Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH DEMOKRASI

Di Susun Oleh :

DELIA AYU PUSPITA


ANGGIE KURNIA NUR ABIDIN
AHMAD FAUZAN
HABIB ANFAZUL MAROM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga
jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar
satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.
B.     Rumusan Masalah
Rumuasan masalah dari makalah ini adalah :
1.      Bagaimana sejarah perkembangan demokrasi.
2.      Apa saja prinsip-prinsip demokrasi.
3.      Apa macam-macam demokrasi.
C.     Tujuan
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui bagaimanana sejarah perkembangan demokrasi
2.      Untuk menjelaskan Prinsip-prinsip demokrasi.
3.      Memaparkan praktik demokrasi di Indonesia
4.      Mengetahui macam-macam demokrasi
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga
jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar
satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah
yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif,
lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh
masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang
diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif,
selain sesuai hukum dan peraturan.

B.     Sejarah Demokrasi
Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang tepatnya diutarakan di Athena
kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah
berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik.
Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan
politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam
suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan kekuasaan
negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika
fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata
tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut
pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya
kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan
tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa
kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus
ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan
mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan
lembaga negara tersebut.

C.     Prinsip – Prinsip Demokrasi


Ibnu Kencana Syafiie merinci prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut, yaitu ;
adanya pembagian kekuasaan, pemilihan umum yang bebas, manajemen yang terbuka,
kebebasan individu, peradilan yang bebas, pengakuan hak minoritas, pemerintahan yang
berdasarkan hukum, pers yang bebas, beberapa partai politik, konsensus, persetujuan,
pemerintahan yang konstitusional, ketentuan tentang pendemokrasian, pengawasan terhadap
administrasi negara, perlindungan hak asasi, pemerintah yang mayoritas, persaingan keahlian,
adanya mekanisme politik, kebebasan kebijaksanaan negara, dan adanya pemerintah yang
mengutamakan musyawarah.Prinsip-prinsip negara demokrasi yang telah disebutkan di atas
kemudian dituangkan ke dalam konsep yang lebih praktis sehingga dapat diukur dan
dicirikan. Ciri-ciri ini yang kemudian dijadikan parameter untuk mengukur tingkat
pelaksanaan demokrasi yang berjalan di suatu negara. Parameter tersebut meliputi empat
aspek.Pertama, masalah pembentukan negara. Proses pembentukan kekuasaan akan sangat
menentukan bagaimana kualitas, watak, dan pola hubungan yang akan terbangun. Pemilihan
umum dipercaya sebagai salah satu instrumen penting yang dapat mendukung proses
pembentukan pemerintahan yang baik. Kedua, dasar kekuasaan negara.
Masalah ini menyangkut konsep legitimasi kekuasaan serta pertanggungjawabannya
langsung kepada rakyat. Ketiga, susunan kekuasaan negara. Kekuasaan negara hendaknya
dijalankan secara distributif. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemusatan kekuasaan
dalam satu tangan..Keempat, masalah kontrol rakyat. Kontrol masyarakat dilakukan agar
kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau negara sesuai dengan keinginan rakyat.
1.      Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
2.      Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
3.      Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para warga
negara.
4.      Penghormatan terhadap supremasi hukum.
Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule of law), antara lain
sebagai berikut :
1.      Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang;
2.      Kedudukan yang sama dalam hukum;
3.      Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang
4.      Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila
Ahmad Sanusi mengutarakan 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia menurut
Pancasila dan Undang-indang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang sebagai
berikut:
1.      Demokrasi yang Berketuhanan Yang maha Esa
2.      Demokrasi dengan kecerdasan
3.      Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
4.      Demokrasi dengan rule of law
5.      Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan Negara
6.      Demokrasi dengan hak asasi manusia
7.      Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka
8.      Demokrasi dengan otonomi daerah
9.      Demokrasi dengan kemakmuran
10.  Demokrasi yang berkeadilan social

Demokrasi Pancasila mendasarkan diri pada faham kekeluargaan dan Kegotong-


royongan yang ditujukan untuk:
1.      Kesejahteraan rakyat
2.      Mendukung unsur-unsur kesadaran hak ber-ketuhanan Yang Maha Esa
3.      Menolak atheisme
4.      Menegakkan kebenaran yang berdasarkan kepada budi pekerti yang luhur
5.      Mengembangkan kepribadian Indonesia
6.      Menciptakan keseimbangan perikehidupan individu dan masyarakat, kasmani dan rohani,
lahir dan bathin, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan
Tuhannya.

D.    Macam Demokrasi
Menurut cara penyaluran kehendak rakyat, demokrasi dibedakan atas :
1.      Demokrasi Langsung
ialah demokrasi yang mengikutsertakan setiap negaranya dan permusyawaratan untuk
menentukan setiap kebijakan-kebijakan umum.
2.      Demokrasi Tidak Langsung
ialah demokrasi secara tidak langsung diadakannya suatu system pemerintah atau
demokrasi secara tidak dilaksanakannya melalui system melainkan melalui umum.
Menurut dasar prinsip ideologi, demokrasi dibedakan atas :
1.      Demokrasi Konstitusional (Demokrasi Liberal)
2.      Demokrasi Rakyat (Demokrasi Proletar)
Menurut dasar yang menjadi titik perhatian atau prioritasnya, demokrasi dibedakan
atas :
1.      Demokrasi Formal
2.      Demokrasi Material
3.      Demokrasi Campuran
Menurut dasar wewenang dan hubungan antara alat kelengkapan negara, demokrasi
dibedakan atas :
1.         Demokrasi Sistem Parlementer
2.         Demokrasi Sistem Presidensial

E.       Praktik Demokrasi Di Indonesia


Sejak  diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, secara formal Indonesia
menganut  demokrasi konstitusional, namun sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang
telah terjadi perubahan dalam konstitusi Negara yaitu:
1.      Periode 1945- 1949 menggunakan UUD 1945
2.      Periode 1945- 1950 menggunakan UUD RIS
3.      Periode 1950- 1959 menggunakan UUDS
4.      Periode 1959- sekarang menggunakan UUD 1945
Perubahan  penggunaan UUD ini berimplikasi pada sisitem pemerintahan begitu pula
praktik pemerintahannya tidak jarang menyimpang dari landasan dasarnya sebagai contoh
berlandaskan UUD 1945 sistem pemerintahannya presidentil, namun pada praktiknya sisitem
parlementer, sampai digunakan UUD RIS dan UUDS bentuk pemerintahan  menggunakan
sistem parlementer. Jadi sistem pemerintahan presidentil murni baru dapat dilaksanakan
setelah Dekrit presiden 1959 ( kembali ke UUD 1945 ). Maka untuk melihat perkembangan
demokrasi Indonesia secara sederhana, kita dapat membagi menjadi tiga periode yaitu :
1.      Masa demokrasi parlementer dari tahun 1945- 1959
2.      Masa demokrasi terpimpin dari tahun 1959-1965
3.      Masa demokrasi pancasila 1945- sekarang.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.     Kesimpulan
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum
membudaya. Kita memang telah menganut demokrsai dan bahkan telah di praktekan baik
dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa dan bernegara. Akan tetapi,
kita belum membudanyakannya.
Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Mengatakan
“Demokrasi telah menjadi budaya” berarti penghayatan nilai-nilai demokrasi telah menjadi
kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara. Dengan kata lain, demokrasi telah
menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari kehidupanya. Seluruh kehidupanya
diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.
B.      Saran
Mewujudkan budaya demokrasi memang tidak mudah. Perlu ada usaha dari semua
warga negara. Yang paling utama, tentu saja, adalah:
1.      Adanya niat untuk memahami nilai-nilai demokrasi.
2.      Mempraktekanya secara terus menerus, atau membiasakannya.
Memahami nilai-nilai demokrasi memerlukan pemberlajaran, yaitu belajar dari
pengalaman negara-negara yang telah mewujudkan budaya demokrasi dengan lebih baik
dibandingkan kita. Dalam usaha mempraktekan budaya demokrasi, kita kadang-kadang
mengalami kegagalan disana-sini, tetapi itu tidak mengendurkan niat kita untuk terus
berusaha memperbaikinya dari hari kehari.

Anda mungkin juga menyukai