Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada


awalnya. Namun, dari yang bertahan adalah sistem pemerintahan
demokrasi. Meskipun masih terdapat kekurangan dan tantangan
disana-sini. Sebagian kelompok merasa merdeka dengan sistem
demokrasi yang ada di Indonesia. Artinya, kebebasan pers telah
menempati ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap orang bebas
mengemukakan pendapat.

Demokrasi merupakan suatu bentuk atau mekanisme sistem


pemerintahan negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakayat
atau negara yang dijalankan pemerintah. Semua warga negara
memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara
berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang


memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara. Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan
pribadi bangsa Indonesia. Selain itu yang melatar belakangi pemakaian
sistem demokrasi di Indonesia. Hal itu bisa kita temukan dari
banyaknya agama yang masuk dan berkembang di Indonesia, selain itu
banyaknya suku, budaya dan bahasa, semuanya merupakan karunia
tuhan yang wajib kita syukuri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Demokrasi?
2. Apa pendapat para ahli mengenai demokrasi?
3. Apa saja macam-macam demokrasi?
4. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?
5. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan


memahami lebih mendalam mengenai Demokrasi Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai referensi mengenai


Demokrasi Indonesia, serta menjadi sumber ilmu pengetahuan.
BAB II

PEMBAHASAN
I. RANGKUMAN MATERI
A. Pengertian Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu


negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat
(kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut. Isitilah demokrasi berasal dari Yunani
Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut
biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah
ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
demokrasi di banyak negara. Kata demokrasi berasal dari dua kata,
yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik
suatu negara.

Adapun Pengertian Demokrasi menurut para ahli, yakni :

o Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
o Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan
kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan
kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara.
o John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat.
Oleh karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat
aktif maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah
terdapat pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif, legislatif,
maupun yudikatif.
o Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang
melaksanakan kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang
terpilih. Di mana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan
kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan
kekuasaan Negara.
o Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-
keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara
bebas dari rakyat dewasa.
o C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas
anggota dewan dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar
sistem perwakilan yang menjamin pemerintah akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas
tersebut.
o Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-
wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan politik.
o Merriem
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat;
khususnya, oleh mayoritas; pemerintahan di mana kekuasaan
tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan oleh mereka baik langsung
atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang
biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas yang
diadakan secara periodik; rakyat umum khususnya untuk
mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau
privelese berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.
o Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling
kuat dalam sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum
yang adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas
bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk
dewasa dapat memberikan suara.

B. Macam-macam Demokrasi
Macam-macam demokrasi adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan Penyaluran Kehendak Rakyat

Demokrasi langsung : Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi


yang mengikutsertakan atau melibatkan seluruh rakyat yang
dilakukan secara langsung dalam membicarakan atau menentukan
urusan-urusan negara. Demokrasi langsung terjadi pada zaman
yunani kuno karena pada saat itu penduduknya masih sedikit

Demokrasi tidak langsung : Demokrasi tidak langsung/perwakilan


adalah sistem demokrasi yang melibatkan rakyat pengambilan
keputusan suatu negara secara tidak langsung dengan menyalurkan
kehendaknya, rakyat memilih wakil yang telah dipercaya untuk
menjabat dalam parlemen sebagai penyalur aspirasi rakyat.

b. Berdasarkan Hubungan antar Kelengkapan Negara

Demokrasi perwakilan dengan sistem refrendum adalah sistem


demokrasi dimana rakyat memilih perwakilan untuk menjabat di
parlemen yang tetap dikontrol oleh rakyat dengan sistem refrendum

Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer adalah sistem


demokrasi yang terjadi karena adanya hubungan erat antara badan
eksekutif dan legislatif. Menteri di eksekutif diangkat atas usul
legislatif, sehingga menteri memiliki tanggung jawab kepada
parlemen. Presiden dan raja adalah kepala negara tetapi bukan
kepala pemerintahan. Tugas eksekutif harus sesuai dengan pedoman
atau program kerja yang telah disetujui oleh parlemen. Kedudukan
eksekutif dimata parlemen dapat stabil dan mendapat dukungan,
jika menjalankan sesuai dengan tugasnya, tetapi jika sebaliknya
maka parlemen dapat menjatuhkan kabinet dengan penyajuan mosi
tidak percaya. Kedudukan eksekutif berada dibawah parlemen yang
sangat tergantung pada dukungannya.

Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan adalah


suatu sistem demokrasi dimana eksekutif dan legislatif
kedudukannya terpisah. seperti menteri-menteri diangkat oleh
presiden dan memiliki tanggung jawab kepada presiden. Presiden
berkedudukan sebagai kepala negara dan juga sebagai kepala
pemerintahan. Jabatan presiden dan menteri tidak bergantung dari
dukungan parlemen dan tidak dapat diberhentikan oleh parlemen.

Demokrasi perwakilan dengan sistem refrendum dan inisiatif


rakyat adalah gabungan dari demokrasi perwakilan/tidak langsung
dan demokrasi secara langsung. Badan perwakilan tetap ada,
namun dikontrol oleh rakyat melalui refrendum yang sifatnya
obligator dan fakultatif.

c. Berdasarkan Prinsip Ideologi

Demokrasi Liberal : Demokrasi liberal adalah sistem demokrasi yang


menekankan kepada kebebasan individu yang sering mengabaikan
kepentingan umum

Demokrasi Rakyat : Demokrasi rakyat adalah demokrasi yang


didasari dari paham sosialisme dan komunisme yang
mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan umum
Demokrasi Pancasila : Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang
bersumber dari tata nilai sosial dan budaya bangsa indonesia
dengan berasaskan musyawarah mufakat yang mengutamakan
kepentingan umum. Demokrasi pancasila berasal dari indonesia.

C. Perkembangan Demokrasi

1. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan.


Implementasi demokrasi pada masa pemerintahan revolusi
kemerdekaan baru terbatas pada interaksi politik diparlemen dan
berfungsinya pers yang mendukung revolusi kemerdekaan. Meskipun tidak
banyak catatan sejarah yang menyangkut perkembangan demokrasi pada
periode ini, akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal
mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua,
presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi
dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan
terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar
bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam
sejarah kehidupan politik kita.

2. Perkembangan demokrasi parlementer (1945-1959)


Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950
sampai 1959, dengan menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai
landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan
demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat
ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi
dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini
diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.
Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh
konkret dari tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Ada
hampir 40 partai yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi
dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan partainya maupun
para pendukungnya.Demokrasi parlementer gagal karena :

a. dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi


terhadap pengelolaan konflik
b. basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah
c. persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan
kalangan Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang
dengan proses politik yang berjalan.

3. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah
menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal
itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan
ideologinya sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan politik
nasional secara menyeluruh. Disamping itu Soekarno melontarkan
gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan gotong
royong. Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat
antara ketiga kekuatan politik yang utama pada waktu itu, yaitu presiden
Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat. Karakteristik
yang utama dari demokrasi terpimpin adalah menggabungkan sistem
kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif
dalam sistem politik nasional menjadi sedemikian lemah, Basic Human
Right menjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa
puncak dari semangat anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan
semakin dominan dalam proses hubungan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah. Pandangan A. Syafii Maarif, demokrasi
terpimpin sebenarnya ingin menempatkan Soekarno sebagai Ayah dalam
famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada
di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi
Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai
demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri
pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance
dari legislatif terhadap eksekutif.

4. Perkembangan demokrasi PraOrde Baru


Semenjak dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X 3 november
1945, yang menganjurkan pembentukan partai-partai politik,
perkembangan demokrasi dalam masa revolusi dan demokrasi
pearlementer dicirikan oleh distribusi kekuasaan yang khas.
Presiden Soekarno ditempatkan sebagai pemilik
kekuasaan simbolik dan ceremonial, sementara kekuasaan pemerintah
yang riil dimiliki oleh Perdana Menteri, Kabinet dan, Parlemen. Partai politik
memainkan peranan sentral dalam kehidupan politik dan proses
pemerintahan. Kompetisi antar kekuatan dan kepentingan politik
mengalami masa keleluasaan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia
merdeka. Pergulatan politik ditandai oleh tarik menarik antara partai di
dalam lingkaran kekuasaan dengan kekuatan politik di luar lingkungan
kekuasaan, pihak kedua mencoba menarik pihak pertama ke luar dari
lingkungan kekuasaan.
Kegiatan partisipasi politik di masa ini berjalan dengan hingar bingar,
terutama melalui saluran partai politik yang mengakomodasikan ideologi
dan nilai primordialisme yang tumbuh di tengah masyarakat, namun
hanya melibatkan segelintir elit politik. Dalam masa ini yang dikecewakan
dari Soekarno adalah masalah presiden yang hanya sebagai simbolik
semata begitu juga peran militer.

Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah mengalami


perpecahan antar elit dan antar partai politik di satu sisi, serta di sisi lain
akibat adanya sikap Soekarno dan militer mengenai demokrasi yang
dijalankan. Perpecahan antar elit politik ini diperparah dengan konflik
tersembunyi antar kekuatan parpol dengan Soekarno dan militer, serta
adanya ketidakmampuan setiap kabinet dalam merealisasikan
programnya dan mengatasi potensi perpecahan regional ini
mengindikasikan krisis integral dan stabilitas yang parah. Keadaan ini
dimanfaatkan oleh Soekarno untuk merealisasikan nasionalis ekonomi, dan
diberlakukanya UU Darurat pada tahun 1957, maka sebuah masa
demokrasi terpimpin kini telah mulai.

Periode demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai dengan


terbentuknya Zaken Kabinet pimpinan Ir. Juanda pada 9 April 1957, dan
menjadi tegas setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Kekuasaan menjadi
tersentral di tangan presiden, dan secra signifikan diimbangi dengan
peran PKI dan Angkatan Darat. Kekuatan-kekuatan Suprastruktur dan
infrastruktur politik dikendalikan secara hampir penuh oleh presiden.
Dengan ambisi yang besar PKI mulai menmperluas kekuatannya sehingga
terjadi kudeta oleh PKI yang akhirnya gagal di penghujung September
1965, kemudian mulailah pada massa orde baru. Dari uraian diatas dapat
di simpulkan, antara lain:

1. Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan


memprihatinkan. Mengalami 25 pergantian kabinet, 20 kali
pergantian kekuasaan eksekutif dengan rata-rata satu kali pergantian
setiap tahun.
2. Stabilitas politik sevara umum memprihatinkan. Ditandai dengan
kuantitas konflik politik yang amat tinggi. Konflik yang bersifat
ideologis dan primordial dalam masa 2
3. 0 tahun pasca merdeka.
4. Krisis ekonomi. Dalam masa demokrasi parlementer krisis
dikarenakan karena kabinet tidak sempat untuk merealisasika
program ekonomi karena pergantian kekuasaan yang sering terjadi.
Masa demokrasi terpimpin mengalami krisis ekonomi karena
kegandrungannya terhadap revolusi serta urusan internasional
sehingga kurangnya perhatian disektor ekonomi.
5. Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan
aparatur pemerintah dalam proses politik menjaadikan birokrasi tidak
terurus.

4. Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru


Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan
tingkat ekonomi, poltik dan, ideologi sesaat atau temporer. Tahun-tahun
awal pemerintahan Orde Baru ditandai oleh adanya kebebasan politik
yang besar. Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai
Presiden ke-2 RI dan menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi,
yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba), untuk menegaskan klaim
bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan
ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang tidak lebih dari tiga tahun ini,
kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan kepada kekuatan
masyarakatan. Oleh karena itu pada kalangan elit perkotaan dan
organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971, tumbuh gairah
besar untuk berpartisipasi mendukung program-program pembaruan
pemerintahan baru. Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya
kesenjangan antara kekuasaan negara dengan masyarakat. Negara Orde
Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom,
dan sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan
danproses formulasi kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari :
1. kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang
memberi legitimasi politik yang kuat kepada negara
2. dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai,
depolitisasai, dan institusionalisasi
3. dipakai pendekatan keamanan
4. intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan
keleluasaan kepada negara untuk mengakumulasikan modal dan
kekuatan ekonomi
5. tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak
bumi dan gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak domestik,
mauppun yang berasal dari bantuan luar negeri
6. sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan
kebutuhan pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang
potensinya muncul karena sebab struktural.

Pemberontakan G-30-S/PKI merupakan titik kulminasi dari pertarungan


atau tarik tambang politik antara Soekarno, Angkatan Darat, dan Partai
Komunisme Indonesia. Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara
lain presiden sangat mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran
partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan
ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru
ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga nonpemerintah. Beberapa karakteristik pada masa orde baru
antara lain:

Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hamper ridak


pernah terjadi.
Kedua, rekruitmen politik bersifat tertutup.
Ketiga, PemilihanUmum. Keempat, pelaksanaan hak dasar warga
Negara.

5. Perkembangan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 Sampai


Dengan Sekarang).
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan
lengsernya Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan
kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang
dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan
negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak
dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batang tubuhnya) karena
dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan
di era Orde Baru. Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan
dengan kelembagaan negara, khususnya perubahan terhadap aspek
pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga
negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan
terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan
model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Dalam masa pemerintahan
Habibie inilah muncul beberapa indikator kedemokrasian di Indonesia.
Pertama, diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk
berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, diberlakunya
system multi partai dalam pemilu tahun 1999. Demokrasi yang diterapkan
Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi Pancasila, tentu saja
dengan karakteristik yang berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip
dengan demokrasi perlementer tahun 1950-1959. Pertama, Pemilu yang
dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
Kedua, ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat
sampi pada tingkat desa. Ketiga, pola rekruitmen politik untuk pengisian
jabatan politik dilakukan secara terbuka. Keempat, sebagian besar hak
dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat.

D. Pelaksanaan Demokrasi
o Pelaksanaan demokrasi masa 1945 1949 (masa Undang-Undang
Dasar 1945 kurun waktu yang pertama)
Sebagai negara yang baru merdeka Indonesia menghadapi berbagai
rongrongan. Mempertahankan kemerdekaan. Oleh karna itu kita dapat
memahami terjadinya perubahan ketatanegaraan seperti :
1. Tanggal 16 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat No.
X/1945 yang memberikan kewenangan yang luar biasa kepada BP
KNIP untuk menjalankan kekuasaan legislatif dan menetapkan GBHN.
2. Tanggal 3 November 1945 di keluarkan maklumat Pemerintah agar
rakyat di beri kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendirikan
partai politik. Setelah di keluarkan Maklumat tersebut secara resmi
berdiri 10 partai politik.
3. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 yang merubah
sistem pemerintahan presidensil menjadi kabinet parlementer yang
berdasarkan asas-asas demokrasi liberal yang di pimpin oleh perdana
mentri Syahrir. Dalam kabinet ini mentri-mentri tidak lagi menjadi
pembantu dan bertanggung jawab kepada Presiden tetapi
bertanggung jawab kepada KNIP.

o Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1949 1950, masa


konstitusi RIS
Pada masa ini telah terjadi perubahan konstitusi dari Undang-
Undang Dasar 1945 menjadi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Serkat. Sejak berlakunya konstitusi RIS yang berlaku adalah demokrasi
liberal dengan sistim parlementer. Pelaksanaan demokrasi pada masa
ini tidak berlangsung lama karena bentuk negara serikat yang di anut
dalam konstitusi RIS tidak cocok dengan bangsa Indonesia oleh
karenanya pada tanggal 17 Agustus 1950 kita kembali lagi ke bentuk
negara kesatuan RI.
o Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1950 -1959, masa UUDS
Pada masa berlakunya UUDS 1950 pemerintah berdasarkan sistem
parlementer dengan demokrasinya liberal. Pada masa ini bangsa
Indonesia untuk pertama kalinya menyelenggarakan pemilu untuk
memilih anggota konstituante dan anggota DPR. Lembaga konstituante
yang di beri tugas untuk membentuk UUD ternyata tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini disebabkan oleh adanya
konflik antar partai dalam tubuh konstituante. Akibat macetnya tugas
penyusunan UUD, keadaan ketatanegaraan menjadi sangat rawan, dan
sangat membahayakn kelangsungan hidup bangsa Indonesia, maka
Presiden mengeluarkan dekrit 5 Juli 1959 yang isinya menetapkan :
1. Pembubaran konstituante
2. Berlakunya UUD 1945 tidak berlakunya UUD Sementara Tahun 1950.
3. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR di tambah utusan
daerah dan golongan serta pembentukan DPAS.

o Pelaksanaan Demokrasi kurun waktu tahun 1959 1966


Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Undang-Undang Dasar 1945
berlaku kembali, Demokrasi yang berlaku adalah Demokrasi terpimpin
dengan sistem pemerintahaan Presidensil, menggantikan demokrasi
liberal dengan sistem pemerintahan parlementer. Demokrasi terpimpin
adalah demokrasi yang sesuai dengan sila keempat pancasila, yaitu
demokrasi khas indonesia yang dipimpin oleh hikmah kebikjasanaan
dalam permusyawaratan perwakilan. Akhirnya semua kebijaksanaan
yang di tempuh harus bisa di kembalikan dengan sila keempat
Pancasila. Presiden Soekarno mengungkapkan demokrasi terpimpin
tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta
budaya bangsa namun identik dengan Demokrasi Pancasila.

Namun dalam prakteknya yang di maksud dengan terpimpin adalah


di pimpin oleh Presiden, sehingga terjadi pemusatan kekuasaan pada
satu tangan yaitu Presiden. Kekuasaan presiden sangat dominan,
kepemimpinannya jauh lebih besar dari pada demokrasinya. Kebijakan-
kebijakannya seringkali bertentangan dan menyimpang dari ketentuan
dalam UUD 1945. Pada masa ini politik di Indonesia didominasi oleh
penyimpangan-penyimpangan tersebut pemerintahan tidak berjalan
sesuai dengan UUD 1945, keadan politik, keamanan dan ekonomi
semakin memburuk. PKI memanfaatkan keadaan itu untuk melakukan
pemberontakan, dengan kegagalan pemberontakan tersebut berakhir
pelaksanaan demokrasi terpimpin dan berlakunya demokrasi Pancasila.

o Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1966 1998


Pelaksanaan Demokrasi liberal dan Demokrasi terpimpin telah
membuat bangsa Indonesia Hancur karna telah terjadi Peyimpangan-
penyimpangan yang tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi , UUD
1945 dan Pancasila. Untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis
diperlukan adanya keberanian dan peran aktif dari lembaga kontrol
terhadap penyelengaraan pemerintahan sehingga demokratisasi dapat
berjalan dengan baik.

Sebaliknya berdasarkan pengalaman sejarah kehidupan berbangsa


dan bernegara pada kurun waktu tahun 1996 sampai dengan 1998,
membuktikan bahwa dengan lemahnya kontrol terhadap pemerintahan
demokratisasi tidak berjalan. Hal ini terjadi karna orde baru tidak
kosekwen dalam pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Di mana
kekuasaan Presiden sangat sentralistik mendominasi supra struktur
maupun infra struktur, Pancasila sebagai satu satunya asas bagi parpol
dan ormas sehingga menimbulkan budaya KKN yang memicu terjadinya
krisis diseluruh aspek kehidupan bangsa, terjadinya ketidak adilan,
pelanggaran Hak Asasi Manusia dan munculnya gejolak sosial yang
mengarah pada gejala disintegrasi bangsa. Pada masa ini pancasila di
jadikan sumber tindakan otoriter dengan diikuti manipulasi pasal-pasal
dalam UUD 1945. Maka dari itu rakyat menuntut reformasi untuk
mengembalikan Pancasila pada fungsi dan kedudukan yang sebenarnya
yaitu sebagai dasar negara bukan alat untuk memperkokoh kedudukan
penguasa. Akhirnya lahirlah gerakan reformasi yang ditandai dengan
tumbangnya orde baru pada tanggal 21 Mei 1998.

o Pelaksanan Demokrasi kurun waktu tahun 1988 sampai sekarang


Dalam praktek orde baru hanya membawa kebahagiaan semu,
Perekonomian merosot, Ekonomi mengarah pada kapitalis dan banyak
lagi. Puncaknya di tandai dengan hancurnya ekonomi nasional. Maka
timbul sebagai gerakan masyarakat yang menuntut roformasi di segala
bidang terutama politik, ekonomi, hukum.
Maka reformasi saat ini banyak di salah artikan sebagai gerakan
masyarakat untuk melakukan pemaksaan kehendak, merusak fasilitas
umum, dan penganiyayaan yang hakekatnya merupakan pelanggaran
Hak Asasi Manusia.

Menurut Riswanda Imawan 1998 makna reformasi pada hakekatnya


sebagai suatu gerakan untuk menata ulang terhadap hal-hal yang
menyimpang untuk di kembalikan ke bentuk semula dengan nilai nilai
idial yang di cita citakan rakyat. Menurut Sri Sultan Hamengkubuwono
X, 1998, gerakan reformasi harus tetap ada diletakkan dalam kerangka
perspektif pancasila sebagai landasan cita-cita dan mengarah pada
disintergasi, anarchisme, brutalisme dan pada akhirnya menuju ke arah
kehancuran bangsa dan negara indonesia. Agar gerakan reformasi
berhasil harus memiliki kondisi dan syarat tertentu yaitu :

1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu


penyimpangan-penyimpangan.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita
yang jelas,dalam hal ini pancasila sebagai idiologi bangsa dan negara
Indonesia.
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu
kerangka struktural tertentu, dalam hal ini UUD sebagai kerangka
acuan reformasi.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta
keadaan yang lebih baik.
5. Reformaswi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai
manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa serta terjaminnya
persatuan dan kesatuan bangsa.

Dengan gerakan reformasi tersebut telah terjadi perubahan-


perubahan dalam bidang politik, adanya pembagian kewenangan
secara tegas dan legislatif, eksekutuf dan yudikatif, peran serta
masyarakat semakin meningkat dan berkurangnya dominasi
pemerintah. Demokrasi yang di kembangkan pada masa ini dalah
demokrasi yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dengan
penyempurnaan dan perbaikan peraturan-peraturan agar lebih
demokratis, meningkatkan peran lembaga-lembaga demokrasi dan
penegakkan sepremasi hukum sehingga hukum yang demokratis dapat
terwujud.

II. KASUS YANG TERKAIT DAN SOLUSI

JUDUL: Demokrasi jadi penyebab korupsi dan intervensi di BUMN

Kasus: Merdeka.com - Ongkos demokrasi rupanya tidak murah. Pemilihan


presiden dan dewan melalui partai menjadi beban tersendiri untuk
menciptakan demokrasi. Alih-alih menciptakan negara yang kuat, ongkos
demokrasi yang mahal malah menyuburkan praktik korupsi dan intervensi
pada BUMN.

Koordinator Divisi Investigasi Indonesia Corruption Watch (ICW)


Sunaryanto mengatakan proses politik demokrasi di Indonesia
membutuhkan banyak biaya. Dia mencontohkan, untuk menjadi calon
legislatif maupun yang telah menjabat di suatu partai, harus menyetor
sejumlah uang untuk kepentingan partai.

"Sistem politik kita masih mahal. Parpol menjual nominasi untuk menjadi
bakal calon. Setelah menjadi anggota mereka harus memberikan setoran
dan iuran. Semakin besar iurannya, semakin besar mereka di partai,"
ungkap Sunaryanto di seminar nasional 'BUMN dan Kampanye Anti korupsi
di Gedung Antara, Jakarta, Selasa (11/12).

Dengan adanya kewajiban untuk menyumbangkan sejumlah uang yang


harus dibayarkan ke partai tersebut, membuat seseorang mencari jalan
cepat untuk mendapatkan uang tersebut. Salah satunya adalah dengan
meminta jatah dan intervensi kepada BUMN.

"Jadi ada upaya yang seperti bekerja sama dengan BUMN atau memalak
BUMN. Kalau (iuran) dari gaji, berapa sih gaji DPR?" tambahnya
Di tempat yang sama, Anggota Komisi VI DPR dari partai Demokrat, Ferrari
Romawi mengakui kalau memang demokrasi di Indonesia sangat mahal.
Namun dia mengaku tidak pernah memberikan iuran atau setoran ke
partai karena dia telah bekerja keras untuk partainya.

"Saya orang berkeringat di partai, saya berkontribusi. Mungkin ini ada


orang yang baru tiba-tiba datang dan mencalonkan dan harus menyetor
sejumlah uang," pungkasnya. (mdk/rin)

Dikutip dari : http://www.merdeka.com/uang/demokrasi-jadi-penyebab-


korupsi-dan-intervensi-di-bumn.html

Solusi Penyelesaian:

Seperti yang kita ketahui bahwa negara yang kita tinggali saat ini
merupakan negara yang menjunjung tinggi demokrasi, bahkan negara kita
termasuk dalam negara terbesar dalam penyelenggaraan demokrasi atau
yang lebih kita kenal sebagai Pemilihan Umun atau Pemilu. Sebelum kita
membahasnya jauh lebih dalam kita perlu mengetahui terlebih dahulu
pengertian-pengertian yang melandasi terbentuknya sebuah demokrasi,
dan apakah demokrasi pasca reformasi yang telah berjalan hampir 16
tahun telah berhasil? Perlu kita ketahui Demokrasi adalah sebuah bentuk
kekuasaan(kratein) dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat(demos).
Bentuk pemerintahan dari negara demokrasi dapat dikatakan ada dua
macam yakni: 1.) Monarki : monarki merupakan sebuah kerajaan, terdiri
dari monarki mutlak, monarki konstitusional dan monarki parlementer. 2.)
Republik :berasal dari kata latin res yang berarti pemerinthan dan publica
yang berate rakyat dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pemerintahan yang dijalankan oleh dan untuk rakyat. Lebih tepatnya
demokrasi yang kita anut ialah demokrasi kostitusional dimana dalam UUD
pasal 1 ayat 2 Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar. Selain itu dalam dasar negara pancasila
pun mengatakan hal yang sama khususnya pada sila keempat. Selain itu
pula demokrasi kita pun memiliki rasa humanis yang tinggi itu tercermin
dari dihargainya suatu pendapat meskipun pendapat itu berasal dari
minoritas pendapat yang diterima dan begitupun sebaliknya apabila
kesepakatan telah terjalin tidak ada lagi minoritas yang merengek
kembali, karena itu musyawarah mufakatlah yang menjadi jawaban.
sehingga NKRI yang menganut demokrasi dan bebentuk republik sudah
wajib untuk mensejahterakan rakyatnya, namun dalam praktiknya proses
demokrasi kita yang dalam konsep dan data sangat luar biasa belum
mampu mengantarkan kita kepada kesejahteraan sosial yang hakiki.
Kurang lebih 243 juta penduduk di Indonesia masih belum menikmati hasil
dari demokrasi itu sendiri, ironisnya kembali dana demokrasi yang telah
menyedot anggaran yang cukup menguras APBN tersebut hanya akan
memilih bakal calon yang sama-sama sekarat akibat sistem politik yang
salah kaprah. Anggota suatu parpol dibebani oleh parpolnya untuk
membiayai kehidupan parpolnya sehingga dengan terpaksa melakukan
tindak pemerasan dan korupsi untuk memperoleh dana dengan cepat,
akibat biaya yang dihabiskan ketika mereka berkampanye. Seperti yang
diungkapkan oleh Koordinator Divisi Investigasi Indonesia Corruption
Watch (ICW) Sunaryanto diatas mereka dibebani oleh iuran-iuran dsb.
Meski hal itu tidak berlaku untuk seluruhnya parpol dan anggoanya seperti
itu tapi itu tidak disangkal adanya praktik demikian seperti yang
diungkapkan oleh , Anggota Komisi VI DPR dari partai Demokrat, Ferrari
Romawi mengakui kalau memang demokrasi di Indonesia sangat mahal.
Sudah sepantasnya pembatasan dan regulasi yang rasional terus
ditingkatkan oleh KPU khususnya dan Segala instansi Pemerintah
umumnya sehingga sistem politik pada pesta demokrasi yang terjadi
selama lima tahun sekali tidak membentuk mata rantai yang mebuat
sebuah siklus yang membuat para calon yang lolos bertujuan untuk
melakukan segalanya untuk kesejahteraan rakyat bukan untuk sebaliknya
yakni balik modal dan menjadi boneka dari sebuah parpol. Jangan sampai
terjadi kembali sebuah aksi pemalakan dan intervensi dari seorang oknum
yang merugikan BUMN yang berimbas pada kesejahteraan masyarakat
luas. Memang mudah bila kita hanya berkata, tanpa berbuat. Maka kiranya
kita sebagai rakyat yang baik dapat memilih dengan baik, dan jangan
sampai kita mengorbankan hak suara kita dengan apapun itu, maka
sukseskan pemilu yang jurdil luber (jujur,adil, langsung,bebas,rahasia)
semuanya harus berdasrkan asas itu. Bila itu dapat diimplementasikan
maka bukan hanya biaya politik yang akan turun, tapi seluruh mata rantai
seperti korupsi dan lain sebagainya akan hancur leburkarena tidak adalagi
intervensi/pengaruh suatu pihak terhadap pihak lain karena adanya konflik
kepentingan. Karena tujuan mereka satu mensejahterakan Seluruh
rakyatnya, semoga cita-cita itu dapat terwujud dalam waktu dekat.

BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem


pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat
(kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut. Demokrasi memiliki macam-macam yang
dilihat dari berbagai aspek, seperti penyaluran kehendak rakyat (langsung,
tidak langsung), hubungan antar kelengkapan negara (referendum,
parlementer, pemisahan kekuasaan, referendum dan inisisatif rakyat), dan
prinsip ideologi (liberal, rakyat, Pancasila). Perkembangan demokrasi di
Indonesia banyak megalami perubahan dari masa ke masa, yakni dari
masa revolusi kemerdekaan, parlementer, demokrasi terpimpin, pra orde
baru, orde baru, hingga reformasi. Dan terdapat banyak pula pelaksanaan-
pelaksanaan yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai