Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Setiap negara didunia pasti memiliki sistem pemerintahan,hal ini dikarenakan

sebuah negara takkan dapat berdiri apabila tidak ada sistem yang mendukungnya.sistem

pemerintahan disetiap negara berbeda satu sama lain,hal ini disebabkan adanya faktor

politik,budaya negara yang bersangkutan.Diantara sistem pemerintahan yang ada terdapat

dua sistem pemerintahan yang menonjol yakni sistem presidensial atau yang lazim

disebut dengan sistem demokrasi dan sistem parlementer atau yang sering disebut

monarki.

Indonesia sebagai salah satu bagian dari dunia tentu memiliki sistem pemerintahan

sendiri yakni sistem demokrasi atau presidensial.Hal ini tak lepas dari faktor historis

bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan sesuai dengan pasal 1 ayat 1 UUD

1945.Sistem demokrasi yang memiliki konsep dari rakyat,oleh rakyat untuk rakyat yang

dipaparkan oleh salah satu tokoh demokrasi sekaligus Presiden AS ke 16 Abraham

Lincoln sangat cocok dengan bentuk negara Indonesia yang berciri nusantara dan negara

kepulauan terbesar didunia dengan 17.450 pulau.Agar dapat bersatu diperlukan sebuah

sistem yang dapat menyatukan ,itulah yang kita kenal dengan demokrasi.

Demokrasi sebagai salah satu bentuk sistem pemerintahan memiliki konsep dan ciri

tersendiri.Sebagai sebuah sistem yang memiliki konsep rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi menempatkan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang paling

banyak dianut oleh negara diseluruh dunia.

1
B.Rumusan Masalah

1.Apa Hakikat Demokrasi?

2.Apa yang dimaksud dengan Demokratisasi?

3.Apa sistem demokrasi di Indonesia?

4.Apa sistem politik di Indonesia?

5.Apa dimaksud dengan pendidikan Demokrasi?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Hakikat Demokrasi
Sebelum kita mengetahui hakikat demokrasi,terlebih dahulu kita harus

mengetahui pengertian demokrasi.Demokrasi merupakan hal yang sangat akrab dengan

kehidupan kita sebagai warga negara. Demokrasi adalah sebuah sistem atau tatanan

pemerintahan yang dianut oleh suatu negara tertentu. Pengertian demokrasi secara garis

besar merupakan sebuah sistem pemerintahan dimana setiap rakyat memiliki persamaan

dan kesetaraan hak untuk mengemukakan pendapat, dan memilih sebuah pilihan tanpa

ada unsur paksaan dari pihak lain.Makna demokrasi pada dasarnya sangat luas mengingat

arti demokrasi sendiri adalah sebuah sistem pemerintahan yang mengatur tatanan sebuah

negara yang menyangkut pemerintah dan rakyat. Secara tidak langsung demokrasi

memiliki makna bahwa sebenarnya pemerintahan dan kekuasaan tertinggi suatu negara

berada di tangan rakyat. Sistem pemerintahan demokrasi menganut asas yakni

pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.Hakikat demokrasi adalah sebuah

sistem bermasyarakat dengan menekankan kekuasaan tertinggi yang berada di tangan

rakyat. Hal ini mencakup berbagai aspek didalam pemerintahan. Seperti contoh

pemilihan pemimpin negara atau presiden akan dipilih secara demokratis yakni rakyat

dapat memilih calon presiden tanpa ada paksaan dari pihak lain.

3
Istilah “Demokrasi” berasal dari bahasa Yunani, Demos yang berarti rakyat, dan

Kratos yang berarti pemerintahan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan Demokrasi

adalah sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat, dan mengikutsertakan rakyat dalam

pemerintahan Negara.sistem pemerintahan Demokrasi, kekuasaan tertinggi berada di

tangan rakyat. Tetapi, rakyat tidak melaksanakan kedaulatannya secara langsung. Rakyat

akan mewakilkannya kepada wakil-wakil rakyat. Kedaulatan rakyat yang dimaksud di

sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih Presiden atau anggota-anggota parlemen

secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Pemilihan Presiden / anggota-anggota

parlemen secara langsung belum menjamin bahwa negara tersebut adalah negara

Demokrasi. Karena hal itu hanya sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walaupun

perannya dalam sistem Demokrasi tidak besar, pemilihan umum sering disebut ”Pesta

Demokrasi”. Ini adalah salah satu akibat cara berpikir lama dari sebagian masyarakat

yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang

bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara,

masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah

teruji mampu membangun negara. Dengan pengertian seperti itu, Demokrasi yang

dipraktikkan adalah Demokrasi Perwakilan.

4
Salah satu pilar Demokrasi adalah prinsip Trias Politica yang membagi tiga

kekuasaan politik negara (Eksekutif, Yudikatif, dan Legislatif) untuk diwujudkan dalam

tiga jenis Lembaga Negara yang saling lepas dan berada dalam peringkat yang sejajar

satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis Lembaga Negara ini diperlukan

agar ketiga Lembaga Negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol.

Ketiga jenis Lembaga Negara tersebut adalah Lembaga-Lembaga pemerintah yang

memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan Eksekutif,

Lembaga-Lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan Yudikatif,

dan Lembaga-Lembaga perwakilan rakyat yang memiliki kewenangan menjalankan

kekuasaan Legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan Legislatif dibuat oleh masyarakat

atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang

diwakilinya dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum Legislatif, selain

sesuai hukum dan peraturan.

5
Sementara menurut para ahil.pengertian demokrasi adalah sebagai berikut:

1.Joseph A. Schmeter: demokrasi adalah sebuah perencanaan institusional guna

mencapai suatu keputusan politik dimana setiap individu memiliki kekuasaan untuk

memutuskan cara perjuangan yang kompetitif. 

2.Sidney Hook: demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan dimana keputusan

penting pemerintahan baik secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada suatu

kesepakatan mayoritas yang tercipta dari suara rakyat.

3.Terry L. Karl dan Philippe C. Schmiter: demokrasi merupakan suatu sistem

pemerintahan dimana pihak pemerintah akan diberikan tanggung jawab atas segala

tindakan mereka di wilayah publik. pemberian tanggung jawab ini didasarkan oleh

keputusan yang dibuat oleh rakyat dengan melakukan pemungutan suara yang menganut

asa kebebasan.

4.Henry B. Mayo: demokrasi adalah suatu sistem yang menunjukan kebijakan umum

ditentukan berdasarkan keputusan mayoritas yang diselenggarakan dengan melakukan

pemilihan secara selektif, diawasi dan dilakukan oleh rakyat dengan landasan persamaan

pandangan atau politik tanpa ada paksaan dari pihak lain.

6
Dari pegertian dan makna demokrasi di atas dapat diterik kesimpulan bahwa hakikat

demokrasi dapat dikatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk

rakyat.Pemerintahan dari rakyat memiliki arti bahwa sebuah sistem pemerintahan yang

sah dan diakui oleh rakyat. Diakui dan sah memiliki arti bahwa tanggung jawab

pemerintahan diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintah yang tidak diakui adalah

pemerintah yang tidak mendapatkan dukungan dan persetujuan dari rakyat. Rakyat

memegang kendali penuh atas pemilihan pemerintahan berdasarkan persamaan

pandangan dan politik tanpa ada unsur paksaan.Pemerintahan oleh rakyat memiliki

pengertian bahwa pemerintah menjalankan kekuasaannya bukan atas dorongan atau

tujuan pribadinya melainkan didasari oleh keinginan rakyat. Segala sesuatu yang

dilakukan oleh pemerintah akan dikaji, dinilai dan diawasi oleh rakyat baik secara

langsung maupun melalui lembaga rakyat (DPR, MPR). Maka dari itu pemerintah harus

tunduk pada pengawasan rakyat.Pemerintahan untuk rakyat memiliki arti bahwa segala

kuasa yang dilimpahkan kepada pemerintah dibuat untuk kepentingan rakyat. Maka dari

itu kepentingan rakyat sudah seharusnya didahulukan sebelum kepentingan pemerintah.

7
Demokrasi mengandung nilai-nilai moral. Jadi dalam penerapannya, Demokrasi harus

dilandasi dengan nilai-nilai Demokrasi.

Nilai-nilai Demokrasi tersebut antara lain :

1. Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai

2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatumasyarakat yang

sedang berubah,seperti:

1. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur dan jujur

2. Membatasi pemakaian kekerasan sampai seminimal mungkin

3. Mengakui serta menganggap wajar adanya keaneka-ragaman

4. Menjamin tetap tegaknya keadilan.

Dalam pengembangan dan membudayakan kehidupan Demokrasi perlu prinsip-prinsip

sebagai berikut :

1. Pemerintahan yang berdasarkan konstitusi

2. Pemilu yang bebas, jujur, dan adil

3. Dijaminnya HAM

4. Persamaan kedudukan didepan hukum

5. Peradilan yang bebas dan tidak memikat

6. Kebebasan berserikat / berorganisasi dan mengeluarkan pendapat

7. Kebebasan pers / media massa.

8
Gagasan tentang Demokrasi sebenarnya sudah muncul sejak sekitar abad 5 SM,

yakni pada masa Yunani Kuno. Pada waktu itu Demokrasi dilakukan secara langsung

karena negara-negara Yunani pada masa itu wilayahnya sangat sempit dan penduduknya

sedikit. Pada waktu itu, rakyat mudah dikumpulkan dengan tujuan bermusyawarah guna

mengambil keputusan tentang kebijakan pemerintahan. Namun Demokrasi itu tidak

berjalan lama karena munculnya konflik politik dan melemahnya Dewan Kota dalam

memimpin polis.Sejak runtuhnya Demokrasi, bangsa Eropa menerapkan sistem Monarki

Absolute hingga abad ke-19. Kekuasaan mutlak tersebut digunakan oleh raja untuk

bertindak sewenang-wenang.

Setelah tenggelam berabad-abad, muncullah ajaran ”Rule Of  Law (Kekuasaan Hukum)”.

Ajaran ini menjelaskan bahwa yang berdaulat dalam suatu negara adalah hukum.

Unsur-unsur Rule Of  Law itu meliputi :

1. Berlakunya supremasi hukum (hukum menempati kedudukan tertinggi;

semua orang tunduk pada hukum)

1. Perlakuan yang sama didepan hukum bagi setiap warga negara

2. Terlindunginya hak-hak manusia oleh Undang-Undang Dasar serta

keputusan-keputusan pengadilan.

9
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Demokrasi dipandang sebagai pilihan terbaik

oleh hampir semua negara di dunia. Negara kita Republik Indonesia yang

diproklamasikan hampir bersamaan dengan berakhirnya Perang Dunia II yang

menyatakan diri sebagai negara Demokrasi atau negara yang berkedaulatan

rakyat.Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya dengan pembagian kekuasaan

dalam suatu Negara, umumnya berdasarkan konsep dan prinsip Trias Politica.

Kekuasaan Negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam Trias Politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika

fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah yang begitu besar ternyata tidak

mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut

pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di Lembaga Negara yang lain, misalnya kekuasaan

berlebihan dari Lembaga Legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan

tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan

membawa kebaikan untuk rakyat.

Intinya, setiap Lembaga Negara bukan hanya harus akuntabel (accountable), tetapi harus

ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap Lembaga Negara dan

mekanisme ini mampu secara operasional membatasi kekuasaan Lembaga Negara

tersebut.

10
Macam-macam demokrasi adalah sebagai berikut:

–         Demokrasi dengan sistem Parlementer

Menurut sistem ini hubungannya sangat erat antara Badan Eksekutif (pemerintah) dan

Badan Legislatif (Badan Perwakilan Rakyat)

–         Demokrasi dengan sistem Pemisahan Kekuasaan

Demokrasi ini menyatakan tidak ada hubungan antara Eksekutif dan Legislatif. Dalam

sistem ini, Badan Eksekutif dan pemerintah terdiri dari Presiden sebagai kepala

pemerintahan dan dibantu oleh para mentri.

–         Demokrasi dengan sistem Reperendum

Dalam sistem ini tugas Badan Legislatif selalu berada dalam pengawasan rakyat.

Pengawasan ini dilaksankan dalam bentuk Reperendum yaitu, pemungutan suara

langsung oleh rakyat tanpa melalui Badan Legislatif. Sistem ini dibagi dalam 2 kelompok

yaitu :

1. Reperendum Obligatoire (reperendum yang wajib)

Reperendum Obligatoire adalah Reperendum yang menentukan berlakunya

suatu Undang-Undang atau suatu peraturan.

2. Reperendum Fakultatif (reperendum yang tidak wajib)

Reperendum Fakultatif adalah Reperendum yang menentukan apakah suatu

11
Undang-Undang yang sedang berlaku dapat terus dipergunakan atau tidak atau

perlu ada tidaknya perubahan-perubahan.

Demokrasi dengan sistem pengawasan oleh rakyat ini berlaku dalam sistem

pemerintahan negara Swiss. Seperti ke 2 sistem sebelumnya sistem Reperendum-pun

memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya rakyat dilibatkan penuh dalam

pembuatan Undang-Undang. Kelemahannya tidak semua rakyat memiliki pengetahuan

yang cukup terhadap Undang-Undang yang baik dan pembuatan Undang-Undang

menjadi lebih lambat

B.Demokratisasi

Demokratisasi adalah suatu perubahan baik itu perlahan maupaun secara cepat kearah

demokrasi. Demokratisasi ini menjadi tuntutan global yang tidak bisa dihentikan. Jika

demokratisasi tidak dilakukan, maka bayaran yang harus diterima adalah balkanisasi,

perang saudara yang menumpahkan darah, dan kemunduran ekonomi dengan sangat

parah (BJ Habibie( 2005). Demokratisai disuatu sistem pemerintahan memerlukan proses

yang tidaklah mudah. Pada saat perubahan terjadi, selalu ada orang yang tidak ingin

melakukan perubahan terus menerus, atau ada manusia yang tidak mampu menyesuaikan

diri.Dalam kontes demokratisasi, peran individu yang mampu menerima perubahan itu

sangat penting. Untuk itulah, individu harus punya tanggung jawab. Apalagi globalisasi

yang terus mendorong perubahan yagn tidak bisa ditahan oleh Negara

manapun.Demokratisasi biasanya terjadi ketika ekspektasi terhadap demokrasi muncul

dari dalam Negara sendiri, karna warga negaranya melihat system politik yang lebih baik,

seperti yang berjalan dinegara demokrasi lain yang telah mapan, akan bisa juga dicapai

12
oleh Negara tersebut. Dengan kata lain, pengaruh internasional dating sebagai sebuah

inpirasi yang kuat bagi warga Negara didalam Negara itu.Sebuah Negara yang sedang

menjalani demokratisasi sangat mudah dipengaruhi oleh factor – factor eksternal.

Faktor yang memengaruhi atau membatasi demokratisasi masih diperdebatkan. Banyak

hal, termasuk ekonomi, budaya, dan sejarah, yang dianggap memengaruhi demokratisasi.

Faktor-faktor yang paling umum adalah:

1.Kekayaan

- PDB/kapita yang lebih tinggi berkaitan dengan demokrasi. Meski beberapa pihak

mengklaim bahwa negara demokrasi terkaya tidak pernah jatuh ke autoritarianisme,

bangkitnya Hitler dan Nazi di Jerman Weimar merupakan contoh pembantah yang

menjadikan klaim tersebut sekadar truisme belaka.[1] Ada pula pandangan umum bahwa

demokrasi sangat jarang sebelum Revolusi Industri. Penelitian empiris mendorong

banyak orang percaya bahwa pembangunan ekonomi meningkatkan kemungkinan

transisi ke demokrasi (teori modernisasi) atau menguatkan negara demokrasi yang sudah

ada.[1] Sebuah penelitian menemukan bahwa pembangunan ekonomi mendorong

demokratisasi dalam jangka menengah saja (10-20 tahun). Hal ini dikarenakan

pembangunan dapat memperkuat pemimpin petahana, tetapi menyulitkannya mewariskan

negara kepada putranya atau orang kepercayannya setelah masa jabatannya berakhir.[2]

Namun demikian, perdebatan tentang apakah demokrasi merupakan akibat dari

kekayaan, pencipta kekayaan, atau keduanya tidak berhubungan, masih belum dapat

disimpulkan.[3]

13
2.Kesetaraan sosial

Daron Acemoglu dan James A. Robinson berpendapat bahwa hubungan antara

kesetaraan sosial dan transisi demokrasi agak rumit. Rakyat tidak memiliki insentif yang

cukup untuk memberontak melawan masyarakat egaliter (contohnya Singapura), jadi

kemungkinan demokratisasi semakin rendah. Di masyarakat yang senjang (contohnya

Afrika Selatan era Apartheid), redistribusi kekayaan dan kekuasaan di dalam demokrasi

akan merugikan kaum elit sehingga mereka berupaya mencegah demokratisasi

Demokratisasi lebih mungkin muncul di tengah-tengah, di negara yang kaum elitnya

menawarkan konsesi karena (1) mereka menganggap ancaman revolusi bisa terwujud dan

(2) biaya konsesi tidak terlalu tinggi.[4] Perkiraan ini sesuai ddengan penelitian empiris

yang menunjukkan bahwa demokrasi lebih stabil di negara-negara yang masyarakatnya

egaliter (setara).[1]

3.Budaya

Sejumlah pihak mengklaim bahwa beberapa kebudayaan tertentu lebih mudah

menerima nilai demokrasi ketimbang kebudayaan lainnya. Pandangan ini mungkin

etnosentris. Biasanya budaya Barat yang dinilai "lebih layak" menikmati demokrasi,

sedangkan kebudayaan lainnya dinilai memiliki nilai-nilai yang membuat demokrasi sulit

terwujud atau tak diinginkan. Pendapat ini kadang dipakai oleh rezim-rezim non-

demokrasi untuk membenarkan kegagalannya menerapkan reformasi demokratis. Di era

modern, ada banyak negara demokrasi non-Barat, misalnya India, Jepang, Indonesia,

Namibia, Botswana, Taiwan, dan Korea Selatan

14
4.Intervensi asing

Negara-negara demokrasi umumnya pernah mengalami intervensi militer, contohnya

Jepang dan Jerman pasca-Perang Dunia II.[5][6] Pada kasus lain, dekolonisasi kadang

mendorong terbentuknya dmeokrasi yang digantikan oleh rezim otoriter. Di Amerika

Serikat Selatan setelah Perang Saudara, mantan budak tidak mendapat hak pilih menurut

hukum Jim Crow setelah Era Rekonstruksi Amerika Serikat; setelah sekian puluh tahun,

demokrasi di Amerika Serikat dirombak oleh organisasi sipil (gerakan hak sipil Afrika-

Amerika) dan militer (militer Amerika Serikat).

Pengaruh internasional dari sebuah proses demokratisasi bisa terjadi dalam beberapa

bentuk, seperti : contagion, control dan conditionality.Contagion terjadi ketika

demokratisasi disebuah Negara mendorong gelombang demokratisasi dinegara lain.

Proses demokratisasi di Negara – Negara eropa timur setelah perang dingin usai dan juga

gelombang demokratisasi di negara – Negara amerika latin pada tahun 1970 an menajdi

contoh signifikan. Mekanisme control terjadi ketika sebuah pihak diluar Negara

berusaha menerapkan demokrasi dinegara tersebut. Misalnya Doktrin Truman 1947

mengharuskan yunani untuk memenuhi beberapa kondisi untuk mendapatkan status

sebagai “Negara demokrasi” dan karenanya berhak menerima bantuan anti komunisme

dari amerika serikat.Conditionality yaitu tindakan yang dilakukan organisasi

internasional yang memberi kondisi – kondisi tertentu yang harus dipenuhi Negara

penerima bantuan.

Awal mula berkembangnya gagasan dan konsep demokrasi di Indonesia tidak dapat

dilepaskan dengan perkembangan situasi sosial politik masa kolonial pada tahun-tahun

pertama abad 20 yang ditandai dengan beberapa perkembangan penting: Pertama, mulai

15
terbuka terhadap arus informasi politik di tingkat global. Kedua, “migrasi” para para

aktifis politik berhaluan radikal Belanda, umumnya mereka adalah para buangan politik,

ke Hindia Belanda.

Di wilayah yang baru ini mereka banyak memperkenalkan ide-ide dan gagasan politik

modern kepada para pemuda bumiputera. Dapat dicatat disini para “migran politik’

tersebut antara lain; Bergsma, Baars, Sneevliet, dan beberapa yang lain. Ketiga,

transformasi pendidikan di kalangan masyarakat pribumi.Di Indonesia, fenomena

demokrasi dapat ditemui dalam sejarah perkembangan politik pasca kolonial. Fokus

demokrasi pada masa demokrasi parlementer (1955-1959), demokrasi terpimpin (1959-

1965) bentukkan Presiden Soekarno, demokrasi Pancasila masa Orde Baru, dan

karakteristik demokrasi setelah berakhirnya kekuasaan otoritarian(periode transisi dan

konsolidasi demokrasi 1998-2007). Momentum historis perkembangan demokrasi setelah

kemerdekaan di tandai dengan keluarnya Maklumat No. X pada 3 November 1945 yang

ditandatangani oleh Hatta. Dalam maklumat ini dinyatakan perlunya berdirinya partai-

partai politik sebagai bagian dari demokrasi, serta rencana pemerintah menyelenggarakan

pemilu pada Januari 1946. Maklumat Hatta berdampak sangat luas, melegitimasi partai-

partai politik yang telah terbentuk sebelumnya dan mendorong terus lahirnya partai-partai

politik baru.Pada tahun 1953 Kabinet Wilopo berhasil menyelesaikan regulasi pemilu

dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1953 Pemilu. Pemilu multipartai secara nasional

disepakati dilaksanakan pada 29 September 1955 (untuk pemilhan parlemen) dan 15

Desember 1955 (untuk pemilihan anggota konstituante).

Fragmentasi politik yang kuat berdampak kepada ketidakefektifan kinerja parlemen

hasil pemilu 1955 dan pemerintahan yang dibentuknya. Parlemen baru ini tidak mampu

16
memberikan terobosan bagi pembentukan pemerintahan yang kuat dan stabil, tetapi

justru mengulangi kembali fenomena politik sebelumnya, yakni “gonta

ganti”pemerintahan dalam waktu yang relatif pendek.Ketidakefektifan kinerja parlemen

memperkencang serangan-serangan yang mendelegitimasi parlemen dan partai-partai

politik pada umumnya.

Banyak kritikan dan kecaman muncul, bahkan tidak hanya dilontarkan tokoh-tokoh

“anti demokrasi”. Hatta dan Syahrir menuduh para politisi dan pimpinan partai-partai

politik sebagai orang yang memperjuangkan kepentingannya sendiri dan keuntungan

kelompoknya, bukan mengedepankan kepentingan rakyat. Namun begitu, mereka tidak

menjadikan demokrasi parlementer sebagai biang keladi kebobrokan dan kemandegan

politik. Hal ini berbeda dengan Soekarno yang menempatkan demokrasi parlementer atau

demokrasi liberal sebagai sasaran tembak. Soekarno lebih mengkritik pada sistemnya.

Kebobrokan demokrasi liberal yang sedang diterapkan, dalam penilaian Soekarno,

merupakan penyebab utama kekisruhan politik. Maka, yang paling mendesak untuk

keluar dari krisis politik tersebut adalah “mengubur” demokrasi liberal yang dalam

pandangannya tidak cocok untuk dipraktikkan di Indonesia. Akhirnya, Soekarno

menyatakan demokrasi parlementer tidak dapat digunakan untuk revolusi, “parliamentary

democracy is not good for revolution”. Demokrasi Diktatorial (dibawah Soekarno dan

Soeharto) Dalam amanatnya kepada sidang pleno Konstitante di Bandung 22 April 1959,

Soekarno dengan lugas menyerang konstituante, praktik demokrasi liberal, dan

menawarkan kembali konsepsinya tentang demokrasi Indonesia yang disebutnya sebagai

Demokrasi Terpimpin (Guided Democracy) .Demokrasi Terpimpin Soekarno kemudian

17
runtuh setelah terjadinya peristiwa perebutan kekuasaan yang melibatkjan unsur

komunis (PKI) dan angkatan bersenjata, yang dikenal dengan Gerakan 30 September

1965. Perebutan kekuasaan ini mengakibatkan hancurnya kekuasaan PKI serta secara

bertahap berakhirnya kekuasaan Orde Lama Soekarno. Muncul kekuasaan baru dibawah

militer dibawah Letjen.

Soeharto yang menyatakan diri sebagai “Orde Baru”.

onsepsi demokrasi Soeharto, rencana praksis politiknya, awalnya tidak cukup jelas. Ia

lebih sering mengemukakan gagasan demokrasinya, yang kemudian disebutnya sebagai

Demokrasi Pancasila, dalam konsep yang sangat abstrak. Pada dasarnya, konsep dasar

Demokrasi Pancasila memiliki titik berangkat yang sama dengan konsep Demokrasi

Terpimpin Soekarno, yakni suatu demokrasi asli Indonesia. Demokrasi Pancasila adalah

demokrasi yang sesuai dengan tradisi dan filsafat hidup masyarakat Indonesia.

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang sehat dan bertanggungjawab,

berdasarkan moral dan pemikiran sehat, berlandaskan pada suatu ideologi tunggal, yaitu

Pancasila.

• Langkah politik awal yang dilakukan Soeharto untuk membuktikan bahwa dirinya tidak

anti demokrasi adalah dengan merespons penjadwalan pelaksanaan pemilihan umum

(pemilu), sebagaimana dituntut oleh partai-partai politik. Soeharto sendiri pada

hakekatnya tidak menghendaki pemilu dengan segera, sampai dengan

terkonsolidasikannya “kekuatan Orde Baru”. Sebagai upaya lanjut mengatasi

“peruncingan ideologi” Soeharto melakukan inisiatif penggabungan partai politik pada

1973, dari 10 partai menjadi 3 partai politik (Partai Persatuan Pembangunan, Golkar,

Partai Demokrasi Indonesia). Golkar sendiri yang notabene, dibentuk dan dikendalikan

oleh penguasa tidak bersedia menyatakan diri sebagai parpol melainkan organisasi

18
kekaryaan. Fusi atau penggabungan partai ini merupakan wujud kekesalan Soeharto

terhadap parpol dan hasratnya untuk membangun kepolitikan “kekeluargaan”. Menjaga

citra sebagai “negara demokrasi” terus dijaga oleh rezim Orde Baru. Terhadap tuntutan

demokrasi yang berkembang kuat sejak pertengahan 1980-an, sebuah momen

perkembangan yang oleh Huntington dinamakan “gelombang demokrasi ketiga”

Soeharto menjawab dengan kebijakan “mulur mungkret” liberalisasi politik terbatas,

yang oleh para pengkritik disebut sebagai demokrasi seolah-olah (democracy as if), tetapi

sekaligus mempertahankan instrumen represif terhadap kelompok yang mencoba-coba

keluar dari “aturan main” yang ditentukan rezim.Praktik democracy dictatorship yang

diterapkan Soeharto mulai tergerus dan jatuh dalam krisis bersamaan dengan runtuhnya

mitos ekonomi Orde Baru sebagai akibat terjadinya krisis moneter mulai 1997. Krisis

moneter yang semakin parah menjadikan porak porandanya ekonomi nasional yang

ditandai dengan runtuhnya nilai mata uang rupiah, inflasi, tingginya angka pemutusan

hubungan kerja (PHK), dan semakin besarnya pengangguran. Krisis ekonomi memacu

berlangsungya aksi-aksi protes dikalangan mahasiswa menuntut Soeharto mundur.

Demokratisasi Pasca Orde BaruBerakhirnya Orde Baru melahirkan kembali fragmentasi

ideologi dalam masyarakat. Berbagai kelompok dengan latar belakang ideologi yang

beranekaragam, mulai dari muslim radikal, sosialis, nasionalis, muncul dan bersaing

untuk mendapatkan pengaruh politik. Sebelum pemilu multi partai 1999 diselenggarakan,

berlangsung pertikaian di kalangan pro demokrasi soal bagaimana transisi demokrasi

harus berjalan dan soal memposisikan elite-elite lama dalam proses transisi.

Beberapa kemajuan penting dalam arsitektur demokrasi yang dilakukan pemerintahan

Habibie antara lain; adanya kebebasan pers, pembebasan para tahanan politik (tapol),

19
kebebasan bagi pendirian partai-partai politik, kebijakan desentralisasi (otonomi

daerah),

amandemen konstitusi antara lain berupa pembatasan masa jabatan presiden maksimal

dua periode, pencabutan beberapa UU politik yang represif dan tidak demokratis, dan

netralitas birokrasi dan militer dari politik praktis.Kesuksesan dalam melangsungkan

demokrasi prosedural ini merupakan prestasi yang mendapatkan pengakuan

internasional, tetapi di lain pihak, transisi juga ditandai dengan meluasnya konflik

kesukuan, agama, dan rasial yang terjadi di beberapa wilayah di tanah air sejak 1998.

Misalnya di Ambon, Poso, Sambas dan lainnya.Pemerintahan baru hasil pemilu 1999

yang memunculkan pasangan Abdurrahman Wahid-Megawati jauh dari performance

yang optimal. Wahid pada akhirnya dipaksa lengser setelah kurang dari dua tahun

berkuasa. Lengsernya Wahid yang terpilih dengan legitimasi demokratis dan dikenal luas

sebagai pendukung militan demokrasi, menjadi sebuah tragedi transisi demokrasi.Praktik

berdemokrasi di Indonesia masa transisi mendapatkan pengakuan luas dari dunia

internasional. Dalam indeks yang disusun oleh Freedom House tentang hak politik dan

kebebasan sipil Indonesia sejak pemilu 1999 hingga masa konsolidasi demokrasi saat ini

berhasil masuk dalam kategori “negara bebas”. Hal ini berbeda dengan kepolitikan masa

Orde Baru yang dikategorikan sebagai dengan kebebasan yang sangat minimal (partly

free).Problem demokrasi yang populer belakangan ini adalah, dapatkah demokrasi

mampu mengantar bangsa ini ke arah sejahtera? Ataukah sebaliknya, demokrasi menjadi

amat mahal, ketika biaya Pemilu dan Pilkada membutuhkan ongkos mahal, baik ongkos

pemilu, maupun ongkos sosial akibat kerusuhan pasca pemilu.

20
C.Sistem Demokrasi di Indonesia

Demokrasi yang pertama kali diterapkan di Indonesia setelah merdeka adalah

Demokrasi Liberal atau sistem Parlementer pada tanggal 14 November 1945.Setelah itu,

Demokrasi yang dipakai adalah Demokrasi Terpimpim atau sistem Presidensial.

Demokrasi Terpimpin mulai diberlakukan sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli

1959.Demokrasi Pancasila ditegakkan di Indonesia sejak masa orde baru. Demokrasi

Pancasila adalah Demokrasi yang menerapkan kelima sila Pancasila.Sepanjang masa

kemerdekaannya, bangsa Indonesia telah mencoba menerapkan bermacam-macam

Demokrasi. Hingga tahun 1959, dijalankan suatu praktik Demokrasi yang cenderung

pada sistem Demokrasi Liberal, sebagaimana berlaku di negara-negara Barat yang

bersifat individualistik. Pada tahun 1959-1966 diterapkan Demokrasi Terpimpin, yang

didalampraktiknya cenderung otoriter. Mulai tahun 1966 hingga berakhirnya masa Orde

Baru pada tahu 1998 diterapkan Demokrasi Pancasila. Model ini pun tidak mendorong

tumbuhnya partisipasi rakyat. Berbagai macam Demokrasi yang diterapkan di Indonesia

itu pada umumnya belum sejalan dengan prinsip-prinsip Demokrasi, karena tidak

tersedianya ruang yang cukup untuk mengekspresikan kebebasan warga negara.

Sesudah bergulirnya reformasi pada tahun 1998, kebebasan berbicara dan

menyatakan pendapat, kebebasan memilih, kebebasan berpolitik dan lain-lain semakin

terbuka luas. Era reformasi sekaligus merupakan era demokratisasi. Dalam suasana

reformasi, tidak jarang penggunaan kebebasan tersebut sering berbenturan dengan

kepentingan umum. Inilah yang perlu ditata baik, sehingga penerapan kebebasan negara

dan Demokrasi tetap berada dalam koridor hukum dan tidak mengganggu kepentingan

umum. Bagaimanapun juga Demokrasi telah membuka pintu kebebasan, yang hal ini

sangat diperlukan bagi rakyat dalam proses menemukan sistem Demokrasi yang lebih

21
baik.Dalam perkembangannya, konsep Demokrasi juga diterapkan dalam

berbagai bidang kehidupan, yakni dalam kehidupan ekonomi, pendidikan, sosial budaza,

dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. Dengan demikian, Demokrasi tidak hanya

diterpkan dalam kehidupan bernegara, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat dan

berbangsa. Kehidupan yang Demokratis adalah kehidupan yang melibatkan partisipasi

rakyat dan ditujukan untuk kepentingan rakyat.

Demokrasi telah menjadi pilihan bagi hampir semua bangsa di dunia, tak

terkecuali bangsa Indonesia. Di antara bangsa-bangsa itu perbedaannya terletak pada

tingkat perkembangannya. Ada bangsa yang sudah sedemikian maju dalam berdemokrasi

dan ada yang masih dalam pertumbuhan berdemokrasi. Di samping itu ada perbedaan

latar belakang sosial-budaya yang berpengaruh terhadap corak Demokrasi di masing-

masing negara. Bangsa Indonesia tentu menginginkan perkembangan Demokrasi yang

semakin baik di negaranya. Oleh karena itu kita wajib menunjukkan sikap positif

terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai bidang kehidupan. Sikap positif itu

perlu dibuktikan dengan sikap dan perbuatan yang sejalan dengan unsur-unsur Rule Of

Law atau syarat-syarat Demokrasi sebagaimana yang telah dikemukakan. Demokrasi

dengan segala cirinya itu perlu diwujudkan menjadi suatu kenyataan hidup dalam bidang

apapun. Semua warga negara tanpa kecuali, baik penguasa maupun rakyat biasa, harus

membiasakan hidup demokratis.Dalam tradisi masyarakat di Indonesia sangat dikenal

adanya kebiasaan bermusyawarah. Dalam musyawarah, warga kelompok masyarakat

membicarakan segala persoalan yang menyangkut kepentingan bersama, misalnya

persoalan kesejahteraan warga, irigasi, keamanan kampung, dan lain-lain. Tidak jarang

keputusan musyawarah itu dilakukan dengan mufakat bulat, artinya disetujui oleh seluruh

22
warga. Di kalangan masyarakat Jawa, musyawarah itu biasa dilakukan Balai

Desa. Sementara itu di kalangan masyarakat Minangkabau dikenal adanya Rumah

Gadang, sebagai sarana musyawarah. Untuk melaksanakan keputusan musyawarah itu

biasanya juga dikerjakan secara bersama-sama yang dikenal dengan istilah gotong-

royong. Tradisi Demokrasi dalam bentuk pengambilan keputusan bersama, bahkan

melaksanakan keputusan secara bersama itu, hingga kini masih berlangsung dalam

kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan.Walaupun corak

Demokrasi yang telah diuraikan sederhana, tetapi hal itu tetap memiliki nilai yang

berharga dalam proses perkembangan demokrasi di Indonesia. Dalam perkembangannya

setelah mengalami kemerdekaan, bangsa Indonesia mampu menyesuaikan diri dengan

sistem demokrasi modern. Lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat dipilih secara langsung

oleh rakyat melalui pemilihan umum. Di desa-desa pun kini dibentuk Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) yang fungsi serta peranannya mirip dengan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR). Itu semua merupakan bagian dari perkembangan budaya

Demokrasi di Indonesia,

Budaya Demokrasi Berarti menjadikan demokrasi sebagai suatu kebiasaan hidup

seharí-hari. Ada beberapa contoh sederhana dalam kehidupan seharí-hari. Dalam

lingkungan keluarga, kita harus membiasakan diri untuk menghormati pendapat anggota

keluarga lain. Dalam lingkungan sekolah, kita harus mematuhi tata tertib. Walaupun

tampak sederhana, justru dalam kehidupan masyarakat itulah kita harus membiasakan

hidup secara Demokratis. Pembudayaan Demokrasi perlu menjadi agenda penting bagi

bangsa Indonesia, demi terwujudnya kesadaran berdemokrasi di kalangan masyarakat.

23
D.Sistem Politik di Indonesia

1. Pengertian Sistem

  Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.

 2. Pengertian Politik

Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota. Istilah politik

dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, Politik biasanya

menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan. Dapat

disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam

rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan

bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

3. Pengertian Sistem Politik

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang

membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan

serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau

kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan

Negara.

4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia

Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan

dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses

penentuan tujuan,

Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara

( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam Penyusunan keputusan-

keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya

24
kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan

terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud

suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di

Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden.

Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari masa-masa

berikut ini:

1. Masa prakolonial (Kerajaan

- Penyaluran tuntutan – rendah dan terpenuhi

- Pemeliharaan nilai – disesuikan dengan penguasa

- Kapabilitas – SDA melimpah

- Integrasi vertikal – atas bawah

- Integrasi horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan

- Gaya politik – kerajaan

- Kepemimpinan – raja, pangeran dan keluarga kerajaan

- Partisipasi massa – sangat rendah

- Keterlibatan militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang

- Aparat negara – loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah

- Stabilitas – stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang

2. Masa kolonial (penjajahan)

- Penyaluran tuntutan – rendah dan tidak terpenuhi

- Pemeliharaan nilai – sering terjadi pelanggaran ham

- Kapabilitas – melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah

- Integrasi vertikal – atas bawah tidak harmonis

- Integrasi horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi

25
- Gaya politik – penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)

- Kepemimpinan – dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat

- Partisipasi massa – sangat rendah bahkan tidak ada

- Keterlibatan militer – sangat besar

- Aparat negara – loyal kepada penjajah

- Stabilitas – stabil tapi dalam kondisi mudah pecah

3. Masa Demokrasi Liberal

- Penyaluran tuntutan – tinggi tapi sistem belum memadani

- Pemeliharaan nilai – penghargaan HAM tinggi

- Kapabilitas – baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial

- Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas

- Integrasi horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator

- Gaya politik – ideologis

- Kepemimpinan – angkatan sumpah pemuda tahun 1928

- Partisipasi massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta

- Keterlibatan militer – militer dikuasai oleh sipil

- Aparat negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai

- Stabilitas - instabilitas

4. Masa Demokrasi terpimpin

- Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas

- Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM rendah

- Kapabilitas – abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju

- Integrasi vertikal – atas bawah

- Integrasi horizontal – berperan solidarity makers,

26
- Gaya politik – ideolog, nasakom

- Kepemimpinan – tokoh kharismatik dan paternalistik

- Partisipasi massa – dibatasi

- Keterlibatan militer – militer masuk ke pemerintahan

- Aparat negara – loyal kepada negara

- Stabilitas - stabil

5. Masa Demokrasi Pancasila

- Penyaluran tuntutan – awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi

- Pemeliharaan nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM

- Kapabilitas – sistem terbuka

- Integrasi vertikal – atas bawah

- Integrasi horizontal – nampak

- Gaya politik – intelek, pragmatik, konsep pembangunan

- Kepemimpinan – teknokrat dan ABRI

- Partisipasi massa – awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi

- Keterlibatan militer – merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI

- Aparat negara – loyal kepada pemerintah (Golkar)

- Stabilitas stabil

6. Masa Reformasi

- Penyaluran tuntutan – tinggi dan terpenuh

-Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM tinggi

- Kapabilitas –disesuaikan dengan Otonomi daerah

- Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas

27
- Integrasi horizontal – nampak, muncul kebebasan (euforia)

- Gaya politik – pragmatik

- Kepemimpinan – sipil, purnawiranan, politisi

- Partisipasi massa – tinggi

- Keterlibatan militer – dibatasi

- Aparat negara – harus loyal kepada negara bukan pemerintah

- Stabilitas – instabil

5.Sejarah Sistem Politik di Indonesia

     Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya.

Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi

diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya

terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem

politik merupakan sistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang

memiliki tantangan dan tekanan.

     Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti

dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan

melakukan proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus

dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan

pengambilan keputusan

     Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan.

Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para

pakar politik. Ahli politik zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi

liberal abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik diukur dari sudut moral. Sedangkan pada

masa modern sekarang ahli politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu

seberapa besar pengaruh lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan l

28
ingkungan internasional. Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku

perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari

lingkungan internasional.

     Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes mengkonversi

input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).

Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :

1.      Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara

maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika

datang para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah

berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.

2.      Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian

rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan

dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai

pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah

daerah.

3.      Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku

individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering

memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian

regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.

29
4.      Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif

membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang dibuat

pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.

5.      Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output,

output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya

partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif.

kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup dalam

dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas

ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini

negara kaya atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan)

kepada negara-negara berkembang.

6 .Perbedaan sistem politik di berbagai Negara

1. Sistem Politik Di Negara Komunis

Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milk pribadi, peniadaan hak-haak

sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta

terdapat pembatasan terhadap arus informasi dan kebebasan berpendapat

2. Sistem Politik Di Negara Liberal

Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok, pembatasan

kekuasaan, khususnya dari pemerintah dan agama, penegakan hukum; pertukaran gagasan

yang bebas,  sistem pemerintahan yang transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak

kaum minoritas.

30
3. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia

Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang

demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia adalah :

1. Ide kedaulatan rakyat

2. Negara berdasarkan atas hukum

3. Bentuk Republik

4. Pemerintahan berdasarkan konstitusi

5. Pemerintahan yang bertanggung jawab

6. Sistem Pemilihan langsung

7. Sistem pemerintahan presidensiil

E.Pendidikan Demokrasi

Bagi negara yang menganut sistem demokrasi, pendidikan demokrasi merupakan

hal yang penting untuk dilaksanakan sejak dini secara terenca, sistematis, dan

berkesinambungan. Hal ini agar demokrasi yang berkembang tidak disalahgunakan atau

menjurus pada anarki, karena kebebasan yang kebablasan, sehingga merusak fasilitas

umum, menghujat atau memfitnah pun dianggap sebagai bagian dari demokrasi. Menurut

Djiwandono dkk: “bila demokrasi tidak disertai oleh tatana politik dan aturan politik serta

hukum yang jelas, suatu kondisi tertentu bisa berubah menjadi anarkisme dan bahkan

kemudian mengundang otoritarianisme yaitu suatu pemerintahan yang menindas dan

berlawanan dengan prinsip demokrasi.

Berdasarkan hal tersebut menunjukka bahwa demokrasi tidak bisa dilaksanakan

dengan baik tanpa adanya tatanan politik serta hukum yang jelas. Tanpa tatanan politik

31
dan hukum yang jelas, demokrasi bisa berubah menjadi anarkisme atau

otoritarianisme. Oleh karena itu, bagi negara totaliter atau otonter,pendidikan demokrasi

menjadi lebih penting lagi, walaupum disadari oleh yang berkuasa dan mengancam

kekuasaannya. Oleh karena melalui pendidikan demokrasi rakyat akan diberdayakan

untuk menuntut haknya dan menentang berbagai kebijakan penguasa yang bertentangan

dengan prinsip-prinsip atau nilai-nilai demokrasi. Pentingnya pendidikan demokrasi di

Indonesia, disadari pula oleh para tokoh pendidikan dan para pengambil kebijakan. Dari

mulai tahun 1960 sampai sekarang, pendidikan demokrasi telah dilaksanakan walaupun

dengan substansi yang berbeda, karena faktor kepentingan penguasa. Sementara menurut

Tilaar, bahawa: Pendidikan demokrasi merupakan tuntunan dari terbentuknya masyarakat

madani Indonesia mengandung berbagai unsur: (a) manusia memerlukan kebebasan

politik artinyamereka memerlukan pemerintah dari dan untuk mereka sendiri; (b)

kebebasab intelektual; (c) kesempatan untuk bersaing di dalam perwujudan diri sendiri

(self realization); (d) pendidikan yang mengembangkan kepatuhan moral kepada

kepentingan bersama dan bukan kepada kepentingan sendiri atau kelompok; (e)

pendidikan yang mengakui hak untuk berbeda (the right to be different); (f) percaya

kepada kemampuan manusia untuk membina masyarakat di masa depan.

Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa pendidikan demokrasi

merupakan tuntunan untuk terwujudnya masyarakat madani. Oleh karena itu prinsip-

prinsip demokrasi seperti kebebasan politik, kebebasan intelektual dan kebebasan untuk

berbeda pendapat merupakan prinsip yang harus dilaksanakan pada kehidupan

bermasyarakat dan bernegara.

Di tingkat persekolahan mata pelajaran yang memiliki visi dan misi yang jelas

bagi pendidikan demokrasi adalah Pendidikan Kewarganegaraan(PKn). Hal ini

32
sebagaimana dikemukakan oleh Winataputra dkk bahwa: “PKn dapat disikapi

sebagai Pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral,

pendidikan kebangaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak asasi

manusia, dan pendidikan demokrasi.” Kemidian Winataputra mengemukakan bahwa:

“secara keseluruhan PKn memiliki fungsi yang strategis untuk mewujudkan esensi tujuan

pendidikan nasional membentuk warga negar yang denomrtis dan bertanggung jawab.”

Pentingnya PKn sebagai wahana formal pendidikan demokrasi disadari oleh para pakar

pendidiskan dan para pengambil keputusan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pasal

37 UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), di mana PKn

merupakan mata kurikulum wajib dan mulai pendidikan dasar sampai dengan pendidikan

tinggi. Suati negara yang menerapkan sistem demokrasi di manapun berada, pada

dasrnya untuk melindungi hak-hak warga negaranya, dan secara tidak langsung

mengnginkan warga negaranya memiliki wawasan, menyadari akan keharusannya serta

menampakkan partisipasinya sesuai dengan status dan perannya dalam masyarakat.

Sebaliknya jika praktik sistem politik dalam negara demokrasimengabaikan nilai-nilai

demokrasi, maka terjadilaj konflik, krisis dan lemahnya paham politik. Salah satu solusi

strategis secara konseptual adalah dengan cara memperkuat demokrasi dalam bebagai

bidang dan aspek kehidupan. Upaya itu tentu tidak semudah membalikkan telapak

tangan, dimana negaranya menganut sistem demokrasi, maka warga negaranya akan

demokratis, tetapi memerlukan proses pendidikan demokrasi, Gandal dan Finn (1992)

mengatakan bahawa: “demokrasi tidak bisa mengajarkannya sendiri. Kalau kekuatan,

kemanfaatan dan tanggung jawab demokrasi tidak dipahami dan dihayati dengan baik

oleh warga negara, sekar diharapkan mereka mau berjuang untuk mempertahankannya.

Thomas Jefferson sebagai penulis deklarasi Kemerdekaan Amerika, dalam Wahab.

33
(2001), menyatakan bahwa: “skil, perilaku warga negara yang demokratis tidak

akan terjadi dengan sendirinya, tetapi harus diajarkan kepada generasi penerus.

Winataputra (2001) dalam disartasinya memberikan penjelasan bahwa pendidikan

demokrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan negara dan masyarakat untuk

memefasilitasi individu warga negara agar memahami, menghayati, mengamalkan dan

mengembangkan konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan status perannya

dalam masyarakat.

Menurut Affandi (2005) ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menanamkan

pendidikan demokrasi kepada generasi muda, yaitu pengerahuan dan kesadaran akan hal:

pertama, demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-

hak warga masyarakat itu sendiri. Kedua, demokrasi adalah suatu learning process yang

tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Ketiga, kelangsungan demokrasi

tergantung pada keberhasilan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi: kebebasan,

persamaan dan keadilan serta loyal kepada sistem politik yang bersifat demokrasi.

Demokrasi merupakan suatu proses pendidikan, bukan suatu yang dapat

diciptakan dalam waktu sekejap. Karena itu betapa penting proses pendidikan dan latihan

berdemokrasi baik pada institusi sosial, ekonomi, budaya, apalagi pada institusi politik.

Di atas segala itu, demokrasi hanya akan tumbuh kalau ada kesadaran berdemokrasi

(democratic consciousness), sikap tanggung jawab (democratic responsibility).

Demokrasi bukan sekedar cara memperoleh kekuasaan tetapi sebagai sarana mewujudkan

kesejahteraan umum dengan cara-cara yang demokratis. Demokrasi bukan kebeban tanpa

batas. Kebebasan demokrasi dibatasi oleh tanggung jawab terhadap kepentingan umum

dan hanya dapat terwujud apabila dilaksanakan berdasarkan hukum (democracy under

the rule of law). Namun kondisi objektif memperlihatkan bahwa pembelajaran yang

34
selama ini dipraktikkan belum kondusif bagi pengembangan nilai-nilai demokrasi.

Seperti halnya dikemumkakan oleh Affandi (2005) bahwa: Tujuan pendidikan demokrasi

adalah untuk mempersiapkan warga warga masyarakat berpikir praktis dan berpikir

demokratis. Namin demikian dalam kaitan dengan pendidikan, persoalan yang muncul

adal mungkinkah pendidikan demokrasi dilangsungkan dalam suasana sekolah yang

sangat birokrats, hirarkis-sentralistis dan elitis sebagaimana sekolah yang addewasa ini?

Berdasarkan pendapat di atas, memberikan implikasi bahwa pendidikan

demokrasi sangat diperlukan, agar warga negaranya mengerti, menghargai kesempatan

dan tanggungjawab sebagai warga negara yang demokratis.

Pentingnya Pendidikan Demokrasi

Demokrasi pendidikan adalah pandangan hidup yang menguramakan persamaan

hak dan kewajiban, serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses

pendidikan antar pendidik dan anak didik, serta pengelola pendidikan. Dalam pendidikan

demokrasi menekankan pada pengembangan keterampilan intelektual, keterampilan

pribadi dan sosial. Dalam dunia pendidikan haruslah ada tuntutan kepada sekolah untuk

mentransfer pengajaran yang bersifat akademis ke dalam realitas kehidupan yang luas di

masyarakat. Demokrasi di sekolah dapat diartikan sebagai pelaksanaan seluruh kegiatan

di sekolah yang sesuai dengan nlai-nilai pancasila.

Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik agar semakin

dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi, agar

perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis. Dalam pendidikan demokrasi

ada dua hal yang harus ditekankan, demokrasi sebagai konsep dan demokrasi sebagai

prakis.

35
1. Demokrasi sebagai konsep berbicara mengenai arti, makna dan sikap perilaku yang

tergolong demokratis.

2. Sedang sebagai prakis sesungguhnya demokrasi sudah menjadi sistem. Sebagai suatu

sistem, kinerja demokrasi terikat suatu peraturan main tertentu, apabila dalam sistem itu

ada orang yang tidak menaati aturan main yang telah disepakati bersama, maka aktivitas

itu akan merusak demokrasi dan menjadi anti demokrasi.

Tugas seorang pendidik adalah mensosialisasikan dua tataran tersebut dalam

konsep dan prakisnya, sehingga peserta didik memahami dan ikut terlibat dalam

kehidupan demokrasi. Membangun pribadi yang demokratis merupakan salah satu fungsi

pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU No 20 tahun 2003 tentang

sisdiknas. Selain pengembangan nilai-nilai demokrasi dalam pembentukan mental peserta

didik sesuai nilai-nilai demokrasi, demokrasi di sekolah juga mencakup proses

pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Hal ini di antaranya adalah

untuk menyikapi persoalan yang tentunys terkait dengan nilai-nilai demokrasi dalam ilmu

pengetahuan.

Tujuan pelaksanaan demokrasi pancasila di sekolah yaitu mendidik anak-anak dan

mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri, baik secara

psikologis maupun sosial dengan menitikberatkan pada pengembangan keterampilan

intelektual, keterampilan pribadi dan sosial. Tujuan pendidikan demokrasi adalah untuk

mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan berpikir demokratis.

Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dan demokrasi yaitu pendidikan

sebagai sarana perubahan budaya masyarakat. Pendidikan dipengaruhi oleh bentuk-

bentuk kebudayaan masyarakat lokal maupun nasional dengan dinamika yang ditentukan

oleh kemampuan-kemampuan pribadi sebagai anggota masyarakat.

36
Dengan demikian, tanpa pendidikan tidak mungkin suatu masyarakat dapat merubah

budaya dan negaranya ke atrah yang lebih baik. Tujuan otonomi pendidikan yang sejalan

dengan negara demokratis. Hakikat pendidikan demokratis swndiri adalh kemerdekaan.

Sedangkan tujuan pendidikan dalam suatu negara yang demokratis adalah membebaskan

anak bangsa dari kebodohan, kemiskinan, dan berbagai perbudakan lainnya. Pendidikan

demokrasi sejak dini sangat baik karena dapat membantu masyarakat untuk berpikir kritis.

Dan denga pemikiran yang demokratis dapat membangun negara Indonesia yang lebih baik

asalkan pemerintahannya berjalan dengan sistem demokrasi yah bersih. Maka dari itu

diperlukan pendidikan sejak usia muda. Bukan hanya di sekolah formal, tapi juga di

lingkunan bergaul, sekitar dan lingkungan keluarga.

37
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pegertian dan makna demokrasi di atas dapat diterik kesimpulan bahwa

hakikat demokrasi dapat dikatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan

untuk rakyat.Pemerintahan dari rakyat memiliki arti bahwa sebuah sistem pemerintahan

yang sah dan diakui oleh rakyat. Diakui dan sah memiliki arti bahwa tanggung jawab

pemerintahan diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintah yang tidak diakui adalah

pemerintah yang tidak mendapatkan dukungan dan persetujuan dari rakyat. Rakyat

memegang kendali penuh atas pemilihan pemerintahan berdasarkan persamaan

pandangan dan politik tanpa ada unsur paksaan.Pemerintahan oleh rakyat memiliki

pengertian bahwa pemerintah menjalankan kekuasaannya bukan atas dorongan atau

tujuan pribadinya melainkan didasari oleh keinginan rakyat.

Demokratisasi adalah suatu perubahan baik itu perlahan maupaun secara cepat

kearah demokrasi. Demokratisasi ini menjadi tuntutan global yang tidak bisa dihentikan.

Jika demokratisasi tidak dilakukan, maka bayaran yang harus diterima adalah balkanisasi,

perang saudara yang menumpahkan darah, dan kemunduran ekonomi dengan sangat

parah (BJ Habibie( 2005).

Demokrasi telah menjadi pilihan bagi hampir semua bangsa di dunia, tak

terkecuali bangsa Indonesia. Di antara bangsa-bangsa itu perbedaannya terletak pada

tingkat perkembangannya. Ada bangsa yang sudah sedemikian maju dalam berdemokrasi

dan ada yang masih dalam pertumbuhan berdemokrasi. Di samping itu ada perbedaan

latar belakang sosial-budaya yang berpengaruh terhadap corak Demokrasi di masing-

masing negara.

38
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai

kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk

proses penentuan tujuan, Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di

dalam konstitusi negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ).

Demokrasi pendidikan adalah pandangan hidup yang menguramakan persamaan

hak dan kewajiban, serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses

pendidikan antar pendidik dan anak didik, serta pengelola pendidikan. Dalam pendidikan

demokrasi menekankan pada pengembangan keterampilan intelektual, keterampilan

pribadi dan sosial. Dalam dunia pendidikan haruslah ada tuntutan kepada sekolah untuk

mentransfer pengajaran yang bersifat akademis ke dalam realitas kehidupan yang luas di

masyarakat. Demokrasi di sekolah dapat diartikan sebagai pelaksanaan seluruh kegiatan

di sekolah yang sesuai dengan nlai-nilai pancasila.

B.Saran

Makalah kami masih sangat jauh dari kata sempurna olehnya itu kami meminta sara

dan kritik yang bersifat membangun guna menjadi perbaikan makalah kami dimasa yang

akan datang.

39
DAFTAR PUSTAKA

Andi-chodetz.blogpot.com di akses pada hari jumat 7 April 2017 pukul 04.30 WITA.

https://nindaaflonita10.wordpress.com di akses pada hari sabtu 8 April 2017 pukul 05.00

WITA.

https://id.wikipedia.org/wiki/Demokratisasi diakses pada hari kamis 6 April 2017 pukul

11.13 WITA

http://blog.isi-dps.ac.id/hendra/?p=228 di akses pada hari kamis 6 April 2017 pkl 10.58

WITA.

http://materi4belajar.blogspot.co.id/2017/01/demokrasi-pengertian-makna-dan-

hakikat.html diakses pada hari kamis 6 April 2017 pkl 10.38 WITA

http://zahro1504.blogspot.co.id/2011/04/sistem-politik-indonesia.html.Di akses pada hari

selasa 11 April 2017 pukul 03.16 WITA.

40

Anda mungkin juga menyukai