Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demokratia yang terbentuk dari kata
demos yang artinya rakyat dan kratein yang artinya pemerintahan/kekuasaan, sehingga arti
dari demokratia adalah kekuasaan atau pemerintahan rakyat. Secara umum, Pengertian Demokrasi
merupakan suatu sistem pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam sistem pemerintahan negara.
Selain itu, Pengertian Demokrasi adalah bentuk sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
dalam mewujudkan kedaulatan rakyat atas kekuasaan negara untuk dijalankan oleh pemerintah
negara tersebut. Pilar demokrasi yang biasa kita kenal adalah prinsip trias politica, dimana
membagi ketiga kekuasaan politik negara yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif. Dalam
mewujudkan ketiga jenis lembaga negara yang bersifat independen dan berada dalam kesejajaran
satu sama lain, diharapkan agar ketiga lembaga negara ini dapat saling mengontrol dan mengawasi.
Sistem demokrasi yang dianut oleh bangsa Indonesia adalah demokrasi pancasila, dimana sistem
demokrasi ini mementingkan keinginan, aspirasi dan suara hati nurani rakyat. Pengambilan
keputusan pada sistem demokrasi ini dilakukan oleh wakil-wakil di Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) dengan cara voting atau musyawarah mufakat. Selain itu, Demokrasi Pancasila
merupakan perwujudan kerakyatan yang yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yang memiliki semangat ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan keadilan sosial bagi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terdapat dua prinsip mengenai sistem pemerintahan negara, yaitu yang pertama adalah Indonesia
merupakan negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka. Dan yang
kedua adalah pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Dalam Pengertian Demokrasi, ada beberapa macam demokrasi yaitu sebagai berikut :
1. Demokrasi pancasila merupakan demokrasi yang berfokus pada aspirasi, kepentingan dan suara
rakyat serta memiliki jiwa dan dasar paham pancasila/nilai luhur pancasila yang bersumber
pada tata nilai sosial budaya.
2. Demokrasi liberal merupakan demokrasi yang menekankan pada kebebasan manusia untuk
kepentingan manusia dan kekuasaan pemerintah dibatasi oleh undang-undang.
3. Demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang mengarah pada otoriter dan pimpinan
tunggal.
4. Demokrasi totaliter merupakan demokrasi yang memiliki tujuan utama dengan menghalalkan
segala cara.
6. Demokrasi titular merupakan demokrasi yang berupa campuran modern dan lama (gaya
fragmentaris).
7. Demokrasi formal merupakan demokrasi yang menempatkan persamaan kedudukan setiap
orang dalam politik tanpa disertai upaya dalam menghilangkan kesenjangan dalam ekonomi.
3. Jaminan HAM.
4. Kekuasaan dalam pemerintahan dikontrol oleh rakyat melalui perwakilan yang dipilih rakyat.
5. Persamaan kedudukan dan perlakuan bagi seluruh warga negara dalam hukum.
4. Kebebasan pers.
7. Peradilan yang tidak memihak untuk mencapai keadilan dan bersifat jujur.
Demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of the
people, by the people and for the people). Hal ini berarti kekuasaan tertinggi dalam sistem
demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama dalam
mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui demokrasi, keputusan yang diambil berdasarkan suara
terbanyak.
2. Menurut Hans Kelsen
Demokrasi merupakan pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat, dimana yang melaksanakan
kekuasaan negara adalah wakil-wakil rakyat yang terpilih dan rakyat yakin bahwa segala kehendak
dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan negara.
Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekusaan pemerintahan melekat
pada diri rakyat atau orang banyak dan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mempertahankan,
mengatur dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yang
diserahi untuk memerintah.
5. Menurut Ranny
Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang ditata dan diorganisasikan berdasarkan
prinsip-prinsip kedaulatan rakyat, kesamaan politik, konsultasi atau dialog dengan rakyat dan
berdasarkan pada aturan mayoritas.
Demokrasi merupakan kebijaksanaan umum yang ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan politik.
Demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat yang khususnya oleh mayoritas dan
pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi tetap dilakukan oleh rakyat baik secara langsung ataupun
tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya dilakukan dengan mengadakan
pemilu bebas yang diadakan secara periodik dan rakyat umum khususnya untuk mengangkat
sumber otoritas politik dan tidak adanya distingsi kelas yang berdasarkan
kesewenang-wenangan/keturunan.
Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan dari
masyarakat yang ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang menjamin pemerintah
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas tersebut.
Demokrasi didefinisikan sebagai kekuasaan rakyat oleh rakyat. Rakyat merupakan sumber
kekuasaan. Ia menyebutkan bahwa Plato adalah orang yang pertama kali mengungkap teori
demokrasi, dimana sumber kekuasaannya merupakan keinginan yang satu bukan majemuk
10. Menurut Yusuf Al-Qordhawi
Demokrasi merupakan wadah masyarakat untuk memilih seorang untuk mengurus dan mengatur
kepentingan masyarakat. Pimpinannya bukan orang yang dibenci, peraturannya bukan yang
masyarakat tidak kehendaki dan masyarakat berhak meminta pertanggungjawaban penguasa apabila
pemimpin tersebut salah. Masyarakat juga berhak memecatnya jika menyeleweng, mereka juga
tidak boleh dibawa ke sistem ekonomi, sosial, budaya atau sistem politik yang tidak mereka kenal
dan tidak sukai.
B. Sejarah Demokrasi
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan, dalam bentuk klasik sudah digunakan sejak zaman Yunani
Kuno (+/- abad V SM). Pada masa itu, Yunani dengan Negara kotanya (polis) telah mempraktekkan
pemerintahan dengan partisipasi langsung rakyat dalam membicarakan persoalan pemerintah
(demokrasi langsung).
Pada zaman Romawi sampai dengan abad pertengahan (abad XV) pelaksanaan sistem demokrasi
mengalami kemunduran karena banyak berkembang praktek-praktek tirani, oligarki, dan diktator.
Namun, semenjak zaman Renaissance (abad XVI – XIX), ajaran demokrasi bangkit kembali dengan
pertimbangan-pertimbangan ini:
a. Rakyat tidak senang dengan adanya praktek-praktek yang sewenang-wenang dari penguasa.
b. Rakyat menuntut persamaan hak dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
c. Pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep atau teori-teori demokrasi yang mengarah
pada prinsip-prinsip hak-hak asasi manusia.
Para pelopor yang telah berjasa dalam mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi, antara lain John
Locke (1632 – 1704), Montesquieu (1689 – 1755) dan J.J. Rousseau (1712 – 1770) dengan teorinya
masing-masing.
Negara yang pertama kali melaksanakan sistem demokrasi adalah Athena. Ia tepatnya berupa
negara-kota yang terletak di Yunani. Proses pemerintahan di Athena itu dimulai oleh Kleistenes
pada tahun 507 sebelum Masehi dengan perubahan konstitusi dan diselesaikan oleh Efialtes pada
tahun 462-461 sebelum Masehi. Setelah kematian Efialtes, tidak ada badan politik yang lebih
berkuasa daripada Dewan Rakyat. Dewan Rakyat di Athena terbuka bagi semua warga negara lelaki
yang merdeka dan sudah dewasa, tidak peduli pendapatan atau tingkatannya. Pertemuan diadakan
40 kali setahun, biasanya di suatu tempat yang disebut Pniks, suatu amfiteater alam pada salah satu
bukit di sebelah barat Akropolis. Dalam teori, setiap anggota Dewan Rakyat dapat mengatakan apa
saja, asalkan ia dapat menguasai pendengar. Salah seorang tokoh penting pada masa jaya Athena
ialah Perikles, seorang prajurit, aristokrat, ahli pidato, dan warga kota pertama. Pada musim dingin
tahun 431-430 sebelum Masehi, ketika perang Peloponnesus mulai, Perikles menyampaikan suatu
pidato pemakaman. Alih-alih menghormati yang gugur saja, ia memilih memuliakan Athena :
“Konstitusi kita disebut demokrasi, karena kekuasaan tidak ada di tangan segolongan kecil
melainkan di tangan seluruh rakyat. Dalam menyelesaikan masalah pribadi, semua orang setara di
hadapan hukum; bila soalnya ialah memilih seseorang di atas orang lain untuk jabatan dengan
tanggung jawab umum, yang diperhitungkan bukan keanggotaannya dalam salah satu golongan
tertentu, tetapi kecakapan orang itu. Di sini setiap orang tidak hanya menaruh perhatian akan
urusannya sendiri, melainkan juga urusan negara.
Selanjutnya di Eropa selama berabad-abad sistem pemerintahan sebagian besar adalah monarki
absolut. Awal timbulnya demokrasi ditandai dengan muculnya Magna Charta tahun 1215 di
Inggris. Piagam ini merupakan kontrak antara raja Inggris dengan bangsawan. Isi piagam tersebut
adalah kesepakatan bahwa raja John mengakui dan menjamin beberapa hak yang dimiliki
bawahannya. Selanjutnya sejak abad 13 perjuangan terhadap perekembangan demokrasi terus
berjalan.
Pemikir-pemikir yang mendukung berkembangnya demokrasi antara lain John Locke dari Inggris
(1632-1704) dan Montesquieu dari Perancis (1689-1755). Menurut Locke hak-hak politik
mencakup hak atas hidup, hak atas kebebasan, dan hak untuk mempunyai milik. Montesquieu,
menyusun suatu sistem yang dapat menjamin hak-hak politik dengan pembatasan kekuasaan yang
dikenal dengan Trias Politica. Trias Politica menganjurkan pemisahan kekuasaan. Ketiganya
terpisah agar tidak ada penyalahgunaan wewenang.
Reformasi intelektual yang disusul oleh reformasi dan revolusi sosial yang berlangsung sepanjang
abad ke 17 dan 18 di Eropa Barat, diantaranya telah melahirkan sistem demokrasi di dalam tata
bermasyarakat dan berpemerintahan. Sebenarnya yang terjadi di Eropa ketika demokrasi menjadi
alternatif adalah penerusan dari suatu tradisi tentang tata cara pengaturan hidup bersama yang
dilaksanakan oleh warga kota Athena, Yunani, pada beberapa abad sebelum masehi. Sejak tiga
dekade terakhir dunia menyaksikan kemajuan yang luar biasa dalam perkembangan demokrasi.
Sejak tahun 1972 jumlah negara yang mengadopsi sistem politik demokrasi telah meningkat lebih
dari dua kali lipat, dari 44 menjadi 107. Pada akhir tahun 90-an, hampir seluruh negara di dunia ini
mengadopsi pemerintahan demokratis, meski masing-masing dengan variasi sistem politik tertentu.
Versi 3
Versi 4
Kata ‘demokrasi’ berasal dari kata Yunani ‘demos’ yang berarti ‘people’ (rakyat, orang-orang,
kelompok orang), lalu ‘kratein’ yang berati ‘to rule’ (memerintah). Permulaan model dan penerapan
demokrasi murni tidak ditemukan di negeri manapun selain Yunani di abad ke 6 Sebelum Masehi.
Jadi, arti sebenarnya dari demokrasi adalah “rule by the people”. Orang Yunani memandang
kediktatoran sebagai bentuk pemerintahan terburuk yang mungkin. Peradaban Yunani menunjukkan
bahwa masyarakat Yunani dipecah menjadi kota-negara bagian yang kecil-kecil (tidak pernah lebih
dari 10.000 warga), dan semua orang menyuarakan pendapatnya atas persoalan-persoalan
pemerintahan. Kondisi ini serupa dengan jika semua penduduk Indonesia tersambung dengan
internet dan memiliki kemerdekaan untuk menyuarakan pendapatnya untuk didengarkan oleh
pemerintah (ThinkQuest Team 26466)
Tidak ada sistem perwakilan di Pemerintahan Yunani. Setiap orang adalah anggota badan
pengambil keputusan seumur hidupnya. Kelihatannya hampir berbentuk demokrasi total kecuali
fakta bahwa wanita, budak dan penduduk asing (lebih dari 50% populasi) tidak dianggap sebagai
warganegara djadi tidak diijinkan memberi suara mereka. Sejak saat itu dunia mengakui sistem
yang dijalankan di Yunani dengan cara meniru, mengadopsi, menjadikan dasar, atau menyesuaikan
dengan situasi, dsb. Bangsa-bangsa bergerak menuju arah dan penerapan demokrasi dalam
pemerintahan mereka masing-masing.
Pericles, seorang di antara para pemimpin demokrasi Athena tahun 430, berargumentasi
bahwa demokrasi berhubungan dengan toleransi, tetapi tidak membuat klaim khusus bagi
pemerintahan mayoritas. Baik Plato maupun Aristoteles mengingatkan bahwa demokrasi harus
mempertimbangkan ‘the larger’ dan ‘the wiser’.Aristoteles tetap menyebutkan pentingnya
pemerintahan mayoritas dengan mengatakan bahwa ‘the majority ought to be sovereign, rahter than
the best, where the best are few … A feast to which all contribute is better than one given at one
man’s expense.”
Plato khususnya prihatin jika demokrasi lebih mengutamakan mayoritas yang tidak
berpendidikan atau miskin yang kemudian bisa membenci kaum kaya, atau pemerintahan diatur
oleh mereka yang tidak bijaksana. Biasanya minoritas yang kalah termasuk ‘the wiser’. Hanya di
abad ke 17 pengukuhan terhadap demokrasi didasarkan pada asumsi tentang kesetaraan semua
warga negara, hal ini muncul sebagai akibat dari reformasi Protestan.
3. Demokrasi di Inggris
Tahun 1215, Magna Carta ditanda tangai hasil pemaksaan para bangsawan terhadap Raja
John yang kemudian terciptalah Parlemen atau Badan pembuat hukum yang menyatakan bahwa
hukum tertulis lebih berkuasa daripada raja dengan demikian kekuasaan keluarga kerajaan mulai
dibatasi dan rakyat mulai mendapat sebagian kekuasaan. Selanjutnya kekuasaan Parlemen semakin
menguat dengan munculnya berbagai peraturan yang membatasi kekuasaan raja. Semkia nkuat
Parlemen, semakin banyak hak hak rakyat untuk menyatakan pendapatnya. dasar-dasar demokrasi
Inggris inilah yang mengilhami dan mempengaruhi pemerintahan maerika Serikat.
Filsuf Inggris John locke dan seorang filsuf Perancis Jean-Jacques Rousseau
mempengaruhi penguatan nilai-nilai demokrasi walaupun tidak konklusif merujuk langsung pada
demokrasi (Political Dictionary). John Locke dalam bukunya Two Treatises menyatakan bahwa
dibawah ‘kontrak sosial’, tugas pemerintah adalah untuk melindungi ‘hak-hak alamiah’, yang
mencakup ‘hak untuk hidup, kemerdekaan, dan kepemilikan properti.’
Kemudian Rousseau memperluas pemikiran tersebut dalam bukunya The Social Contract
(1762). Kedua filsuf ini sangat berpengaruh dalam mempersiapkan jalan menuju demokrasi
Amerika di jaman modern.
Para komentator pada periode 1780 – 1920 secara umum menerima permis bahwa “yang
paling miskinpun’ memiliki hak sesungguhnya untuk bersuara sebagaimana orang-orang kaya,
sekalipun banyak dari antara mereka yang prihatin bahwa tirani mayoritas akan muncul. Jadi
untaian lain pemikiran demokrasi berargumentasi lebih kepada kesetaran kemampuan, bukan
kesetaraan hak.
5. Demokrasi Amerika
Demkorasi Amerika modern adalah dalam bentuk suatu republik demokratik atau
demokrasi perwakilan. Suatu demkorasi perwakilan muncul di Amerika Serikat sebab penduduk
baru sudah muak dengan pajak tanpa perwakilan dan mereka menginginkan sistem yang lebih fair
dimana orang bisa bersuara untuk mengatur negara. Mereka menginginkan demokrasi perwakilan
dimana perwakilan yang dipilih yang akan mengatur pemerintahan. Para perwkailan tersebut dipilih
dengan pemikiran bahwa mereka akan secara tepat mewakili konstituen mereka, tetapi dalam
kejadian di mana thal ini tidak terjadi, pemerintah Amerika Serikat dibagi menjadi 3 cabang untuk
mengawasi penyelewengan. Ketiganya adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tidak ada satupun
yang memiliki kekuasaan absolut. Ketiga cabang pemerintahan tersebut dimaksudkan sebagai cara
untuk menghindari tirani mayoritas
Apa yang terjadi di Iran adalah contoh bahwa dunia benar-benar sedang mengarahkan diri
pada kesadaran kemerdekaan, ke arah demokrasi sesungguhnya. Apa yang bakal terjadi ke depan
dalam 10 tahun mendatang, mungkin sulit ditebak karena implikasi dari demokrasi adalah
kebebasan individu yang dijamin, maka segala hal dapat terjadi.
Apakah demokrasi adalah melawan Tuhan atau teokrasi? Dari sudut pandang agama,
pergeseran menuju demokrasi pernah menjadi wacana panas yang menimbulkan berbagai keributan.
Demokrasilah yang telah membuat negara dan agama dipisahkan sehingga agama menjadi urusan
privat individu. Tetapi juga demokrasi telah menolong menyelamatkan kemanusiaan di mana ketika
agama mengambil alih tugas pemerintahan, berbagai bencana kemanusiaan seperti perang dan
penindasan atas nama Tuhan terjadi.
Suara mayoritas yang menyesatkan punya contoh dalam Perjanjian Lama, ketika Harun harus
dipaksa oleh sebagian besar umat Israel untuk membuat anak lembu mas. Masih ada beberapa
peristiwa lain di mana rakyat menuntut sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Sedangkan pada jaman Yesus, Yesus ‘memimpin’ semacam gerakan yang mengedepankan
‘the masses’ sehingga kelihatan bahwa Yesus berpihak kepada orang sederhana, miskin, menderita
dan tersingkir dalam masyarakat. Ia menyuarakan hak orang banyak untuk diperlakukan sama oleh
aturan agama, dan mengambil kewenangan untuk mengkritisi kekuasaan religius masa itu. Yesus
berjalan searah dengan perkembangan peradaban manusia. Ia memulai pemikiran baru bagi masa
itu untuk memisahkan apa yang menjadi hak kaisar dan apa yang menjadi hak Allah (walaupun
seluruhnya jelas milik Allah)
Macam-macam Demokrasi
Demokrasi sederhana, yaitu demokrasi yang terdapat dalam desa-desa berdasarkan gotong
royong dan musyawarah.
Demokrasi barat atau demokrasi liberal oleh kaum komunis disebut demokrasi kapitalis.
Demokrasi barat ialah demokrasi yang dianut oleh Negara-negara Eropa Barat dan Amerika.
Tujuan dari demokrasi barat, yaitu agar manusia tidak diangap sebagai alat belaka,
melainkan mansia dipandang sebagai makhluk hidup yang memiliki tujuan sendiri.
Demokrasi timur atau demokrasi rakyat adalah demokrasi yang dianut oleh negara-negara
komunis, seperti Rusia RRC, dll. Tujuan demokrasi timur sama dengan tujuan demokrasi
barat letak perbedaannya yaitu cara pelaksanaan dan cara pandangannya terhadap manusia.
Demokrasi Tengah Yang dimaksud dengan demokrasi tengah ialah facisme dan nazisme
di Italia dan Jerman pada masa pemerintahan Mussolini dan Hitler. Semboyan dictator
Hitler ialah “Ein Fuhrer, ein Volk, ein Ja!” dengan semboyan ini dimaksudkan bahwa jika
fuhrer telah mengatakan sesuatu hal, maka rakyat haruslah engatakan ya, yang berarti
menyatakan setuju. Demokrasi tengah bertujuan tidak dianggap penting orang
perseorangan, yang dipentingkan ialah bangsa yaitu rakyat sebagai keseluruhan semboyan
Hitler. “DU Bist Nichts, dein Volk ist alles”.
Demokrasi terpimpin atau demokrasi terdidik ialah demokrasi yang memisahkan pemimpin
(kaum intelek) yang telah masuk untuk demokrasi dan rakyat Jelata sebagian besar masih
buta huruf dan belum masuk untuk demokrasi, karena itu maka untuk melaksanakan
demokrasi para pemimpin harus memimpin atau mendidik rakyat untuk demokrasi.
Demokrasi pancasila adalah suatu paham demokrasiyang dijiwai oleh sila-sila dalam
pancasila. Prinsip demokrasi pancasila yaitu musyawarah untuk mufakat hakikat dari
musywarah untuk mufakat dalam kemurniannya adalah suantara cara khas yang bersumber
pada Sila ke-4 (kerakyatan yang dipimpin oleh nikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Kualitas demokrasi diukur oleh pemilihan umum yang kompetitif, adil, jujur dan berkala dan
partisipasi rakyat yang tinggi selama pemilu. Cita-cita mulia demokrasi direduksi menjadi sebatas
hal yang prosedural dan teknis. Akibatnya, demokrasi hanya diwujudkan dalam pemilu. Suara
rakyat dibutuhkan dan ditambang hanya ketika pemilu datang. Demokrasi, dalam cita-cita yang
sesungguhnya, perlahan-lahan mati. Dalam konteks ini kritik Geoff Mulgan terhadap paradoks
demokrasi sangat tepat dan jitu.
Terdapat beberapa hal yang harus dikritisi terhadap demokrasi liberal. Demokrasi cenderung
melahirkan oligarki dan teknokrasi. Bagaimana mungkin tuntutan rakyat banyak bisa diwakili dan
digantikan oleh segelintir orang yang menilai politik sebagai karier untuk menambang keuntungan
finansial, Prinsip-prinsip demokrasi seperti keterbukaan, kebebasan dan kompetisi juga telah
dibajak oleh kekuatan modal. Yang disebut keterbukaan, hanya berarti keterbukaan untuk berusaha
bagi pemilik modal besar, kebebasan artinya kebebasan untuk berinvestasi bagi perusahaan
multinasional, kompetisi dimaknai sebagai persaingan pasar bebas yang penuh tipu daya.
Media yang mereduksi partisipasi rakyat. Kelihaian media mengemas opini publik membuat
moralitas politik menjadi abu-abu, juga cenderung menggantikan partisipasi rakyat. Ini berujung
pada semakin kecil dan terpinggirkannya ‘partisipasi langsung’ dan ‘kedaulatan langsung’ rakyat.
Tidak hanya itu, sesat pikir kaum demokrasi prosedural juga karena ia menyembunyikan fakta
tentang negara dan kekuasaan. Negara adalah tempat akses dan relasi ekonomi, politik, hukum
berlangsung. Karena itu, sistem demokrasi juga berhadapan dengan masalah ekonomi. Negara dan
sistem demokrasi juga berhubungan dengan masalah bagaimana menciptakan kesejahteraan,
bagaimana menjalankan dan mengatur finansial sebuah negara. Karena itu negara membutuhkan
sebuah persekutuan yang taktis dan cepat. Karena hanya model ekonomi kapitalisme yang tersedia
– yang bertumpu pada kekuatan modal besar , maka demokrasi membutuhkan kapitalisme, begitu
juga sebaliknya. Dari sini, persekutuan najis itu mulai tercipta. Di ujung jalan, tampaknya
kapitalismelah yang berkuasa. Atas nama kemajuan dan perdagangan bebas, ia mulai
mengangkangi negara. Atas nama pertumbuhan ekonomi, ia mulai menyiasati demokrasi. Lalu
muncullah makhluk lama dengan baju yang baru: neoliberalisme. Sebuah makhluk yang
mengendap-endap muncul, lalu menjalankan taktik “silent takeover”. Istilah terakhir ini dipinjam
dari Noreena Heertz, artinya kurang lebih sebuah penjajahan yang terselubung.
Sumber :
http://demokrasiindonesia.com/2012/07/29/demokrasi-amerika-demokrasi-liberal-bergaya-cowboy/
http://hati.unit.itb.ac.id/?p=670