Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi merupakan sebuah istilah yang sangat populer . Tidak ada


istilah lain dalam wacana politik yang banyak dibicarakan aktivis , politisi
ataupun akademisi melebihi istilah demokrasi. Istilah ini juga selalu didambakan
semua orang , terutama yang mempunyai kesadaran politik , untuk diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka percaya bahwa demokrasi akan lebih
banyak membawa kemaslahatan manusia ketimbang implikasi negatifnya, yakni
mahal dan kompleksnya dalam proses pembuatan kebijakan publik. Demokrasi
memberi penghargaan yang setinggi tingginya kepada rakyat , memberi peluang
kepada mereka untuk ambil peran dalam diskursus pembuatan kebijakan publik.
Kedaulatan rakyat diwujudkan dengan pemilihan umum yang bebas dan
persaingan antara partai politik berjalan secara wajar. Kedaulatan rakyat memberi
kesempatan sebesar-besarnya kepada rakyat untuk ikut berbicara , memberikan
penilaian atas apa yang telah dan hendak dilakukan oleh mereka yang berkuasa
atau pemerintah. Kedaulatan rakyat juga diwujudkan dalam kehidupan di mana
rakyat menikmati hak-hak dasar mereka sebagai manusia. Mereka dapat
menikmati media massa yang bebas, menulis dan menyiarkan apa saja sepanjang
tidak menghina, menfitnah, dan mengadu domba masyarakat. Dan rakyat dapat
setiap waktu berkumpul kemudian mendirikan organisasi apapun , apakah itu
organisasi sosial , ekonomi , keagamaan , atau politik. Akhirnya , kedaulatan
rakyat diwujudkan dalam kehidupan di mana rakyat bebas dari rasa takut.
Sejak tumbangnya pemerintahan Orde Baru , Indonesia mengawali babak
baru dalam sebuah pemerintahan , yaitu pemerintahan yang saat ini kita kenal
dengan nama Reformasi . Sebelum era reformasi , demokrasi adalah sebuah
impian . Ketika itu, di bawah kekuasaan yang terpusat dan membelenggu , kita
menginginkan kebebasan untuk berekspresi, ikut menentukan jalannya
pemerintahan , serta menikmati hasil pembangunan secara berkeadilan. Kita
memimpikan pemerintahan yang dibentuk atas dasar pilihan rakyat dan berbuat
untuk kemaslahatan rakyat. Kita menginginkan demokrasi dan sebuah republik

1
yang sesungguhnya. Tetapi setelah dua belas tahun hidup di alam demokrasi,
mulai muncul pertanyaan mendasar. Apakah memang benar bangsa ini
menghendaki demokrasi, Atau paling tidak , apakah praktik yang sedang berjalan
adalah demokrasi yang sejati.1
Berbicara Demokrasi tentunya tidak dapat dilepaskan dari peran salah satu
infrastruktur politik yang menunjang demokrasi itu sendiri , yaitu partai politik.
Saat ini partai politik berkembang bak jamur di musim hujan , bahkan tidak
sedikit dari mereka yang menjanjikan akan perbaikan dan pembangunan bangsa .
Berbagai jargon dan program yang mereka tawarkan seakan memberi harapan
baru untuk menyelesaiakan permasalahan bangsa yang begitu kompleks. Akan
tetapi pada kenyataannya hal tersebut hanyalah sebuah utopia . Partai politik
belum dapat memperbaiki kondisi bangsa yang dirundung banyak persoalan,
apalagi hanya untuk sekedar mewujudkan harapan dan cita-cita demokrasi di
dalamnya. Dalam dunia politik demokrasi hanya dijadikan sebagai topeng untuk
menunjukan bahwa seakan akan kehendak dan kedaulatan rakyat ada didalamnya,
padahal sebenarnya yang terjadi adalah demokrasi yang bersifat semu belaka.
Oleh para politisi Partai politik hanya dijadikan sebagai alat demi memperoleh
kekuasaan dan jabatan, bukan digunakan sebagai alat untuk menciptakan
kemakmuran bagi masyarakat sesuai dengan cita-cita partai politik itu sendiri.
Yang lebih memperihatinkan , para politikus yang sudah berkuasa cenderung
memperkaya diri sendiri dan mementingkan kelompoknya , dibandingkan
memperhatikan kepentingan rakyat yang telah memilihnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran partai politik dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia ?


2. Bagaimanakah fungsi partai politik dalam demokrasi di Indonesia?

1
Janedri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu, Konstitusi Press (Konpress) , Jakarta ,2012, hlm. 9.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Demokrasi
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan
pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung)
atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah ini berasal dari bahasa
Yunani δημοκρατία – (dēmokratía) "kekuasaan rakyat", yang dibentuk dari kata
δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (Kratos) "kekuasaan", merujuk pada sistem
politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di negara kota
Yunani Kuno.2
Dalam ilmu politik , dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi :
pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empirik ( procedural
democracy). Dalam pemahaman secara normatif , demokrasi merupakan sesuatu
yang secara idil hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah negara ,
seperti misalnya kita mengenal ungkapan “Pemerintahan dari rakyat , oleh rakyat
dan untuk rakyat “ . Ungkapan normatif tersebut , biasanya , diterjemahkan dalam
konstitusi pada masing –masing negara , misalnya dalam Undang- Undang Dasar
1945 bagi Pemerintah Republik Indonesia. 3 Sedangkan dalam pemahaman secara
empirik demokrasi dapat dilihat dari purwujudannya dalam kehidupan politik
praktis.
Hampir semua teori bahkan sejak zaman klasik selalu menekankan ,
bahwa sesungguhnya yang berkuasa dalam demokrasi adalah rakyat atau demos
,populus. Oleh karena itu , selalu ditekankan peranan demos yang senyatanya
dalam proses politik yang berjalan.Paling tidak , dalam dua tahap utama : pertama
, agenda seting , yaitu tahap untuk memilih masalah apa yang hendak dibahas dan
diputuskan ; kedua , deciding the outcome , yaitu tahap pengambilan keputusan .

2
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
3
Afan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta , Pustaka Pelajar, 1999 ,
hlm.3.

3
Diantara para ilmuwan politik , adalah Robert Dahl yang paling banyak
menaruh perhatian terhadap demokrasi kontemporer. Apa yang dikemukakannya
sebagai indikator sebuah Democratic political order sangatlah bermanfaat untuk
dijadikan kerangka acuan untuk mengamati ada tidaknya demokrasi diwujudkan
dalam suatu pemerintahan negara. Dahl mengajukan tujuh indikator bagi
demokrasi secara empirik , yaitu :

1. Control over governmental dcisions about policy is constitutionally


vested in elected officials.
2. Elected officials are chosen and peacefully removed in relatively
frequent , fair and free election in which coercion is quite limited.
3. Practically all adults have the right to vote in these election.
4. Most adults have the right to run for public offices for which
candidates run in these elections.
5. Citizens have an effectively enforced right to freedom of expression
, particulary political expression , including criticism of the
officials , the conduct of the government , the prevailing political ,
economic , and social system , and the dominant ideology.
6. The also have acces to alternative sources of information that are
not monopolized by the government or any other single group.
7. Finally they have and effectively enforced right to form and join
autonomous associations , including political associations , such
as political parties and interest groups, that attempt to influence
the government by competing in elections and by other peaceful
means.4

4
Ibid , hlm.7.

4
Dari ketuju indikator di atas ,dapat disimpulkan bahwa syarat melihat
sebuah political order merupakan sistem yang demokrasi atau bukan , yaitu :
1. Akuntabilitas , yaitu setiap pemegang jabatan harus
mempertanggung jawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah
ditempuhnya, mempertanggung jawabkan ucapan atau kata-katanya,
dan yang tidak kalah pentingnya adalah perilaku dalam kehidupan
yang pernah , sedang, bahkan akan dijalaninya.
2. Rotasi kekuasaan, dalam demokrasi , peluang akan terjadinya
kekuasaan harus ada, dan dilakukan secara teratur dan damai. Jadi
tidak hanya satu orang yang selalu memegang jabatan , sementara
peluang orang lain tertutup sama sekali.Biasanya , partai – partai
politik yang menang pada suatu pemilu akan diberikan kesempatan
untuk membentuk eksekutif yang mengendalikan pemerintahan
sampai pada pemilihan berikutnya.
3. Rekruitmen politik yang terbuka. Untuk memungkinkan terjadinya
rotasi kekuasan , diperlukan satu sistem rekruitmen yang terbuka.
Artinya ,setiap orang setiap orang yang memenuhi syarat untuk
mengisi suatu jabatan publik yang dipilih oleh rakyat mempunyai
peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi
jabatan tersebut.
4. Pemilihan Umum. Dalam suatu negara demokrasi, Pemilihan
Umum dilakukan secara teratur. Setiap warga negara yang sudah
dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih dan bebas
menggunakan haknya tersebut sesuai dengan kehendak dan
nuraninya.
5. Menikmati hak- hak dasar. Dalam suatu negara demokratis , setiap
warga masyarakat dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara
bebas , termasuk di dalamnya adalah hak untuk menyatakan
pendapat (freedom of expression) ,hak untuk berkumpul dan
berserikat ( freedom of assembly) , dan hak untuk menikmati pers
yang bebas ( freedom of the press ).

5
Sistem – sistem demokrasi di mana dimasukkan sistem perwakilan ,
disebut demokrasi tidak langsung. Sistem-Sistem demokrasi tanpa sistem
perwakilan sistem perwakilan disebut demokrasi langsung. Lebih tepat :
demokrasi langsung adalah cara pembentukan kebijaksanaan yang terjadi di mana
anggota kelompok sendiri mempunyai kemungkinan mempengaruhi secara
langsung kebijaksanaan kelompok. Juga di mana ada demokrasi langsung ,
ternyata bahwa biasanya partisipasi dari yang bersangkutan sangat sederhana.
Umpamanya pada rapat-rapat desa di Pulau Jawa , yang biasanya diadakan hanya
satu sampai dua kali setahun, dalam beberapa hal hanya dihadiri oleh minoritas
kecil dari orang-orang dewasa dan berjalan hampir tanpa perdebatan.
Beberapa dari faktor – faktor yang membatasi kemungkinan demokrasi
langsung adalah banyaknya orang yang termasuk dalam sistem politik itu ,
banyaknya masalah politik yang harus dipecahkan, kerumitan dari banyak
masalah , dan keterbatasan perhatian politik dari yang bersangkutan.5
Dalam negara demokrasi modern sudah tidak mungkin lagi dilaksanakan
dengan mempergunakan model demokrasi langsung. Banyak kendala yang
dihadapi, jika demokrasi langsung itu akan dilaksanakan. Oleh sebab itu,
pelaksanaan demokrasi dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang duduk sebagai
anggota Badan Perwakilan Rakyat. Sehubungan dengan hal tersebut cara yang
dipergunakan untuk menentukan keanggotaan Badan Perwakilan Rakyat tersebut
adalah :
1. Pemilihan Umum;
2. Pengangkatan; dan
3. Campuran (Kombinasi antara Pemilihan Umum dan Pengangkatan).

5
Hoogerwerf, Politikologi : Pengertian dan Problem-problemnya ,Jakarta , Erlangga, 1985 ,
hlm.199.

6
B. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum merupakan salah satu sendi untuk tegaknya sistem
politik demokrasi. Tujuan Pemilihan Umum tidak lain adalah untuk
mengimplementasikan prinsip-prinsip demokrasi, dengan cara memilih wakil-
wakil rakyat di Badan Perwakilan Rakyat. Kesemuanya itu dilakukan dalam
rangka mengikut sertakan rakyat dalam kehidupan ketatanegaraan.

Dalam Pemilihan Umum tercakup dua macam hak pilih, yaitu:


1. Hak pilih aktif atau sering dikenal sebagai Hak untuk memilih; dan
2. Hak pilih pasif, yaitu hak untuk dipilih menjadi Anggota Badan
Perwakilan Rakyat.
Menurut Henry B. Mayo dengan adanya Pemilihan Umum maka salah
satu nilai demokrasi dapat terwujud, artinya terjadi perpindahan kekuasaan negara
dari pemegang yang lama kepada pemegang yang baru secara damai.6 Perlu
diketahui pula, bahwa disamping untuk menentukan keanggotaan Badan
Perwakilan Rakyat, Pemilihan Umum juga dapat dipergunakan untuk menentukan
orang-orang yang berhak menduduki jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
Pada umumnya Anggota Partai Politik dapat duduk di Lembaga
Perwakilan Rakyat melalui Pemilihan Umum, tetapi karena ada kelompok
kelompok fungsional yang hidup dan berkembang di dalam suatu masyarakat
serta dibutuhkan keterwakilannya di dalam Lembaga Perwakilan Rakyat, maka
dikenal pula adanya cara-cara pengangkatan maupun penunjukkan. Kendatipun
demikian dalam negara yang menganut prinsip demokrasi dan kedaulatan rakyat,
tentunya keberadaan anggota- anggota Lembaga Perwakilan Rakyat yang berasal
dari Pemilihan Umum komposisinya harus lebih banyak ketimbang anggota-
anggota Lembaga Perwakilan Rakyat yang berasal dari pengangkatan atau
penunjukkan.

6
Miriam Budiardjo , Dasar-dasar Ilmu Politik ,Jakarta ,Gramedia , 2000. hlm. 61

7
Sehubungan dengan pola pengisian keanggotaan Lembaga Perwakilan
Rakyat tersebut, maka mekanisme untuk menentukan anggota-anggota di
Lembaga Perwakilan Rakyat dapat digolongkan ke dalam dua sistem, yaitu :7

1. Sistem Pemilihan Organis, yakni mengisi keanggotaan Lembaga


Perwakilan Rakyat melalui pengangkatan atau penunjukan.
2. Sistem Pemilihan mekanis. Sistem ini sering disebut juga Pemilihan
Umum.

C. Partai Politik
Keberadaan Partai Politik dalam kehidupan ketatanegaraan pertama kali
dijumpai di Eropa Barat, yakni sejak adanya gagasan bahwa rakyat merupakan
faktor yang patut diperhitungkan serta diikut sertakan dalam proses politik,
Dengan adanya gagasan untuk melibatkan rakyat dalam proses politik (kehidupan
dan aktifitas ketatanegaraan), maka secara spontan Partai Politik berkembang
menjadi penghubung antara rakyat disatu pihak dan pemerintah di pihak lain.8
Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa sebagai organisasi yang
secara khusus dipakai sebagai penghubung antara rakyat dengan Pemerintah,
keberadaan Partai Politik sejalan dengan munculnya pemikiran mengenai paham
demokrasi dan kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan sistem ketatanegaraan.
Sudah banyak definisi yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai pengertian
Partai Politik tersebut. Definisi-definisi tersebut
antara lain :9
1. Carl J. Friedrich: Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pemimpin Partainya, dan berdasarkan penguasaan ini
memberikan kepada anggota Partainya kemanfaatan yang bersifat
ideal maupun materiil.

7
Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum Indonesia, Jakarta , Gaya Media
Pratama, 1988, hlm. 171.
8 Miriam Budiardjo , Op. Cit, hlm. 159.
9 Ibid, hlm. 160-161

8
2. R.H. Soltou: Sekelompok warganegara yang sedikit banyak terorganisir,
yang bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan
kekuasaan memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan
kebijaksanaan umum mereka.
3. Sigmund Neumann: Organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha
untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat
atas dasar persaingan melawan golongan atau golongan-golongan lain
yang tidak sepaham.
4. Miriam Budiardjo: Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama
dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, kita dapat melihat adanya
"benang merah" hubungan pengertian antara pendapat yang satu dengan yang
lain, yaitu bahwa tujuan Partai Politik itu didirikan adalah untuk merebut ataupun
mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan guna melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh masing-masing Partai
Politik. Untuk merebut dan mempertahankan penguasaannya di dalam
Pemerintahan tentunya dilakukan secara konstitusional. Hal ini berarti keberadaan
Partai Politik juga dimaksudkan sebagai sarana untuk meredam konflik
kepentingan ataupun persaingan yang muncul di lingkungan masyarakat dalam
mempengaruhi pemerintahan. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jikalau
Keberadaan partai Politik di negara modern dipergunakan untuk mewujudkan
tatanan kehidupan kenegaraan yang lebih beradab. Hal ini mengingat sebelum
dikenal adanya paham mengikut sertakan rakyat dalam sistem politik, perebutan
kekuasaan selalu dilakukan dengan cara kekerasan. "Kasus Ken Arok "
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka pada hakikatnya
Partai Politik adalah suatu kelompok manusia yang terorganisir secara teratur baik
dalam hal pandangan, tujuan maupun tata cara rekruitmen keanggotaan, dengan
tujuan pokok yakni menguasai, merebut ataupun mempertahankan kekuasaannya
dalam pemerintahan secara konstitusional.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Peran Partai Politik Dalam Mewujudkan Demokrasi Di Indonesia

Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat
penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung
yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara.
Bahkan banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya
menentukan demokrasi, seperti dikatakan oleh Schattscheider (1942), “Political
parties created democracy”. Karena itu, partai merupakan pilar yang sangat
penting untuk diperkuat derajat pelembagaannya (the degree of
institutionalization) dalam setiap sistem politik yang demokratis.
Namun demikian, banyak juga pandangan kritis dan bahkan skeptis
terhadap partai politik. Yang paling serius di antaranya menyatakan bahwa partai
politik itu sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok
elite yang berkuasa atau berniat memuaskan ‘nafsu birahi’ kekuasaannya sendiri.
Partai politik hanya lah berfungsi sebagai alat bagi segelintir orang yang kebetulan
beruntung yang berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah dikelabui, untuk
memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik tertentu atau kepentingan
umum.
Dalam suatu negara demokrasi, kedudukan dan peranan setiap lembaga
negara haruslah sama-sama kuat dan bersifat saling mengendalikan dalam
hubungan “checks and balances”. Akan tetapi jika lembaga-lembaga negara
tersebut tidak berfungsi dengan baik, kinerjanya tidak efektif, atau lemah
wibawanya dalam menjalankan fungsinya masing-masing, maka yang sering
terjadi adalah partai-partai politik yang rakus atau ekstrim lah yang merajalela
menguasai dan mengendalikan segala proses-proses penyelenggaraan fungsi-
fungsi pemerintahan.

10
Oleh karena itu, sistem kepartaian yang baik sangat menentukan
bekerjanya sistem ketatanegaraan berdasarkan prinsip “checks and balances”
dalam arti yang luas. Sebaliknya, efektif bekerjanya fungsi-fungsi kelembagaan
negara itu sesuai prinsip “checks and balances” berdasarkan konstitusi juga
sangat menentukan kualitas sistem kepartaian dan mekanisme demokrasi yang
dikembangkan di suatu negara. Semua ini tentu berkaitan erat dengan dinamika
pertumbuhan tradisi dan kultur berpikir bebas dalam kehidupan bermasyarakat.
Tradisi berpikir atau kebebasan berpikir itu pada gilirannya mempengaruhi
tumbuh-berkembangnya prinsip-prinsip kemerdekaan berserikat dan berkumpul
dalam dinamika kehidupan masyarakat demokratis yang bersangkutan.
Tentu saja, partai politik adalah merupakan salah satu saja dari bentuk
pelembagaan sebagai wujud ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan
keyakinan bebas dalam masyarakat demokratis. Di samping partai politik, bentuk
ekspresi lainnya terjelma juga dalam wujud kebebasan pers, kebebasan
berkumpul, ataupun kebebasan berserikat melalui organisasi-organisasi non-partai
politik seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi-organisasi
kemasyarakatan (Ormas), organisasi non pemerintah (NGO’s), dan lain
sebagainya.
Namun, dalam hubungannya dengan kegiatan bernegara, peranan partai
politik sebagai media dan wahana tentulah sangat menonjol. Di samping faktor-
faktor yang lain seperti pers yang bebas dan peranan kelas menengah yang
tercerahkan, dan sebagainya, peranan partai politik dapat dikatakan sangat
menentukan dalam dinamika kegiatan bernegara. Pertai politik betapapun juga
sangat berperan dalam proses dinamis perjuangan nilai dan kepentingan (values
and interests) dari konstituen yang diwakilinya untuk menentukan kebijakan
dalam konteks kegiatan bernegara.Partai politik lah yang bertindak sebagai
perantara dalam proses-proses pengambulan keputusan bernegara, yang
menghubungkan antara warga negara dengan institusi-institusi kenegaraan.

11
Menurut Robert Michels dalam bukunya, “Political Parties, A Sociological
Study of the Oligarchical Tendencies of Modern Democracy”, “... organisasi ...
merupakan satu-satunya sarana ekonomi atau politik untuk membentuk kemauan
kolektif”10.
Kesempatan untuk berhasil dalam setiap perjuangan kepentingan sangat
banyak tergantung kepada tingkat kebersamaan dalam organisasi. Tingkat
kebersamaan itu terorganisasikan secara tertib dan teratur dalam pelaksanaan
perjuangan bersama di antara orang-orang yang mempunyai kepentingan yang
sama yang menjadi anggota organisasi yang bersangkutan.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa berorganisasi itu merupakan prasyarat
mutlak dan hakiki bagi setiap perjuangan politik. Dengan begitu, harus diakui
pula bahwa peranan organisasi partai sangat penting dalam rangka dinamika
pelembagaan demokrasi. Dengan adanya organisasi, perjuangan kepentingan
bersama menjadi kuat kedudukannya dalam menghadapi pihak lawan atau
saingan, karena kekuatan-kekuatan yang kecil dan terpecah-pecah dapat
dikonsolidasikan dalam satu front.

10
Robert Michels, Partai Politik: Kecenderungan Oligarkis dalam Birokrasi,Jakarta , Rajawali ,
1984, hlm.23.

12
B. Fungsi Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia

Pada umumnya, para ilmuwan politik biasa menggambarkan adanya 4


(empat) fungsi partai politik. Keempat fungsi partai politik itu menurut Miriam
Budiardjo, meliputi sarana11: (i) sarana komunikasi politik, (ii) sosialisasi politik
(political socialization), (iii) sarana rekruitmen politik (political recruitment), dan
(iv) pengatur konflik (conflict management).
Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang lainnya.
Sebagai sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam upaya
mengartikulasikan kepentingan (interests articulation) atau “political interests”
yang terdapat atau kadang-kadang yang tersembunyi dalam masyarakat. Berbagai
kepentingan itu diserap sebaik-baiknya oleh partai politik menjadi ide-ide, visi
dan kebijakan-kebijakan partai politik yang bersangkutan. Setelah itu, ide-ide dan
kebijakan atau aspirasi kebijakan itu diadvokasikan sehingga dapat diharapkan
mempengaruhi atau bahkan menjadi materi kebijakan kenegaraan yang resmi.
Terkait dengan komunikasi politik itu, partai politik juga berperan penting
dalam melakukan sosialisasi politik (political socialization). Ide, visi dan
kebijakan strategis yang menjadi pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada
konstituen untuk mendapatkan ‘feedback’ berupa dukungan dari masyarakat luas.
Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga berperan sangat penting dalam
rangka pendidikan politik. Partai lah yang menjadi struktur-antara atau
‘intermediate structure’ yang harus memainkan peran dalam membumikan cita-
cita kenegaraan dalam kesadaran kolektif masyarakat warga negara.
Misalnya, dalam rangka keperluan memasyarakatkan kesadaran negara
berkonstitusi, partai dapat memainkan peran yang penting. Tentu, pentingnya
peran partai politik dalam hal ini, tidak boleh diartikan bahwa hanya partai politik
saja yang mempunyai tanggungjawab eksklusif untuk memasyarakatkan UUD.
Semua kalangan, dan bahkan para pemimpin politik yang duduk di dalam jabatan-
jabatan publik, khususnya pimpinan pemerintahan eksekutif mempunyai
tanggungjawab yang sama untuk itu. Yang hendak ditekankan disini adalah bahwa

11
Miriam Budiardjo, Op.Cit , hlm. 163-164.

13
peranan partai politik dalam rangka pendidikan politik dan sosialisasi politik itu
sangat lah besar.
Fungsi ketiga partai politik adalah sarana rekruitmen politik (political
recruitment). Partai dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan
yang sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang
dan posisi-posisi tertentu. Kader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh
rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak langsung, seperti oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun melalui cara-cara yang tidak langsung
lainnya.
Tentu tidak semua jabatan yang dapat diisi oleh peranan partai politik
sebagai sarana rekruitmen politik. Jabatan-jabatan profesional di bidang-bidang
kepegawai-negerian, dan lain-lain yang tidak bersifat politik (poticial
appointment), tidak boleh melibatkan peran partai politik. Partai hanya boleh
terlibat dalam pengisian jabatan-jabatan yang bersifat politik dan karena itu
memerlukan pengangkatan pejabatnya melalui prosedur politik pula (political
appointment).
Untuk menghindarkan terjadinya percampuradukan, perlu dimengerti
benar perbedaan antara jabatan-jabatan yang bersifat politik itu dengan jabatan-
jabatan yang bersifat teknis-administratif dan profesional. Di lingkungan
kementerian, hanya ada 1 jabatan saja yang bersifat politik, yaitu Menteri.
Sedangkan para pembantu Menteri di lingkungan instansi yang dipimpinnya
adalah pegawai negeri sipil yang tunduk kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku di bidang kepegawaian.
Fungsi keempat adalah pengatur dan pengelola konflik yang terjadi dalam
masyarakat (conflict management). Seperti sudah disebut di atas, nilai-nilai
(values) dan kepentingan-kepentingan (interests) yang tumbuh dalam kehidupan
masyarakat sangat beraneka ragam, rumit, dan cenderung saling bersaing dan
bertabrakan satu sama lain. Jika partai politiknya banyak, berbagai kepentingan
yang beraneka ragam itu dapat disalurkan melalui polarisasi partai-partai politik
yang menawarkan ideologi, program, dan altrernatif kebijakan yang berbeda-beda
satu sama lain.

14
Dengan perkataan lain, sebagai pengatur atau pengelola konflik (conflict
management) partai berperan sebagai sarana agregasi kepentingan (aggregation of
interests) yang menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-beda itu melalui
saluran kelembagaan politik partai. Karena itu, dalam kategori Yves Meny dan
Andrew Knapp, fungsi pengeloa konflik dapat dikaitkan dengan fungsi integrasi
partai politik. Partai mengagregasikan dan mengintegrasikan beragam
kepentingan itu dengan cara menyalurkannya dengan sebaik-baiknya untuk
mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik kenegaraan.
Setiap organisasi yang dibentuk oleh manusia tentunya memiliki tujuan-
tujuan tertentu. Demikian pula organisasi yang disebut Partai Politik. Tujuan
pembentukan suatu Partai politik, disamping yang utama adalah merebut,
mempertahankan ataupun menguasai kekuasaan dalam pemerintahan suatu negara
juga dapat diperlihatkan dari aktivitas yang dilakukan. Rusadi Kantaprawira
mengemukakan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh Partai Politik pada
umumnya mengandung tujuan :12
1. Berpartisipasi dalam sektor pemerintahan, dalam arti mendudukkan orang-
orangnya menjadi pejabat pemerintah sehingga dapat turut serta
mengambil atau menentukan keputusan politik atau output pada
umumnya;
2. Berusaha melakukan pengawasan, bahkan oposisi bila perlu terhadap
kelakuan, tindakan, kebijaksanaan para pemegang otoritas (terutama dalam
keadaan mayoritas pemerintahan tidak berada dalam tangan Partai Politik
yang bersangkutan).
3. Berperan untuk dapat memadu (streamlining) tuntutan-tuntutan yang
masih mentah (raw opinion), Sehingga Partai Politik bertindak sebagai
penafsir kepentingan dengan mencanangkan isu-isu politik (political issue)
yang dapat dicerna dan diterima oleh masyarakat secara luas.

12
Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia suatu Model Pengantar,Bandung , Sinar Baru,
1988, hlm. 62.

15
Dengan melihat aktivitas dari Partai Politik tersebut di atas, maka rakyat
sebagai subyek dalam sistem ketatanegaraan dapat melakukan pilihan-pilihan
alternatif, yakni Partai Politik mana yang akan diikuti atau menjadi saluran politik
mereka. Berkaitan dengan hal ini, di dalam struktur masyarakat yang masih
paternalistik, maka pilihan rakyat untuk berafiliasi kepada suatu Partai Politik
tertentu sangat ditentukan oleh ideologi atau aliran yang dianut oleh suatu Partai
Politik. Oleh sebab itulah di dalam negara dengan struktur masyarakat yang masih
paternalistik, Partai Politik gemar untuk memainkan ideologi-ideologi Partai guna
memperoleh dukungan massa rakyat, sehingga memperkuat posisi dalam
kehidupan politik ketatanegaraan. Penekanan mengenai program kehendak
menjadi titik tolak utama untuk memperoleh dukungan massa rakyat. Kehidupan
dan aktivitas Partai politik semacam ini masih dapat dikategorikan sebagai Partai
Politik tradisionil.
Dalam negara yang berfaham demokrasi, dimana masyarakatnya merupakan
masyarakat yang heterogen , partai politik mempunyai tugas , di antaranya yaitu
:13

1. Tugas pokok partai politik yaitu untuk menjadi penghubung antara


rakyat dan pemerintah . Partai politik mengatur kemauan yang berbeda-
beda dari rakyat dalam masyarakat , di samping itu juga menyalurkan
keinginan –keinginan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi kesimpang-siuran pendapat didalam suatu masyarakat ,
karena pendapat serta keinginan tiap – tiap individu atau orang ataupun
kelompok orang dalam masyarakat modern adalah sama sekali tidak
berartijika tidak diatur dan diatur dan dirumuskan bersama-sama
dengan pendapat serta keinginan orang lain yang sepaham dan sealiran.
Partai politik bertugas untuk menampung semua pendapat dan
keinginan rakyat atau khalayak ramai kemudian langkah berikutnya
ialah memilihnya dan merumuskannya serta menyerahkannya kepada
pemerintah untuk dapat dijadikan program politik yang akan
diperjuangkan semaksimal mungkin.

13
Soelistyati Ismail Gani, Pengantar Ilmu Politik, Bandung, Ghalia Indonesia , 1987, hlm. 113.

16
2. Partai politik juga mempunyai tugas untuk menyebarluaskan gagasan-
gagasan atau ide-ide yang tersimpul dalam di dalam rencana
kebijaksanaan pemerintah.
3. Partai politik mempunyai tugas mendidik para warga negara menjadi
orang yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai makhluk sosial.
4. Partai politik mempunyai tugas untuk menumbuhkan dan memupuk
kesadaran akan loyalitas nasional.
5. Demikian juga partai politik mempunyai tugas untuk mencari dan
mengajak ikut serta mereka yang kelihatan dan dianggap berbakat dan
mampu untuk ikut serta dan aktif dalam lapangan kegiatan politik dan
mendidik mereka untuk menjadi kader pimpinan.
Tugas yang lain dari partai politik yaitu mengatur pertikaian . Partai politik
membantu merumuskan konflik-konflik dan selanjutnya berusaha untuk
mengatasi konflik –konflik tersebut serta mencari penyelesaiannya.

17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam system demokrasi Partai politik sangat berperan dalam proses
dinamis perjuangan nilai dan kepentingan (values and interests) dari
konstituen yang diwakilinya untuk menentukan kebijakan dalam konteks
kegiatan bernegara.Partai politik bertindak sebagai perantara dalam proses-
proses pengambilan keputusan bernegara, yang menghubungkan antara
warga negara dengan institusi-institusi kenegaraan. Partai politik memiliki
peranan yang penting dalam demokrasi , tidak ada demokrasi tanpa adanya
Partai Politik. Partai Politik merupakan produk dari kebebasan berfikir
berpendapat, berserikat dan berkumpul.
2. Fungsi partai politik dalam system demokrasi di Indonesia diantaranya
sebagai sosialisasi politik ,sarana rekruitmen politik ,dan pengatur konflik.
Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang lainnya.
Sebagai sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam
upaya mengartikulasikan kepentingan (interests articulation) atau
“political interests” yang terdapat atau kadang-kadang yang tersembunyi
dalam masyarakat
B. Saran

Banyaknya Partai Politik, merupakan konsekwensi kelirunya penilaian


terhadap demokrasi Indonesia. Oleh karena itu demi mewujudkan demokrasi
sejati dan bukan demokrasi semu yang mengatas-namakan rakyat, sebaiknya
Partaipartai Politik :

1. Mampu memperkuat jajaran Pimpinan dan kepengurusan termasuk


pendidikan politik bagi kader-kadernya sehingga dapat mengembangkan
organisasi partai yang baik.
2. Mampu mandiri dalam masalah keuangan sehingga tidak tergantung pada
Pemerintah. Oleh karena itu perlu adanya sejumlah kader Partai yang
kaya dan dapat memberikan kontribusi kepada partainya secara
maksimal.

18
3. Mampu menyelesaikan konflik internal secara damai sehingga tidak
merusak citra dan keutuhan partai yang pada akhirnya akan memperoleh
simpati rakyat dalam pemilu.
4. Mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan partai sebagai sarana untuk
pemberdayaan masyarakat karena pemberdayaan rakyat merupakan
bagian tak terpisahkan dalam pembentukan kekuasaan.

19
DAFTAR
PUSTAKA

A. BUKU

Budiardjo, Miriam. 2000. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia.


Gaffar, Afan. 1999. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Gaffar, Janedri M . 2012. Politik Hukum Pemilu. Jakarta : Konstitusi Press
(Konpress).

Gani, Soelistyati Ismail . 1987. Pengantar Ilmu Politik . Jakarta : Ghalia


Indonesia.
Hoogerwerf. 1985. Politikologi :Pengertian dan Problem Problemnya.
Jakarta : Erlangga.
Kartaprawira, Rusadi.1988. Sistem Politik Indonesia suatu Modal
Pengantar. Bandung : Sinar Baru.
Michels, Robert. 1984. Partai Politik Kecenderungan Oligarkis dalam
Birokrasi. Jakarta : Penerbit Rajawali.
Saragih , Bintan R . 1988. Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di
Indonesia . Jakarta : Gaya Media Pratama.

B. SUMBER INTERNET

Wikipedia. “Demokrasi”. http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi. Diakses


18 April 2013.

20

Anda mungkin juga menyukai