PENDAHULUAN
Kedaulatan rakyat yang dimaksud disini bukan dalam arti hanya kedaulatan
memilih presiden atau wakil-wakil Negara lainnya secara langsung, tetapi dalam arti yang
lebih luas. Suatu pemilihan yang dilakukan secara langsung bukan berarti Negara terebut
adalah Negara demokrasi, sebab untuk hak memilih itu sangat sedikit dibandingkan dari
sekian banyak kedaulatan rakyat. Walaupun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar,
itulah yang terjadi sekarang yang sering disebut dengan pesta demokrasi. Banyak Negara
demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur tententu,
dan yang tidak memiliki catatan criminal. Lalu bagaimana dengan mereka yang memiliki
catatan criminal? Tentu mereka tidak bisa memilih bukan? Dan apakah ini demokrasi?.
1
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah terutama sebagai pemenuhan tugas
kelompok Mata Kuliah Kewarganegaraan dan menjawab secara rinci apa yang telah tertera
pada bagian rumusan masalah. Serta penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah
satu acuan unutuk merubah pola fikir kita mngenai demokrasi dan membangun sistem
Pemerintahan Indonesia lebih baik lagi kedepannya, karena susungguhnya yang akan
meimpin Negara ini kedepannya dalah para generasi muda penerus bangsa, yaitu kita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang merupakan
bentukan dari dua kata demos (rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan).
Perpaduan kata ini membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian umum sebagai
sebuah bentuk pemerintahan rakyat (government of the people) dimana kekuasaan
tertinggi terletak ditangan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat atau melalui
para wakil yang melalui tahap mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas.
Secara substansial, demokrasi adalah seperti yang dikatakan oleh Abraham Lincoln, yaitu
suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untu rakyat.1
3
Negara berhak menyatakan pendapat mereka sendiri tanpa adanya halangan dan ancaman
dari penguasa. Keempat, akses informasi-informasi alternatif warga Negara berhak
mencari sumber-sumber informasi alternatif. Kelima, otonomi asosional, yakni
warganegara berhak membentuk perkumpulan-perkumpulan atau organisasi-organisasi
yang relative bebas, termasuk partai politik dan kelompok-kelompok kepentingan.
Keenam, hak kewarganegaraan yang sesuai dan benar.3
Dari sudut terminologi, banyak sekali beberapa pengertian yang dikemukakan oleh
ahli pilitik diantara adalah: 4
1) Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintah itu
melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang
banyak untuk mengatur dan mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan dan
pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
2) Hennry B.Mayo
Sistem Politik yang demokratis adalah sistem yang menunjukan bahwa kebijaksanaan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawali secara efektif oleh
rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan diselenggarakn dalam suasana terjaminya kebebasan politik.
3) C.F Strong
Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat
politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.
4) Samuel Hungtinton
Sistem politik secara demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling
kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala.
3
Robert A,Dahl, Perihal Demokrasi : Menjelajahi Teori dan Praktik Demokrasi Secara Singkat,
(Jakarta : Yayasan Obor Rakyat), hal.78
4
Sarbaini Saleh, Pendidikan Kewarganegaraan : Mewujudkan Masyarakat Madani, (Bandung :
Citapustaka Media Perintis, 2015), hal. 51-52
4
menentukan sebuah keputusan dan permasalahan yang memengaruhi kehidupannya. Hal
ini mencakup kebijakan Negara karena pada dasarnya kebijakan yang dibuat pemerintah
akan memengaruhi kehidupan rakyat.
Dari pengertian dan makna demokrasi yang telah terurai jelas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa hakikat demokrasi seperti yang telah dikemukakan oleh Abraham Lin
Coln adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of the
people, by the people and for the people).5
Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena itu demokrasi memerlukan
usaha nyata setiap warga dan perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif
sebagai manifestasi dari suatu mind set (kerangka berfikir) dan setting social (rancangan
masyarakat). Bentuk konkrit dari manifestasi tersebut adalah dijadikannya demokrasi
sebagai way of life (pandangan hidup) dalam seluk beluk sendi kehidupan bernegara baik
oleh rakyat (masyarakat) maupun oleh pemerintah.6
5
Sarbaini Saleh, Pendidikan Kewarganegaraan : Mewujudkan Masyarakat Madani, (Bandung :
Citapustaka Media Perintis, 2015), hal.53
6
Azumardi Azara, Demokrasi Masyarakat Madani, (Jakarta : Tim Penyusun IC UIN, 2013), ha.141
7
Sarbaini Saleh, Pendidikan Kewarganegaraan : Mewujudkan Masyarakat Madani, (Bandung :
Citapustaka Media Perintis, 2015), hal.61
5
Menurut Nurcholish Madjid, pandangan hidup demokratis berdasarkan pada bahan-
bahan telah berkembang, baik secara teoritis maupun pengalaman praktis di negeri-negeri
yang demokrasinya cukup mapan paling tidak mencakup tujuh norma, diantaranya : 8
Demokrasi sebagai tata kehidupan sosial dan sistem politik sangat bergantung
kepada tegaknya unsur penopang demokrasi itu sendiri. Unsur-unsur yang dapat menopang
tegaknya demokrasi antara lain :9
8
(maalikghaisa.blogspot.co.id), Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup, 12 Agustus 2017,
9
A.Ubaedillah, Pancasila : Demokrasi dan Pencegahan Korupsi,(Jakarta : Prenadamedia Group,
2015), Cet.I, hal.92-93
6
2. Masyarakat Madani (Civil Society)
Demokrasi artinya adalah sistem pemerintahan. Hal ini dapat dilihat dari
pelaksanaan demokrasi diberbagai Negara tentunya berbeda-beda dan tidak ada yang
sama, maka disini akan dijelaskan satu-persatu.
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan abhwa manusia
adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu, dalam sistem demokrasi ini
kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaan demokrasi.10
10
Usiono, Pancasila dan Kewarganegaraan, (Medan : Perdana Publising, 2017), Cet.II, hal.62
11
David Held, Democracy and the Global Order : from the Modern state to Cosmopolitican,
(London : Polity Press,1995), hal.10
7
Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di
Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik
(Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol).
Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika
Serikat), sistem parlemen (sistem Westminster : Britania Raya dan negara-negara
persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Perancis).
Namun, konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip demokrasi ini adalah
berkembang persaingan bebas, terutama dalam bidang ekonomi sehingga akibatnya
individu yang tidak mampu menghadapi persaingan tersebut akan tenggelam. Akibatnya
kekuasaan kapitalislah yang menguasai kehidupan negara. Hal ini sesuai dengan analisia
P.L. Berger bahwa dalam era globalisasi dewasa ini dengan semangat pasar bebas yang
dijiwai oleh filosofi demokrasi liberal, maka kaum kapitalislah yang berkuasa.
b) Demokrasi Rakyat
12
Andika Wahyu, Model-model Demokrasi, (Jum’at, 5 Juli 2013, 09:38),
pgsdpurwokerto.blogspot.co.id
8
Demokrasi formal merupakan demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam
bidang politik tanpa disertai upaya untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan dalam
bidang ekonomi.Contoh negara penganut demokrasi formal: Amerika, Inggris, Prancis,
Austria, dan Canada.13
a) Demokrasi Langsung
13
Andika Wahyu, Model-model Demokrasi, (Jum’at, 5 Juli 2013, 09:38),
pgsdpurwokerto.blogspot.co.id
14
Karl Marx, The Germany Ideology, (London : Lawrence & Wishart,1970), hal.69
15
Asep Sahid Gantara dan Subhan Sofian, Pendidikan Kewarganegaraan), (Bamdung : Fokus Media,
2016), hal.121
9
pemilu. Begitu juga pemilihan anggota parlemen atau legislatif (DPR, DPD, DPRD)
dilakukan rakyat secara langsung.Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri
dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap
keadaan politik yang terjadi.
Salah satu sistem pemerintahan yang dikenal dan dipraktekkan di banyak Negara
adalah sistem parlementer. Sistem ini tumbuh dalam tradisi politik Inggris yang kemudian
menyebar ke berbagai pelosok dunia, seiring dengan meluasnya kolonialisasi Inggris di
masa lalu. Negara-negara bekas jajahan Inggris pada umumnya menerapkan sistem
pemerintahan parlementer dengan segala variasinya.
Prinsip utama dari sistem parlementer adalah adanya fusi kekuasaan eksekutif dan
legislatif. Dalam sistem parlementer, antara fungsi eksekutif dan fungsi legislatif terdapat
hubungan yang menyatu dan tak terpisahkan (fusi). Eksekutif adalah apa yang sering kita
sebut sebagai pemerintahan. Kepala eksekutif (head of goverment) dalam sistem
parlementer adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara (head of state) berada di
tangan ratu sebagai simbol kepemimpinan negara. Kepala negaralah yang mengangkat
16
Usiono, Pancasila dan Kewarganegaraan, (Medan : Perdana Publising, 2017), Cet.II, hal.65
10
kepala pemerintahan yang merupakan ketua partai mayoritas di parlemen. Perdana menteri
dan para perdana menteri adalah eksekutif dan dibantu oleh para birokrasi di bawahnya.
Dalam sistem parlementer Inggris, misalnya, semua menteri dan tentu saja perdana menteri
berasal dari politisi di parlemen (badan legislatif). Hanya politisi yang telah berkarier di
parlemen yang dapat menduduki kursi-kursi di kabinet atau kursi-kursi menteri. Dengan
kata lain, sistem parlementer memungkinkan terjadinya rangkap jabatan. Seorang anggota
kabinet sekaligus merupakan anggota parlemen Inggris. Meskipun demikian, ada sistem
parlementer yang melarang rangkap jabatan tersebut, misalnya Swedia.
Sistem ini menerapkan model hubungan yang menyatu antara kekuasaan eksekutif
dan legislatif. Kepala eksekutif adalah berada ditangan seorang perdana menteri.
Sedangkan kepal Negara berada ditangan Ratu, misalnya di Negara Inggris, atau ada pula
yang menjadi presiden misalnya di Negara India.17
17
Ani Suryani, Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2015), hal.55
18
Andika Wahyu, Model-model Demokrasi, (Jum’at, 5 Juli 2013, 09:38),
pgsdpurwokerto.blogspot.co.id
11
Sistem presidensial merupakan sistem yang menekankan pentingnya pemilih
presiden langsung dari rakyat. Dalam hal ini, kekuasaan aksekutif (yang menjalankan
pemerintahan) sepenuhnya berada ditangan presiden. 19
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak
dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun
masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran
konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden
bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya
seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
19
Usiono, Pancasila dan Kewarganegaraan, (Medan : Perdana Publising, 2017), Cet.II, hal.61
20
Husain Nur, Prinsip dan Parameter Demokrasi, (7 Tahun yang lalu ) tanpa ket.waktu lain,
husainnur.wordpress.com
12
f. Pengakuan hak minoritas
g. Pemerintahan yang berdasarkan hukum
h. Pers yang bebas, beberapa partai politik
i. Konsensus
j. Persetujuan
k. Pemerintahan yang konstitusional
l. Ketentuan tentang pendemokrasian
m. Pengawasan terhadap administrasi negara
n. Perlindungan hak asasi
o. Pemerintah yang mayoritas
p. Persaingan keahlian
q. Adanya mekanisme politik
r. Kebebasan kebijaksanaan negara
s. Adanya pemerintah yang mengutamakan musyawarah.
t. Konstitusi /UUD yang demokratis. 21
21
Sarbani Saleh, Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis,2015),
hal.59
13
kemerdekaan dan rasa merdeka, (2) Penegakan hukum yang berasaskan pada prinsip
supremasi hukum, kesamaan di depan umum dan jaminan terhadap HAM, (3) Kesamaan
hak dan kewajiban anggota masyarakat, (4) Kebabasan pers dan pers yang bertanggung
jawab, (5) Pengakuan terhadap hak minoritas, (6) Pembuatan kebijakan Negara yang
berlandaskan pada asas pelayanan, pemberdayaan dan percerdasan, (7) Sistem kerja yang
kooperatif dan kolaboratif, (8) keseimbangan dan keharmonisan, (9) Tentara yang
prefesional dalam kekuatan pertahanan, dan (10) Lembaga peradilan yang independen.22
Demokrasi barat atau demokrasi liberal oleh kaum komunis disebut demokrasi
kapitalis. Demokrasi barat ialah demokrasi yang dianut oleh Negara-negara Eropa Barat
dan Amerika.Tujuan dari demokrasi barat, yaitu agar manusia tidak diangap sebagai alat
belaka, melainkan manusia dipandang sebagai makhluk hidup yang memiliki tujuan
sendiri.23
Menurut catatan sejarah, sistem demokrasi Barat yang pertama di dunia adalah
diasaskan oleh kerajaan Perancis semasa peristiwa Revolusi Perancis pada tahun 1789.
Menurut catatan sejarah, sistem demokrasi Barat yang pertama di dunia adalah diasaskan
oleh kerajaan Perancis semasa peristiwa Revolusi Perancis pada tahun 1789.
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan Negara dan
hukum Yunani Kuno dan dipraktekkan dalam hidup bernegara antara abad ke-6 SM
sampai abad ke-4 SM. Bentuk demokrasi yang dipraktekkan pada masa itu adalah
demokrasi langsung dimana hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan secara
langsung berdasarkan prosedur mayoritas. Bentuk demokrasi langsung tersebut dapat
dijalankan dengan baik di Yunani Kuno, disebabkan karena Negara Kota ini merupakan
wilayah Negara yang tidak terlalu besar dengan jumlah penduduk sekitar 300.000 jiwa
sehingga demokrasi dapat dijalankan walaupun dalam kondisi sederhana. Selain itu
ketentuan-ketentuan untuk menikmati hak demokrasi hanya dapat dirasakan oleh warga
22
A.Ubaedillah, Pancasila : Demokrasi dan Pencegahan Korupsi,(Jakarta : Prenadamedia Group,
2015), Cet.I, hal.95
23
Susan Asmarani, Perkembangan Demokrasi di Indonesia dan di Barat, (11 Juni 2012),
mybiolofyflower.wordpress.com
14
Negara resmi, sedangkan budak, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat
menikmatinya.24
Gagasan demokrasi di Yunani Kuno ini berakhir pada abad pertengahan. Pada
abad pertengahan masyarakat barat dicirikan dengan feodalisme, kehidupan spiritual
dikuasi oleh Paus dan pejabat agama, dan kehidupan politiknya selalu diwarnai dengan
perebutan kekuasaan diantara para bangsawan. Karena itu demokrasi tidak dapat berjalan
pada abad ini.
Keadaan seperti itu terus berlanjut hingga kemunculan kelompok yang ingin
menghidupkan kembali demokrasi tumbuh kembang dan puncaknya adalah lahirnya
Magna Charta (Piagam Besar) sebuah piagam yang memuat perjanjian antara kaum
bangsawan Inggris dan Raja John yang merupakan tonggak kebangkitan demokrasi
empirik. Momentum lain yang menandai kebangkitan kembali demokrasi di dunia barat
adalah gerakan rennaisance dan reformasi. Renaissance lahir di barat karena adanya
kontak dengan dunia Islam yang ketika itu sedang berada pada puncak kejayaan ilmu
pengetahuannya. Karena itu seorang orientalis Philip K. Hitti menyatakan bahwa dunia
Islam telah memiliki sumbangan besar terhadap perkembangan dan kemajuan eropa
Sedngkan reformasi, suatu gerakan revolusi agama yang terjadi di eropa pada abad ke-16
yang bertujuan memperbaiki keadaan dalam gereja katolik. Hasil dari gerakan reformasi
adalah adanya peninjauan terhadap doktrin gereja katolik yang berkembang menjadi
protetanisme.25
24
A.Ubaedillah, Pancasila : Demokrasi dan Pencegahan Korupsi,(Jakarta : Prenadamedia Group,
2015), Cet.I, hal.87
25
Ibid., hal.87
15
2.7 Sejarah dan Perlembangan Demokrasi di Indonesia
Lahirnya konsep demokrasi dalam sejarah modern Indonesia dapat ditelusuri pada
siding-sidang BPUPKI antara bulan mei sampai juli 1945. Meskipun pemikiran mengenai
demokrasi telah ada pada para pemimpin bangsa sebelumnya, namun pada momen
tersebut, pemikiran mengenai demokrasi semakin mengkristal menjadi wacana publik dan
politis. Ada kesamaan pandangan dan consensus politik dari para peserta siding BPUPKI
bahwa kenegaraan Indonesia harus berdasarkan kerakyatan/kedaulatan rakyat atau
demokrasi. Cita-cita atau ide demokrasi ada pada para founding fathers bangsa (Suseno,
1997). Para pendiri bangsa bersepakat Negara Indonesia merdeka haruslah Negara
demokrasi.26
Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika
untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di Indonesia, sampai kemudian
Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan.
Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan
untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam alam
demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan juanda militer Soeharto tumbang.
Tumbangnya Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998, adalah momentum pergantian
kekuasaan yang sangat revolusioner dan bersejarah di negara ini. Dan pada tanggal 5 Juli
2004, terjadilah sebuah pergantian kekuasaan lewat Pemilu Presiden putaran pertama.
Pemilu ini mewarnai sejarah baru Indonesia, karena untuk pertama kali masyarakat
memilih secara langsung presidennya. 27
Sebagai bangsa yang besar tentu kita harus banyak menggali makna dari sejarah.
Demokrasi di negara Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan dibebaskan menyelenggarakan kebebasan pers, kebebasan masyarakat
26
Sarbani Saleh, Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis,2015),
hal.71
27
Usiono, Pancasila dan Kewarganegaraan, (Medan : Perdana Publising, 2017), Cet.II, hal.143
16
dalam berkeyakinan, berbicara, berkumpul, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan
mengawasi jalannya pemerintahan. Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini
sudah berjalan sempurna. Masih banyak persoalan yang muncul terhadap pemerintah yang
belum sepenuhnya bisa menjamin kebebasan warga negaranya. Seperti meningkatnya
angka pengangguran, bertambahnya kemacetan di jalan, semakin parahnya banjir, dan
masalah korupsi.
Wacana islam dan demokrasi adalah salah satu tema yang tak pernah kering
dibicarakanoleh kalangan ahli, baik di Barat maupun di Negara muslim sendiri. Pro dan
kontra apakah tentanag apakah demokrasi dan islam bisa saling mendukung atau
sebaliknya sudah muncul sejak awal abad ke-20 hingga saat ini. Perdebatan ini telah
mewakili kelompok yang optimis dan pesimis, baik dikalangan ahli demokrasi Barat
maupun intelektual Muslim atas hubungan Islam dan demokrasi yang makin kompleks.
17
Diantara kalangan ahli yang pesimis diwakili oleh Larry Diamond, Juan J. Linze, Seymour
Martin Lipset, yang menyimpulkan bahwa dunia Islam tida memiliki prespok untuk
menjadi demokratis serta tidak memiliki pengalaman demokrasi yang cukup handal. Hal
senada juga dikemukakan oleh Samuel P.Huntington yang meragukan islam dapat berjalan
dengan prinsip-prinsip demokrasi yang secara kultural lahir di Barat. Karena alasan inilah
dunia Islam dipandang tidak menjadi bagian dari proses gelombang demokratisi dunia.
Sebaliknya kelompok optimis berkesimpulan bahwa Islam dan demokrasi bisa saling
bersinergi.28
Kesimpulan para ahli kelompok pesimis tampaknya tidak terbukti jika tidak
mencermati perjalanan demokrasi di Indonesia , Negara Muslim terbesar di dunia.
Keberhasilan Indonesia melaksanakan pemilu langsung tahun 2004 dan 2009 yang
berjalan damai telah menjadi bukti di hadapan dunia bahwa demokrasi dapat dipraktikkan
di tengah masyarakat muslim mayoritas. Keberhasilan ini telah menenpatkan Indonesia
sebagai Negara paling demokratis uruta ketiga dunia setelah Amerika Serikat dan India.
Topik tentang islam dan demokrasi sebetulnya sudah lama diperbincangkan . hal
ini karena, umat Islam secara empirik selalu bersentuhan dengan pengalaman-pengalaman
politik kenegaraan yang variatif , banyak yang percaya bahwa terdapat prinsip-prinsip
yang tertuang dalam Alquran yang sangat bersesuaian dengan demokrasi. Ada tuntutan
untuk menegakkan prinsip-prinsip ini dalam praktek politik negara dan pemerintahan ,
banyak juga yang menolak demokrasi karena diyakini tidak bisa dipertanggungjawabkan
secara keagamaan.29
Charter of Madina atau Piagam Madinah masih sangat relevan untuk dieksplorasi
lebih lanjut dan diimplementasikan dalam konteks politik kebangsaan dan kenegaraan
kontemporer. Ada pelajaran penting dari leadership Muhammad Rasulullah dengan
Piagam Madinah, yaitu membangun dan memperkokoh integrasi nasional bedasarkan
kepada nilai-nilai atau prinsip-prinsip dasar ajaran agama, supremasi hukum, kebudayaan
yang agung dan partisipasi masyarakat yang maksimal . Dengan cara ini, maka potensi
konflik besar yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan dan keanekaragaman budaya,
pandangan politik, agama dan status sosial bisa dirubah atau ditransformasi menjadi energi
positif dalam rangka memperkokoh bangsa.
28
A.Ubaedillah, Pancasila : Demokrasi dan Pencegahan Korupsi,(Jakarta : Prenadamedia Group,
2015), Cet.I, hal.99
29
Sudarnoto Abdul Hakim, Islam dan Demokrasi, (Rabu, 14 September 2016, 20:35),
news.detik.com
18
Nepotisme, kolusi dan korupsi yang menjadi salah satu problem di negara-negara
muslim muncul antara lain karena prinsip-prinsip ajaran Islam tidak dihadirkan.
Pragmatisme politik lebih mengedepan ketimbang menjunjung tinggi agama sebagai
sumber penting bagi demokratisasi dan kehidupan poltik kebangsaan dan kenegaraan. Ini
tebtu saja menjadi salah satu tantangan besar umat Islam untuk secara terus menerus
menterjemahkan prinsip prinsip moral Islam dalam konteks kehidupan politik
kontemporer.
Terkait dengan wacana Islam dan demokrasi, didalam pemikir muslim terdapat dua
arus pandang yang berbeda yaitu kelompok anti dan pro demokrasi dengan variasi
pandang masing-masing. Bagi ulama konservatif, islam dan demokrasi tidak bisa saling
bekerjasama, alasan pertama karena Islam kedaulatan mutlak adalah milik Allah Swt
semata. Mereka menilai bahwa kedaulatan di tangan rakyat dan Islam menentang ini.
Kedua, hukum itu telah ditetapkan berdasarkan Allah Swt dan tidak ada hukum yang
dibuat oleh DPR, parlemen dan sebagainya, dan ketiga, konsep parlemen dianggap sebagai
penghinaan terhadap kedaulatan Allah Swt.30
Al-Qur’an juga banyak menyinggung masalh mengenai demokrasi, diantaranya : Q.S ali-
Imnra [3] ; 159,
19
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.31
Kandungan ayat :
1. Penjelasan bahwa berkat adanya rahmat Allah SWT, Nabi Muhammad menjadi pribadi
yang berbudi luhur dan berakhlak mulia dapat bersikap lemah lembut terhadap kaum
muslimin di sekitarnya.
2. Beliau tidak bersikap dan berperilaku keras dan berhati kasar, akan tetapi sebaliknya
senantiasa memberi maaf kepada orang yang berbuat salah, khususnya terhadap para
sahabatnya yang telah melakukan pelanggaran.
3. Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimin agar melakukan musyawarah untuk
memecahkan permasalahan yang mereka hadapi.
4. Apabila musyawarah itu telah mencapai mufakat, dianjurkan untuk bertawakal kepada
Allah Swt, karena Allah menyukai orang-orang yang bertawakal..
Tidak hanya bertumpu pada satu surah ini yang mengajarkan kita untuk
bermusyawarah dalam menyelasaikan keputusan atau masalah. Hal ini sudah ada sejak
lama yaitu zaman Nabi Muhammad Saw, jadi tentulah ajaran sesungguhnya yang sebenar-
benarnya adalah ajaran dari islam.
Kemudian ada penjelasan selanjutnya terdapat dalam Q.S asy-Syura [42] : 38,
31
Q.S ali-Imran, [3] : 159
20
Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka. 32
3. Mereka selalu melaksanakan musyawarah pada hal-hal yang perlu dipecahkan bersama.
Islam telah mengatur masalah demokrasi dan tidak berhenti hanya pada dua ayat
ini saja, masih bnayak ayat lain dan banyak ayat juga yang didukung oleh hadist ynag
shahih. Coba kita bayangkan bahwa Indonesia dan seluruh Negara di dunia menggunakan
prinsip islam dalam berdemokrasi untuk menjalankan pemerintahannya, tentu itu
merupakan peradaban dunia terbesar dan sunnguh menakjubkan. Prinsip demokrasi islam
mngajarkan kita berdemokrasi tanpa adanya kecurangan dalam setiap hal serta hal
musyawarah yang paling ditekankan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Demokrasi berakar pada teori kedaulatan rakyat yang dapat dirumuskan sebagai
wewenang tertinggi yang menentukan segala wewenang yang ada dalam suatu negara
adalah rakyat. Negara yang menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat disebut negara
32
Q.S asy-Syura, [42] : 38
21
demokrasi yang secara simbolis sering digambarkan sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dengan kata lain demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dibentuk melalui
pemilihan umum untuk mengatur kehidupan bersama atas dasar aturan hukum yang
berpihak pada rakyat banyak. Jadi, sangat tepat kiranya demokrasi diberikan rumusan yang
singkat, padat, dan populer sebagai “a government of the people, by the people, for the
people”. Robert A. Dahl, dalam hal ini mengemukakan bahwa dengan demokrasi akan
memberikan kesempatan-kesempatan untuk: pertama, partisipasi yang efektif, kedua,
persamaan dalam memberikan suara, ketiga, mendapatkan pemahaman yang jernih,
keempat, melaksanakan pengawasan akhir terhadap agenda; kelima, pencakupan orang
dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
22
Robert A,Dahl, Perihal Demokrasi : Menjelajahi Teori dan Praktik Demokrasi Secara
Singkat, (Jakarta : Yayasan Obor Rakyat).
Sarbaini Saleh, Pendidfikan Kewarganegaraan : Mewujudkan Masyarakat Madani,
(Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2015).
Azumardi Azara, Demokrasi Masyarakat Madani, (Jakarta : Tim Penyusun IC UIN, 2013).
(maalikghaisa.blogspot.co.id), Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup, 12 Agustus 2017,
Usiono, Pancasila dan Kewarganegaraan, (Medan : Perdana Publising, 2017), Cet.II.
David Held, Democracy and the Global Order : from the Modern state to Cosmopolitican,
(London : Polity Press,1995).
Andika Wahyu, Model-model Demokrasi, (Jum’at, 5 Juli 2013, 09:38),
pgsdpurwokerto.blogspot.co.id
Karl Marx, The Germany Ideology, (London : Lawrence & Wishart,1970).
Asep Sahid Gantara dan Subhan Sofian, Pendidikan Kewarganegaraan), (Bamdung :
Fokus Media, 2016).
Husain Nur, Prinsip dan Parameter Demokrasi, (7 Tahun yang lalu ) tanpa ket.waktu lain,
husainnur.wordpress.com
Susan Asmarani, Perkembangan Demokrasi di Indonesia dan di Barat, (11 Juni 2012),
mybiolofyflower.wordpress.com
Sudarnoto Abdul Hakim, Islam dan Demokrasi, (Rabu, 14 September 2016, 20:35),
news.detik.com
Q.S ali-Imran, [3] : 159
Q.S asy-Syura, [42] : 38
23