Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul “DEMOKRASI
INDONESIA”.
Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari
Demokrasi Indonesia. Kami sadar tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak,
agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang berdemokrasi
Pancasila, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.
MAKNA DAN PRINSIP DEMOKRASI SERTA HAKIKAT DEMOKRASI
INDONESIA

 Pendahuluan

Di Indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun, dari
semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat ini
adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan
dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya
sistem demokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang
sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya
masing-masing
Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan Suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang Dijalankan oleh
pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam Pengambilan keputusan
yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan Warga negara berpartisipasi
baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam Perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya
praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia.
Selain itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di Indonesia. Hal itu bisa kita
temukan dari banyaknya agama yang masuk dan berkembang di Indonesia, selain itu
banyaknya suku, budaya dan bahasa, ke semuanya merupakan karunia Tuhan yang patut
kita syukuri.

A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang berarti kekuasaan rakyat.
Demokrasi berasal dari kata “Demos” dan “Kratos”. Demos yang memiliki arti rakyat dan
Kratos yang memiliki arti kekuasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Berikut ini adalah
pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :
1. Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan
oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu
pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaan untuk membuat undang-
undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan undang-
undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang memegang kekuasaan untuk mengadili
pelaksanaan undang-undang. Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara
independen tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.
2. Demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat.
3. Demokrasi menurut Aristoteles mengemukakan ialah suatu kebebasan atau prinsip
demokrasi ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap warga negara
bisa saling berbagi kekuasaan di dalam negaranya. Aristoteles pun mengatakan
apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara hidupnya, maka sama
saja seperti budak.
4. Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk pemerintahan rakyat,
karenanya kekuasaan pemerintahan melekat pada rakyat juga merupakan HAM bagi
rakyat untuk mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari setiap paksaan
dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
5. Demokrasi menurut International Commission of Juris adalah bentuk pemerintahan
dimana hak dalam membuat suatu keputusan politik harus diselenggarakan oleh
rakyat melalui para wakil yang terpilih dalam suatu proses pemilu.

B. Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Prinsip Demokrasi Sebagai Sistem Politik
a. Pembagian kekuasaan (kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif)
b. Pemerintahan konstitusional
c. Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya
d. Pers yang bebas
e. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
f. Pengawasan terhadap administrasi negara
g. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
h. Pemerintahan yang diskusi
i. Pemilihan umum yang bebas
j. Pemerintahan berdasarkan hukum
2. Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran)
a. Pemusatan kekuasaan
Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif menjadi satu dan dipegang serta
dijalankan oleh satu lembaga.
b. Pemerintahan tidak berdasarkan konstitusional Pemerintahan dijalankan
berdasarkan kekuasaan. Konstitusinya memberi kekuasaan yang besar pada negara
atau pemerintah.
c. Rule of Power
Prinsip negara kekuasaan yang ditandai dengan supremasi kekuasaan yang besar
pada negara atau pemerintah.
d. Pembentukan pemerintah tidak berdasarkan musyawarah tetapi melalui
Dekrit.
e. Pemilihan umum yang tidak demokratis
Pemilihan umum dijalankan hanya untuk memperkuat keabsahan
Penguasa atau pemerintah negara.
f. Manajemen dan kepemimpinan yang tertutup dan tidak bertanggung jawab.
g. Tidak ada dan atau dibatasinya kebebasan berpendapat, berbicara dan
kebebasan pers.
h. Penyelesaian perpecahan atau perbedaan dengan cara kekerasan dan
Penggunaan.
i. Tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia bahkan sering terjadi
pelanggaran hal asasi manusia.
j. Menekan dan tidak mengakui hak-hak minoritas warga negara.

C. Jenis-jenis Demokrasi
Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Berikut beberapa jenis dari demokrasi :
1. Demokrasi menurut cara aspirasi rakyat

a. Demokrasi Langsung
Merupakan sistem demokrasi yang memberikan kesempatan kepada
Seluruh warga negaranya dalam permusyawaratan saat menentukan arah
Kebijakan umum dari negara atau undang-undang.
b. Demokrasi Tidak Langsung
Merupakan Kebebasan individu yang lebih ditekankan dan mengabaikan
kepentingan umum.
c. Demokrasi Pancasila
Merupakan demokrasi yang ada di Indonesia bersumberkan pada nilai-
nilai sosial budaya bangsa serta berazaskan musyawarah mufakat dengan
memprioritaskan kepentingan seluruh masyarakat atau warga negara.
Demokrasi pancasila fokus pada kepentingan dan aspirasi serta hati nurani
rakyat. Sampai saat ini Indonesia menganut demokrasi pancasila yang
bersumber pada falsafah pancasila.

D. Ciri-Ciri Demokrasi
Ciri yang menggambarkan suatu pemerintahan didasarkan oleh sistem demokrasi seperti:

 Pemerintahan didasarkan kehendak dan kepentingan semua rakyat.


 Ciri konstitusional ialah hal yang berhubungan denag kepentingan, kehendak
atau kemauan atau kekuasaan rakyat yang dituliskan dalam konstitusi dan undang-
undang negara tersebut.
 Ciri perwakilan yakni dalam mengatur negaranya kedaulatan rakyat akan
diwakilkan oleh beberapa orang yang sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
 Ciri pemilihan umum yakni sebuah kegiatan politik yang dilaksanakan untuk memilih
pihak dalam pemerintahan.
 Ciri kepartaian yakni partai akan menjadi media atau sarana untuk menjadi
Bagian dalam melaksanakan sistem demokrasi
 Ciri kekuasaan ialah adanya pembagian dan pemisah kekuasaan.
 Ciri tanggung jawab ialah adanya tanggung jawab dari pihal yang sudah Dipilih untuk
ikut dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi.

E. Contoh Demokrasi
1. Jenis-Jenis Demokrasi
• Demokrasi Langsung
Contoh : Ikut mencoblos saat pemilu atau pilkada, dan memilih secara
langsung ketua kelas.
• Demokrasi Perwakilan
Contoh : Pembuatan undang-undang yang diwakili oleh anggota DPR.
2. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
dibagi 3 :
 Referendum Wajib
Contoh : Pemungutan suara pemisahan Timor-Timur, dan persetujuan yang
diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan UUD.
 Referendum Tidak Wajib
Contoh : Peranan partai politik tidak begitu menonjol tetapi kehendak rakyat
dapat diketahui secara langsung dalam demokrasi.
 Referendum Konsultatif
Contoh : Rakyat sendiri kurang memahami tentang ini maka pada saat materi
UU rakyat hanya diminta persetujuan.

3. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritas :


 Demokrasi Formal
Contoh : adanya keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat.
 Demokrasi Material
Contoh : Mungkin keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat hanya
sebagai simbol saja, dan hanya mementingkan kepentingan negara saja
dibandingkan rakyat.
 Demokrasi Campuran
Contoh : Rakyat memilih wakil di DPRD kemudian wakil itu dikontrol oleh
rakyat dengan sistem referendum.
4. Demokrasi berdasarkan prinsip ideologi :
 Demokrasi Liberal
Contoh : Dalam demokrasi ini adanya sistem multi partai dan Demokrasi ini
telah mendorong untuk lahirnya partai-partai politik.
 Demokrasi Rakyat adalah Demokrasi dimana rakyat yang menentukan saat
ada masalah penting. Contoh : Pada saat pemilihan presiden dan wakil
presiden.

F. Sejarah dan Perkembangan di Indonesia


Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam dua tahapan yaitu tahapan
pra kemerdekaan dan tahapan pasca kemerdekaan. Seperti dikemukakan oleh Jimly
Ashiddiqie telah tumbuh praktik yang dapat dikaitkan dengan gagasan kedaulatan rakyat
( penulis menyebut gagasan demokrasi ) di wilayah nusantara ini terutama yang terjadi di
pedesaan. Dengan demikian bangsa Indonesia tradisi berdemokrasi sebenarnya telah
dimulai sejak zaman kerajaan Nusantara. Karena itu potensi tumbuhnya alam demokrasi
sangat besar.

1. Demokrasi periode 1945-1959


Demokrasi pada masa ini dikenal dengan demokrasi parlementer. Sistem
demokrasi parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan
diproklamirkan dan diperkuat dalam Undang-undang Dasar1945 dan 1950,ternyata
kurang cocok untuk Indonesia, meskipun dapat berjalan secara memuaskan pada
beberapa Negara Asia lain. Persatuan yang dapat digalang selama menghadapi
musuh bersama menjadi koridordan tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan
konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi
sistem parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan
Dewan Perwakilan Rakyat.
Undang Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya system Parlementer dimana
badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala Negara konstitusional
( constitutional head ) beserta mentri-mentrinya yang mempunyai tanggung jawab
politik.
Salah satu hal yang penting dalam periode ini adalah adanya Perdebatan yang
tidak berkesudahan yang dilakukan oleh anggota Parlemen dari partai yang berbeda.
Karena seperti diketahui bahwa pada Periode ini tumbuh era multi partai. Era multi
partai diikuti oleh adanya Alam kebebasan ( tumbuhnya paham liberalisme ) yang
tumbuh pada Periode ini.

Ir. Soekarno sebagai presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
menentukan berlakunya kembali Undang Undang Dasar 1945.Keluarnya Dekrit
Presiden tersebut merupakan intervensi presiden terhadap parlemen. Dengan
demikian sejak Dekrit Presiden keluar masa Demokrasi berdasarkan sistem parlemen
berakhir.
2. Demokrasi Periode 1959-1965
Ciri sistem politik pada periode ini adalah dominasi peranan presiden, terbatasnya
peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan
ABRI sebagai unsur sosial politik. Dalam praktik pemerintahan, pada periode ini telah
banyak melakukan distorsi terhadap praktik demokrasi. Pada periode ini ada
kekeliruan besar dalam demokrasi terpimpin Soekarno, yaitu adanya pengingkaran
terhadap nilai-nilai demokrasi. Demokrasi terpimpin Soekarno sebenarnya bukan
sistem demokrasi yang sebenarnya melainkan sebagai suatu bentuk otoriterian.
Karena itu pada periode ini sebenarnya alam dan iklim demokrasi tidak muncul,
karena yang sebenarnya terjadi dalam praktik pemerintahan adalah rezim
pemerintah sentralistik otoriter Soekarno. Demokrasi terpimpin ala Soekarno
berakhir dengan lahirnya Gerakan 30 September 1965 yang didalangi oleh PKI
( Partai Komunis Indonesia).
3. Demokrasi periode 1965-1998
Periode pemerintahan ini muncul setelah gagalnya gerakan 30 September yang
dilakukan oleh PKI. Landasan formil periode ini adalah Pancasila, Undang Undang
Dasar 1945 serta ketetapan MPRS. Semangat yang mendasari kelahiran periode ini.
adalah ingin mengembalikan dan memurnikan pelaksanaan pemerintah yang
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

Namun demikian “ Demokrasi Pancasila” dalam rezim orde baru hanya sebagai
retorika dan gagasan belum sampai pada tatanan praksis atau penerapan. Karena
dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan
ruang bagi kehidupan berdemokrasi. Seperti dikatakan oleh M. Rusli Karim rezim
orde baru ditandai oleh ; dominan peranan ABRI, Birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pengebirian peran dan fungsi partai politik, campur
tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan public, Masa
mengambang, Monolitisasi idologi Negara, Inkorporasi lembaga nonpemerintahan.
Tujuan cir tersebut menjadikan hubungan Negara versus masyarakat secara
berhadap-hadapan dan subordinat, dimana Negara atau pemerintah sangat
mendominasi. Dengan demikian kejadian pengingkaran terhadap nilai-nilai
demokrasi juga terjadi dalam demokrasi Pancasila pada masa rezim Soeharto.
4. Demokrasi 1998-sekarang dengan Sistem Demokrasi Pancasila ( Orde Reformasi)
Demokrasi Pancasila Era Reformasi berakar pada kekuatan multi partai yang
berupaya mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga Negara. Demokrasi
yang dikembangkan pada masa reformasi ini adalah demokrasi dengan mendasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945, dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan
perbaikan peraturan-peraturan yang dianggap tidak demokratis, meningkatkan
peran lembaga-lembaga tinggi Negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan
tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan , dan tata
hubungan yag jelas antara lembaga-lembaga eksekutif , legislatif, dan yudikatif.
Demokrasi pada periode ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR-MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih Presiden dan Wakil presiden serta terbentuknya
lembaga-lembaga tinggi lainnya. Dalam perkembangannya, pemerintah fokus pada
pembagian kekuasaan antar Presiden dan Parpol dalam DPR, sehingga rakyat
diabaikan.
NEGARA HUKUM

Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan bagi
warganya. Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan
negara atau dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan
keadilan bagi pergaulan hidup warganya. Pemikiran negara hukum di mulai sejak Plato
dengan konsepnya “bahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang didasarkan pada
pengaturan (hukum) yang baik yang disebut dengan istilah nomoi”. Kemudian ide tentang
negara hukum popular pada abad ke-17 sebagai akibat dari situasi politik di Eropa yang
didominasi oleh absolutisme.

Dalam perkembangannya, paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari


paham kerakyatan. Sebab pada akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan
negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan dan
kedaulatan rakyat. Dalam kaitannya dengan negara hukum, kedaulatan rakyat merupakan
unsur material negara hukum, di samping masalah kesejahteraan rakyat.

Salah satu asas penting negara hukum adalah asas legalitas. Asas Legalitas
berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara hukum. Gagasan demokrasi
menuntut agar setiap bentuk Undang-undang dan berbagai keputusan mendapatkan
persetujuan dari wakil rakyat dan sebanyak mungkin Memperhatikan kepentingan rakyat.

Gagasan negara hukum menuntut agar Penyelenggaraan kenegaraan dan


pemerintah harus didasarkan pada Undang-undang dan memberikan jaminan terhadap hak-
hak dasar rakyat yang tertuang Dalam Undang-undang. Menurut Sjachran Basah, asas
legalitas berarti upaya Mewujudkan duet integral secara harmonis antara paham kedaulatan
hukum Dan paham kedaulatan rakyat berdasarkan prinsip monodualitas selaku pilarpilar,
yang sifat hakikatnya konstitutif. Penerapan asas legalitas, menurut Indroharto, akan
menunjang berlakunya kepastian hukum dan berlakunya kesamaan perlakuan.

Lembaga negara adalah alat perlengkapan negara sebagaimana


dimaksudkan oleh Undang-undang Dasar 1945, yaitu:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
4. Presiden dan Wakil Presiden
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6. Mahkamah Agung (MA)
7. Mahkamah Konstitusi (MK)
8. Komisi Yudisial (KY)

Jadi lembaga-lembaga tinggi negara itu menurut Undang-undang Dasar


1945 adalah untuk menampung kekuasaan agar bisa dilaksanakan, yang sebenarnya
merupakan kekuasaan majelis permusyawaratan rakyat atau disebut juga dengan MPR;
MPR sendiri menerima kekuasaan itu dari rakyat. Sejarah berdirinya lembaga mahkamah
konstitusi atau disebut juga dengan MK Diawali dengan diadopsinya ide mahkamah
konstitusi (constitutional court) Dalam amandemen konstitusi yang dilakukan oleh MPR
pada tahun 2001 Sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C,
dan Pasal 7B Undang-undang Dasar 1945 hasil Perubahan Ketiga yang disahkan Pada 9
November 2001. Ide pembentukan mahkamah konstitusi merupakan Salah satu
perkembangan pemikiran hukum dan kenegaraan modern yang Muncul di abad ke-20.

Setelah disahkannya perubahan ketiga Undang-undang Dasar 1945 Maka


dalam rangka menunggu pembentukan mahkamah konstitusi, MPR Menetapkan Mahkamah
Agung atau di sebut juga dengan MA menjalankan Fungsi mahkamah konstitusi untuk
sementara sebagaimana diatur dalam pasal III aturan peralihan Undang-undang Dasar 1945
hasil perubahan keempat. Dewan Perwakilan Rakyat atau disebut juga dengan DPR dan
Pemerintah Kemudian membuat rancangan Undang-undang mengenai Mahkamah
Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan pemerintah Menyetujui secara
bersama Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah konstitusi pada 13
Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu (lembaran negara Nomor 98 dan
tambahan lembaran negara Nomor 4316). Dua hari kemudian, pada tanggal 15 Agustus
2003, Presiden melalui Keputusan Presiden Nomor 147/M Tahun 2003 hakim konstitusi
untuk pertama kalinya yang dilanjutkan dengan pengucapan sumpah jabatan para Hakim
konstitusi di Istana negara pada tanggal 16 Agustus 2003.

Lembaran perjalanan mahkamah konstitusi selanjutnya adalah


pelimpahan perkara dari Mahkamah Agung(MA) ke Mahkamah Konstitusi (MK), pada
tanggal 15 Oktober 2003 yang menandai mulai beroperasinya kegiatan mahkamah
Konstitusi sebagai salah satu cabang kekuasaan kehakiman menurut ketentuan Undang-
Undang Dasar 1945.Mahkamah konstitusi dibentuk menjamin agar konstitusi sebagai
hukum tertinggi dapat ditegakkan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, mahkamah
Konstitusi biasa disebut sebagai The Guardian of The Constitution seperti sebutan yang
biasa diisbatkan kepada mahkamah agung di Amerika Serikat. Mengapa justru mahkamah
agung yang disebut sebagai The Guardian of The Constitution Di Amerika Serikat, sebabnya
ialah karena disana tidak ada mahkamah Konstitusi. Fungsi mahkamah konstitusi dalam arti
yang lazim dikenal di dalam sistem Eropa yang menganut tradisi civil law seperti Austria,
Jerman, dan Italia Terintegrasikan ke dalam kewenangan mahkamah agung Amerika Serikat
Sehingga mahkamah agunglah yang disebut sebagai The Guardian of American Constitution.
Mahkamah Konstitusi mempunyai fungsi untuk mengawal (To Guard) konstitusi agar
dilaksanakan dan dihormati baik penyelenggara kekuasaan negara maupun warga negara.
Mahkamah konstitusi juga sebagai penafsir akhir konstitusi. Lembaga negara lain dan
bahkan orang perorangan boleh saja menafsirkan arti dan makna dari ketentuan yang ada
dalam konstitusi. Suatu konstitusi memang tidak selalu jelas karena rumusannya luas dan
kadang-kadang kabur. Akan tetapi, yang menjadi otoritas akhir untuk memberi tafsir yang
mengikat adalah mahkamah konstitusi. Dan tafsiran yang mengikat itu hanya diberikan
dalam putusan mahkamah konstitusi atas permohonan yang diajukan kepadanya.

Berikut ini konsepsi tentang negara hukum dari berbagai pandangan yang
tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan zaman

1) Negara Hukum Konsep Eropa Kontinental


Model negara hukum ini diterapkan misalnya di Belanda, Jerman dan Perancis,
Soetanto menyatakan ada dua sarjana Barat yang berjasa dalam pemikiran negara
hukum yaitu Immanuel Kant dan Friedrich Julius Stahl. Kant memahami negara hukum
sebagai nachtwakker staat atau nachtwachter staat atau “negara penjaga malam” yang
tugasnya menjamin ketertiban dan keamanan masyarakat. Gagasan hukum menurut
konsep Kant disamakan negara hukum liberal.

Konsep rechstaat menurut Friedrich Julius Stahl dalam bukunya Constitutional


Government and Democrazy: Theory and Practise in Europe and America, seperti
dikutip oleh Miriam Budiardjo, ditandai dengan empat unsur, yaitu adanya:
1) hak-hak asasi manusia;
2) pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak
asasi manusia, biasa dikenal sebagai Trias Politika;
3) pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid van
hestuur) dan
4) peradilan administrasi dalam perselisihan

Dari pemikiran tersebut di atas menurut Padmo Wahyono seperti dikutip Oleh
Soetanto Soepiadhy, kemudian lahirlah konsep-konsep yang merupakan Variant dari
rechsstaat itu, antara lain welvaarstaat dan verzogingstaat sebagai Negara kemakmuran
Unsur–unsur yang terdapat dalam kedua macam negara hukum tersebut Di atas,
baik Rechsstaat maupun Rule of law mempunyai persamaan dan Perbedaan. Persamaan
pokok antara Rechsstaat maupun Rule of law adalah Adanya keinginan untuk memberikan
perlindungan dan penghormatan terhadap Hak asasi manusia yang telah diimpikan sejak
berabad abad lamanya dengan Perjuangan dan pengorbanan yang besar.

Bagi Negara Republik Indonesia ketentuan mengenai rechstaat kembali dicantumkan


secara tegas dalam Perubahan Ketiga Tahun 2001 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi : “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”.

terdapat 4 asas atau unsur utama negara hukum dan setiap unsur utama diikuti
beberapa unsur turunannya, dengan gambaran unsur-unsurnya:

a. Adanya kepastian hukum, dengan unsur turunannya:


1) Asas legalitas
2) Undang-undang yang mengatur tindakan yang berwenang sedemikian
rupa, sehingga warga dapat mengetahui apa yang dapat diharapkan
3) Undang-undang tidak boleh berlaku surut
4) Hak asasi di jamin dengan undang-undang
5) Pengendalian yang bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya.
2) Asas persamaan, dengan unsur turunannya:
1) Tindakan yang berwenang diatur dalam undang-undang dalam arti
materiil
2) Adanya pemisahan kekuasaan.
3) Asas demokrasi, dengan unsur turunannya:
1) Hak untuk memilih dan dipilih bagi warga Negara
2) Peraturan untuk badan yang berwenang ditetapkan oleh parlemen
3) Parlemen mengawasi tindakan pemerintah.
4) Asas pemerintahan untuk rakyat, dengan unsur turunannya:
1) Hak asasi dijamin dengan undang-undang dasar;
2) Pemerintahan secara efektif dan efisie

2) Negara Hukum Konsep Anglo Saxon

Sebelum timbul konsep Negara Hukum Anglo Saxon, terlebih dahulu Akan dibahas
tipe negara yang mendahuluinya, yaitu Negara Polisi (Polizei Staat). Hal tersebut perlu
dikemukakan karena timbulnya pemikiran negara Hukum di Barat sebagai reaksi terhadap
pemerintahan raja-raja absolut yang Hampir menyeluruh di Benua Eropa. Pengertian polisi
ada 2 (dua), yaitu dalam artian negatif, yang menjaga
Keamanan dan ketertiban, dan dalam artian positif yaitu menyelenggarakan
Kemakmuran. Negara polisi adalah negara yang menyelenggarakan keamanan Dan
kemakmuran atau perekonomian. Wujud pelaksanaannya diketahui pada Masa Acient
Regiem, dimana raja-raja di barat masih memerintah secara absolut, L’etat c’est moi, negara
adalah aku (raja). Hal tersebut juga tercermin dalam setiap kebijakan terkait kepentingan
umum. Model negara hukum ini diterapkan misalnya di Inggris dan Amerika Serikat, konsep
Rule of law tersebut menurut A.V. Diecy dalam bukunya Introduction to the Law of the
Constitution, seperti dikutip oleh Miriam Budiardjo yang ditandai dengan tiga unsur, yaitu
adanya :

1) supremasi hukum (supremacy of law; tidak adanya kekuasaan


sewenangwenang (absence of arbitrary power), dalam bahwa seseorang
hanya dapat dihukum kalau melanggar hukum;
2) kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the Law), baik bagi
rakyat biasa maupun bagi pejabat; dan

3) terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang dan keputusankeputusan


pengadilan .

3) Negara Hukum Konsep Sosialis

Socialist Legality adalah konsep yang dianut di negara- negara komunis atau sosialis,
tampaknya hendak mengimbangi konsep rule of law yang dipelopori oleh negara-negara
Anglo Saxon. Ada latar belakang politis dalam hubungan dengan dunia internasional, antara
lain dengan penyelenggaraan Warsawa Colleqium pada tahun 1958 yang dihadiri oleh
sarjana-sarjana dari negara-negara sosialis.

Socialist Legality melekat di dalam sistem sosial dan politik Uni Soviet,yang
bergantung pada jaminan hak-ha politik warga negara, melindungi Pekerja, perumahan, dan
hak-hak serta kepentingan jasmani perorangan dan Kehidupan, kesehatan, kemuliaan, dan
reputasi mereka. Di bawah sosialisme Materi dan jaminan yuridis hak-hak sipil dan
kebebasan dicampurkan,Sementara undang-undangnya menetapkan kondisi-kondisi ini
secara yuridis.

Dapat dipahami, bahwa inti dari Socialist Legality berbeda dengan konsep Barat,
karena dalam Socialist Legality hukum ditempatkan di bawah sosialisme. Konsep Socialist
Legality yaitu suatu konsep mengenai suatu jaminan konstitusional tentang propaganda anti
agama. Propaganda tersebut memang merupakan watak dari negara komunis atau sosialis
dengan doktrinnya: “agama sebagai candu bagi rakyat”.Semua pihak mengetahui, bahwa
komunisme mengajarkan sikap anti Tuhan. Selaras dengan itu, perlu dkemukakan pendapat
Jaroszinky, seperti dikutip oleh Oemar Seno Aji, yaitu “Hak perseorangan dapat disalurkan
kepada prinsip-prinsip sosialisme, meskipun hak tersebut patut mendapat perlindungan”.
4) Negara Hukum Indonesia

Seiring dengan berjalannya waktu dan dinamika perkembangan ketatanegaraan di


Indonesia, Rumusan Negara Hukum dipertegas pasca Undang-undang Dasar 1945
diamandemen sebanyak 4 (empat) kali dalam kurun waktu tahun 1999-2002 , sebagai salah
satu dari tuntutan reformasi 1998 yang merupakan kehendak rakyat yang menghendaki
adanya perubahan total, fundamental, menyeluruh, dan sinergis dalam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan adanya pengaturan mengenai hak-
hak asasi manusia (HAM) dan beberapa perjanjian internasional mengenai hak asasi
manusia yang telah diratifikasi serta adanya undang-undang yang mengatur tentang HAM.
Sebagaimana didalamrumusan UUD 1945 pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara
Indonesia adalah Negara hukum”.

Penegasan ini sekaligus memberikan sebuah bentuk komitmen negara bahwa


dalam Segala proses pengambilan kebijakan dan pengelolaan negara di seluruh aspek
kehidupan Berbangsa dan bernegara harus berlandaskan hukum. Sebagaimana satjipto
Raharjo yang Menyatakan bahwa bangunan yang kemudian bernama “Negara Hukum”
merupakan salah Satu prestasi peradaban manusia yang pantas untuk dicatat. Secara
subtantif beliau Mengemukakan esensinya terletak pada memanusiakan proses-proses
penyelesaian persoalan dalam masyarakat.

Seperti diuraikan dalam penjelasan autenteik naskah Undang-undang Dasar


1945,kandungan pemikiran yang terdapat didalam pembukaan UUD 1945 itu mencakup
empat empat pokok pikiran, yaitu: pertama, Negara Indonesia adalah negara yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta
mencakupi segala faham golongan dan paham perseorangan. Kedua, bahwa Negara
Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Ketiga, bahwa Negara
Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat. Keempat, bahwa Negara Indonesia adalah
negara yang berketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.

Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UU 12 tahun tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan, materi muatan yang harus diatur melalui undang-undang adalah :
a. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang.
c. Pengesahan perjanjian internasional tertentu.
d. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi.
e. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat

Konsep negara hukum Indonesia berbeda dengan konsep negara hukum Eropa
kontinental, konsep negara hukum anglo saxon, maupun konsep negara Hukum sosialis,
ketiga konsep negara hukum tersebut didasarkan pada paham Liberal individualistis dan
sosialis, sedangkan konsep negara hukum Indonesia Didasarkan pada pandangan hidup
bangsa, yaitu pancasila.

Beberapa hal yang membedakan konsep negara Hukum Indonesia dengan negara
hukum Lainnya sebagai berikut :

1) Bersumber pada Pancasila


Roeslan Saleh berpendapat, dengan memperhatikan penempatan
dan Fungsi Pancasila dalam pembukaan, maka Pancasila merupakan
Grundnorm Yang lebih luas daripada Grundnorm menurut Hans Kelsen,
karena meliputi Seluruh norma kehidupan bangsa Indonesia.
2) Sistem Konstitusi
Di negara-negara Barat dikenal asas legalitas, artinya bahwa setiap
tindakan pemerintah harus berdasarkan undang-undang (wetmatigheid
van heet bestuur) yang kemudian berkembang menjadi berdasarkan
hukum dan berdasarkan kegunaannya. Unsur legalitas ini mendapat
reaksi, yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan secara
terpaksa di Negara Belanda.
3) Kedaulatan Rakyat
Pakar kedaulatan Jean Bodin berpendapat, kedaulatan adalah
kekuasaan tertinggi tanpa pembatasan oleh hukum. Hukum tidak lain dari
kemauan raja (negara), karena rajalah yang membuat undang-undang
(hukum). Kedaulatan dilengkapi dengan sifat tunggal, asli, langgeng, tidak
terbatas.
4) Persamaan Kedudukan dalam Hukum
Unsur ini dimuat dalam UUD 1945, bukan karena banyak negara
juga Memuat dalam Undang-Undang Dasarnya. Akan tetapi bagi bangsa
Indonesia,Hal ini mempunyai latar belakang sejarah yang pahir di bawah
pemerintah Jajahan Belanda. Waktu itu bangsa Indonesia yang disebut
sebagai inlander adalah warga negara kelas tiga (I.S. Pasal 163), karena
kedudukan hukumnya tidak sama dengan golongan Eropa dan Timur
Asing.
Oleh karena itu dalam rumusan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
Disamping jaminan kedudukan yang sama dalam hukum juga kedudukan
yang sama dalam pemerintahan. Hal ini berarti setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk turut serta dalam penyelenggaraan
negara tanpa membedakan turunan, warna kulit, kaya atau miskin, laki-
laki atau perempuan, ataupun Agama.
5) Kekuasaan kehakiman yang Bebas dari Kekuasaan Lain
UUD 1945 tidak menganut teori Trias Politika, akan tetapi untuk
menjamin hak warga negara untuk menikmati keadilan, perlu ditetapkan
kekuasaan kehakiman yang mandiri dan bebas dari pengaruh kekuasaan
lain terutama kekuasaan pemerintah (eksekutif).
6) Pembentukan Undang-Undang
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 “Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.” Pasal 20 ayat(1) “Dewan Perwakilan Rakyat memegang
kekuasaan membentuk undang-undang.” Pasal 20 ayat (2) “Setiap
rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapatkan persetujuan Bersama”.
7) Sistem Perwakilan

Menurut pendapat Bagir Manan, terdapat dua pendapat yang


lazim tentang sistem pemerintahan Indonesia dibawah UUD 1945, yaitu
kelompok yang berpendapat bahwa Indonesia menganutsistem
Presidensial dan kelompok yang berpendapat bahwa Indonesia menganut
sistem campuran.30 karena pertanggungjawaban presiden kepada MPR
bukan merupakan pertanggungjawaban kepada badan legislatif. Dalam
hal ini,pertanggungjawaban Presiden kepada MPR tidak boleh disamakan
dengan pertanggungjawaban kabinet kepada parlemen (dalam sistem
parlementer),pertanggungjawaban Presiden kepada MPR merupakan
upaya konstitusional untuk checking and balancing. Dengan demikian
unsur parlementer (dalam UUD 1945) tidak ada sama sekali.

Sebagai negara yang lahir pada abad modern, Negara Republik Indonesia juga
menyatakan bahwa diri sebagai negara hukum. Asas negara hukum yang dianut, banyak
dipengaruhi oleh paham Eropa Kontinental, dan hal itu memang dapat dipahami dan sangat
dimengerti mengingat Indonesia merupakan negara bekas jajahan Belanda.

Adapun Prinsip-prinsip Negara Hukum yaitu pengakuan dan perlindungan HAM


dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial dan kebudayaan menurut ketentuan hukum.
1) peradilan bebas tidak memihak dan tidak mempengaruhi/dipengaruhi
oleh kekuatan apapun.
2) legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya suatu tindakan harus
sesuai dengan yang dirumuskan dalam peraturan hukum.

Dari uraian ini jelas bahwa secara prinsip Negara Indonesia sebagai Suatu negara
yang berdasar atas hukum, dan untuk itu dapat dikemukakan dua Pemikiran:

1) bahwa kekuasaan tertinggi di dalam negara Indonesia ialah hukum yang


dibuat oleh rakyat melalui wakil–wakilnya di lembaga legislatif. Jadi, suatu
kedaulatan hukum sebagai penjelmaan lebih lanjut dari paham
kedaulatan rakyat (Vertretungsorgan des Willens de Staatsvolkes).
2) Sistem pemerintahan negara atau cara–cara pengendalian negara
Memerlukan kekuasaan (power/macht) namun tidak ada suatu
kekuasaan pun di Indonesia yang tidak berdasarkan atas hukum.

Anda mungkin juga menyukai