Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..

1.LATAR BELAKANG ………………………………………………..

2.PERMASALAHAN ………………………………………………..

3.TUJUAN ………………………………………………..

BAB II

PEMBAHASAN ………………………………………………..

BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS ………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..

LAMPIRAN ………………………………………………..
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang di berikan-
Nya sehingga makalah pembahasan "Demokrasi" ini dapat kelompok kami selesaikan.
Makalah ini kami buat dalam kewajiban materi presdentasi diskusi kelompok mata kuliah
Dasar-dasar Ilmu Politik.

Dalam Kesempatan ini kami menghantarkan terima kasih kepada semua pihak
kelompok yanng telah membantu dan memberi pokok pikiran serta materi demi terwujudnya
makalah ini. Dan kami menyadari dalam penyusunan makalah ini bisa dikatakan masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami menunggu kritik dan saran yang membangun agar
kedepanya kami bisa lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi dipraktekan
di seluruh dunia secara berbeda-beda dari satu negara ke negara lain. Dan Negara Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha untuk membangun sistem politik
demokrasi sejak menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya pada tahun 1945.

Demokrasi harus berdasarkan pada suatu kedaulatan rakyat, artinya kekuasaan negara itu
dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Setiap warga negara sama kedudukannya
dalam pemerintahan, dimana mereka diberi kebebasan untuk memilih ataupun dipilih. Di
Indonesia, hal ini telah diwujudkan dalam bentuk Pemilihan Umum yang dilaksanakan setiap
lima tahun sekali dan juga hal-hal lain yang seringkali dikaitkan dengan Demokrasi.

Demokrasi kadangkala di sebut juga sebagai ekpresi kebebasan berpendapat dan sangat
erat kaitannya dengan kegiatan politik. Hal ini seringkali terwujud dengan adanya aksi
demonstrasi dimana rakyat turun ke jalan untuk menyampaikan beberapa aspirasinya kepada
pemerintah. Dewasa ini, sudah banyak aksi-aksi demonstrasi yang mengatasnamakan
demokrasi dan beberapa diantaranya banyak menyita perhatian umum, baik dalam negeri
maupun luar negeri.

2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep Demokrasi?


2. Apa pengertian Demokrasi?
3. Apa saja macam-macam Demokrasi?
4. Apa saja prinsip-prinsip Demokrasi?
5. Jelaskan asas pokok Demokrasi?
6. Apa saja ciri-ciri Demokrasi?
7. Adakah nilai-nilai yang terkandung dalam Demokrasi?
8. Apakah manfaat Demokrasi?
9. Bagaimana Demokrasi dalam sistem NKRI?
10. Apa prospek Demokrasi di Indonesia dimasa yang akan datang?
11. Apa contoh kasus yang mencerminkan Demokrasi?
3.Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :

1. Bagaimana konsep Demokrasi


2. Apa yang dimaksud Demokrasi
3. Macam-macam Demokrasi
4. Prinsip-prinsip Demokrasi
5. Asas pokok Demokrasi
6. Ciri-ciri Demokrasi
7. Nilai-nilai yang terkandung dalam Demokrasi
8. Manfaat Demokrasi
9. Demokrasi dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
10. Prospek Demokrasi Indonesia dimasa yang akan datang
11. Contoh kasus yang mencerminkan Demokrasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi

Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang
terdiri dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, kratos/kratein yang berarti kekuasaan/
pemerintahan. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuasaan rakyat atau suatu bentuk
pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Melalui konteks budaya
demokrasi, nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi panutan dapat diterapkan dalam
praktik kehidupan demokratis yang tidak hanya dalam pengertian politik saja, tetapi juga
dalam berbagai bidang kehidupan. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik
Indonesia, menyebut demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan penggantian kedaulatan raja
menjadi kedaulatan rakyat.

Istilah -istilah demokrasi tersebut banyak dikaji oleh para ahli. Meskipun terdapat
perbedaan, namun pada dasarnya pandangan-pandangan para ahli itu mempunyai kesamaan
prinsip. Berikut ini adalah pandangan demokrasi menurut beberapa pendapat :

a. Abraham Lincoln (Presiden Amerika ke-16)


Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
b. Giovani Sartori
Demokrasi dipandang sebagai suatu sistem dimana tidak seorang pun dapat memilih
diriya sendiri, tidak seorang pun dapat mengindentifikasikan dengan kekuasaannya,
kemudian tidak dapat merebut dari kekuasaan lain dengan cara-cara tak terbatas dan tanpa
syarat.

c. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah
yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesempatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa
d. Carol C. Gould
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang didalamnya rakyat memerintah
sendri, baik melalui partisipasi langsung dalam merusmuskan keputusan-keputusan yang
memengaruhi mereka maupun dengan cara memilih wakil-wakil mereka.

e. Kamus Besar Bahasa Indonesia


Demokrasi berarti bentuk pemerintahan dimana segenap rakyat turut serta
memerintah dengan peraturan wakilnya. Adapun arti lainnya, yaitu demokrasi merupakan
suatu gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan-persamaan yang sama
bagi semua warga negara
f. Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila
Demokrasi adalah suatu pola pemerintahan, yang pelaksanaa pemerintahnya
bersumber pada mereka yang diperintah. Atau demokrasi adalah pola pemerintahan yang
mengikutsertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam keputusan yang diambil oleh
mereka yang berwenang.
Berdasarkan beberapa pengertian demokrasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana kekuasaan atau kedaulatan adaditangan
rakyat. Dengan kata lain, rakyat dapat dilibatkan dalam setiap aspek kehidpan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara atau Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga
negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau
melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi
mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara. Keanekaragaman ini muncul disebabkan
kebudayaan bangsa didunia ini berlainan, hingga didapati berbagai macam demokrasi, juga
sebagai salah satu sisi dari penjelmaan hidup bermasyarakat.

1. Konsep Demokrasi

Pembahasan tengtang demokrasi menghadapkan kita pada suatu kompleksitas


permasalahan yang klasik, fundamental namun tetap aktual. Dikatakan klasik karena masalah
demokrasi sudah menjadi fokus perhatian dalam wacana filsafati semenjak jaman Yunani
Kuno, dan telah di terapkan di polish Athena sebagai negara kota pada waktu itu. Dikatakan
fundamental karena hakikat demokrasi menyentuh nilai-nilai dasar kehidupan tentang apa
dan bagaimana sistem kehidupan itu akan dipergunakan di mana manusia sendiri menjadi
subjek dan sekaligus di jadikan objeknya. Dikatakan aktual karena dewasa ini demokrasi
menjadi dambaan setiap bangsa dan negara untuk dapat menerapkannya termasuk bangsa
Indonesia dalam era Reformasi ini (Siswomirhajo, 2002 : 1).

Setelah perang dunia II dapat dilihat bahwa secara formal demokrasi merupakan dasar
banyak negara di dunia. Menurut penelitian UNESCO tahun 1949 maka : " Munngkin untuk
pertamakalinya dalam sejarah demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan
wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh pendukung -
pendukung yang berpengaruhaka akan tetapi juga UNESCO menarik kesimpulan bahwa ide
demokrasi dianggap ambigous atau mempunyai berbagai pengertian, sekurang-kurangnya ada
ambiguity atau ketentuan mengenai : " Lembaga-lembaga atau cara-cara yang dipakai untuk
melaksanakan ide, atau mengenai keadaan kultural serta historis yang memengaruhi istilah,
ide, dan praktik demokrasi.

Demokrasi yang di anut di indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan pancasila, masih


dalam tarah perkembangan dari berbagai tafsiran dan pandangan, dan juga tidak dapat
disangkal bahwa nilai-nilai dari demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang belum di amandemen. Selain itu Undang-Undang Dasar menyebut
secara eksplisit dua prinsipyang menjiwai naskah itu,dan tercantum dalam penjelasan
undang-undang 1945 mengenai sistem pemerintahan negara yaitu :
1. Indonesia ialah negara ynnag berdasarkan atas hukum. Negara indonesia
ialah negara berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka
2.Sistem Konstitusional.
Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi(hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme(kekuasaan tidak terbatas)
2. Sejarah Demokrasi

Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada
abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah
berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein
yang berarti kekuasaan, sehingga dapat diartikan sebagai kekuasaan rakyat, atau yang lebih
kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam


suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan
negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika
fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata
tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut
pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan
berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan
anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan
untuk rakyat.

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus
ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan
mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan
lembaga negara tersebut.

3. Jenis-jenis Demokrasi

Terdapat beberapa jenis demokrasi yang disebabkan perkembangan dalam pelaksanaannya


diberbagai kondisi dan tempat. Oleh karena itu, pembagian jenis demokrasi dapat dilihat dari
beberapa hal, sebagai berikut :
1. Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat. Termasuk jenis
demokrasi ini terdiri dari :
a. Demokrasi langsung. Rakyat secara langsung diikutsertakan dalam
proses pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan
pemerintahan.
b. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Demokrasi ini
dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui
pemilu. Aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat yang duduk
di lembaga perwakilan rakyat.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
(referendum) yang dapat diklasifikasi :
1 Referendum wajib
2 Referendum tidak wajib
3 Referendum fakultatif
d. Demokrasi formal. Demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal, yaitu
secara hukum menempatkan semua orang dalam kedudukan yang sama
dalam bidang politik, tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi.
e. Demokrasi material. Demokrasi ini memandang manusia mempunyai
kesamaan dalam bidang sosial ekonomi, sehingga persamaan bidang
politik tidak menjadi prioritas. Demokrasi material dikembangkan di
Negara sosialis-komunis.
f. Demokrasi campuran. Demokrasi ini merupakan campuran dan kedua
demokrasi tersebut. Demokrasi ini berupaya menciptakan kesejahteraan
seluruh rakyat dengan menempatkan persamaan derajat dan hak setiap
orang.

g. Demokrasi liberal, yaitu memberikan kebebasan yang luas pada individu.


Campur tangan pemerintah diminimalkan bahkan ditolak. Pemerintah
bertindak atas dasar konstitusi (hukum dasar).
h. Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar. Demokrasi ini bertujuan
menyejahterakan rakyat. Negara dibentuk tidak mengenal perbedaan
kelas. Semua warga Negara mempunyai persamaan dalam hukum dan
politik.
2. Demokrasi sistem presidensial. Ciri-ciri pemerintahan yang menggunakan demokrasi
berdasarkan titik perhatian atau prioritas. Jenis demokrasi ini dapat diklasifikasi; Demokrasi
berdasarkan prinsip ideologi. Demokrasi diklasifikasikan :
a. Demokrasi berdasarkan wewenang dan hubungan antar alat
kelengkapan Negara, dapat diklasifikasi ke dalam;
1 DPR lebih kuat dari pemerintah
2 Kepala pemerintahan/kepala eksekutif disebut perdana menteri
dan memimpin kabinet dengan sejumlah menteri yang
bertanggungjawab kepada DPR.
3 Program kebijakan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik
anggota parlemen.
4 Kedudukan kepala Negara terpisah dengan kepala pemerintahan,
biasanya hanya berfungsi sebagai simbol Negara. Tugas kepala
Negara sebagian besar bersifat ceremonial seperti melantik
kabinet dan duta besar sebagai panglima tertinggi angkatan
bersenjata (kehormatan).
5 Jika pemerintah dianggap tidak mampu, maka anggota DPR
(parlemen) dapat meminta mosi tidak percaya kepada parlemen
untuk membubarkan pemerintah. Jika mayoritas anggota
parlemen menyetujui, maka pemerintah bubar, dan kendali
pemerintahan dipegang oleh pemerintahan sementara sampai
terbentuk pemerintahan baru hasil pemilu.
Sistem presidential, adalah :
1. Negara dikepalai presiden.
2. Kekuasaan eksekutif presiden dijalankan berdasarkan kedaulatan yang dipilih dari dan
oleh rakyat langsung atau melalui badan perwakilan.

3. Presiden mempunyai kekuasaan mengangkat dan memberhentikan menteri.


4. Menteri tidak bertanggungjawab kepada DPR melainkan kepada presiden. Presiden dan
DPR mempunyai kedudukan yang sama sebagai lembaga Negara, dan tidak dapat saling
membubarkan.

4. Prinsip-prinsip Demokrasi

a. Prinsip budaya demokrasi


1. Kebebasan
Adalah kekuasaan untk membuat pilihan terhadap beragam pilihan atau melakukan
sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan bersama atas kehendak sendiri, tanpa tekanan dar
pihak manapun.

2. Persamaan
Setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras, dan agama. Namun dalam negara
demokrasi perbedaan tersebut tidak perlu ditonjolkan bahkan harus ditekan agar tidak
menimbulkan konflik.
3. Solidaritas
Rasa solidaritas harus ada di dalam negara demokrasi. Karena dengan adanya sifat
solidaritas ini, walaupun ada perbedaan pandangan bahkan kepentingan tiap-tiap masyarakat
maka akan senantiasa selalu terikat karena adanya tujuan bersama.

4. Toleransi
Adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya bersifat menenggang
(menghargai, memberikan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian
sendiri.
5. Menghormati kejujran
Kejujuran berarti kesediaan atau keterbukaan untuk menyatakan suatu kebenaran.
Kejujuran menjadi hal yang sangat penting bagi semua pihak.
6. Menghormati penalaran
Peanalaran adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki pandangan tertentu,
membela tindakan tertentu, dan menuntut hal serupa dari orang lain.

Penalaran ini sangat diperlukan bagi terbangunnya solidaritas antarwarga masyarakat


demokratis.

b. Prinsip – prinsip demokrasi yang bersifat universal


1. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
2. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai
oleh para warga negara.
4. Pengormatan terhadap supremasi hukum.

Adapun prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule of law) antara lain
sebagai berikut :
1. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang.
2. Kedudukan yang sama dalam hukum.
3. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang.

c. Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila


1. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Keseimbangan antara hak dan dan kewajiban.
3. Kebebasan yang bertanggung jawab.
4. Mewujudkan rasa keadilan sosial.
5. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
6. Mengutamakan keputusan dengan musyawarah mufakat.
7. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
.

5. Ciri-ciri, Asas, dan Nilai Demokrasi

1. Ciri-ciri Demokrasi
Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu
tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:

a. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
b. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat
(warga negara).
c. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
d. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
e. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
f. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
g. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
h .Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
i. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).

2.Asas Pokok Demokrasi


Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikatmanusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama
dalam hubungan sosial.Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok
demokrasi, yaitu:
a. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil- wakil
rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas,
dan rahasia serta jujur dan adil; dan
b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah
untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.
3.Nilai-Nilai Demokrasi
Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya sistem demokrasi, maka harus ada pola
perilaku yang menjadi tuntunan atau norma nilai-nilai demokrasi yang diyakini masyarakat.
Nilai-nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kesadaran akan puralisme. Masyarakat yang hidup demokratis harus menjaga


keberagaman yang ada di masyarakat. Demokrasi menjamin keseimbangan hak dan
kewajiban setiap warga Negara.
2. Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat. Pengambilan keputusan didasarkan pada
prinsip musyawarah prinsip mufakat, dan mementingkan kepentingan masyarakat
pada umumnya. Pengambilan keputusan dalam demokrasi membutuhkan kejujuran,
logis atau berdasar akal sehat dan sikap tulus setiap orang untuk beritikad baik.
3. Demokrasi membutuhkan kerjasama antarwarga masyarakat dan sikap serta itikad
baik. Masyarakat yang terkotak-kotak dan penuh curiga kepada masyarakat lainnya
mengakibatkan demokrasi tidak berjalan dengan baik.
4. Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan. Semangat demokrasi menuntut kesediaa
masyarakat untuk membenkan kritik yang membangun, disampaikan dengan cara yang
sopan dan bertanggung jawab untuk kemungkinan menerima bentuk-bentuk tertentu.
5. Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral. Demokrasi mewajibkan adanya
keyakinan bahwa cara mencapai kemenangan haruslah sejalan dengan tujuan dan
berdasarkan moral serta tidak menghalalkan segala cara. Demokrasi memerlukan
pertimbangan moral atau keluhuran akhlak menjadi acuan dalam berbuat dan
mencapal tujuan.

6. Manfaat Demokrasi

Demokrasi dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu:

1. Kesetaraan sebagai warga Negara. Disini demokrasi memperlakukan semua orang adalah
sama dan sederajat. Prinsip kesetaraan menuntut perlakuan sama terhadap pandangan-
pandangan atau pendapat dan pilihan setiap warga Negara.
2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum. Kebijakan dapat mencerminkan keinginan
rakyatnya. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan semakin besar pula
kemungkinan kebijakan itu menceminkan keinginan dan aspirasi rakyat.

3. Pluralisme dan kompromi. Demokrasi mengisyaratkan kebhinekaan dan kemajemukan


dalam masyarakat maupun kesamaan kedudukan diantara para warga Negara. Dalam
demokrasi untuk mengatasi perbedaan-perbedaan adalah lewat diskusi, persuasi,
kompromi, dan bukan dengan paksanaan atau pameran kekuasaan.
4. Menjamin hak-hak dasar. Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan dasar tentang hak-
hak sipil dan politis; hak kebebasan berbicara dan berekspresi, hak berserikat dan
berkumpul, hak bergerak, dsb. Hak-hak itu memungkinkan pengembangan diri setiap
individu dan memungkinkan terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih baik.
5. Pembaruan kehidupan social. Demokrasi memungkinkan terjadinya pembawan kehidupan
social. Penghapusan kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan pergantian para
politisi dilakukan dengan cara yang santun, dan damai. Demokrasi memuluskan proses alih
generasi tanpa pergolakan.
7. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17 Agustus 1945,
para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945 (yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia (selanjutnya disebut NKRI) menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana
kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga NKRI tergolong
sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan (Representatif Demokrasi).

Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara rakyat disatu
pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara Indonesia yang duduk di BPUPKI
tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa sebagian terbesarnya pernah
mengecap pendidikan Barat, baik mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropa
Barat (khususnya Belanda), maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia
sejak beberapa dasawarsa sebelumnya,

sehingga telah cukup akrab dengan ajaran demokrasi yang berkembang di negara-negara
Eropah Barat dan Amerika Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus 1945)
negara-negara penganut ajaran demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-II.

Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini,
ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa
model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.

Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950) Indonesia


mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau dinamakan juga Demokrasi
Liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang tentang instabilitas pemerintahan
dan nyaris berujung pada konflik ideologi di Konstituante pada bulan Juni-Juli 1959.
Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut di atas,
maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang
memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula diterapkan model Demokrasi
Terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi Negara Pancasila dan paham Integralistik
yang mengajarkan tentang kesatuan antara rakyat dan negara.

Namun belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-nya
Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat konflik politik dan
ideologi yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan
turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI pada tanggal 11 Maret 1968.

Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI,
menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila
(Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya
sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama dibandingkan
dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan sebelumnya, yaitu sekitar 30
tahun, tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto
dari jabatan Presiden pada tanggal 23 Mei 1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan
yang tidak stabil dan krisis disegala aspeknya.

Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari
kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan
negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di
amandemennya UUD 1945 (bagian Batang tubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama
kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.

Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara,


khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan
antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan
terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model Demokrasi
Pancasila di era Orde Baru.

Model Demokrasi pasca Reformasi yang telah dilaksanakan sejak beberapa tahun
terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda kemampuannya untuk mengarah-
kan tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajeq), sekalipun lembaga-lembaga negara
yang utama, yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dan lembaga-lembaga
legislatif (DPR dan DPD) telah terbentuk melalui pemilihan umum langsung yang memenuhi
persyaratan sebagai mekanisme demokrasi.

8. Demokrasi Dalam Sistem Negara Indonesia

Masa Republik Indonesia I (1945-1959): Masa Demokrasi Konstitusional

Sistem parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di proklamirkan dan
kemudian di perkuat dalam Undang-undang Dasar 1949 dan 1950, ternyata kurang cocok
untuk Indonesia meskipun dapat berjalan secara memuaskan dalam beberapa Negara Asia
lain. Persatuan yang dapat di galang untuk selalu menghadapi musuh bersama menjadi
kendor dan tidak dapat di bina menjadi kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan
tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi system parlementer memberi peluang
untuk dominasi partai-partai politik dan Dewan perwakilan rakyat.

Undang-undang dasar 1950 menetapkan berlakunya system parlementer dimana


badan eksekutif yang terdiri atas Presiden sebagai kepala Negara konstitusional
(constitutional head) dan menteri-menterinya mempunyai tanggung jawab politik. Karena
fragmentasi partai-partai politik,setiap kabinet berdasarkan koalisi yang berkisar pada satu
atau dua partai besar dengan beberapa partai kecil. Koaliisi ternyata kurang mantap dan
partai-partai dalam koalisi tidak segan-segan untuk menarik dukungannya sewaktu-
waktu,sehingga cabinet seringkali jatuh karena keretakan dalam koalisi sendiri. Dengan
demikian di timbulkan kesan bahwa partai-partai dalam koalisi kurang dewasa dalam
mengahdapi tanggung jawab mengenai permasalahan pemerintahan. Di lain pihak, partai-
partai dalam barisan oposisi tidak mampu berperan sebagai oposisi yang konstruktif yang
menyusun program-program alternatif,tetapi hanya menonjolkan segi-segi negative dari tugas
oposisi.

Masa Republik Indonesia II (1959-1965): Masa Demokrasi Terpimpin

Ciri-ciri periode ini ialah dominasi dari presiden,terbatasnya peranan partai


politik,berkembangnya pengaruh komunis,dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur
sosial-politik.

Dekrit Presiden 5 Juli dapat di pandang sebagai suatu usaha utuk mencari jalan keluar
dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Undang-undang dasar
1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama sekurang-
kurangnya lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS No III/ 1963 yang mengangkat Ir.
Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun
ini (Undang-Undang Dasar memungkinkan seorang presiden untuk di pilih kembali)yang di
tentukan oleh Undang-undang Dasar. Selain itu,banyak lagi tindakan yang menyimpang dari
atau menyeleweng terhadap ketentuan-ketentuan undang undang dasar. Misalnya dalam
tahun 1960 Ir.soekarno sebagai presiden membubarkan dewan perwakilan rakyat hasil
pemilihan umum,padahal dalam penjelasan UUD 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa
presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat demikian. Dewan perwakilan rakyat
gotong royong yang mengganti dewan perwakilan rakyat pilihan rakyat di tonjolkan
perananya sebagai pembantu pemerintah,sedangakan fungsi kontrol di tiadakan. Bahkan
pimpinan dewan perwakilan rakyat di jadikan menteri dan dengan demikian di tekankan
fungsi mereka sebagai pembantu presiden,disamping fungsi sebagai wakil rakyat. Hal
terakhir ini mencerminkan telah di tinggalkannya doktrin Trias Politika. Dalam rangka ini
harus pula di lihat beberapa ketentuan lain yang memberi wewenang kepada presiden sebagai
badan eksekutif untuk campur tangan di bidang lain selain bidang eksekutif. Misalnya ,
Presiden di beri wewenang untuk campur tangan di bidang Yudikatif berdasarkan UUD No.
19/1964, dan di bidang legislatif berdasarkan peraturan presiden No. 14/1960 Dalam hal
anggotan dewan perwakilan rakyat tidak mencapai mufakat.

Selain itu terjadi penyelewengan di bidang per undang-undangan di mana pelbagai


tindakan pemerintah di laksanakan melalui penetapan presiden (Penpres) yang memakai
dekrik 5 Juli sebagai sumber hokum. Tambahan pula didirikan badan-badan ekstra
konstitusional seperti Front Nasional yang ternyata dipakai oleh pijhak komunis sebagai area
kegiatan,sesuai dengan taktik komunisme internasional yang menggariskan pembentukan
front nasional sebagai persiapan kearah terbentuknya demokrasi rakyat. Partai politik dan
pers yang di anggap menyimpang dari rel revolusi di tutup,tidak dibenarkan,dan di
breidel,sedangkan politik mercu suar di bidang hubungan luar negeri dan ekonomi dalam
negeri telah menyebabkan keadaan ekonomi menjadi bertambah suram. G 30 S/PKI telah
mengakhiri periode ini membuka peluang untuk dimulainya masa demokrasi Pancasila.
Masa Republik Indonesia III (1965-1998): Masa Demokrasi Pancasila

Landasan formal dari periode ini ialah Pancasila,UUD 1945, serta ketetapan MPRS.
Dalam usaha untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD yang telah terjadi
dalam masa demokrasi terpimpin telah di adakan sejumlah tindakan korektif. Ketetapan
MPRS No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno telah
dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap 5 tahun. Ketetapan
MPRS NO. XIX/1966 Telah menentukan di tinjaunya kembali produk-produk legislatif dari
masa demokrasi terpimpin dan atas dasar itu UU No. 19/1964 telah di ganti dengan suatu UU
baru (No.14/1970) yang menetapkan kembali ke asas kebebasan badan-badan pengadilan.
Dewan perwakilan rakyat gotong royong di beri beberapa hak kontrol di samping tetap
mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah. Pemimpinnya tidak lagi mempunyai status
materi. Begitu pula tata tertib dewan perwakilan rakyat gotong royong yang baru telah
meniadakan pasal yang memberi wewenang kepada presiden untuk memutuskan
permasalahan yang tidak dapat mencapai mufakat antara anggota badan legislative. Golongan
karya, di mana anggota ABRI memainkan peranan penting, di beri landasan konstitusional
yang lebih formal. Selain itu beberapa hak asasi di usahakan supaya di selenggarakan lebih
penuh dengan memberi kebebsan lebih luas kepada pers untuk menyatakan pendapat dan
kepada partai-partai politik untuk bergerak Dan menyusun kekuatannya terutama menjelang
pemilihan umum 1971 . dengan demikian di harapkan terbinahnya partisipasi dengan
golongan-golongan dalam masyarakat di samping di adakan pembangunan ekonomi secara
teratur serta terencana .

Perkembangan lebih lanjut pada masa republik Indonesia III (yang juga di sebut
sebagai orde baru yang menggantikan orde lama) menunjukkan peranan presiden yang
semakin besar. Secara lambat lain tercipta pemusatan kekuasaan ditangan presiden karena
presiden Soeharto telah menjelma sebagai seorang tokoh yang Paling dominan dalam stem
politik Indonesia tidak saja jabatanya sebagai presiden dalam system presidensial tetapi juga
karena pengaruhnya yang dominan dalam elit politik.

Keberhasilan pemipin penumpasan G 30 S/PKI dan kemudian membubarkan PKI


dengan menggunakan surat perintah 11 Maret (Super Semar) memberikan peluang yang
besar kepada Jendral Soeharto untuk tampil sebagai tokoh yang paling berpengaruh di
Indonesia. Status ini membuka peluang bagi Jenderal Soeharto untuk menjadi presiden
berikutnya sebagai pengganti presiden Soekarno.

Masa Republik Indonesia IV (1998 – sekarang): Masa Reformasi

Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadinya reformasi politik dan demokratisasi
di Indonesia. Pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa
pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi Negara dan penderitaan rakyat.
Oleh karena itu bangsa Indonesia bersepakat untuk sekali lagi melakukan demokratisasi,
yakni proses pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk,
kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan pengawasan terhadap lembaga eksekutif dapat
dilakukan oleh lembaga wakil rakyat (DPR).

Presiden Habibie yang dilantik sebagai presiden yang akan memulai langkah-langkah
demokratisai dalam Orde Reformasi. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan pemerintahan
Habibie adalah mempersiapkan pemilu dan melakukan beberapa langkah penting dalam
demokratisasi. UU politik yang meliputi UU Partai Politik, UU Pemilu, dan UU Susulan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD yang baru disahkan pada awal 1999. UU politik ini jauh
lebih demokratis dibandingkan dengan UU politik sebelumnya sehingga pemilu 1999
menjadi pemilu yang demokratis yang diakui oleh dunia internasional. Pada masa
pemerintahan Habibie juga terjadi demokratisasi yang tidak kalah pentingnya, yaitu
penghapusan dwifungsi ABRI sehingga fungsi sosial-politik ABRI (sekarang TNI atau
Tentara Nasional Indonesia) dihilangkan. Fungsi pertahanan menjadi fungsi satu-satunya
yang dimiliki TNI semenjak reformasi internal TNI tersebut.

Langkah terobosan yang dilakukan dalam proses demokratisasi adalah amandemen


UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR hasil Pemilu 1999 dalam empat tahap selama empat
tahun (1999-2002). Beberapa perubahan penting dilakukan terhadap UUD 1945 agar UUD
1945 mampu menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Pemeran DPR sebagai lembaga
legislative diperkuat, semua anggota DPR dipilih dalam pemilu, pengawasan terhadap
presiden lebih diperketat, dan hak asasi manusia memperoleh jaminan yang semakin kuat.
Amandemen UUD 1945 juga memperkenalkan pemilihan umum untuk memilih presiden dan
wakil presiden secara langsung (pilpres). Pilpres pertama dilakukan pada tahun 2004 setelah
pemilihan umum untuk lembaga legislative.

Langkah demokratisasi berikutnya adalah pemilihan umum untuk memilih kepala


daerah secara langsung (pilkada) yang diatur dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. UU ini mengharuskan semua kepala daerah di seluruh Indonesia
dipilih melalui pilkada melalui pertengahan 2005. Semenjak itu, semua kepala daerah yang
telah habis masa jabatannya harus dipilih melalui pilkada. Pilkada bertujuan untuk
menjadikan pemerintah daerah lebih demokratis dengan diberikan hak bagi rakyat untuk
menentukan kepala daerah. Hal ini tentu saja berbeda dengan pemilihan kepala daerah
sebelumnya yang bersifat tidak langsung karena dipilih oleh DPRD.

Pelaksanaan pemilu legislative dan pemilihan presiden pada tahun 2004 merupakan
tonggak sejarah politik penting dalam sejarah politik Indonesia modern karena terpilihnya
anggota-anggota DPR, DPD (Dewan Perwakilan Daerah), dan DPRD telah menuntaskan
demokratisasi di bidang lembaga-lembaga politik di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa
demokratisasi telah berhasil membentuk pemerintah Indonesia yang demokratis karena nilai-
nilai demokrasi yang penting telah ditetapkan melalui pelaksanaan peraturan perundangan
melalui dari UUD 1945. Memang benar bahwa demokratisasi adalah proses tanpa akhir
karena demokrasi adalah sebuah kondisi yang tidak pernah terwujud secara tuntas. Namun
dengan adanya perubahan-perubahan tadi, demokrasi di Indonesia telah mempunyai dasar
yang kuat untuk berkembang.
B. Prospek Demokrasi Di Indonesia

Setelah mengungkapkan perkembangan demokrasi di Indonesia yang di bagi dalam


tiga periode, maka pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana prospek demokrasi
Indonesia di masa yang akan datang?

Harold Crough mengungkapkan pesimisme yang kuat, akan tetapi Afan Gaffar
mempunyai keyakinan yang sebaliknya yaitu demokrasi akan dapat ditingkatkan kualitas
pelaksanaannyadengan alasan selama dua dasawarsa terakhir ini, masyarakat Indonesia telah
mengalami transformasi sosial yang sangat fundamental (Gaffar, 2002: 41).

Proses transformasi sosial ini merupakan produk dari pembangunan nasional yang
berlangsung selama lima Pelita. Tidak dapat disangkal, bahwa pembangunan nasional telah
membawa hasil positif di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekalipun dengan
tingkat distribusi yang masih belum baik. Hal ini dapat kita lihat dari meningkatnya
pendapatan perkapita yang sudah mencapai sekitar 75%, urbanisasi yang semakin
menampakan dirinya serta semakin banyaknya masyarakat yang diekspos media masa.

Satu hal lagi yang jelas adalah peningkatan proporsi orang yang telah mengalami
peningkatan kemampuan politik. Hal ini dapat kita lihat dari besarnya jumlah pemilih muda
yang semakin bertambah pada setiap pemilu. Mereka adalah generasi baru yang mempunyai
pengalaman politik yang berbeda, yang mengalami sosialisasi atau pendidikan politik yang
kemudian memiliki aspirasi dan tuntutan politik yang berbeda pula dari generasi-generasi
sebelumnya.
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS

Kasus Ahok Hingga Aksi Demonstrasi Sebagai Salah Satu Wujud Demokrasi
Aksi 4 November lalu yang melibatkan ratusan ribu muslim, sedikit banyak telah
mempengaruhi proses hukum kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja
Purnama alias Ahok. Aksi ini dianggap sebagai salah satu bentuk ekspresi demokrasi
masyarakat dan sudah sepatutnya untuk dihargai dan diperhatikan serta dilaksanakan tanpa
adanya anarkisme antar pendemo. Seperti yang dikatakan oleh Ketua Bidang Keadilan dan
Perdamaian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Henrik Lokra, – Itu
ekspresi demokrasi, itu harus diberi ruang, tapi tidak anarkis – Jadi, ekspresi para peserta aksi
biar bagaimanapun juga harus dihargai oleh semua pihak.
Semua orang di negeri ini harus diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya. Aksi
ini juga dipandang sebagai wujud demokratis yang luar biasa, dalam aksi ini setiap orang
diberi hak untuk mengutarakan pendapatnya. Dan ini merupakan bentuk kematangan
demokrasi Indonesia. (Sekretaris Eksekutif Komisi Keadilan dan Perdamaian Konferensi
Waligereja Indonesia (KWI), Romo PC Siswantoko)
Kasus ahok dan aksi demonstrasi ini juga sangat erat kaitannya dengan isu politik yang
memang sedang berhembus kencang di kalangan masyarakat DKI Jakarta yang memang akan
melangsungkan Pemilihan Umum Cagub dan Cawagub baru. Banyak yang mengira aksi
ormas Islam itu tak Luput dari hembusan angin politik di belakangnya. Namun kalangan
ormas selalu menepis pendapat itu. dengan tegas mereka mengklaim bahwa aksi yang mereka
lakukan tidak ada sangkut pautnya dengan politik, apalagi dengan Pilkada DKI Jakarta.
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Pembahasan tengtang demokrasi menghadapkan kita pada suatu kompleksitas


permasalahan yang klasik, fundamental namun tetap aktual. Demokrasi adalah bentuk
pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara
berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum, karena Demokrasi sangat erat kaitannya dengan
politik dan hukum.

Sejak tahun 1998 – sekarang, Indonesia menjalankan Demokrasi Pancasila Era Reformasi.
Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap demokrasi pancasila. Namun
perbedaanya terletak pada aturan pelaksanaan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan praktik pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi
pancasila dari masa orde baru pelaksanaan demokrasi pada masa orde reformasi sekarang ini
yaitu :

1. Pemilihan umum lebih demokratis


2. Partai politik lebih mandiri
3. Lembaga demokrasi lebih berfungsi
4. Konsep trias politika (3 Pilar Kekuasaan Negara) masing-masing bersifat otonom penuh.

Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang dibuat
berdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan lebih mudah diwujudkan.
Tata cara pelaksanaan demokrasi Pancasila dilandaskan atas mekanisme konstitusional
karena penyelenggaraan pemeritah Negara Republik Indonesia berdasarkan konstitusi.

2.SARAN

Indonesia telah melewati berbagai jenis bentuk demokrasi, mulai dari Demokrasi
Parlementer, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi pada Pemerintahan Orde Baru. Untuk
sekarang demokrasi yang sedang berjalan di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila Era
Reformasi yang dimulai sejak runtuhnya pemerintahan Orde Baru hingga sekarang.

Dari panjangnya perjalanan Indonesia dalam melewati berbagai jenis demokrasi ini,
sudah sepatutnya kita sebagai Warga Negara Indonesia mampu bersikap bijak akan
demokrasi dan mampu menjalankan demokrasi dengan semestinya, baik dilingkungan yang
paling kecil yaitu keluarga sampai lingkungan yang paling besar yaitu pemerintahan.

Mengutip dari pendapat Harold Crough yang mengungkapkan pesimisme yang kuat
akan Demokrasi dimasa yang akan datang, maupun pendapat Afan Gaffar yang mempunyai
keyakinan yang sebaliknya. Kita hanya harus percaya bahwa Demokrasi adalah pilihan yang
terbaik untuk kita dan Negara Indonesia kita tercinta. Sebagai Warga Negara yang baik, kita
harus pandai memilah cara mengekspresikan demokrasi, yaitu dengan mengekspresikan suatu
demokrasi dengan cara yang baik, tanpa adanya anarkisme, isu SARA dan tujuan-tujuan lain
yang dapat meruntuhkan negara Indonesia. Hancur tidaknya suatu negara ada di tangan
rakyatnya. Maka dari itu kita harus siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan
terjadi dimasa mendatang dan senantiasa selalu melakukan yang terbaik untuk Indonesia
Daftar Pustaka :

Drs. Sunarto, dkk, 2017. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat
pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang

http://robihartopurba.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-demokrasi-di-indonesia.html
http://m.tribunnews.com/nasional/2016/11/21/aksi-4-november-harus-dihargai-sebagai-
ekspresi-demokrasi

http://m.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/10/10/oxlbf9440-pemilihan-
rektor-ipb-babak-baru-demonstrasi-di-perguruan-tinggi-indonesia

http://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentang-demokrasi-indonesia
http://id.m.wikipedia.org/wiki/demokrasi
http://www.kamusjenius.com/2015/6/mengenal-macam-macam-demokrasi-di.html
https://maratussyolikha.wordpress.com/2017/10/27/makalah-pkn-tentang-demokrasi-di-
indonesia-dan-contoh-kasus-demokrasi/

http://blognursafitri.blogspot.com/2014/11/makalah-ilmu-politik-demokrasi.html
LAMPIRAN
LAMPIRAN
MARI BERDEMOKRASI DENGAN SANTUN DAN BERKUALITAS

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
PROYEK PENGUATAN PROFIL PANCASILA

Disusun Oleh :

1. AUREL VERLITA AFRILIYANI


2. REBANAYA NIWALITA
3. NIZAR RIZKY ARTASENA
4. MUHHAMAD DIYON MAULANA
5. MUHHAMAD RIZKY

VII C / 7C
SMPN 1 NGIMBANG
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai