(1950-1959)
Disusun Oleh :
Nadyn Atsilah
Guru Pembimbing :
EMMY YULIANA, S Pd.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno
yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap
sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi
modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern
telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di
banyak negara. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam
bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai
indikator perkembangan politik suatu negara.
Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis demokrasi yang
pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial, terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga
jenis demokrasi itu, yang menjadi pembuka lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi
parlemeter yang dimulai sejak tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959.
Melihat demokrasi parlementer yang menjadi tonggak awal pelaksanaan demokrasi di
Indonesia, maka sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus Indonesia mengenal
bagaimana proses permulaan dan lika-liku yang mewarnai perjalanan demokrasi kita.
Dalam paper ini terutama akan dijabarkan pelaksanaan pasa masa pasca revolusi
kemerdekaan (1945-1959) atau demokrasi parlementer.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi dan Demokrasi Parlementer?
2. Bagaimana pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer?
4. Bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang politik di Indonesia?
5. Bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang ekonomi di Indonesia?
6. Bagaimana akhir dari Demokrasi Parlementer di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Demokrasi dan Demokrasi Parlementer
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang
politik di Indonesia
5. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang
ekonomi di Indonesia
6. Untuk mengetahui bagaimana akhir dari Demokrasi Parlementer di Indonesia
BAB II
b. Macam-macam demokrasi
Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat:
a) Demokrasi langsung
Dipraktikkan di negara-negara kota (polis, city state) pada zaman Yunani Kuno.
Pada masa itu, seluruh rakyat dapat menyampaikan aspirasi dan pandangannya
secara langsung. Dengan demikian, pemerintah dapat mengetahui – secara
langsung pula – aspirasi dan persoalan-persoalan yang sebenarnya dihadapi
masyarakat. Tetapi dalam zaman modern, demokrasi langsung sulit dilaksanakan
karena:
1) Sulitnya mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat sekaligus
dalam membicarakan suatu urusan
2) Tidak setiap orang memahami persoalan-persoalan negara yang semakin
rumit dan kompleks
3) Musyawarah tidak akan efektif, sehingga sulit menghasilkan keputusan
yang baik
b) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Sistem demokrasi (menggantikan demokrasi langsung) yang dalam menyalurkan
kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk duduk dalam parlemen.
Aspirasi rakyat disampaikan melalui wakil-wakil mereka dalam parlemen. Tipe
demokrasi perwakilan berlainan menurut konstitusi negara masing-masing.
2. Demokrasi Parlementer
Demokrasi parlementer (liberal) adalah suatu demokrasi yang menempatkan
kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan
dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri- menteri dalam
kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer
Presiden menjabat sebagai kepala negara. Demokrasi liberal dikenal pula sebagai
demokrasi parlementer karena pada saat itu berlangsung sistem pemerintahan
parlementer
B. Pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer
Demokrasi sistem parlementer semula lahir di Inggris pada abad XVIII dan
dipergunakan pula di negara-negara Belanda, Belgia, Prancis, dan Indonesia (pada masa
UUDS 1950) dengan pelaksanaan yang bervariasi, sesuai dengan konstitusi negara masing-
masing. Negara-negara Barat banyak menggunakan demokrasi parlementer sesuai dengan
masyarakatnya yang cenderung liberal. Ciri khas demokrasi ini adalah adanya hubungan
yang erat antara badan eksekutif dengan badan perwakilan rakyat atau legislatif. Para
menteri yang menjalankan kekuasaan eksekutif diangkat atas usul suara terbanyak dalam
sidang parlemen.
Mereka wajib menjalankan tugas penyelenggaraan negara sesuai dengan pedoman
atau program kerja yang telah disetujui oleh parlemen. Selama penyelenggaraan negara oleh
eksekutif disetujui dan didukung oleh parlemen, maka kedudukan eksekutif akan stabil.
Penyimpangan oleh seorang menteri pun dapat menyebabkan parlemen mengajukan mosi
tidak percaya yang menggoyahkan kedudukan eksekutif. Demokrasi parlementer lebih
cocok diterapkan di negara-negara yang menganut sistem dwipartai partai mayoritas akan
menjadi partai pendukung pemerintah dan partai minoritas menjadi oposisi.
Dalam demokrasi parlementer, terdapat pembagian kekuasaan (distribution of
powers) antara badan eksekutif dengan badan legislatif dan kerja sama di antara keduanya.
Sedangkan badan yudikatif menjalankan kekuasaan peradilan secara bebas, tanpa campur
tangan dari badan eksekutif maupun legislatif. Demokrasi formal menjunjung tinggi
persamaan dalam bidang politik tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan
kesenjangan rakyat dalam bidang ekonomi.
Dalam sistem demokrasi yang demikian, semua orang dianggap memiliki derajat dan
hak yang sama. Namun karena kesamaan itu, penerapan azas free fight competition
(persaingan bebas) dalam bidang ekonomi menyebabkan kesenjangan antara golongan kaya
dan golongan miskin kian lebar. Kepentingan umum pun diabaikan. Demokrasi formal/
liberal sering pula disebut demokrasi Barat karena pada umumnya dipraktikkan oleh negara-
negara Barat. Kaum komunis bahkan menyebutnya demokrasi kapitalis karena dalam
pelaksanaannya kaum kapitalis selalu dimenangkan oleh pengaruh uang (money politics)
yang menguasai opini masyarakat (public opinion).
a) Berikut adalah beberapa ciri dari demokrasi parlementer :
1. Kedudukan DPR lebih kuat atau lebih tinggi daripada pemerintah
2. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/Dewan menteri dibawah pimpinan
Perdana menteri dan bertanggung jawab pada parlemen.
3. Presiden hanya sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dipegang Perdana
Menteri.
4. Program kebijakan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik anggota parlemen
5. Kedudukan kepala negara terpisah dari kepala pemerintahan, biasanya hanya
berfungsi sebagai simbol negara
6. Jika pemerintah dianggap tidak mampu, maka anggota DPR dapat meminta mosi
tidak percaya kepada parlemen untuk membubarkan pemerintah
7. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas
b. Kekurangan
1. Kedudukan badan eksekutif tidak stabil, karena dapat diberhentikan setiap saat
oleh parlemen melalui mosi tidak percaya
2. Sering terjadi pergantian kabinet, sehingga kebijakan politik negara pun labil
3. Karena pergantian eksekutif yang mendadak, eksekutif tidak dapat menyelesaikan
program kerja yang telah disusunnya
D. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang politik di Indonesia
Setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 agustus 1945 dan dengan disahkannya UUD 1945 sebagai konstitusi negara,
pancasila sebagai dasar negara, perjuangan pada masa pasca proklamasi adalah
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa.
Salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan mempertahankan
kemerdekaan bangsa yang telah lama diraih oleh pejuang-pejuang bangsa. Cara
mempertahankannya sendiri adalah diantaranya dengan mempelajari sejarah pelaksanaan
demokrasi di Indonesia sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam penentuan sistem
pemerintahan yang baik, yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan belajar
dari sejarah, kita dapat memetik ilmu serta dapat menganalisis baik buruknya dampak
yang ditimbulkan dari berbagai pelaksanaan demokrasi yang berbeda-beda di Indonesia.
Menurut sejarahnya, bangsa indonesia pernah menerapkan tiga model demokrasi,
yaitu demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila. Setiap fase
tentunya memiliki karakteristik yang merupakan ciri khas dari pelaksanaan tiap-tiap tiap
fase demokrasi. Namun, untuk pembahasan kali ini penulis akan mengkhususkan
pembahasan mengenai pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa Demokrasi
Parlementer 1945 – 1959. Sebelum menginjak ke pembahasan selanjutnya, terlebih dulu
penulis akan memaparkan mengenai pengertian dan ciri-ciri dari demokrasi parlementer itu
sendiri. Demokrasi liberal dikenal pula sebagai demokrasi parlementer karena padasaat
itu berlangsung sistem pemerintahan parlementer dan berlaku UUD 1945 periode pertama,
konstitusi RIS, dan UUDS 1950.
a. Pada masa pasca revolusi kemerdekaan (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
Pada masa ini ternyata masih terbagi lagi ke dalam dua periode, yakni:
1. 18 Agustus 1945-14 November 1945 dimana berlaku sistem pemerintahan
presidensiil, dan
2. 14 November 1945 - 27 Desember 1949 dimana berlaku sistem pemerintahan
parlementer.
b) Wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak tergabung dalam federasi, yaitu:
1. Jawa Tengah
2. Kalimantan Barat (Daerah Istimewa)
3. Dayak Besar
4. Daerah Banjar
5. Kalimantan Tenggara
6. Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)
7. Bangka
8. Belitung
9. Riau
Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan yang liberalistis atau
pemerintahan yang berdasarkan demokrasi parlementer. Mukaddimah konstitusi RIS
telah menghapuskan semangat jiwa, maupun isi pembukaan UUD proklamasi.
Sebenarnya dari awal tidak seluruh rakyat setuju terhadap pemberlakuan sistem
pemerintahan parlementer yang menggunakan konstitusi RIS, namun keadaanlah yang
memaksa demikian. Banyak aturan di dalam konstitusi tersebut yang menyimpang dari
isi jiwa dan cita-cita bangsa Indonesia. Selain itu, dasarpembentukannya juga sangat
lemah dan tidak didukung oleh suatu ideologi yang kuat
dan satu tujuan kenegaraan yang jelas Olehkarenatidak mendapatkan dukungan rakyat
terhadap sistem pemerintahan ini, akhirnya dalam waktu singkat RIS mulai goyah.
Sistem federal seperti apapun juga telah dianggap rakyat sebagai alat Belanda untuk
memecah belah bangsa Indonesia agar Belanda dapat berkuasa di Indonesia, sehingga
tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyatakan kembali ke Negara Kesatuan
dengan UUDS 1950.
b) Hasil
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya
mengenai masalah Irian Barat.
d) Berakhirnya kabinet
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah
No. 39 tahun 1950 mengenai DPRD yang terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi
tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya
kepada presiden.
b) Hasil
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program Natsir, hanya saja
terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya
program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan
untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
d) Berakhirnya kabinet
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga
mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat
Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepadapresiden.
b) Hasil
1) Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan
diselenggarakan pada 29 September 1955.
2) Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955.
d) Berakhirnya Kabinet
NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam
kabinet inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya kepada
presiden.
b) Hasil
1) Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955
(memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih Konstituante).
Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos
seleksi. Hasil seleksi ini menghasilkan empat partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
2) Perjuangan diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran
Uni Indonesia-Belanda.
3) Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan
oleh polisi militer.
4) Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
5) Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel
A.H. Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada tanggal 28 Oktober
1955
d) Berakhirnya kabinet
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin pun dianggap
selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet
sehingga kabinet pun jatuh. Sehingga dibentuk kabinet baru yang harus
bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula. Tanggal 3 Maret 1956, Kabinet
Burhanudin mengembalikan mandatnya kepada presiden. Kabinet ini merupakan
kabinet peralihan dari DPR. Sementara ke DPR hasil Pemilu.
b) Hasil
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari
periode planning and investment, hasilnya adalah pembatalan seluruh perjanjian
KMB.
d) Berakhirnya kabinet
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini
jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.
b) Hasil
1) Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi
Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui
deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia karena
lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
2) Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan
menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan
presiden sebagai ketuanya. Dengan dibentulnya Dewan Nasional merupakan
titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
3) Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di
berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional
dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
4) Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis
dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
c) Kendala yang dihadapi
1) Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah
semakin meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi
terhambat. Munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
2) Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program
pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
3) Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap
Presiden Soekarno di depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta
sekolah tempat putra-putrinya bersekolah pada tanggal 30 November 1957.
Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena
mengancam kesatuan negara.
Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang
dialamirakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa
UUDS1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai
denganjiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa
keadaan ini membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara sehingga pada
tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan
berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950, serta
pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat. Dekrit presiden 5 Juli 1959 ini
menjadi akhir dari sistem demokrasi parlementer.
B. Saran
Sejarah merupakan acuan yang menjadi pijakan untuk menuju ke masa depan yang lebih
gemilang. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah selayaknya kita harus berupaya untuk
mengisi kemerdekaan bangsa dengan cara mempertahankannya. Salah satu caranya adalah
dengan mempelajari sejarah pelaksanaan demokrasi Indonesia. Hal ini menjadi penting
manakala dijadikan referensi untuk membentuk sistem pemerintahan yang lebih baik
melalui hikmah dan pelajaran yang didapatkan dari sejarah itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://onespiritz.wordpress.com/2010/12/11/masa-demokrasi-parlementer-1950-1959/
http://brantar.blogspot.co.id/2014/05/ppt-indonesia-pada-masa-demokrasi.html
https://www.google.com/search?q=Demokrasi+Parlementer+ppt&ie=utf-8&oe=utf-
8#q=Demokrasi+Parlementer++pada+masa+di+indonesia+ppt
https://www.academia.edu/People/Demokrasi_Parlementer
https://www.academia.edu/Documents/in/Sejarah_Pelaksanaan_Demokrasi_Parlementer
https://www.google.com/search?q=Demokrasi+parlementer+masa+di+indonesia&ie=utf-
8&oe=utf-8#q=Demokrasi+parlementer+academia
https://www.academia.edu/8638920/PEMAHAMAN_DAN_PENERAPAN_DEMOKRASI_
DI_INDONESIA
https://www.google.com/search?q=Demokrasi+parlementer+masa+di+indonesia&ie=utf-
8&oe=utf-8
http://karw21anto.wordpress.com/tugas-2/semester-1/penyebab-jatuhnya-7-kabinet-di-
indonesia/
http://amru-milicevic.blogspot.com/2011/10/kabinet-kabinet-yang-memerintah-selama.html
http://www.scribd.com/doc/99701659/Kabinet-Indonesia-Masa-Demokrasi-Liberal