Anda di halaman 1dari 11

KONSEP NEGARA DEMOKRASI

Dimas kurniawan figna


dimaskurniawanfigna@gmail.com
2010003600209
universitas ekasakti

A. PENDAHULUAN

Demokrasi yang pertama yang dikenal ialah demokrasi langsung, dimana keseluruhan

warganegara dengan nyata ikut serta dalam permusyawaratan untuk menentukan

kebijaksanaan umum atau undang-undang. Menurut Bonger demokrasi bukanlah suatu

bentuk pemerintahan yang timbul dengan sendirinya, tetapi tumbuh dan berkembang seperti

semua lembaga-lembaga masyarakat, maksudnya secara evolusi. Oleh karena itu Mac Iver

menyatakan bahwa apa yang disebut sebagai demokrasi langsung dari polis (negara kota) itu,

bukanlah demokrasi sama sekali, tetapi oligarkhi yang disamaratakan, dimana suatu kelas

warga kota yang memerintah bersama-sama melakukan hak-hak dan mendapatkan

keuntungan daripada penguasa politik.

Demokrasi merupakan bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara

sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk

dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai

gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban

serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Inti dari demokrasi adalah

pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu tonggak utama untuk

mendukung sistem politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan

dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat baik di tingkat pemerintahan pusat maupun

pemerintahan daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan

memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana


yang diamanatkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Pemilihan umum dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan

kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai - nilai demokrasi,

meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum

demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis. Demokrasi adalah

bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan

perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat. Demokrasi sepertinya sebuah kata

yang sudah tidak asing bagi siapa saja. Oleh karena itu , untuk mewujudkan salah satu

tujuan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, ada baiknya kita

sebagai calon tenaga pendidik mengetahui hakikat dari demokrasi ini.

Adapun point – point yang dibahas dalam makalah adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan demokrasi ?

2. Apa saja macam-macam Demokrasi ?

3. Apa saja prinsip- prinsip Demokrasi ?

4. Bagaiman perkembangan demokrasi di Indonesia ?

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Demokrasi

Secara etimilogi demokrasi terdiri daru dua kata yang berasal dari Yunani yaitu:

“demos” yang berarti rakyat atau kekuasaan suatu tempat dan “cratein” yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan. Jadi :demos-cratos” atau “demos-cratos” (demokrasi)

adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam

keputusan rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh

rakyat.
Adapun pengertian demokrasi dari para ahli yaitu:

a. Sidney Hook dekrasi adalah bentuk pemerintahab dimana keputusan-

keputusan pemerintahan yang penting secara langsung atau tidak langsung

didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat

dewasa.

b. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl demokrasi merupakan suatu

system pemerintahan dimana pemerintahan dimintai tanggung jawab atas

tindakan-tindakan mereka diwilayah public oleh warga Negara, yang

bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para

wakil mereka yang telah terpilih.

Jadi demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan

persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara

2. Macam – macam Demokrasi

1. Demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat :

a. Demokrasi langsung merupakan sistem demokrasi yang mengikutsertakan seluruh rakyat

dalam pengambilan keputusan negara.

b. Demokrasi tidak langsung merupakan sistem demokrasi yang digunakan untuk

menyalurkan keinginan dari rakyat melalui perwakilan parlemen.

Demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara.

2. Demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara :

a. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan sistem demokrasi yang

dimana rakyat memiliki perwakilan untuk menjabat diparlemen namun tetap di kontrol

oleh referendum.
b. Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer merupakan sistem demokrasi yang

didalamnya terdapat hubungan kuat antara badan eksekutif dengan badan legislatif.

c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan merupakan sistem

demokrasi dimana kedudukan antara eksekutif dengan legislatif tepisah, sehingga

keduanya tidak berkaitan secara langsung seperti sistem parlemen.

d. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum dan inisiiatif rakyat merupakan sistem

demokrasi gabungan dari demokrasi perwakilan/tidak langsung dan demokrasi secara

langsung.

3. Prinsip Demokrasi

Menurut Kencana prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut :

1. Adanya pembagian kekuasaan (Sharing Power) Untuk timbulnya iklim dan budaya

demokratis, kekuasaan (power) dipisahkan atau dibagi-bagi antara pembuatan undang-

undang dengan pelaksanaan undang-undang, agar terjadi pengawasan atau control

(checking power with power ).

2. Adanya pemilihan umum yang bebas ( general election ) Untuk terpilihnya pemerintahan

yang dikehendaki oleh rakyat atau anggota-anggota perwakilan yang akan mewakili suara

rakyat itu sendiri diperlukan pemilihan umum yang jujur adil, bebas, dan demokratis

dilakukan oleh lembaga independen.

3. Adanya kebebasan individu Untuk membuktikan bahwa rakyat tidak dihantui rasa

ketakutan, setiap lapisan masyarakat mesti memilki kebebasan berbicara, beribadah, dan

kebebasan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Apabila

mahasiswa, wartawan, aktivis partai resmi yang bersuara lantang lalu diciduk , hal ini sama

sekali tidak demokratis.

4. Adanya peradilan bebas Untuk tidak ikut campurnya aparat pemerintah ( dalam arti sempit)

dalam peradilan umum dan penegakan hukum , maka aparat pengadilan harus bebas dari

pengaruh eksekutif , sehingga keluarga pejabat pemerintah itu sendiri dapat diproses di

pengadilan dan dapat diputuskan hukumannya dengan adil.


5. Adanya pengakuan hak minoritas Untuk adanya perlindungan terhadap kelompok

minoritas , mesti ada pengakuan baik terhadap agama yang minoritas penganutnya atau

terhadap golongan ekonomi lemah seperti pedagang kaki lima.

6. Adanya pemerintah yang berdasarkan hukum 4 Untuk tidak timbulnya Negara yang

berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat), maka hukum di tempatkan pada rujukan

tertinggi. Dengan demikian warga Negara sama kedudukannya di depan hukum dan

Lembaga peradilan.

7. Adanya pers yang bebas Secara konseptual kebebasan pers akan mememunculkan

pemerintahan yang cerdas, bersih, dan bijaksana. Untuk menjamin tegaknya demokrasi,

per situ sendiri harus bebas menyuarakan hati Nurani rakyat, baik penyampaian kritik

terhadap kebijakan dan pelaksanaan pemerintah maupun terhadap diri seorang pejabat

public juga dalam penyampaian informasi pembangunan lainnya. Informasi yang

disampaikan pers hendaknya didukung oleh akurasi data.

8. Adanya multi partai politik Untuk tidak timbulnya dictator partai atau system monolitik

partai politik, system demokrasi memberikan ruang tumbuhnya multi partai politik

bebas dan mengemukakan dan mengartikulasikan kepentingan masyarakat untuk

disampaikan kepada Negara atau pemerintahan. Dalam alam demokrasi, partai politik

berkompetisi dalam pemilu untuk mendapat dukungan mayoritas rakyat. Karena itu ada

partai yang mendapat suara dan dukungan mayoritas dan ada yang mendapat dukungan

minoritas.

9. Partai politik yang mendapat dukungan mayoritas berkesempatan memimpin

pemerintahan , sedangkan partai politik yang mendapat dukungan minoritas berada

dalam parlemen atau diluar parlemen sebagai kelompok oposisi ( penyeimbang )

pemerintah, sehingga akan timbul check and balance.

10. Adanya musyawarah Untuk menyelesaikan konflik secara damai seperti timbulnya protes

dan demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat hendaklah diselesaikan dengan

musyawarah atau negoisasi (syur), bukan dengan penekanan dan intimidasi apalagi dengan

kekerasan senjata. Dengan demikian dalam system demokrasi konflik baik vertical mupun
konflik horizontal bukan sesuatu yang menakutkan , melainkan sesuatu yang harus

diselesaikan dengan damai.

11. Adanya pengawasan terhadap administrasi public Untuk terciptanya manajemen dan

organisasi pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan ( accountable ) dalam

mencapai tujuan nasional yaitu kesejahteraan masyarakat seutuhnya dan kemerdekaan

secara damai, mutlak dibutuhkan adanya pengawasan terhadap jalannya danpengaturan

administrasi public itu sendiri.

4. Perkembangan demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam dua tahapan yaitu tahapan

pra kemerdekaan dan tahapan pasca kemerdekaan. Seperti dikemukakan oleh Jimly

Asshiddiqie telah tumbuh praktik yang dapat dikaitan dengan gagasan kedaulatan

rakyat ( penulis menyebut gagasan demokrasi ) di wilayah nusantara ini terutama

yang terjadi di pedesaan. Dengan demikian bangsa Indonesia tradisi berdemokrasi

sebenarnya telah dimulai sejak zaman kerajaan Nusantara. Karena itu potensi

tumbuhnya alam demokrasi sangat besar.

1. Demokrasi periode 1945-1959

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan demokrasi parlementer. Sistem

demokrasi parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan

diproklamirkan dan diperkuat dalam Undang-undang Dasar 1945 dan 1950, ternyata

kurang cocok untuk Indonesia, meskipun dapat berjalan secara memuaskan pada

beberapa Negara Asia lain. Persatuan yang dapat digalang selama menghadapi musuh

bersama menjadi koridor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan

konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi

system parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan

Dewan Perwakilan Rakyat. Ir. Soekarno sebagai presiden mengeluarkan Dekrit


Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan berlakunya kembali Undang Undang Dasar

1945. Keluarnya Dekrit Presiden tersebut merupakan intervensi presiden terhadap

parlemen. Dengan demikian sejak Dekrit Presiden keluar masa demokrasi berdasarkan

system parlemen berakhir.

2. Demokrasi Periode 1959-1965

Ciri system politik pada periode ini adalah dominasi peranan presiden, terbatasnya

peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan

ABRI sebagai unsur sosial politik. Dalam praktik pemerintahan, pada periode ini

telah banyak melakukan distorsi terhadap praktik demokrasi. Pada periode ini ada

kekeliruan besar dalam demokrasi terpimpin Soekarno, yaitu adanya pengingkaran

terhadap nilai-nilai demokrasi. Demokrasi terpimpin Soekarno sebenarnya bukan

system demokrasi yang sebenarnya melainkan sebagai suatu bentuk otoriterian. Karena

itu pada periode ini sebenarnya alam dan iklim demokrasi tidak muncu, karena yang

sebenarnya terjadi dalam praktik pemerintahan adalah rezim pemerintah sentralistik

otoriter Soekarno. Demokrasi terpimpin ala Soekarno berakhir dengan lahirnya

Gerakan 30 September 1965 yang didalangi oleh PKI ( Partai Komunis Indonesia).

3. Demokrasi periode 1965-1998

Periode pemerintahan ini muncul setelah gagalnya gerakan 30 september yang

dilakukan oleh PKI. Landasan formil periode ini adalah Pancasila, Undang Undang

Dasar 1945 serta ketetapan MPRS. Semangat yang mendasari kelahiran periode ini

adalah ingin mengembalikan dan memurnikan pelaksanaan pemerintah yang

berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

Dengan demikian kejadian pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi juga terjadi

dalam demokrasi Pancasila

pada masa rezim Soeharto.


4. Demokrasi 1998-sekarang dengan Sistem Demokrasi Pancasila ( Orde

Reformasi)

Demokrasi Pancasila Era Reformasi berakar pada kekuatan multi partai yang

berupaya mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga Negara. Demokrasi

yang dikembangkan pada masa reformasi ini adalah demokrasi dengan mendasarkan

pada Pancasila dan UUD 1945, dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan

peraturanperatura yang dianggap tidak demokratis,meningkatkan peran lembagalembaga

tinggi Negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang

mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan , dan tata hubungan yag jelas antara

lembaga-lembaga eksekutif , legislatif, dan yudikatif. Demokrasi pada periode ini telah

dimulai dengan terbentuknya DPR-MPR hasil Pemilu 1999 yang telah memilih

Presiden dan Wakil Presiden.

C. PENUTUP

Kesimpulan
Pengertian demokrasi, secara etimologi terdiri dari dua kata yang berasal dari

bahasa Yunani yaitu : “demos” yang berarti rakyat atau kekuasaan suatu tempat dan “cratein”

yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi “demos-cratos” atau demokrasi adalah

kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat

yang berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh rakyat.

Perkembangan demokrasi di Indonesia, terdiri dari empat

periode, yaitu :

a. Demokrasi periode 1946-1959

b. Demokrasi periode 1959-1965

c. Demokrasi periode 1965-1998


d. Demokrasi 1998 - sekarang

DAFTAR PUSTAKA

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak Anak
Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.

Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana, Deepublish,
Yogyakarta, 2015.

Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human Trafficking Di Daerah
Perbatasan Indonesia, Jurnal Selat, Volume 4, Nomor 1, 2016.

Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak Sebagai
Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13,
Nomor 2, 2016.

Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Perlindungan Anak Yang Tereksploitasi Secara Ekonomi Oleh
Pemerintah Kota Padang, Veritas et Justitia, Volume 2, Nomor 1, 2016.

Laurensius Arliman S, Kedudukan Ketetapan MPR Dalam Hierarki Peraturan Perundang-Undangan


Di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13, Nomor 3, 2016.

Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam Penegakan Ham
Perempuan Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Peranan Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak Berkelanjutan Di


Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Untuk Mewujudkan Indonesia
Sebagai Negara Hukum, Jurnal Hukum Doctrinal, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Participation Non-Governmental Organization In Protecting Child Rights In


The Area Of Social Conflict, The 1st Ushuluddin and Islamic Thought International
Conference (Usicon), Volume 1, 2017.
Laurensius Arliman S, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan PerundangUndangan Untuk
Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja,
Volume 10, Nomor 1, 2017, https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.379.

Laurensius Arliman S, Peran Komisi Perlindungan Anak Indonesia Untuk Mewujudkan Perlindungan
Anak, Jurnal Respublica Volume 17, Nomor 2, 2018.

Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku Penyuruh Pengrusakan Barang Milik Orang Lain Dengan
Mempertimbangkan Asas Fungsi Sosial, Jurnal Gagasan Hukum, Volume 1, Nomor 1, 2019.

Laurensius Arliman S, Ilmu Perundang-Undangan Yang Baik Untuk Negara Indonesia, Deepublish,
Yogyakarta, 2019.

Laurensius Arliman S, Isdal Veri, Gustiwarni, Elfitrayenti, Ade Sakurawati, Yasri, Pengaruh
Karakteristik Individu, Perlindungan Hak Perempuan Terhadap Kualitas Pelayanan Komnas
Perempuan Dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sebagai Variabel Mediasi, Jurnal
Menara Ekonomi: Penelitian dan Kajian Ilmiah Bidang Ekonomi, Volume 6, Nomor 2, 2020.

Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish, Yogyakarta, 2020.

Laurensius Arliman S, Makna Keuangan Negara Dalam Pasal Pasal 23 E Undang-Undang Dasar
1945, Jurnal Lex Librum, Volume 6, Nomor 2 Juni 2020,
http://dx.doi.org/10.46839/lljih.v6i2.151.

Laurensius Arliman S, Kedudukan Lembaga Negara Independen Di Indonesia Untuk Mencapai


Tujuan Negara Hukum, Kertha Semaya Journal Ilmu Hukum, Volume 8, Nomor 7, 2020.

Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Assesment Oleh Polres Kepulauan Mentawai Sebagai Bentuk
Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Pecandu Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Jurnal
Muhakkamah, Volume 5, Nomor 1, 2020.

Laurensius Arliman S, Aswandi Aswandi, Firgi Nurdiansyah, Laxmy Defilah, Nova Sari Yudistia, Ni
Putu Eka, Viona Putri, Zakia Zakia, Ernita Arief, Prinsip, Mekanisme Dan Bentuk Pelayanan
Informasi Kepada Publik Oleh Direktorat Jenderal Pajak, Volume 17, No Nomor, 2020.
Larensius Arliman S, Koordinasi PT. Pegadaian (Persero) Dengan Direktorat Reserse Narkoba
Polda Sumbar Dalam Penimbangan Barang Bukti Penyalahgunaan Narkotika, UIR Law
Review, Volume 4, Nomor 2, 2020, https://doi.org/10.25299/uirlrev.2020.vol4(1).3779.

Laurensius Arliman S, Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0, Ensiklopedia


Sosial Review, Volume 2, Nomor 3, 2020.

Muhammad Afif dan Laurensius Arliman S, Protection Of Children's Rights Of The Islamic And
Constitutional Law Perspective Of The Republic Of Indonesia, Proceeding: Internasional
Conference On Humanity, Law And Sharia (Ichlash), Volume 1, Nomor 2, 2020.

Otong Rosadi danLaurensius Arliman S, Urgensi Pengaturan Badan Pembinaan Idelogi Pancasila
Berdasarkan Undang-Undang Sebagai State Auxiliary Bodies yang Merawat Pancasila
dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Prosiding Konferensi Nasional Hak Asasi Manusia,
Kebudayaan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia pada Masa Pandemi Covid-
19: Tantangan untuk Keilmuan Hukum dan Sosial Volume 1, Universitas Pancasila, Jakarta,
2020.

Anda mungkin juga menyukai