Anda di halaman 1dari 14

Menurut Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16), demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan

untuk rakyat (Democracy is government of the people, by the people and for the people). Azas-
azas pokok demokrasi dalam suatu pemerintahan demokratis adalah:
O pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya melalui pemilihan wakil-wakil
rakyat untuk parlemen secara bebas dan rahasia; dan
O pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia.
Ciri-ciri pokok pemerintahan demokratis:
a) Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak, dengan ciri-ciri
tambahan:
O konstitusional, yaitu bahwa prinsip-prinsip kekuasaan, kehendak dan kepentingan rakyat
diatur dan ditetapkan dalam konstitusi;
O perwakilan, yaitu bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat diwakilkan kepada beberapa
orang;
O pemilihan umum, yaitu kegiatan politik untuk memilih anggota-anggota parlemen;
O kepartaian, yaitu bahwa partai politik adalah media atau sarana antara dalam praktik
pelaksanaan demokrasi
b) Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, misalnya pembagian/ pemisahan kekuasaan
eksekutiI, legislatiI dan yudikatiI.
c) Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan pemerintahan.
Macam-macam demokrasi:
1) Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat:
a) Demokrasi langsung
Dipraktikkan di negara-negara kota (polis, city state) pada zaman Yunani Kuno. Pada masa itu,
seluruh rakyat dapat menyampaikan aspirasi dan pandangannya secara langsung. Dengan
demikian, pemerintah dapat mengetahui secara langsung pula aspirasi dan persoalan-persoalan
yang sebenarnya dihadapi masyarakat. Tetapi dalam zaman modern, demokrasi langsung sulit
dilaksanakan karena:
O sulitnya mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat sekaligus dalam
membicarakan suatu urusan;
O tidak setiap orang memahami persoalan-persoalan negara yang semakin rumit dan
kompleks;
O musyawarah tidak akan eIektiI, sehingga sulit menghasilkan keputusan yang baik.
b) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Sistem demokrasi (menggantikan demokrasi langsung) yang dalam menyalurkan kehendaknya,
rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk duduk dalam parlemen. Aspirasi rakyat disampaikan
melalui wakil-wakil mereka dalam parlemen. Tipe demokrasi perwakilan berlainan menurut
konstitusi negara masing-masing.
Sistem pemilihan ada dua macam, yaitu: pemilihan secara langsung dan pemilihan bertingkat.
Pada pemilihan secara langsung, setiap warga negara yang berhak secara langsung memilih orang-
orang yang akan duduk di parlemen. Sedangkan pada pemilihan bertingkat, yang dipilih rakyat
adalah orang-orang di lingkungan mereka sendiri, kemudian orang-orang yang terpilih itu
memilih anggota-anggota parlemen.
c) Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum
Dalam sistem demokrasi ini rakyat memilih para wakil mereka untuk duduk di parlemen, tetapi
parlemen tetap dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan sistem reIerendum (pemungutan suara
untuk mengetahui kehendak rakyat secara langsung). Sistem ini digunakan di salah satu negara
bagian Swiss yang disebut Kanton.
2) Demokrasi ditinjau dari titik berat perhatiannya:
a) Demokrasi Formal (Demokrasi Liberal)
Demokrasi Iormal menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik tanpa disertai upaya untuk
mengurangi atau menghilangkan kesenjangan rakyat dalam bidang ekonomi. Dalam sistem
demokrasi yang demikian, semua orang dianggap memiliki derajat dan hak yang sama. Namun
karena kesamaan itu, penerapan azas free fight competition (persaingan bebas) dalam bidang
ekonomi menyebabkan kesenjangan antara golongan kaya dan golongan miskin kian lebar.
Kepentingan umum pun diabaikan.
Demokrasi Iormal/ liberal sering pula disebut demokrasi Barat karena pada umumnya
dipraktikkan oleh negara-negara Barat. Kaum komunis bahkan menyebutnya demokrasi kapitalis
karena dalam pelaksanaannya kaum kapitalis selalu dimenangkan oleh pengaruh uang (money
politics) yang menguasai opini masyarakat (public opinion).
b) Demokrasi Material (Demokrasi Rakyat)
Demokrasi material menitikberatkan upaya-upaya menghilangkan perbedaan dalam bidang
ekonomi sehingga persamaan dalam persamaan hak dalam bidang politik kurang diperhatikan,
bahkan mudah dihilangkan. Untuk mengurangi perbedaan dalam bidang ekonomi, partai penguasa
(sebagai representasi kekuasaan negara) akan menjadikan segala sesuatu sebagai milik negara.
Hak milik pribadi tidak diakui. Maka, demi persamaan dalam bidang ekonomi, kebebasan dan
hak-hak azasi manusia di bidang politik diabaikan. Demokrasi material menimbulkan perkosaan
rohani dan spiritual.
Demokrasi ini sering disebut demokrasi Timur, karena berkembang di negara-negara sosialis/
komunis di Timur, seperti Rusia, Cekoslowakia, Polandia dan Hongaria dengan ciri-ciri:
1. sistem satu (mono) partai, yaitu partai komunis (di Rusia);
2. sistem otoriter, yaitu otoritas penguasa dapat dipaksakan kepada rakyat;
3. sistem perangkapan pimpinan, yaitu pemimpin partai merangkap sebagai pemimpin
negara/ pemerintahan;
4. sistem pemusatan kekuasaan di tangan penguasa tertinggi dalam negara.
c) Demokrasi Gabungan
Demokrasi ini mengambil kebaikan dan membuang keburukan demokrasi Iormal dan material.
Persamaan derajat dan hak setiap orang tetap diakui, tetapi diperlukan pembatasan untuk
mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat. Pelaksanaan demokrasi ini bergantung pada ideologi
negara masing-masing sejauh tidak secara jelas kecenderungannya kepada demokrasi liberal atau
demokrasi rakyat.
3) Demokrasi ditinjau dari hubungan antaralat perlengkapan negara:
a) Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer
Demokrasi sistem parlementer semula lahir di Inggris pada abad XVIII dan dipergunakan pula di
negara-negara Belanda, Belgia, Prancis, dan Indonesia (pada masa UUDS 1950) dengan
pelaksanaan yang bervariasi, sesuai dengan konstitusi negara masing-masing.
Negara-negara Barat banyak menggunakan demokrasi parlementer sesuai dengan masyarakatnya
yang cenderung liberal. Ciri khas demokrasi ini adalah adanya hubungan yang erat antara badan
eksekutiI dengan badan perwakilan rakyat atau legislatiI. Para menteri yang menjalankan
kekuasaan eksekutiI diangkat atas usul suara terbanyak dalam sidang parlemen. Mereka wajib
menjalankan tugas penyelenggaraan negara sesuai dengan pedoman atau program kerja yang telah
disetujui oleh parlemen. Selama penyelenggaraan negara oleh eksekutiI disetujui dan didukung
oleh parlemen, maka kedudukan eksekutiI akan stabil. Penyimpangan oleh seorang menteri pun
dapat menyebabkan parlemen mengajukan mosi tidak percaya yang menggoyahkan kedudukan
eksekutiI.
Demokrasi parlementer lebih cocok diterapkan di negara-negara yang menganut sistem dwipartai:
partai mayoritas akan menjadi partai pendukung pemerintah dan partai minoritas menjadi oposisi.
Dalam demokrasi parlementer, terdapat pembagian kekuasaan (distribution of powers) antara
badan eksekutiI dengan badan legislatiI dan kerja sama di antara keduanya. Sedangkan badan
yudikatiI menjalankan kekuasaan peradilan secara bebas, tanpa campur tangan dari badan
eksekutiI maupun legislatiI.
Kebaikan demokrasi perwakilan bersistem parlementer:
1. pengaruh rakyat terhadap politik yang dijalankan pemerintah sangat besar;
2. pengawasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah dapat berjalan dengan baik;
3. kebijakan politik pemerintah yang dianggap salah oleh rakyat dapat sekaligus dimintakan
pertanggungjawabannya oleh parlemen kepada kabinet;
4. mudah mencapai kesesuaian pendapat antara badan eksekutiI dan badan legislatiI;
5. menteri-menteri yang diangkat merupakan kehendak dari suara terbanyak di parlemen
sehingga secara tidak langsung merupakan kehendak rakyat pula;
6. menteri-menteri akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas karena setiap saat dapat
dijatuhkan oleh parlemen;
7. pemerintah yang dianggap tidak mampu mudah dijatuhkan dan diganti dengan pemerintah
baru yang dianggap sanggup menjalankan pemerintahan yang sesuai dengan keinginan
rakyat.
Keburukan demokrasi perwakilan bersistem parlementer:
1. kedudukan badan eksekutiI tidak stabil, karena dapat diberhentikan setiap saat oleh
parlemen melalui mosi tidak percaya;
2. sering terjadi pergantian kabinet, sehingga kebijakan politik negara pun labil;
3. karena pergantian eksekutiI yang mendadak, eksekutiI tidak dapat menyelesaikan program
kerja yang telah disusunnya.
4. Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan
Demokrasi ini berpangkal pada teori pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh para IilsuI
bidang politik dan hukum. Pelopornya adalah 1ohn Locke (1632-1704) dari Inggris, yang
membagi kekuasaan negara ke dalam tiga bidang, yaitu eksekutiI, legislatiI dan IederatiI. Untuk
menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, ketiga bidang itu harus dipisahkan. Charles
Secondat Baron de Labrede et de Montesquieu (1688-1755) asal Prancis, memodiIikasi teori
Locke itu dalam teori yang disebut %rias Politica pada bukunya yang berjudul LEsprit des Lois.
Menurut Montesquieu, kekuasaan negara dibagi menjadi: legislatiI (kekuasaan membuat undang-
undang), eksekutiI (kekuasaan melaksanakan undang-undang) dan yudikatiI (kekuasaan
mengatasi pelanggaran dan menyelesaikan perselisihan antarlembaga yang berkaitan dengan
pelaksanaan undang-undang). Ketiga cabang kekuasaan itu harus dipisahkan baik organ/
lembaganya maupun Iungsinya.
Teori Montesquieu disebut teori pemisahan kekuasaan (separation du puvoir) dan dijalankan
hampir sepenuhnya di Amerika Serikat. Di negara itu, kekuasaan legislatiI dipegang oleh
Kongres, kekuasaan eksekutiI oleh Presiden dan kekuasaan yudikatiI oleh Mahkamah Agung.
Ketiga badan tersebut berdiri terpisah dari yang lainnya untuk menjaga keseimbangan dan
mencegah jangan sampai kekuasaan salah satu badan menjadi terlampau besar. Kesederajatan itu
menjadikan ketiganya dapat berperan saling mengawasi (check and balance).
Kebaikan demokrasi perwakilan bersistem pemisahan kekuasaan:
1. pemerintah selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen, sehingga
pemerintahan dapat berlangsung relatiI stabil;
2. pemerintah memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan programnya tanpa terganggu
oleh adanya krisis kabinet;
3. sistem check and balance dapat menghindari pertumbuhan kekuasaan yang terlampau
besar pada setiap badan;
4. mencegah terjadinya kekuasaan yang absolut (terpusat pada satu orang).
Keburukan demokrasi perwakilan bersistem pemisahan kekuasaan:
1. pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh;
2. pengaruh rakyat terhadap kebijakan politik negara kurang mendapat perhatian;
3. pada umumnya keputusan yang diambil merupakan hasil negosiasi antara badan legislatiI
dan eksekutiI sehingga keputusan tidak tegas;
4. proses pengambilan keputusan memakan waktu yang lama.
3) Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum
Demokrasi ini merupakan gabungan antara demokrasi perwakilan dengan demokrasi langsung.
Dalam negara yang menganut demokrasi ini parlemen tetap ada, tetapi kinerjanya dikontrol secara
langsung oleh rakyat melalui reIerendum. Jadi, ciri khas demokrasi perwakilan dengan sistem
reIerendum adalah bahwa tugas-tugas legislatiI selalu berada di bawah pengawasan seluruh rakyat
karena dalam hal-hal tertentu, keputusan parlemen tidak dapat diberlakukan tanpa persetujuan
rakyat. Sedangkan mengenai hal lain, keputusan parlemen dapat langsung diberlakukan sepanjang
rakyat menerimanya.
Ada dua macam reIerendum, yaitu referendum obligator dan referendum fakultatif. ReIerendum
obligator adalah pemungutan suara rakyat yang wajib dilaksanakan mengenai suatu rencana
konstitusional. ReIerendum ini bersiIat wajib karena menyangkut masalah penting, misalnya
tentang perubahan konstitusi. Perubahan konstitusi tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan
rakyat. Sedangkan reIerendum IakultatiI merupakan pemungutan suara rakyat yang tidak bersiIat
wajib dilakukan mengenai suatu rencana konstitusional. ReIerendum IakultatiI baru perlu
dilakukan apabila dalam waktu tertentu setelah undang-undang diumumkan pemberlakuannya,
sejumlah rakyat meminta diadakan reIerendum.
Kebaikan demokrasi perwakilan dengan sistem reIerendum:
1. apabila terjadi pertentangan antara badan organisasi negara, maka persoalan itu dapat
diserahkan keputusannya kepada rakyat tanpa melalui partai;
2. adanya kebebasan anggota parlemen dalam menentukan pilihannya, sehingga pendapatnya
tidak harus sama dengan pendapat partai/ golongannya.
Keburukan demokrasi perwakilan dengan sistem reIerendum:
1. pembuatan undang-undang/ peraturan relatiI lebih lambat dan sulit;
2. pada umumnya rakyat kebanyakan tidak berpengetahuan cukup untuk menilai atau
menguji kualitas produk undang-undang.
3. Konteks kelahiran Marxisme/Komunisme dan inti ajarannya
4. Marxisme/Komunisme lahir dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan
semua ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bahwa / kelas buruh. Menurut
analisa Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang
dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan
struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-
kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya
sedikit yang mengemudikan proses produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud
kerja manusia yang sebenarnya adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita
dirinya sendiri, sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil
kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasi kerjanya terjadi dalam jumlah besar
(kerja massa) dan global, pemecahannya harus juga bersiIat kolektiI dan global.
5. Pemahaman diri sendiri Marxisme bukan merupakan suatu IilsaIat baru (menurut Marx,
IilsaIat hanya sibuk menginterpretasi sejarah dan kenyataan), tetapi bermaksud menganti
IilsaIat (dengan tujuan mengubah sejarah dan kenyataan). Friedrich Engels dan Karl Marx
pada Tahun 1847 mendeklarasikan suatu manifesto Komunis di mana sistem kapitalisme
dilawan tanpa kompromis. Kaum tertindas, terutama proletariat (kaum buruh) harus
diperdayakan, dan mereka yang harus menjadi subjek sejarah secara revolutioner untuk
mengubah sistem masyarakat menjadi suatu masyarakat yang adil, tanpa kelas (classless
society), ya bahkan tanpa negara (stateless society). sosialisme/komunisme. Kekayaan dan
sarana-sarana produksi harus dimiliki bukan oleh suatu minoritas / kelas atas secara
pribadi, tetapi oleh bangsa secara kolektiI. Setiap individu disini memperoleh bagiannya
tidak lagi berdasarkan status sosialnya, kapitalnya atau jasanya, tetapi berdasarkan
kebutuhannya.
6. FalsaIah hidup atau weltanschauung marxisme adalah Ateisme. Pertama-tama ateisme
itu harus dimengerti dari konteks kelahiran Marxisme, di mana terutama gereja Kristen
Protestan gagal untuk merespon tantangan-tantangan sosial yang muncul pada abad ke-19
di Eropa. Kalau Marx berbicara tentang agama sebagai "opium untuk bangsa" - di depan
matanya terutama adalah suatu agama seperti gerakan Pietisme Kristen Protestan yang
mengutamakan "keselamatan jiwa" seseorang dan tidak peduli terhadap kondisi sosial dan
politik. Karl Marx mengalami bentuk agama yang hanya menstabilkan status quo dan yang
beraliansi dengan penguasa-penguasa zamannya. Allah diperalat untuk melegitimasi
struktur-struktur kuasa dan sistem politik-kapitalis.
7. Namun, Ateisme komunis bukan hanya hasil konteks sosial-politis abad ke-19, tetapi
berkembang menjadi suatu ideologi anti-agama. Dalam dialog antara komunisme dan
agama yang dilaksanakan dalam pelbagi bentuk khususnya pada tahun enampuluhan abad
ke-20, beberapa orang komunis memang mengakui bahwa agama bisa juga merupakan
suatu Iaktor pembebasan dan keadilan sosial, tetapi pendirian ateis tidak pernah
dipertanyakan. Untuk Marxisme, agama adalah projeksi manusia (Feuerbach) dan hanya
mencerminkan struktur-struktur kuasa masyarakat. Manusia harus membebaskan diri dari
semua ketergantungan dan otoritas, baik manusiawi maupun ilahi.
8. Menurut Etika Marxisme, norma-norma etis yang dimiliki oleh suatu masyarakat atau
kelas tertentu, bukan merupakan nilai-nilai yang bedasarkan pernyataan/wahyu ilahi atau
hukum-hukum yang abadi, melainkan mencerminkan dan berakar dari keadaan materiel
masyarakat. Oleh karena itu, keadaan dan struktur masyarakat harus diubah (mis. dari
masyarakat kelas/golongan ke masyarakat sosialis), supaya bangsa dan manusia (yang
direpresentasikan oleh proletariat) dapat mengembangkan semua potensinya dan
kemungkinannya - yang selama ini hanya dieksploitasi untuk kepentingan-kepentingan
kelas atas - untuk "keselamatan" seluruh bangsa.
9. Disini nampak antropologi (gambar tentang manusia) dari marxisme yang sangat optimis.
Manusia adalah bagian dari alam, yang melalui kerja manusia alam dapat dikuasai, diubah
dan dijadikan milik manusia. Manusia melalui kerjanya menguasai materi (materialisme).
Ini bukan proses individual, tetapi proses kolektiI yang melayani pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Proses ini terjadi bukan secara evolusioner, melainkan melalui munculnya
pertentangan-pertentangan di masyarakat yang dipecahkan secara revolusioner untuk
mencapai tingkat baru sejarah (materialisme dialektis). Hakikat manusia dipenuhi melalui
proses me-masyarakat-kan, di mana semua pemisahan antara manusia (kelas, negara dll.)
ditiadakan. Karena manusia sendiri adalah subjek perubahan yang hakiki (yang
berkembang secara revolutioner), akhirnya manusia adalah pencipta dan penebus dirinya
sendiri.
10.Disini muncul jurang yang sangat besar antara teori dan praktek marxisme, antara ideologi
komunisme dan sosialisme real". Negeri yang pertama kali menerapkan sistem komunisme
adalah Uni Soviet, 1917 di bawah pimpinan Lenin (...Stalin, Krushev...Brezhnev,
Gorbachev), dan banyak negara lain yang ikut, sampai sesudah perang dunia II, dunia
dibagi menjadi dua: dunia "kapitalis" dan "dunia komunis" yang saling memusuhi dalam
"perang dingin". Bahkan ada negara yang dibagikan, seperti Korea Selatan dan Korea
Utara atau Jerman Barat dan Jerman Timur. Kita memang bisa lihat beberapa contoh, di
mana nilai-nilai sosial komunisme diwujudkan dengan cara yang menyakinkan, namun
secara garis besar kita dapat bilang bahwa nilai-nilai itu akhirnya membuktikan diri bahwa
tidak dapat diwujudkan dalam sistem politik dengan cara yang menguntungkan
masyarakat. Melainkan, nilai-nilai sosial sering dikurbankan untuk kepentingan-
kepentingan politik dan kekuasaan dalam konteks nasional dan internasional.
11.Bagaiman sikap kita terhadap Marxisme/Komunisme, khususnya dari perspektif
agama?
12.Disini kita harus jelas, apakah kita mengkritik ideologi atau praktek real komunisme?
Sebenarnya, sistem-sistem komunis-real dapat dikalahkan dengan "senjatanya sendiri" -
dan kebanyakan sistem komunis gagal terutama karena perubahan dari dalamnya dan
ketidakpuasan bangsanya sendiri. Yang mau ditinggalkan oleh marxisme: penindasan,
ketidakadilan, ketidakbebasan masyarakat justru dikembangkan lebih keras dalam
kenyataan negara-negara komunis: milik kolektiI bangsa menjadi milik minoritas yang
berkuasa (namanya seharusnya bukan komunisme, tetapi "kapitalisme negara") yang
penuh dengan KKN; Upaya untuk membebaskan manusia dari perwalian / paksaan /
tekanan religius berkembang menjadi suatu agama pengganti yang bahkan lebih
intoleran dan totaliter, dan hanya mengizinkan aktivitas gereja Kristen atau agama lain
kalau mereka tidak kritis dan dapat diperalat untuk kepentingan-kepentingan sistem
komunis. KonIormitas yang dipaksakan dari atas dengan sistem-sitem kontrol dan mata-
mata (dinas rahasia dalam negeri) yang luar biasa; kekerasan dan pelanggaran HAM yang
terselubung di belakang tujuan-tujuan pembebasan revolusioner. Individu mendapat status
sosialnya bukan sesuai dengan prestasinya atau kebutuhannya, tetapi sesuai dengan tingkat
konIormitasnya dengan sistem politik. Motivasi komitmen untuk bekerja dan untuk
inisiatiI ekonomis tidak ada lagi, sehingga ekonomi menjadi hancur. Toleransi terhadap
minoritas-minoritas dan solidaritas internasional menjadi lapangan permainan kuasa.
13.Yang saya maksud adalah bahwa dalam ideologi dan motivasi Marxisme ada juga inti
yang benar, yang telah dikhianati oleh sefarah komunisme sendiri. Kalau kita jujur, hal
semacam ini tidak hanya dialami oleh Marxisme, tetapi oleh kita sendiri. Nilai-nilai
Pancasila diperalat dan dikhianati oleh orba, sehingga beberapa bentuk orba sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan beberapa sistem komunis. Nilai-nilai Kristen yang intinya
kasih, toleransi dan perdamaian, sering dan sampai sekarang ini dikhianati oleh sikap-
sikap intoleran atau aliansi-aliansi dengan penjajah atau penguasa bagi kepentingan
sendiri. Dan pasti saudara-saudari Islam akan menemukan hal yang serupa juga kalau
menguraikan sejarahnya sendiri.
14.Jadi, mari kita membandingkan praktek dengan praktek, dan teori dengan teori!
Sebenarnya dalam "teori" Marxisme ada banyak nilai etika sosial yang dapat kita temukan
dalam Al-Quraan dan dalam Alkitab pula.
15.Oleh karena itu, tantangan pertama dari Komunisme untuk orang Kristen dan Islam:
Apakah kita betul-betul memperjuangkan hak asasi orang kecil dan keadilan sosial, atau
hanya menstabilkan status quo dan beraliansi dengan penguasa? Mari kita mengambil
kegagalan Komunisme untuk mewujudkan ideal-ideal mereka secara baik, terutama
sebagai alasan untuk retrospeksi dan introspeksi diri secara kritis, di mana kita telah
mengkhianati nilai-nilai agama kita masing-masing!
16.Kalau kita bersedia untuk itu, kita juga punya hak untuk mengkritik ideologi-ideologi
Marxisme. Dan memang, dari perspektiI agama Kristen dan agama Islam, kita punya
banyak alasan dan dasar untuk mempertanyakan tesis-tesis marxisme secara Iundamental.
17.- Misi/dakwah kita terhadap komunisme: Tidak ada harkat manusia tanpa
ketergantungan kepada Allah yang Maha Tinggi dan Maha Esa; ini merupakan dasar
seluruh kehidupan individual dan sosial. Tidak ada keadilan duniawi kalau tidak
berdasarkan keadilan Allah. Manusia tidak pernah dapat menciptakan atau menebus diri
sendiri.
18.- Misi kemanusiaan tidak bisa diwujudkan dengan cara kekerasan, pemaksaan,
pelarangan, tetapi hanya dengan cara praktek yang menyakinkan! Suatu maksud dan
tujuan yang baik tidak dapat membenarkan metode-metode yang totaliter seperti
digunakan oleh komunisme.
19.- Perubahan sosial dan keadilan tidak bisa diciptakan hanya dari "atas", karena dengan
mengubah sistem masyarakat kenyataan manusia belum membaik secara otomatis. Harus
juga ada perubahan dari "bawah", di mana manusia, yang cenderung berdosa, bertobat; di
mana relasi manusia dengan Allah dibaharui dalam iman, dan di mana relasi manusia
dengan sesamanya dibangun kembali dengan mengikuti perintah-perintah Allah.
20.Kesimpulan: Ancaman yang dapat mengakibatkan Ateisme datang bukan terutama dari
"luar" (Komunisme dll.), melainkan dari dalam kita sendiri; dari ketidakmampuan kita
untuk mewujudkan nilai-nilai agama kita masing-masing; dan kalau agama-agama terus-
menerus saling memusuhi dan bahkan saling menbunuh, kita bersama-sama
bertanggungjawab jika orang melarikan diri ke Marxisme atau Ateisme dan yakin bahwa
"lebih baik tidak punya agama".
21.Jangan kita membangung masa depan kita atas trauma-trauma historis dan atas gambar-
gambar musuh yang dibesar-besarkan, pikiran "hitam-putih" / "kiri-kanan" dll. yang
sebenarnya tidak berlaku lagi, tetapi pertama-tama mencari kesalahan sejarah dan "musuh"
dalam diri kita sendiri supaya suatu proses rekonsiliasi dan dialog yang santai, jujur dan
realistis bisa terjadi.
22.Demikian kontribusi saya untuk diskusi kita. Saya mohon maaI atas semua kekurangan
yang ada, baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam memikirkan tema yang diberi
kepada saya. Namun, kekurangan-kekurangan bisa menjadi dasar yang sangat bagus untuk
saling mengisi, memperkaya dan berkembang dalam dialog!



komunlsme adalah salah saLu ldeologl dl dunla selaln kaplLallsme dan ldeologl lalnnya komunlsme
lahlr sebagal reaksl Lerhadap kaplLallsme dl abad ke19 yang mana mereka lLu memenLlngkan lndlvldu
pemlllk dan mengesamplngkan buruh

lsLllah komunlsme serlng dlcampuradukkan dengan Marxlsme komunlsme adalah ldeologl yang
dlgunakan parLal komunls dl seluruh dunla 8aclkan ldeologl lnl berasal darl pemlklran Lenln sehlngga
dapaL pula dlsebuL MarxlsmeLenlnlsme

ualam komunlsme perubahan soslal harus dlmulal darl peran arLal komunls Loglka secara rlngkasnya
perubahan soslal dlmulal darl buruh aLau yang leblh dlkenal dengan proleLar namun pengorganlsaslan
8uruh hanya dapaL berhasll [lka bernaung dl bawah domlnasl parLal arLal membuLuhkan peran
ollLblro sebagal LhlnkLank uapaL dlrlngkas perubahan soslal hanya blsa berhasll [lka dlceLuskan oleh
ollLblro lnllah yang menyebabkan komunlsme men[adl Lumpul dan Lldak lagl dlmlnaLl

komunlsme sebagal anLl kaplLallsme menggunakan slsLem soslallsme sebagal alaL kekuasaan dlmana
kepemlllkan modal aLas lndlvldu sangaL dlbaLasl rlnslp semua adalah mlllk rakyaL dan dlkuasal oleh
negara unLuk kemakmuran rakyaL secara meraLa komunlsme sangaL membaLasl demokrasl pada
rakyaLnya dan karenanya komunlsme [uga dlsebuL anLl llberallsme

Secara umum komunlsme sangaL membaLasl agama pada rakyaLnya dengan prlnslp agama dlanggap
candu yang membuaL orang beranganangan yang membaLasl rakyaLnya darl pemlklran yang raslonal
dan nyaLa
2.1 MARXISME
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx
menyusun sebuah teori besar yang berkaitan tentang konIlik kelas antara kaum borjuis dengan
proletar yang berbasis pada ekonomi dan supra - strukturnya terdiri dari ideologi, agama, politik
dan budaya. Para pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Teori ini merupakan dasar teori
komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku ManiIesto Komunis yang dibuat oleh Karl
Marx dan sahabat karibnya, Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap
paham kapitalisme. Menurutnya bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan
kaum proletar.
Keadaan para kaum proletar yang sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan
upah sangat minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak
kaum proletar yang harus hidup dalam penderitaan, tinggal di daerah pinggiran dan kumuh.
Menurut Marx, masalah ini disebabkan oleh adanya 'kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi
oleh kaum borjuis. Marx menginginkan penghapusan 'kepemilikan pribadi tadi, untuk kemudian
menjadi kepemilikan bersama. Adapun hal lain yang juga penting sebagai upaya untuk
mensejahterakan kaum proletar, menurut Marx paham kapitalisme diganti dengan paham
komunisme. Jika kepemilikan bersama dan paham komunisme tidak terwujud, kaum proletar akan
memberontak untuk menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.
Lima tahap perkembangan ide marxisme: Hegel bagaimana membebaskan manusia dari
penindasan, struktur politik yang revolusioner (tahap 1), Feurbach alienasi , keterasingan dari
dirinya sendiri (tahap 2), F Engels sosialisme klasik, manusia dapat dibebaskan asal penindasan
dari kaum buruh dihapuskan (tahap 3), perkembangan dari ekonomi yang menentukan sejarah
perkembangan manusia, bukan ideologi, politik dan lainnya(tahap 4) Kontradiksi internal sistem
produksi kapitalis akhirnya yang akan menghapus hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan
mewujudkan masyarakat kapitalis tanpa kelas Sosialisme ilmiah (tahap 5). Tahap 1-3 disebut
dengan Marx muda dan tahap 4-5 Marx tua.
Adapun prinsip-prinsip pokok program politik Marxis, antara lain : Orientasi Internasionalis dan
masalah kepemilikan alat-alat produksi.
1) Orientasi Internasionalis
Dalam pikiran Marx pentingnya internasionalisme tidak bisa disangkal, namun internasionalisme
Marxis bukanlah komitmen moral yang bersiIat abstrak (sebetulnya liberal borjuis) kepada
semacam 'persaudaraan internasional semua bangsa, melainkan mendasarkan diri terhadap
keberadaan proletariat sebagai kelas internasional, yang diciptakan oleh pasar kapitalis sedunia,
dan terpaksa harus berjuang di tingkat internasional untuk melawan sistem kapitalisme itu.
SiIat dasar dari internasionalisme Marxis adalah prioritasnya kepada kepentingan global kelas
buruh. Secara lebih konkrit bias dijelaskan sebagai berikut: misal seorang buruh revolusioner yang
belum pernah meninggalkan kampong halamannya dan tidak dapat berbahasa asing, tetapi
melawan pemerintah nasional di masa perang, maka ia disebut sebagai seorang internasionalis.
Sedangkan seorang proIessor terhormat yang pernah berkeliling dunia, yang Iasih dalam banyak
bahasa, tetapi di masa perang tetap menyokong pemerintah borjuis adalah seorang nasionalis.
2) Kepemilikan alat-alat produksi. Banyak pengamat (pengamat borjuis tetapi juga banyak yang
menganggap dirinya 'Marxis) percaya bahwa prinsip utama Marxisme dan sosialisme adalah
nasionalisasi alat-alat produksi tersebut. Argumentasi Kaum sosialis: kapitalisme, yang sama
dengan kepemilikan swasta, adalah irasional dan tidak adil , dan menyebabkan krisis ekonomi
serta kemiskinan, perang, dan sebagainya. Seandainya perusahaan-perusahaan ada di tangan
aparatur Negara dan disertai dengan perencanaan ekonomi, maka keadaan akan lebih rasional dan
adil. Perjuangan kelas buruh dimengerti sebagai cara untuk mencapai tujuan (nasionalisasi) itu.
Jika timbul cara alternative, seperti perang gerilya atau proses parlementer, cara-cara ini mungkin
saja dianggap cocok juga. Proses nasionalisasi adalah tujuan dan perjuangan kelas buruh sebagai
alat.
Sedangkan pendekatan Marxis jauh berbeda, proletariat sedang berjuang melawan kaum kapitalis
yang menghisap dan menindas kaum buruh. Maka satu-satunya cara untuk memenangkan
perjuangan ini dan membebaskan diri dengan mengalahkan kelas kapitalis di kancah politik serta
merebut alat-alat produksi mereka. Hal itu mungkin terjadi jika proletariat menciptakan apparatus
Negara yang baru. Pendekatan ini dijelaskan dalam maniIesto komunis:

Telah kita lihat di atas, bahwa langkah pertama dalam revolusi kelas buruh, adalah mengangkat
proletariat pada kedudukan kelas yang berkuasa, memenangkan perjuangan demokrasi. Proletariat
akan menggunakan kekuasaan politiknya untuk merebut, selangkah demi selangkah, semua
capital dari borjuasi, memusatkan semua perkakas produksi ke dalam tangan Negara, artinya
proletariat yang terorganisasi sebagai kelas yang berkuasa; dan untuk meningkatkan jumlah
tenaga-tenaga produktiI secepat mungkin
Untuk kaum marxis, pembebasan kelas buruh merupakan tujuannya; dan nasionalisasi perkakas
produksi adalah sebagai caranya.
Perselisihan ini 'kedua jiwa sosialisme sangatlah penting, dan kita akan kembali ke hal itu
berkali-kali. Tujuan sosialis yang terakhir yaitu masyarakat tanpa perbedaan kelas-tentunya adalah
aspirasi umat manusia sejak dahulu kala. Namun marxisme berbeda karena mendasarkan aspirasi
ini, sebagai kemungkinan realistis, pada perkembangan proletariat, sebuah kelas yang karena
posisinya dalam masyarakat, hanya dapat membebaskan diri dengan menghapuskan semua
kekuasaan yang berkelas, semua perhambaan dan penghisapan. Secara teoritis, peralihan dari
kapitalisme ke komunisme (diktatur proletariat) ialah hanya kelanjutan dari perjuangan kaum
buruh sampai ke kemenangan. Namun bentuk khusus diktator tersebut tidak ditemukan baik oleh
Marx maupun pemikir Marxis yang lainnya, melainkan oleh kaum buruh revolusioner sendiri.
Kelas buruh sebagai kelas tertindas tidak pernah dan tidak akan bisa memperbaiki taraI hidup
mereka. Kelas ini tidak memiliki alat-alat dan bentuk-bentuk produksi seperti yang dimiliki kelas
borjuasi. Yang dilakukan mereka hanyalah menjual tenaga kerja kepada kelas penindas hanya
sekedar untuk tetap bisa hidup. Hidup mereka, karena sistem kerja yang eksploitatiI, hanya
diabdikan untuk menciptakan dan akumulasi capital. Hubungan eksploitatiI antara dua kelas itu
menurut Marx akan menciptakan antagonism kelas (class antagonism) yang kemudian akan
melahirkan krisis revolusioner. Bila situasi sudah demikian, maka kaum proletar atau kelas
pekerja melalui proses sosial tertentu akan menjadi kelas revolusioner. Mereka menjadi kelas
yang menghendaki perubahan struktural, mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan melakukan
transIormasi struktur sosial secara revolusioner.
Marx berharap kelas pekerja menjadi kelas penguasa bila berhasil merebut kekuasaan dan kapital
kaum borjuis kapitalis dan memusatkan semua alat-alat produksi di tangan kelas pekerja. Akhir
perjuangan kaum pekerja menentang kelas kapitalis adalah terciptanya masyarakat tanpa kelas
(class less society). Masyarakat tanpa kelas, menurut Marx, ditandai oleh lenyapnya perbedaan-
perbedaan kelas dan produksi dikuasai oleh bangsa serta kekuasaan Negara akan kehilangan
karakter politiknya. Maksudnya kekuasaan politik (organized power) itu tidak lagi bersiIat
opressiI dan menindas masyarakat.
Yang dimaksud Marx dengan revolusi jelas bukan revolusi damai (glorious revolution)seperti di
Inggris abad XIII, melainkan revolusi kekerasan. Dalam revolusi itu, konIlik antara proletar dan
borjuis tidak terelakkan. Marx dan Engels selalu menekankan makna pentingnya konIlik kelas
(driving Iorce oI history). Menurut Marx tanpa konIlik kelas, tidak akan ada kemajuan karena hal
itu merupakan hokum yang selalu menyertai peradaban (sejak dahulu) hingga sekarang . Oleh
karena itu hanya konIlik kelaslah yang dapat mengubah secara structural kehidupan masyarakat
dan setiap kelas yang berkonIlik selalu menunjukan hubungan dialektis dalam pengertian
Hegelian. Yaitu satu kelas menjadi thesis dan kelas lainnya menjadi antithesis.
Akar-akar konIlik itu menurut Marx tidak disebabkan hanya karena perbedaan pendapat capital
dalam bentuk kekayaan pasiI, melainkan perbedaan tajam menyangkut hubungan, pemilikan dan
penggunaan bentuk serta kekuatan-kekuatan produksi aktiI. Iaktor-Iaktor ini penting karena,
hubungan produksi-hubungan otoritas yang terbentuk karena ketimpangan dalam distribusi
kekayaan dalam produksi industrial, misalnya merupakan unsure konstitutiI konIlik kelas dan
perkembangannya.

2.2 MEKANISME PERUBAHAN MANUSIA
Marx berpendapat bahwa setiap perubahan social mesti bersiIat revolusioner. Tidak ada
perubahan perlahan-lahan. Sejarah dimengerti sebagai pergantian terus menerus antara keadaan-
keadaan yang stabil dan tidak berubah.
Inti pandangan materialis sejarah adalah bahwa selama masyarakat terdiri dari kelas-kelas social
yang berbeda, bidang ekonomi memuat dua unsur yang kontradiktiI, dan bahwa kontradiktiI ini
niscaya cepat atau lambat akan mengakibatkan perubahan secara revolusioner. Di satu pihak ada
unsur yang menentang segala perubahan yaitu struktur kekuasaan ekonomis atau struktur
pemilikan modal. Kelas-kelas atas yang menguasai masyarakat dengan sendirinya berkepentingan
mempertahankan kedudukan mereka. Maka mereka menentang segala perubahan social kelas-
kelas bawah tidak dapat memperbaiki kedudukan mereka. Tetapi di lain pihak kelas-kelas atas
berkepentingan untukterus menerus meningkatkan produktivitas pekerjaan. Lama kelamaan
hubungan-hubungan social yang tetap tidak dirubah semakin tidak memadai dengan tuntutan-
tuntutan rasionalitas ekonomi yang terus meningkat. Kontradiksi ini terungkap dalam ketegangan
antara kelas-kelas pekerja dan pemilik yang semakin tajam. Akhirnya struktur kekuasaan ekonomi
sedemikian irrasional sehingga tidak dapat dipertahankan lagi. Perlawanan kelas-kelas pekerja
tidak dapat ditindas lagi , dan terjadilah suatu perubahan revolusioner

2.3 DARI KAPITALISME KE MASYARAKAT TANPA KELAS
Yang membedakan masyarakat kapitalis dari semua masyarakat sebelumnya dalam pandangan
Marx ialah bahwa revolusi yang akan mengakhirinya, revolusi sosialis akan menghasilkan
masyarakat tanpa kelas.
Dalam masyarakat kapitalis naIsu mencari untung, yang dalam masyarakat prakapitalis
diselubungi dalam berbagai ideologi yang suci yang diakui secara resmi sebagai nilai utama. Uang
atau modal dan bukan konsumsi menjadi tujuan kegiatan ekonomis. Maka terjadi akselerasi
perkembangan produksi dan penyederhanaan struktur-struktur social. Desakan untuk menaikan
produktiIitas semakin besar dan persaingan antara para kapitalis semakin tajam. Kantong-kantong
produksi dengan gaya prakapitalis, perusahaan-perusahaan kecil dan menengah semakin terserap
ke dalam proletariat. Maka jumlah buruh semakin bertambah. Meluasnya kelas buruh dan
rasionalisasi produksi yang semakin mengurangi jumlah buruh yang masih mendapat pekerjaan,
semakin memiskinkan kelas buruh. Perkembangan ini membuat kaum buruh menjadi sadar akan
situasi mereka dan semakin militant. Akhirnya tinggal dua kelas saja yang saling berhadapan:
segelintir pemilik modal yang terus merasionalisasikan produksi dan massa kaum buruh yang
tidak lagi dapat membeli produksi itu karena mereka terlalu miskin. Itulah saat revolusi sosialis
tidak terelak lagi karena merupakan satu-satunya jawaban rasional atas situasi ini.
Mengapa Marx percaya bahwa dalam situasi ini Negara akan hilang dengan sendirinya? Menurut
Marx Negara hanya dibutuhkan pada permulaan sosialisme. Sebagai langkah pertama didirikan
'dictator proletariat. Yang dimaksud dengan istilah itu, bahwa kaum buruh memastikan bahwa
kaum kapitalis tidak dapat bangkit lagi. Sesudah sisa kapitalis melebur dengan buruh, masyarakat
seluruhnya hanya terdiri dari buruh saja, jadi sudah tidak ada kelas-kelas yang berbeda lagi. Baru
sesudah itu setiap orang dapat bekerja dengan bebas dan kreatiI: 'Dalam masyarakat komunis,
dimana masing-masing orang tidak terbatas pada bidang kegiatan ekslusiI, melainkan dapat
mencapai kecakapan dalam bidang apapun juga. Masyarakat mengatur produksi umum. Itulah saat
dimana Negara, alat penindas kelas atas terhadap kelas bawah, tidak diperlukan lagi karena 'tidak
ada lagi yang dapat ditindas. Negara tidak dihapus, ia mati dengan sendirinya. Proses produksi
dipimpin oleh persekutuan bebas semua individu.

2.4 REVOLUSI RUSIA
Revolusi Rusia merupakan sebuah gerakan yang dimotori oleh Lenin, seorang penganut ajaran
Karl Marx. Nama asli dari Lenin adalah Vladimir Ilyich Ulyanov , kemudian nama samaran nya
"Nikolai Lenin", dia lahir pada tahun 1870. Ayahnya seorang inspektur sekolah-sekolah di daerah
Volga yang patuh terhadap negara. Namun dia mempunyai kakak yang bernama Alexander,
seorang yang turut aktiI dalam gerakan populis radikal, karena berkomplot untuk membunuh Tsar,
kakaknya dihukum mati pada tahun 1887. Beberapa bulan kemudian Vladimir Ilyich ikut
berdemonstrasi di kampus dan dikeluarkan dari universitas. Selama beberapa tahun dia mencari
akal tentang jalan mana yang harus ditempuhnya, apakah jalan populis seperti kakaknya atau jalan
lain. Awalnya Lenin terpengaruh oleh populisme, namun setelah mempelajari "Das Kapital"
Lenin semakin cenderung ke arah Marxis. Pada umur dua puluh tiga Lenin sudah menjadi seorang
Marxis yang berkobar-kobar. Bulan Desember 1895 dia ditahan oleh pemerintah Tsar karena
kegiatan revolusionernya dan dijebloskan ke dalam penjara selama empat belas bulan. Sesudah itu
dia dibuang ke Siberia.
Selama tiga tahun di Siberia (yang tampaknya tidak digubrisnya sebagai siksaan) dia kawin
dengan wanita yang juga berIaham revolusioner dan menulis buku Pertumbuhan Kapitalisme di
Rusia. Masa pembuangannya di Siberia berakhir bulan Februari 1900 dan beberapa bulan
kemudian Lenin melakukan perjalanan ke Eropa Barat. Tak kurang dari tujuh belas tahun lamanya
dia berkelana, menjadi seorang mahaguru revolusioner. Kemudian dia sebagai pimpinan dari
Partai Bolsheviks, yaitu sebuah partai pecahan dari Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia yang
terpecah menjadi dua bagian, Bolsheviks merupakan pecahan yang lebih besar di antara pecahan
yang satunya.
Perang Dunia I membuka peluang besar buat Lenin. Perang ini membawa malapetaka baik militer
maupun ekonomi bagi Rusia dan akibatnya menambah ketidakpuasan rakyat kepada sistem
pemerintahan Tsar. Akhirnya pemerintah Tsar ini digulingkan di bulan Maret tahun 1917 dan
untuk sementara waktu tampaknya Rusia dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis. Begitu
mendengar kejatuhan Tsar, Lenin buru-buru pulang ke .Rusia dan sesampainya di negeri asalnya
ia dengan cepat dapat melihat dan mengambil kesimpulan bahwa partai-partai demokratis --walau
sudah mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi ini
sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk menguasai keadaan
biarpun anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong kaum Bolshevik melompat kedepan
mengguhngkan pemerintahan sementara dan menggantinya dengan pemerintahan Komunis.
Percobaan pemberontakan di bulan Juli tidak berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri.
Percobaan kedua di bulan Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru.
Selaku kepala pemerintahan, Lenin keras tetapi di lain pihak dia amat pragmatis. Mula-mula dia
ajukan tekanan yang tak kenal kompromi adanya masa transisi singkat menuju masyarakat yang
ekonominya sepenuhnya berdasar sosialisme. Ketika ini tidak jalan, dengan luwes Lenin mundur
dan mengambil jalan sistem ekonomi campuran kapitalis-sosialistis. Ini berjalan di Uni Soviet
selama beberapa tahun.
Di bulan Mei 1922 Lenin sakit keras sehingga antara serangan sakit itu hingga waIatnya tahun
1924 praktis Lenin tidak bisa berbuat apa-apa. Begitu waIat, jasadnya dengan cermat dibalsem
dan dipelihara, dibaringkan di musoleum di Lapangan Merah hingga saat ini.

2.5 HUBUNGAN MARXISME DENGAN PEMBANGUNAN POLITIK
- Spirit yang dibangun masyarakat pada dasarnya adalah melakukan kritik terhadap kapitalisme
dengan tujuan untuk menuju masyarakat yang berkeadilan social dan ekonomi
- Pada Karangan Karl Marx yaitu Das Capital jilid 1, berargumen tentang hal yang tidak
mengesankan dari kapitalisme, yakni mengenai komoditas
- Kapitalisme menurut Marx adalah system sosio ekonomi yang dibangun untuk mencari
keuntungan yang didapat dari proses produksi, bukan dari perdagangan, riba, memeras, atau
mencari secara langsung, tetapi melalui cara mengorganisasikan mekanisme produksi secara
tertentu sehingga mengurangi biaya produksi seminimal mungkin atau melalui suatu mode oI
production

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Marxisme adalah suatu Iaham dari Karl Marx yang dilatari dari konIlik kelas, yaitu antara kelas
borjuis dengan kelas proletar. Dimana adanya suatu eksploitasi dari kaum borjuis terhadap kaum
proletar dalam suatu proses produksi sebagai akibat dari adanya sistem kapitalisme Yang
kemudian menimbulkan perlawanan dan perjuangan kelas buruh melawan sistem kapitalis, dan
juga untuk mewujudkan obsesi kemenangan gerakan sosialis dimana mereka menginginkan
penghapusan kelas, penghapusan kepemilikan pribadi, dan perubahan kapitalisme menjadi
komunisme. Marxisme ini berbasis pada ekonomi yang kemudian menciptakan supra-struktur
(politik-ideologi dll)hubungan-hubungan ekonomi menghasilkan Ienomena-Ienomena sosial,
budaya dan politik yang meliputi semua hal termasuk diantaranya ideologi, kesadaran politik
hingga budaya yang berhubungan dengan media. Ide-ide utama dalam Marxisme meliputi
Eksploitasi, Alienasi, Basis dan Superstructure, Kesadaran Kelas (Class Consciousness), Ideologi,
Materialisme Historis, dan Ekonomi Politik.
2. Di setiap perubahan social mesti bersiIat revolusioner. Tidak ada perubahan perlahan-lahan.
Selama di dalam suatu masyarakat terdiri dari kelas-kelas social yang berbeda, misal perbedaan
kelas dari segi ekonomi, kelas borjuis dengan kelas proletar. Maka cepat atau lambat akan terjadi
suatu perubahan secara revolusioner. Hal itu disebabkan oleh ketidakseimbangan kelas, dan juga
bentuk eksploitasi oleh kaum borjuis terhadap kaum proletar, yang membuat kaum proletar tidak
puas sehingga ketegangan antara kelas borjuis dengan kelas proletar pun tidak terelakan. Bila
situasi sudah demikian, maka kaum proletar atau kelas pekerja melalui proses sosial tertentu akan
menjadi kelas revolusioner. Mereka menjadi kelas yang menghendaki perubahan struktural,
mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan melakukan transIormasi struktur sosial secara
revolusioner.
3. Kapitalisme akan diakhiri oleh sebuah revolusi, revolusi oleh kaum yang tertindas yang
kemudian akan menciptakan masyarakat tanpa kelas atau penghapusan atas kelas. Dimana
kapitalisme itu dianggap sebagai suatu bentuk ketidakadilan, yang membuat kaum buruh semakin
miskin dan menderita. Atas keadaan yang demikian kaum buruh menjadi sadar akan situasi
mereka dan semakin militant. Maka revolusi sosialis lah yang menjadi satu-satunya jawaban
rasional atas situasi ini. Kaum buruh bangkit, merebut pabrik dan modal dari tangan kaum
kapitalis, mencampakkan mereka ke dalam kelas buruh juga dan sendiri mengorganisasikan
proses produksi. Sesudah sisa kapitalis melebur dengan kaum buruh, masyarakat seluruhnya
hanya terdiri dari buruh saja, jadi sudah tidak ada lagi kelas-kelas yang berbeda
4. Lenin merupakan seorang yang menganut paham dari Karl Marx. Lenin mendirikan
komunisme di Rusia melalui revolusi partai yang dipimpinnya yaitu Partai Bolsheviks. Dia
mempunyai peran besar atas tersebarnya komunisme di dunia. Keadaan Rusia yang awalnya
tumbuh suatu kapitalisme yang kemudian terjadi revolusi kaum proletar, hal itu cocok dengan
Marxisme Karl Marx dimana situasi yang sama juga terjadi pada masanya. Revolusi Rusia terjadi
pada tahun 1917, setelah menggulingkan pemerintahan Tsar untuk sementara waktu tampaknya
Rusia dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis. Partai-partai demokratis --walau sudah
mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi ini sangat baik
buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk menguasai keadaan biarpun
anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong kaum Bolshevik melompat kedepan
menggulingkan pemerintahan sementara dan menggantinya dengan pemerintahan Komunis.
Percobaan pemberontakan di bulan Juli tidak berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri.
Percobaan kedua di bulan Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru. Ciri
penting dari Lenin adalah dia seorang yang cepat bertindak sehingga dialah orang yang
mendirikan pemerintahan Komunis di Rusia. Dia menganut ajaran Karl Marx dan
menterjemahkannya dalam bentuk tindakan politik praktis yang nyata. Sejak bulan Nopember
1917 telah terjadi ekspansi kekuatan Komunis ke seluruh dunia. Kini, sekitar sepertiga penduduk
dunia menganut Iaham Komunis. Jelas Komunisme adalah gerakan besar yang punya arti penting
sejarah. Tidaklah jelas benar siapakah yang bisa dianggap paling berpengaruh dalam gerakan ini,
Marx atau Lenin. Marx punya arti lebih penting karena dia mendahului dan mempengaruhi Lenin.
Tetapi masih bisa dibantah anggapan ini karena kemampuan politik praktis Lenin merupakan
Iaktor yang amat ruwet dalam hal mendirikan Komunisme di Rusia. Tanpa peranan Lenin,
Komunis rasanya mesti menunggu bertahun-tahun untuk punya kesempatan memegang kekuasaan
dan akan menghadapi perlawanan yang lebih terorganisir. Karena itu, bukan mustahil tidak bisa
berhasil.
5. Hubungan antara Marxisme dengan Pembangunan Politik yaitu spirit yang dibangun
masyarakat pada dasarnya adalah melakukan kritik terhadap kapitalisme dengan tujuan untuk
menuju masyarakat yang berkeadilan sosial dan ekonomi

Anda mungkin juga menyukai