Silahkan uraikan minimal 5 teori/sumber rujukan, setiap konsep tersebut dibawah ini
dengan menyebutkan pengarang tahun dan hal. Lampirkan daftar pustaka lengkap sesuai
kaidah penulisan ilmiah!
a) Demokrasi dan Hak Asasi Manusia
1) Pemerintahan yang tidak berasal dari rakyat tidak mempunyai legitimasi.
Pemerintahan yang tidak dijalankan oleh rakyat disebut pemerintahan
otoriter. Pemerintahan yang dijalankan tidak untuk rakyat adalah
pemerintahan korup. Dengan demikian ketiga bentuk pemerintahan
tersebut dinamakan pemerintahan tidak demokratis. Karena suatu
pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam mekanisme pemerintahan
mewujudkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai demokrasi. Selanjutnya dalam
pandangan Frans Magnis Suseno suatu negara disebut demokratis bila
terdapat 5 gugus dalam negara tersebut yaitu : negara hukum, kontrol
masyarakat terhadap pemerintah, pemilihan umum yang bebas, prinsip
mayoritas dan adanya jaminan terhadap hak-hak dasar rakyat. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk demokrasi, setidaknya dapat diupayakan
dengan pendekatan dari berbagai sudut pandang. Misalnya menggunakan
3 sudut pandang utama yakni : pertama Dilihat dari sudut pandang “titik
tekan” yang menjadi perhatiannya, demokrasi dapat dibedakan antara : 1)
Demokrasi formal; yaitu demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan
dalam bidang politik, tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi. Jadi kesempatan
ekonomi dan politik bagi semua orang adalah sama. 2) Demokrasi
material; yakni demokrasi yang menekankan pada upaya-upaya
menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi, sedangkan persamaan
dalam bidang politik kurang diperhatikan, atau bahkan dihilangkan. 3)
Demokrasi gabungan, yakni demokrasi sintesis dari demokrasi formal dan
demokrasi material. Demokrasi ini berupaya mengambil hal-hal baik dan
membuang hal-hal buruk dari demokrasi formal dan demokrasi material.
2) Kedua, dari sudut pandang “cara penyaluran” kehendak rakyat, bentuk
demokrasi dapat dibedakan antara lain :
1. Demokrasi langsung, yakni rakyat secara langsung mengemukakan
kehendaknya di dalam rapat yang dihadidri oleh seluruh rakyat.
2. Demokrasi perwakilan atau demokrasi representatif, yakni rakyat
menyalurkan kehendaknya, dengan memilih wakil- wakilnya untuk
duduk dalam dewan perwakilan rakyat. Pada era modern ini pada
umumnya, Negara-negara menjalankan demokrasi perwakilan
karena jumlah penduduk cenderung bertambah banyak dan
wilayah negara semakin luas, sehingga demokrasi langsung sulit
untuk dilaksanakan.
3. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum, yakni gabungan
antara demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Ini artinya,
rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk duduk dalam Dewan
Perwakilan Rakyat, tetapi dewan itu dikontrol oleh pengaruh
rakyat dengan sistem “referendum” dan “inisiatif rakyat”
3) Ketiga, dari sudut pandang tugas-tugas dan hubungan antara alat-alat
perlengkapan negara”, demokrasi dapat dibedakan dalam beberapa bentuk,
antara lain :
1. Demokrasi dengan sistem parlementer, yakni dalam demokrasi ini
terdapat hubungan erat antara badan legislatif dengan badan
eksekutif. Hanya badan legislatif saja yang dipilih rakyat,
sedangkan badan eksekutif yang biasa disebut “kabinet” dipimpin
oleh seorang perdana menteri yang dibentuk berdasarkan
dukungan suara terbanyak yang terdapat dalam dewan perwakilan
rakyat atau di parlemen.
2. Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, yakni demokrasi
dalam arti kekuasaan dipisahkan menjadi kekuasaan legislatif,
kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikati.
3. Demokrasi dengan sIstem referendum, yakni demokrasi
perwakilan dengann kontrol rakyat secara langsung terhadap
wakil-wakilnya di dewan perwakilan rakyat. Ada 2 macam
referendum yakni “referendum obligator” dan “referendum
fakultatif”. Dalam referendum obligator, kebijakan atau undang-
undang yang diajukan oleh pemerintah atau dibuat oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dapat dijalankan setelah disetujui oleh rakyat
dengan suara terbanyak. Referendum obligator biasanya
dilaksanakan terhadap hal-hal krusial atau penting, yang
menyangkut hajat orang banyakdan perubahan dasar negara,
seperti kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
perubahan Undang-undang Dasar. Dalam referendum fakultatif,
undang-undang yang dibuat Dewan Perwakilan Rakyat baru
dimintakan persetujuan rakyat, apabila dalam jangka waktu
tertentu setelah undang-undang diumumkan, sejumlah rakyat
memintanya. Meskipun demokrasi itu telah menimbulkan banyak
penafsiran, serta banyak kritik dan kendala dalam penerapannya, namun
harus dipahami bahwa demokrasi pada dasarnya memiliki potensi untuk
memberikan sesuatu yang baik bagi manusia terutama dalam menghadapi
kekuasaan yang represif. Demokrasi juga memandang adanya kesetaraan
dalam poltik dan dapat melindungi hak-hak individu atau hak asasi
manusia, termasuk hak untuk memperoleh penghidupan yang layak, hak
untuk berkumpul daan menyatakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab, serta hak- hak lainnya.
Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan
dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam
kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimiliki tanpa
perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, atau kelamin, karena itu bersifat
asasi dan universal. Dasar dari semua hak asasi adalah bahwa manusia
memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-
citanya. Hak-hak yang awalnya mengemuka dan menonjol adalah hak atas
hidup (life), kebebasan (liberty), kepemilikan (property), kesamaan
(equality), dan kebebasan berbicara (freedom of speech). Meskipun pada
umumnya masih terbatas pada bidang politik, namun hak-hak itu
dicantumkan dalam berbagai piagam di Inggris. Mula- mula lahir Magna
Charta tahun 1216, sebagai suatu piagam Raja Inggris atas hak-hak
kebebasan rakyatnya. Kemudian disusul oleh Petition of Right tahun 1672
dan Bill of Right pada tahun 1688. Selanjutnya di Perancis lahir juga De
droit de I’homme et dul citizen tahun 1789. Tiga belas tahun sebelum itu
telah lahir Declaration of Independence tahun 1776 di Amerika Serikat
yang merupakan kemerdekaan Amerika Serikat atas Inggris.21 Gagasa
tentang Hak Asasi Manusia semakin berkembang sejalan dengan
perkembangan demokrasi terutama dengan menangnya negara-negara
demokrasi melawan negara-negara fasis dalam perang dunia II. Pada tahun
1948 Perserikatan Bangsa-bangsa mensahkan Universal Declaration of
Human Right, atas persetujuan 48 Negara walaupun ada 8 negara yang
abstain antara lain : Uni Soviet, Saudi Arabia, dan Afrika Selatan.
Meskipun Deklarasi hak asasi manusia tidak mengikat secara yuridis,
tetapi tetap merupakan pedoman dan tandar minimum yang dicita-citakan
oleh seluruh umat manusia. Di Indonesia hak asasi manusia secara implicit
telah tercantum dalam konstitusi (Undang-Undang Dasar) 1945. Pada
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 telah tercantum rumusan yang
antara lain berbunyi, “…. dan untuk memajukan kesejahtraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, pedamaian abadi dan keadilan social”.
Lebih jelas lagi diatur dalam pasal 28 UUD 1945, bahwa kemerdekaan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagaimana ditetapkan dalam undang- undang. Demikian juga di
dalam pasal 29 ayat (2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya.”22 Hal tersebut menunjukkan
bahwa di Negara Indonesia pun sangat menjunjung tinggi dan melindungi
hak asasi manusia baik itu yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 sebagai aturan tertinggi maupun pada aturan-aturan lain yang
berada di bawahnya. Pada amandemen Undang-undang Dasar 1945 pun
dapat kita lihat betapa dijunjung tingginya hak asasi manusia, terbukti
dengan ditambahnya pasal-pasal mengenai hak asasi manusia. Tetapi tidak
dapat dipungkiri bahwa pada beberapa kasus telah terjadi pelanggaran
HAM yang sampai saat ini ada yang belum terselesaikan. Persoalan besar
yang dihadapi saat ini adalah bagaimana menyelesaikan kasus-kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu serta bagaimana menyiapkan
perangkat hukum yang lebih responsif agar pada masa yang akan datang
pelanggaran- pelanggaran HAM, terutama yang dilakukan oleh negara,
dapat dihindari.
b) Teori Demokrasi dan Hak Asasi Manusia
1. Dasar Teori Demokrasi versi Hans Kelsen, awal dari datangnya ide
demokrasi menurut Hans Kelsen adalah adanya ide kebebasan yang berada
dalam benak manusia. Pertama kali, kosakata “kebebasan” dinilai sebagai
sesuatu yang negatif. Pengertian “kebebasan” semula dianggap bebas dari
ikatan-ikatan atau ketiadaan terhadap segala ikatan, ketiadaan terhadap segala
kewajiban. Namun, hal inilah yang ditolak oleh Hans Kelsen. Pasalnya,
ketika manusia berada dalam konstruksi kemasyarakatan, maka ide
“kebebasan” tidak bisa lagi dinilai secara sederhana, tidak lagi semata-mata
bebas dari ikatan, namun ide “kebebasan” dianalogikan menjadi prinsip
penentuan kehendak sendiri. Inilah yang kemudian menjadi dasar
pemikiran Hans Kelsen mengenai demokrasi. (Hans, 2006: 404).
2. Teori Hukum Kodrati Teori hukum kodrati melihat hak asasi lahir dari
Tuhan sebagai bagian dari kodrat manusia. Ketika manusia lahir sudah
melekat dalam dirinya sejumlah hak yang tidak dapat diganti apalagi
dihilangkan, apapun latar belakang agama, etnis, kelas sosial, dan orientasi
seksual mereka.Teori hokum kodrati menurut ahli :
John Locke mengajukan sebuah postulasi pemikiran bahwa semua
individu dikaruniai oleh alam hak yang melekat atas hidup, kebebasasan
dan kepemilikan, yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat
dicabutoleh Negara. Melalui suatu ―kontrak sosial(social contract),
perlindungan atas hak yang tidak dapat dicabut ini diserahkan pada
Negara. Apabila penguasa Negara mengabaikan kontrak social itu dengan
melanggar hak-hak kodrati individu, maka rakyat di Negara itu bebas
menurunkan sang penguasa dan menggantinya dengan suatu pemerintah yang
bersedia menghormati hak -hak tersebut.
Rousseau mengatakan bahwa hukum kodrati tidak menciptakan hak-hak
kodrati individu, melainkan hak kedaulatan warga Negara sebagai suatu
kesatuan. Setiap hak yang diturunkan dari suatu hukum kodrati akan ada pada
warga Negara sebagai satu kesatuan yang bisa diidentifikasi melalui
kehendak umum (general will).
3. Teori Positivisme atau UtilitarianDalam pandangan teori positivisme hak
barulah ada jika ada hukum yang telah mengaturnya. Moralitas juga harus
dipisah secara tegas dalam dimensi hukum. Adapun kepemilikan hak dari
tiap individui bisa dinikmati apabila diberikan secara resmi oleh
penguasa atau Negara. Dan yang paling menonjol dalam pandangan
ini ialah mempriorotaskan kesejahteraan mayoritas. Sedangkan
kelompok minoritas yang preferensinya tidak diwakili oleh mayoritas bisa
diabaikan dan kehilangan hak-haknya.
4. Teori KeadilanDalam pandangan Rawls, tiap orang memiliki hak yang di
dasarkan pada konsep keadilan yang tidak bisa di tawar, karenahal tersebut
terkait dengan isu kesejahteraan masyarakat secara umum. Untuk itu,
keadilan akan terwujud apabila didasarkan pada prinsi-prinsip “posisi
asali”nya masing-masing. Dalam keadaanini tiap orang akan diasumsikan
memilih dua prinsip keadilan pokok. Prinsip pertama, tiap orang akan
diberikan hak yang sama luasnya. Prinsip kedua adalah kesetaraan yang di
dasarkan pada kompetisi yang adil dan hanya dijustifikasi bila ia
menguntungkan bagi pihak yang paling di rugikan. Bila diantara
keduanya mengalami pertentangan maka kebebasan yang setara
harus dimenangkan dari kesempatan yang setara. Pilihan atas kedua prinsip
ini, menurut Rawlsakan mengemuka karena para pihak yang mengadakan
kontrakberada dalam “keadaan tanpa pengetahuan”atau tidak tahu berbagai
fakta yang akan menempatkan posisi kita di suatu masyarakat.
Ketiga teori diatas memiliki persamaan dalam hal pengakuan,
perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Perbedaannya terletak
pada pandangan mengenai asal muasal lahirnya hak yang paling mendasar tersebut
5. Teori kontruktivis seperti dikemukakan oleh Howard, adalah “Sebuah teori
moral tentang hakikat manusia”. Ham timbul dari tindakan manusia dan
merupakan pilihan visi moral tertentu tentang potensi manusia dan lembaga
lembaga sosial untuk merealisasikan visi itu. Evolusi konsepsi konsepsi
tertentu atau daftar HAM dalam teori konstruktivis dipandang sebagai hasil
interaksi timbal balik antar konsepsi konsepsi moral dan kondisi material
kehidupan yang diperantarai oleh institusi institusi sosial seperti hak. Jadi
teori konstruktuvis, bersesuaian dengan pandangan sosiologis bahwa HAM
gejala sosial, suatu ciptaan pikiran manusia. HAM adalah hak karena umat
manusia memutuskan demikian. Menusia menciptakan pengertiannya sendiri
tentang kehidupan yang secara moral berharga. Konseptualisasi HAM dengan
menggunakan teori kontruktivis, anarata kain dianut oleh Jack Donnelly.
Amartya sen menggunakan pendekatan kontruktif terhadap HAM dengan
mengaitakannya dengan etika sosial dan keterbukaan public. Sen
sebagaimana disebutkan oleh Linda Hajjar Leib berpendapat bahwa kekuatan
paksaan yang timbul dari hak ditetapan melalui perundang undangan
bukanlah kebutuhan yang tepat untuk menegakkan harapan yang diinginkan,
sesungguhnya kesadaran politik dari HAM yangs erring disalahgunakan yang
di akibatkan oleh tekanan public. Terhadap legislasi atau tindakan yang
melanggar hak. Dalam pandangan Sen, moral rill dalam HAM lebih luas dari
pada realitas hukumnya. Terori konteruktivis tentang HAM dibedakan dalam
dua tingkatan kontruksi, yaitu tingaktan moral dimana suatu konsep umum
tentang hak bukan individu atau engara yang menjadi legitimasi adanya hak.
Pada kontruksi politis, konsep hukum, politik, dan struktur sosial
membutuhkan mengembangan dimana hak pada umumnya mendapatkan
pembenaran, penafsiaran, pengejawantahan, dan dilaksanakan sebagai hal
dasaryang timbul dari sejarah dan konteks sosaial.
Penyelesaian kasus HAM yang tak kunjung usai menjadi beban negara untuk
menyeleseikannya. Beragam permasalahan salah satunya yakni politik dan hukum
menjadi satu dasar mandeknya penyelesaian HAM di Indonesia. Bukti yang sulit
ditemukan menjadi penyebab penyelesaian kasus pelanggaran HAM tidak bisa
diungkap secara menyeluruh. Bukti semakin sulit ditemukan karena orang-orang
yang diduga menjadi pelaku atau jembatan pelaku (mediator) juga tidak diketahui
keberadaannya. (Danusubroto dalam Vebriyanto, 2015). Selain itu, Al Araf,
Direktur Imparsial menjelaskan bahwa ada 5 faktor yang menurutnya menjadi
sumber permasalahan mandeknya penyelesaian kasus pelanggaran HAM.
Pertama, ia menilai, tidak adanya kemauan politik untuk menjadikan agenda
HAM sebagai agenda penting dalam masa pemerintahannya. Kedua, yakni adanya
pragmatisme politik menempatkan HAM dalam dinamika transaksional.
Sehingga, penyelesaian Kasus HAM terbentur dengan negosiasi dalam level elite
politik. Ketiga, lemahnya kewenangan Komnas HAM menjadi salah satu
penghambat penyelesaian kasus HAM masa lalu, karena Komnas HAM hanya
sebatas melakukan penyelidikan bukan penegakkan hukum, sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 89.
Keempat, perhatian publik terhadap isu dan agenda HAM berkurang. Sehingga
permasalahan HAM dianggap hal yang biasa dan tidak menjadi penting. Kelima,
belum tuntasnya reformasi hukum seperti agenda reformasi peradilan militer yang
menjadi penghambat upaya penyelesaian kasus HAM. (Araf dalam Putra, 2016)
3. Coba simpulkan tiga topik diskusi hasil diskusi diluar kelompok anda!
a) Kelompok 5B
Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut
serta
memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat. Sistem
Pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu struktur yang terdiri dari fungsi fungsi
legislatif, eksekutif dan yudikatif yang saling berhubungan, bekerja sama dan
mempengaruhi satu sama lain. Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang
digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi politik yang digunakan untuk
mengorganisasikan suatu negara dalam menegakkan kekuasaannya atas suatu
komunitas politik. Terdapat dua jenis bentuk pemerintahan yang berlaku di dunia,
yaitu :1)Pemerintahan monarki (Kerajaan). 2) Pemerintahan republic.
b) Kelompok 5A
Konsep demokrasi dipraktikkan di seluruh dunia secara berbeda-beda dari suatu
negara ke negara lain. Setiap Negara dan bahkan setiap orang menerapkan definisi
dan kriterianya sendiri-sendiri mengenai demokrasi itu. Dalam system kedaulatan
rakyat, kekuasaan tertingi suatu negara dianggap berada di tangan rakyat negara
itu sendiri. Kekuasaan itu pada hakikatnya berasal dari rakyat, dikelola oleh
rakyat, dan untuk kepentingan seluruh rakyat itu sendiri. Jargon yang kemudian
dikembangkan sehubungan dengan ini adalah “kekuasaan itu dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat”. Dan juga di setiap negara mempunyai sistem
pemerintahan yang berbeda-beda sesuai dengan kebijakan di negara tersebut.
Berkaitan dengan sistem pemerintahan, pada umumnya dibedakan dalam dua
sistem utama, yaitu sistem presidensil dan parlementer, diluar kedua sistem
tersebut merupakan sistem campuran atau kuasa parlementer atau kuasa
presidensil, ada juga menyebutnya sistem refendum. Dalam sistem pemerintahan
Presindesil, badan eksekutif tidak bergantung pada badan legislatif. Kedudukan
badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislatif. Sedangkan dalam
sistem pemerintahan Parlementer, memiliki wewenang dalam mengangkat
perdana menteri, demikian juga parlemen dapat menjatuhkan pemerintahan yaitu
dengan mengeluarkan mosi tidak percaya.
c) Kelompok 7A
Pengertian sistem pemerintahan dalam arti luas yang selanjutnya juga memilik
arti kajian yang menitik beratkan hubungan antar negara dengan rakyatnya.
Maksistem pemerintahan yang bersifat monarki, aristokrasi, dan demokrasi. Maka
dapat disimpulkan bahwa sistem pemerintahan merupakan sistem hubungan dan
tata kerja antara lembagalembaga negara. Secara umum bentuk sistem
pemerintahan terdiri dari dua sistem yaitu sistem pemerintahan parlementer dan
sistem pemerintahan presidensial. Tetapi dalam berbagai literatur terdapat juga
sistem pemerintahan semi parlementer dan sistem pemerintahan semi
presidensial. Sistem pemerintahan semi lebih identitk dengan sistem
pemerintahan campuran atau hybrid. Sistem pemerintahan semi merupakan sistem
pemerintahan campuran antara presidensial dengan parlementer. Sistem
pemerintahan semi presidensial merupakan campuran dua sistem pemerintahan
yaitu presidensial dan parlementer