Tentang : Demokrasi
Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
Abelya Dexsy
Ade Okta
Bima Dwi Cahya
Dede Effendi
Hanifah Indriana
Shalsa Septia Zulni
Kelas : XI MIPA 4
DEMOKRASI
Demokrasi berawal dari bahasa Yunani, yakni demokratia. Kata ini terbentuk dari
kata demos yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti kekuatan atau kekuasaan.
Jadi, demokrasi sepadan artinya dengan kekuasaan rakyat. Kekuasaan itu
mencakup sektor sosial, ekonomi, budaya, dan politik.
Menurut C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan
dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang
menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya
pada mayoritas tersebut.
Menurut Abrahan Lincoln, 1863
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
( government of the people, by the people, and for the people).
Menurut Abdul Ghani Ar Rahhal
Di dalam bukunya, Al Islamiyyin wa Sarah Ad Dimuqrathiyyahmendefinisikan
demokrasi sebagai “kekuasaan rakyat oleh rakyat”. Rakyat adalah sumber
kekuasaan. Ia juga menyebutkan bahwa orang yang pertama kali mengungkap teori
demokrasi adalah Plato. Menurut Plato, sumber kekuasaan adalah keinginan yang
satu bukan majemuk. Definisi ini juga yang dikatakan oleh Muhammad Quthb
dalam bukunya Madzahib Fikriyyah Mu’ashirah
Menurut Affan Gaffar
Demokrasi dimaknai dalam dua bentuk, yaitu :
Makna normatif (demokrasi normatif) adalah demokrasi yang secara ideal ingin
diwujudkan oleh negara
Menurut Abdul Wadud Nashruddin
Demokrasi adalah sebuah sistem kehidupan yang menempatkan pendapat rakyat
sebagai prioritas utama pengambilan kebijakan, di mana pendapat tersebut harus
memenuhi kriteria agama, susila, hukum dan didasari semangat untuk menjunjung
kemaslahatan bersama. Suara atau pendapat rakyat harus diiringi rasa
tanggungjawab dan komitmen positif atas pelaksanaanya juga harus melalui
evaluasi secara terus-menerus agar selalu sesuai dengan kebutuhan bersama.
Demokrasi bukan hanya sebagai alat politik semata tetapi juga membentuk
berbagai aspek tata masyarakat lainnya, seperti ekonomi, sosial maupun budaya.
Masyarakat yang berhak menyalurkan suara dan pendapatnya boleh didengar
hanya bagian masyarakat yang faham dan mampu mempertanggungjawabkan
pendapatnya baik secara keilmuan, sosial maupun syar’i.
Menurut Joseph A. Schumpeter,
sebuah sistem politik disebut demokratis sejauh para pengabil keputusan
kolektifnya yang paling kuat dipilih melalui pemilu periodik, dimana hampir
semua orang dewasa berhak memilih. Dalam hal ini demokrasi mencakup dua
dimensi, yaitu: (1) Persaingan; dan (2) Partisipasi.
Menurut Ranny,
demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang ditata dan diorganisasikan
berdasarkan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (popular soveregnity), kesamaan
politik (political equality), konsultasi atau dialog dengan rakyat (political
consultation), dan berdasarkan pada aturan mayoritas.
Menurut Sarjen,
setiap sistem demokrasi selalu didasrkan pad aide bahwa warga negara seharusnya
terlibat dalam hal tertentu di bidang pembuatan keputusan politik, baik secara
langsung maupun melalui wakil pilihan mereka di lembaga perwakilan.
Hakikat Demokrasi
Dari pegertian dan makna demokrasi di atas dapat diterik kesimpulan bahwa
hakikat demokrasi dapat dikatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat.
Pemerintahan dari rakyat memiliki arti bahwa sebuah sistem pemerintahan yang
sah dan diakui oleh rakyat. Diakui dan sah memiliki arti bahwa tanggung jawab
pemerintahan diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintah yang tidak diakui
adalah pemerintah yang tidak mendapatkan dukungan dan persetujuan dari rakyat.
Rakyat memegang kendali penuh atas pemilihan pemerintahan berdasarkan
persamaan pandangan dan politik tanpa ada unsur paksaan.
Pemerintahan untuk rakyat memiliki arti bahwa segala kuasa yang dilimpahkan
kepada pemerintah dibuat untuk kepentingan rakyat. Maka dari itu kepentingan
rakyat sudah seharusnya didahulukan sebelum kepentingan pemerintah. Dalam
membuat suatu putusan pemerintah juga harus mempertimbangkan aspirasi rakyat
karena baik buruknya putusan yang dibuat oleh pemerintah juga akan
mempengaruhi nasib rakyat.
Jenis-Jenis Demokrasi
6. Mencegah Tirani
Badan ini bertujuan untuk membantu tugas Presiden. Hasilnya antara lain :
KNIP.
“Bahwa komite nasional pusat, sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN, serta menyetujui bahwa
pekerjaan komite-komite pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan
dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih di antara mereka dan
bertanggung jawab kepada komite nasional pusat.”
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai–
partai politik, karena dalam system kepartaian menganut system multi partai.
Maka, PNI dan Masyumi lah yang menjalankan pemerintahan melalui
perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam tahun 1950 – 1959 dan merupakan
partai yang terkuat dalam DPR. Dalam waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan
Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet.
Sejak berlakunya UUDS 1950 pada 17 Agustus 1950 dengan sistem demokrasi
liberal selama 9 tahun tidak menunjukkan adanya hasil yang sesuai harapan rakyat.
1) Pemberontakan PRRI, Permesta, atau DI/TII yang ingin melepaskan diri dari
NKRI.
· Stabilitas – instabilitas
· Demokrasi ini menimbulkan sikap saling menjatuhkan antar partai satu dengan
partai yang lain.
KESIMPULAN
Pada masa ini, walaupun Indonesia masih tergolong negara baru, namun Indonesia
dapat menjalankan sistem politiknya walaupun masih belum sempurna, diwarnai
dengan adanya kudeta, dll. Dengan adanya KNIP membuat pemerintahan lebih
teratur dan terorganisir.
Pada sistem ini berlaku sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juni 1959
yang berbunyi sebagai berikut.
1) Pembubaran Konstituante,
Era tahun 1959 sampai dengan 1966 merupakan era Soekarno, yaitu ketika
keijakan-kebijakan Presiden Soekarno sangat mempengaruhi kondisi politik
Indonesia. Kebijakan pemerintah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yaitu:
A. Pembentukan MPRS
B. Pembentukan DPAS
G. Penyederhanaan Ekonomi
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
Mufakat
Sama seperti yang tercantum pada sila ke empat Pancasila, demokrasi terpimpin
adalah dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, akan tetapi presiden menafsirkan “terpimpin”, yaitu pimpinan
terletak di tangan “Pemimpin Besar Revolusi”.
7. Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
17. Stabilitas – stabil
KESIMPULAN
Pada masa ini, pemerintahan dominan lebih bisa mengatur rakyat karena
adanya sentralisasi, namun rakyat tak bisa berbuat apa-apa karena semua
keputusan ada di tangan presiden. Tidak adanya kebebasan pers dan juga anggota
partai yang dipenjara menunjukkan pada masa ini jaminan HAM lemah.
Terbatasnya peran partai politik dan berkembangnya pengaruh PKI semakin
membuat demokrasi ini runtuh.
• Perkembangan GPD per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70
dan pada 1996 mencapai lebih AS$ 1.000.
• Sukses transmigrasi
• Sukses KB
• Sukses swasembada pangan
• Penganguran minimum
disedot ke pusat.
• Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyaknya koran dan majalah
yang
dibreidel.
· Pemeliharaan nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
·Partisipasi massa – awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi
· Stabilitas stabil
KESIMPULAN
Pada masa ini, Kepemimpinan rezim B. J. Habibie dikenal dengan nama Super
Power, karena dikuaai oleh orang-orang mua yang memiliki juwa reformasi dan
demokrasi yang tinggi. Namun, B.J. Habibie tidak mendapat dukungan sosial
politik dari sebagian besar masyarakat. Akibatnya B. J. Habibie tidak mampu
mempertahankan kekuasaannya dan lengser pada tahun 1999. Kemudian, melalui
pemilu presiden yang ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid terpilih secara demokratis di
parlemen sebagai Presiden RI pada 21 Oktober 1999. Akan tetapi, karena K.H.
Abdurrahman Wahid membuat beberapa kebijakan yang kurang sejalan dengan
proses demokratisasi itu sendiri, maka pemerintahan sipil K.H. Abdurrahman
Wahid terpaksa tersingkir dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri pada 23
Juli 2001.
ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
3. Terselenggaranya pemilu 7 Juni 1999 sebagai pemilu paling bersih dan jujur
8. Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
15.Stabilitas - instabil
Contoh Demokrasi di Kebun Binatang
Mari kita pergi ke kebun binatang bersama-sama, karena kita ingin mendengar
gagasan pimpinan baru kota para hewan itu,
Pimpinan baru kebun binatang ingin mereposisi sebuah kandang, dan kandang itu
kandang yang penting posisinya,
Kandang itu berpagar kawat yang cantik ornamennya, tinggi oleh siapa pun tak
terlompati, kekar oleh siapa pun tak tergoyahkan, luasnya sepuluh hektar, di dalamnya
ada danau, gua, padang rumput dan belukar,
Penduduk kandang itu kambing, kancil, kelinci, kijang, kucing, kuda, kerbau, keledai,
anjing, domba, sapi, gajah, rusa, monyet, perkutut, burung hantu, dan jerapah,
Pak kepala kebun binatang berminat benar memasukkan serigala ke dalam kandang
besar itu, karena katanya, sudah 34 tahun lamanya makhluk ini berada di luar sana,
Ke-17 hewan lainnya itu tak setuju. Menurut mereka, definisi demokrasi adalah
"sama-sama hewan yang tidak memakan satu sama lain, tidak memangsa satu sama
lain". Pak kepala, ganjilnya, tak menerima logika ini dan tetap berfihak kepada
definisi demokrasi serigala,
Keesokan harinya, selepas acara makan pagi penghuni kebun binatang, dia membawa
seekor hewan berkaki empat ke depan kandang itu. "Kalian tengoklah makhluk
penyabar ini. Perhatikan bulunya yang bersih berkilat, telinganya yang lemas terkulai
dan bahasa badannya yang sopan. Nah, kan dia jinak dan baik hati," kata pak kepala,
Ke-17 hewan itu berteriak. "Lho, itu kan serigala, yang memakai jaket kulit kambing
dan memakai telinga kambing palsu!" seru mereka. "Biar menyamar seperti apa, pak
kepala, kami tetap kenal betul bau keringat badannya!"
Dua puluh empat jam kemudian, kepala kebun binatang datang ke depan pintu
kandang, menuntun lagi makhluk itu. "Saya minta kalian dengan hati terbuka
memperhatikan ciptaan Tuhan ini. Perhatikan tingkah lakunya yang mandiri, matanya
yang bening dan suci, ekspresi luhurnya budi pekerti. Nah, bukankah dia jinak dan
baik hati?" tanyanya.
Ke-17 hewan penghuni kandang bersorak. "Yaaah, itu kan serigala menyamar lagi,
yang memakai rompi bulu domba, dan memakai tanduk domba palsu!" seru mereka.
"Biar menyamar seperti apa, pak kepala, biar bulunya wol putih seperti domba Ostrali,
kami tetap kenal gigi dan taringnya yang runcing-runcing itu!"
Kepala kebun binatang tampak kesal, gerahamnya gemeletuk dan wajahnya mulai
memerah. "Bagaimana ini kalian, kok tidak menghormati demokrasi serigala?
Hargailah hak asasi hewan, artinya, jangan mengucilkan hewan apa pun," katanya.
"Bagi kami, hak asasi hewan adalah tidak mempertakuti hewan yang lain.Serigala ini
dulu, 42 tahun yang lalu, juga 34 tahun yang lalu, bukan saja mempertakuti, tapi
memakan daging penghuni kandang yang lain. Buas sekali dia ini. Bekasceceran
darah mangsanya masih melekat di pagar kandang. Pak kepala kok seperti tidak
belajar biologi. Dulu 34 tahun silam, di mana pak kepala ?"
Pelan-pelan dia lesu berjalan, pulang ke kantor kebun binatang. Serigala itu
menitipkan rompi bulu domba dan tanduk palsu dombanya pada kepala kebun
binatang. Lalu dia melarikan diri, ke dalam belukar bersembunyi,