli itu mempunyai kesamaan
prinsip. Berikut ini adalah pandangan demokrasi menurut beberapa pendapat :
c. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah
yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesempatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa
d. Carol C. Gould
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang didalamnya rakyat memerintah
sendri, baik melalui partisipasi langsung dalam merusmuskan keputusan-keputusan yang
memengaruhi mereka maupun dengan cara memilih wakil-wakil mereka.
1. Konsep Demokrasi
Setelah perang dunia II dapat dilihat bahwa secara formal demokrasi merupakan dasar
banyak negara di dunia. Menurut penelitian UNESCO tahun 1949 maka : " Munngkin untuk
pertamakalinya dalam sejarah demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan
wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh pendukung -
pendukung yang berpengaruhaka akan tetapi juga UNESCO menarik kesimpulan bahwa ide
demokrasi dianggap ambigous atau mempunyai berbagai pengertian, sekurang-kurangnya ada
ambiguity atau ketentuan mengenai : " Lembaga-lembaga atau cara-cara yang dipakai untuk
melaksanakan ide, atau mengenai keadaan kultural serta historis yang memengaruhi istilah,
ide, dan praktik demokrasi.
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada
abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah
berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein
yang berarti kekuasaan, sehingga dapat diartikan sebagai kekuasaan rakyat, atau yang lebih
kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika
fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata
tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut
pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan
berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan
anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan
untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus
ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan
mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan
lembaga negara tersebut.
3. Jenis-jenis Demokrasi
4. Prinsip-prinsip Demokrasi
2. Persamaan
Setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras, dan agama. Namun dalam negara
demokrasi perbedaan tersebut tidak perlu ditonjolkan bahkan harus ditekan agar tidak
menimbulkan konflik.
3. Solidaritas
Rasa solidaritas harus ada di dalam negara demokrasi. Karena dengan adanya sifat
solidaritas ini, walaupun ada perbedaan pandangan bahkan kepentingan tiap-tiap masyarakat
maka akan senantiasa selalu terikat karena adanya tujuan bersama.
4. Toleransi
Adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya bersifat menenggang
(menghargai, memberikan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian
sendiri.
5. Menghormati kejujran
Kejujuran berarti kesediaan atau keterbukaan untuk menyatakan suatu kebenaran.
Kejujuran menjadi hal yang sangat penting bagi semua pihak.
6. Menghormati penalaran
Peanalaran adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki pandangan tertentu,
membela tindakan tertentu, dan menuntut hal serupa dari orang lain.
Adapun prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule of law) antara lain
sebagai berikut :
1. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang.
2. Kedudukan yang sama dalam hukum.
3. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang.
1. Ciri-ciri Demokrasi
Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu
tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
b. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat
(warga negara).
c. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
d. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
e. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
f. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
g. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
h .Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
i. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).
6. Manfaat Demokrasi
Demokrasi dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu:
1. Kesetaraan sebagai warga Negara. Disini demokrasi memperlakukan semua orang adalah
sama dan sederajat. Prinsip kesetaraan menuntut perlakuan sama terhadap pandangan-
pandangan atau pendapat dan pilihan setiap warga Negara.
2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum. Kebijakan dapat mencerminkan keinginan
rakyatnya. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan semakin besar pula
kemungkinan kebijakan itu menceminkan keinginan dan aspirasi rakyat.
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17 Agustus 1945,
para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945 (yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia (selanjutnya disebut NKRI) menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana
kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga NKRI tergolong
sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan (Representatif Demokrasi).
Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara rakyat disatu
pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara Indonesia yang duduk di BPUPKI
tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa sebagian terbesarnya pernah
mengecap pendidikan Barat, baik mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropa
Barat (khususnya Belanda), maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia
sejak beberapa dasawarsa sebelumnya,
sehingga telah cukup akrab dengan ajaran demokrasi yang berkembang di negara-negara
Eropah Barat dan Amerika Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus 1945)
negara-negara penganut ajaran demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-II.
Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini,
ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa
model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.
Namun belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-nya
Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat konflik politik dan
ideologi yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan
turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI pada tanggal 11 Maret 1968.
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI,
menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila
(Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya
sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama dibandingkan
dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan sebelumnya, yaitu sekitar 30
tahun, tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto
dari jabatan Presiden pada tanggal 23 Mei 1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan
yang tidak stabil dan krisis disegala aspeknya.
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari
kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan
negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di
amandemennya UUD 1945 (bagian Batang tubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama
kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Model Demokrasi pasca Reformasi yang telah dilaksanakan sejak beberapa tahun
terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda kemampuannya untuk mengarah-
kan tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajeq), sekalipun lembaga-lembaga negara
yang utama, yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dan lembaga-lembaga
legislatif (DPR dan DPD) telah terbentuk melalui pemilihan umum langsung yang memenuhi
persyaratan sebagai mekanisme demokrasi.
Sistem parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di proklamirkan dan
kemudian di perkuat dalam Undang-undang Dasar 1949 dan 1950, ternyata kurang cocok
untuk Indonesia meskipun dapat berjalan secara memuaskan dalam beberapa Negara Asia
lain. Persatuan yang dapat di galang untuk selalu menghadapi musuh bersama menjadi
kendor dan tidak dapat di bina menjadi kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan
tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi system parlementer memberi peluang
untuk dominasi partai-partai politik dan Dewan perwakilan rakyat.
Dekrit Presiden 5 Juli dapat di pandang sebagai suatu usaha utuk mencari jalan keluar
dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Undang-undang dasar
1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama sekurang-
kurangnya lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS No III/ 1963 yang mengangkat Ir.
Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun
ini (Undang-Undang Dasar memungkinkan seorang presiden untuk di pilih kembali)yang di
tentukan oleh Undang-undang Dasar. Selain itu,banyak lagi tindakan yang menyimpang dari
atau menyeleweng terhadap ketentuan-ketentuan undang undang dasar. Misalnya dalam
tahun 1960 Ir.soekarno sebagai presiden membubarkan dewan perwakilan rakyat hasil
pemilihan umum,padahal dalam penjelasan UUD 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa
presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat demikian. Dewan perwakilan rakyat
gotong royong yang mengganti dewan perwakilan rakyat pilihan rakyat di tonjolkan
perananya sebagai pembantu pemerintah,sedangakan fungsi kontrol di tiadakan. Bahkan
pimpinan dewan perwakilan rakyat di jadikan menteri dan dengan demikian di tekankan
fungsi mereka sebagai pembantu presiden,disamping fungsi sebagai wakil rakyat. Hal
terakhir ini mencerminkan telah di tinggalkannya doktrin Trias Politika. Dalam rangka ini
harus pula di lihat beberapa ketentuan lain yang memberi wewenang kepada presiden sebagai
badan eksekutif untuk campur tangan di bidang lain selain bidang eksekutif. Misalnya ,
Presiden di beri wewenang untuk campur tangan di bidang Yudikatif berdasarkan UUD No.
19/1964, dan di bidang legislatif berdasarkan peraturan presiden No. 14/1960 Dalam hal
anggotan dewan perwakilan rakyat tidak mencapai mufakat.
Landasan formal dari periode ini ialah Pancasila,UUD 1945, serta ketetapan MPRS.
Dalam usaha untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD yang telah terjadi
dalam masa demokrasi terpimpin telah di adakan sejumlah tindakan korektif. Ketetapan
MPRS No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno telah
dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap 5 tahun. Ketetapan
MPRS NO. XIX/1966 Telah menentukan di tinjaunya kembali produk-produk legislatif dari
masa demokrasi terpimpin dan atas dasar itu UU No. 19/1964 telah di ganti dengan suatu UU
baru (No.14/1970) yang menetapkan kembali ke asas kebebasan badan-badan pengadilan.
Dewan perwakilan rakyat gotong royong di beri beberapa hak kontrol di samping tetap
mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah. Pemimpinnya tidak lagi mempunyai status
materi. Begitu pula tata tertib dewan perwakilan rakyat gotong royong yang baru telah
meniadakan pasal yang memberi wewenang kepada presiden untuk memutuskan
permasalahan yang tidak dapat mencapai mufakat antara anggota badan legislative. Golongan
karya, di mana anggota ABRI memainkan peranan penting, di beri landasan konstitusional
yang lebih formal. Selain itu beberapa hak asasi di usahakan supaya di selenggarakan lebih
penuh dengan memberi kebebsan lebih luas kepada pers untuk menyatakan pendapat dan
kepada partai-partai politik untuk bergerak Dan menyusun kekuatannya terutama menjelang
pemilihan umum 1971 . dengan demikian di harapkan terbinahnya partisipasi dengan
golongan-golongan dalam masyarakat di samping di adakan pembangunan ekonomi secara
teratur serta terencana .
Perkembangan lebih lanjut pada masa republik Indonesia III (yang juga di sebut
sebagai orde baru yang menggantikan orde lama) menunjukkan peranan presiden yang
semakin besar. Secara lambat lain tercipta pemusatan kekuasaan ditangan presiden karena
presiden Soeharto telah menjelma sebagai seorang tokoh yang Paling dominan dalam stem
politik Indonesia tidak saja jabatanya sebagai presiden dalam system presidensial tetapi juga
karena pengaruhnya yang dominan dalam elit politik.
Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadinya reformasi politik dan demokratisasi
di Indonesia. Pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa
pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi Negara dan penderitaan rakyat.
Oleh karena itu bangsa Indonesia bersepakat untuk sekali lagi melakukan demokratisasi,
yakni proses pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk,
kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan pengawasan terhadap lembaga eksekutif dapat
dilakukan oleh lembaga wakil rakyat (DPR).
Presiden Habibie yang dilantik sebagai presiden yang akan memulai langkah-langkah
demokratisai dalam Orde Reformasi. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan pemerintahan
Habibie adalah mempersiapkan pemilu dan melakukan beberapa langkah penting dalam
demokratisasi. UU politik yang meliputi UU Partai Politik, UU Pemilu, dan UU Susulan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD yang baru disahkan pada awal 1999. UU politik ini jauh
lebih demokratis dibandingkan dengan UU politik sebelumnya sehingga pemilu 1999
menjadi pemilu yang demokratis yang diakui oleh dunia internasional. Pada masa
pemerintahan Habibie juga terjadi demokratisasi yang tidak kalah pentingnya, yaitu
penghapusan dwifungsi ABRI sehingga fungsi sosial-politik ABRI (sekarang TNI atau
Tentara Nasional Indonesia) dihilangkan. Fungsi pertahanan menjadi fungsi satu-satunya
yang dimiliki TNI semenjak reformasi internal TNI tersebut.
Pelaksanaan pemilu legislative dan pemilihan presiden pada tahun 2004 merupakan
tonggak sejarah politik penting dalam sejarah politik Indonesia modern karena terpilihnya
anggota-anggota DPR, DPD (Dewan Perwakilan Daerah), dan DPRD telah menuntaskan
demokratisasi di bidang lembaga-lembaga politik di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa
demokratisasi telah berhasil membentuk pemerintah Indonesia yang demokratis karena nilai-
nilai demokrasi yang penting telah ditetapkan melalui pelaksanaan peraturan perundangan
melalui dari UUD 1945. Memang benar bahwa demokratisasi adalah proses tanpa akhir
karena demokrasi adalah sebuah kondisi yang tidak pernah terwujud secara tuntas. Namun
dengan adanya perubahan-perubahan tadi, demokrasi di Indonesia telah mempunyai dasar
yang kuat untuk berkembang.
B. Prospek Demokrasi Di Indonesia
Harold Crough mengungkapkan pesimisme yang kuat, akan tetapi Afan Gaffar
mempunyai keyakinan yang sebaliknya yaitu demokrasi akan dapat ditingkatkan kualitas
pelaksanaannyadengan alasan selama dua dasawarsa terakhir ini, masyarakat Indonesia telah
mengalami transformasi sosial yang sangat fundamental (Gaffar, 2002: 41).
Proses transformasi sosial ini merupakan produk dari pembangunan nasional yang
berlangsung selama lima Pelita. Tidak dapat disangkal, bahwa pembangunan nasional telah
membawa hasil positif di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekalipun dengan
tingkat distribusi yang masih belum baik. Hal ini dapat kita lihat dari meningkatnya
pendapatan perkapita yang sudah mencapai sekitar 75%, urbanisasi yang semakin
menampakan dirinya serta semakin banyaknya masyarakat yang diekspos media masa.
Satu hal lagi yang jelas adalah peningkatan proporsi orang yang telah mengalami
peningkatan kemampuan politik. Hal ini dapat kita lihat dari besarnya jumlah pemilih muda
yang semakin bertambah pada setiap pemilu. Mereka adalah generasi baru yang mempunyai
pengalaman politik yang berbeda, yang mengalami sosialisasi atau pendidikan politik yang
kemudian memiliki aspirasi dan tuntutan politik yang berbeda pula dari generasi-generasi
sebelumnya.
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS
Kasus Ahok Hingga Aksi Demonstrasi Sebagai Salah Satu Wujud Demokrasi
Aksi 4 November lalu yang melibatkan ratusan ribu muslim, sedikit banyak telah
mempengaruhi proses hukum kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja
Purnama alias Ahok. Aksi ini dianggap sebagai salah satu bentuk ekspresi demokrasi
masyarakat dan sudah sepatutnya untuk dihargai dan diperhatikan serta dilaksanakan tanpa
adanya anarkisme antar pendemo. Seperti yang dikatakan oleh Ketua Bidang Keadilan dan
Perdamaian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Henrik Lokra, – Itu
ekspresi demokrasi, itu harus diberi ruang, tapi tidak anarkis – Jadi, ekspresi para peserta aksi
biar bagaimanapun juga harus dihargai oleh semua pihak.
Semua orang di negeri ini harus diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya. Aksi
ini juga dipandang sebagai wujud demokratis yang luar biasa, dalam aksi ini setiap orang
diberi hak untuk mengutarakan pendapatnya. Dan ini merupakan bentuk kematangan
demokrasi Indonesia. (Sekretaris Eksekutif Komisi Keadilan dan Perdamaian Konferensi
Waligereja Indonesia (KWI), Romo PC Siswantoko)
Kasus ahok dan aksi demonstrasi ini juga sangat erat kaitannya dengan isu politik yang
memang sedang berhembus kencang di kalangan masyarakat DKI Jakarta yang memang akan
melangsungkan Pemilihan Umum Cagub dan Cawagub baru. Banyak yang mengira aksi
ormas Islam itu tak Luput dari hembusan angin politik di belakangnya. Namun kalangan
ormas selalu menepis pendapat itu. dengan tegas mereka mengklaim bahwa aksi yang mereka
lakukan tidak ada sangkut pautnya dengan politik, apalagi dengan Pilkada DKI Jakarta.
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sejak tahun 1998 – sekarang, Indonesia menjalankan Demokrasi Pancasila Era Reformasi.
Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap demokrasi pancasila. Namun
perbedaanya terletak pada aturan pelaksanaan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan praktik pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi
pancasila dari masa orde baru pelaksanaan demokrasi pada masa orde reformasi sekarang ini
yaitu :
Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang dibuat
berdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan lebih mudah diwujudkan.
Tata cara pelaksanaan demokrasi Pancasila dilandaskan atas mekanisme konstitusional
karena penyelenggaraan pemeritah Negara Republik Indonesia berdasarkan konstitusi.
2.SARAN
Indonesia telah melewati berbagai jenis bentuk demokrasi, mulai dari Demokrasi
Parlementer, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi pada Pemerintahan Orde Baru. Untuk
sekarang demokrasi yang sedang berjalan di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila Era
Reformasi yang dimulai sejak runtuhnya pemerintahan Orde Baru hingga sekarang.
Dari panjangnya perjalanan Indonesia dalam melewati berbagai jenis demokrasi ini,
sudah sepatutnya kita sebagai Warga Negara Indonesia mampu bersikap bijak akan
demokrasi dan mampu menjalankan demokrasi dengan semestinya, baik dilingkungan yang
paling kecil yaitu keluarga sampai lingkungan yang paling besar yaitu pemerintahan.
Mengutip dari pendapat Harold Crough yang mengungkapkan pesimisme yang kuat
akan Demokrasi dimasa yang akan datang, maupun pendapat Afan Gaffar yang mempunyai
keyakinan yang sebaliknya. Kita hanya harus percaya bahwa Demokrasi adalah pilihan yang
terbaik untuk kita dan Negara Indonesia kita tercinta. Sebagai Warga Negara yang baik, kita
harus pandai memilah cara mengekspresikan demokrasi, yaitu dengan mengekspresikan suatu
demokrasi dengan cara yang baik, tanpa adanya anarkisme, isu SARA dan tujuan-tujuan lain
yang dapat meruntuhkan negara Indonesia. Hancur tidaknya suatu negara ada di tangan
rakyatnya. Maka dari itu kita harus siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan
terjadi dimasa mendatang dan senantiasa selalu melakukan yang terbaik untuk Indonesia
Daftar Pustaka :
Drs. Sunarto, dkk, 2017. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat
pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang
http://robihartopurba.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-demokrasi-di-indonesia.html
http://m.tribunnews.com/nasional/2016/11/21/aksi-4-november-harus-dihargai-sebagai-
ekspresi-demokrasi
http://m.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/10/10/oxlbf9440-pemilihan-
rektor-ipb-babak-baru-demonstrasi-di-perguruan-tinggi-indonesia
http://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentang-demokrasi-indonesia
http://id.m.wikipedia.org/wiki/demokrasi
http://www.kamusjenius.com/2015/6/mengenal-macam-macam-demokrasi-di.html
https://maratussyolikha.wordpress.com/2017/10/27/makalah-pkn-tentang-demokrasi-di-
indonesia-dan-contoh-kasus-demokrasi/
http://blognursafitri.blogspot.com/2014/11/makalah-ilmu-politik-demokrasi.html
LAMPIRAN
LAMPIRAN
MARI BERDEMOKRASI DENGAN SANTUN DAN BERKUALITAS
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
PROYEK PENGUATAN PROFIL PANCASILA
Disusun Oleh :
VII C / 7C
SMPN 1 NGIMBANG
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023