Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rafiansyah Alma Fadhlulah

Nim : 11220360000067
Matkul : PPKN
Tugas : Resume Demokrasi

 Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi (dari bahasa Yunani) adalah bentukan dari dua kata
demos (rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan kata demos dan
cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian umum sebagai sebuah
bentuk pemerintahan rakyat (goverment of the people) di mana kekuasaan tertinggi terletak di
tangan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui
mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas. Secara substansial, demokrasi
adalahseperti yang pernah dikatakan oleh Abraham Lincoln—suatu pemerintahan dari, oleh, dan
untuk rakyat.
Sejalan dengan perkembangannya, demokrasi mengalami pemaknaan yang berkembang
di kalangan para ahli tentang demokrasi. Menurut Joseph A. Schmitter, demokrasi adalah suatu
perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana setiap individu memperoleh
kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat. Adapun menurut
Sidney Hook, demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusannya yang
penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari warga negara dewasa.
Hakikat demokrasi ialah proses bernegara yang bertumpu pada peran utama rakyat
sebagai pemegang tertinggi kedaulatan. Dengan kata lain, pemerintahan demokrasi adalah yang
meliputi 3 hal dasar, ketiga prinsip demokrasi ini dapat dilakukan, sebagai berikut:
1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people) mengandung Pengertian
bahwa suatu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat
pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi,
pemilihan umum. Pengakuan dan dukungan rakyat bagi suatu pemerintahan
sangatlah penting, karena dengan legitimasi politik tersebut pemerintah dapat
menjalankan roda birokrasi dan program-programnya sebagai wujud dari amanat
yang diberikan oleh rakyat kepadanya.
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people) memiliki pengertian bahwa
suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan atas
dorongan pribadi elite negara atau elite birokrasi. Selain pengertian ini, unsur
kedua ini mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaannya,
pemerintah berada dalam pengawasan rakyat (social control). Pengawasan dapat
dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak langsung melalui para
wakilnya di parlemen. Dengan adanya pengawasan para wakil rakyat di parlemen
ambisi otoritarianisme dari para penyelenggara negara dapat dihindari.
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people) mengandung pengertian
bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan
untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat umum harus dijadikan landasan
utama kebijakan sebuah pemerintahan yang demokratis.

 Norma dan Pilar Demokrasi


Menjadi demokratis membutuhkan norma dan rujukan praktis serta teoretis dari
masyarakat yang telah maju dalam berdemokrasi. Menurut cendekiawan Muslim Nurcholish
Madjid, pandangan hidup demokratis dapat bersandar pada bahan-bahan yang telah berkembang,
baik secara teoretis maupun pengalaman praktis di negara-negara yang demokrasinya sudah
mapan. Setidaknya ada enam norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat
yang demokratis. Keenam norma ini yaitu:
1. Kesadaran akan pluralism. Kesadaran akan kemajemukan tidak sekedar pengakuan pasif
akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Kesadaran atas kemajemukan menghendaki
tanggapan dan sikap positif terhadap kemajemukan itu sendiri secara aktif.

2. Musyawarah. Makna dan semangat musyawarah ialah mengharuskan adanya keinsafan


dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima kemungkinan untuk
melakukan negosiasi dan kompromi-kompromi sosial dan politik secara damai dan bebas
dalam setiap keputusan bersama. Semangat musyawarah menuntut agar setiap orang
menerima kemungkinan terjadinya partial functioning of ideals, yaitu pandangan dasar
bahwa belum tentu, dan tak harus, seluruh keinginan atau pikiran seseorang atau
kelompok akan diterima dan dilaksanakan sepenuhnya.

3. Cara haruslah sejalan dengan tujuan. Norma ini menekankan bahwa hidup demokratis
mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah sejalan dengan tujuan. Dengan
ungkapan lain, demokrasi pada hakikatnya tidak hanya sebatas pelaksanaan prosedur-
prosedur demokrasi (pemilu, suksesi kepemimpinan, dan aturan mainnya), tetapi harus
dilakukan secara santun dan beradab, yakni melalui proses demokrasi yang dilakukan
tanpa paksaan, tekanan, dan ancaman dari, dan, oleh siapa pun, tetapi dilakukan secara
sukarela, dialogis, dan saling menguntungkan. Unsur-unsur inilah yang melahirkan
demokrasi yang substansial.

4. Norma kejujuran dalam pemufakatan. Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk


menguasai dan menjalankan seni permusyawaratan yang Jujur dan sehat untuk mencapai
kesepakatan yang memberi keuntungan semua pihak. Karena itu, faktor ketulusan dalam
usaha bersama mewujudkan tatanan sosial yang baik untuk semua warga negara
merupakan hal yang sangat penting dalam membangun tradisi demokrasi. Prinsip ini erat
kaitannya dengan paham musyawarah seperti telah dikemukakan sebelumnya.
5. Kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban. Pengakuan akan kebebasan nurani
(freedom of conscience), persamaan hak dan kewajiban bagi semua (egalitarianisme)
merupakan norma demokrasi yang harus diintegrasikan dengan sikap percaya pada
iktikad baik orang dan kelompok lain (trust attitude). Norma ini akan berkembang dengan
baik jika ditopang oleh pandangan positif dan optimis terhadap manusia. Sebaliknya,
pandangan negatif dan pesimis terhadap manusia dengan mudah akan melahirkan sikap
dan perilaku curiga dan tidak percaya kepada orang lain.

6. Trial and error (percobaan dan salah) dalam berdemokrasi. Demokrasi bukanlah sesuatu
yang telah selesai dan siap saji, tetapi ia merupakan sebuah proses tanpa henti. Dalam
kerangka ini, demokrasi membutuhkan percobaan-percobaan dan kesediaan semua pihak
untuk menerima kemungkinan ketidaktepatan atau kesalahan dalam praktik
berdemokrasi.

Dalam praktik pemerintahan yang dibangun berdasarkan prinsip demokrasi, terdapat


beberapa pilar-pilar demokrasi sebagai indikator umum sebuah pemerintahan demokrasi
konstitusional. Pakar politik J. Kristiadi menyebutkan sepuluh pilar demokrasi sebagai berikut:
(1) kedaulatan rakyat: (2) pemerintahan berdasarkan persetujuan yang diperintah, (3) kekuasaan
mayoritas (hasil pemilu), (4) jaminan hak-hak minoritas, (5) jaminan hak-hak asasi manusia, (6)
persamaan di depan hukum, (7) proses hukum yang berkeadilan: (8) pembatasan kekuasaan
pemerintah melalui konstitusi, (9) pluralism sosial, ekonomi, dan politik dan (10)
dikembangkannya nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

 Unsur-Unsur Pendukung Tegaknya Demokrasi


Ada beberapa unsur penting penopang tegaknya demokrasi yaitu :
1. Negara Hukum (Rechsstaat atau The Rule of Law)
Sebagaimana dinyatakan oleh pakar hukum tata negara Prof. Moh. Mahfud M.D., ciri-ciri
negara hukum sebagai berikut: (1) adanya perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin
hak-hak individu, konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh atas hak-
hak yang dijamin (due process of law), (2) adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak
memihak, (3) adanya pemilu yang bebas: (4) adanya kebebasan menyatakan pendapat, (5)
adanya kebebasan berserikat dan beroposisi, dan (6) adanya pendidikan kewarganegaraan.
Istilah negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan UUD 1945 yang
berbunyi: “Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan berdasar
atas kekuasaan belaka (machtsstaat)” Penjelasan ini sekaligus merupakan gambaran sistem
pemerintahan negara Indonesia.
2. Masyarakat Madani (Civil Society)
Masyarakat Madani atau Civil Society adalah masyarakat dengan ciri-cirinya yang
terbuka, egaliter, bebas dari dominasi, dan tekanan negara. Masyarakat Madani (civil society)
mensyaratkan adanya keterlibatan warga negara (civic engagement) melalui asosiasi-asosiasi
sosial yang didirikan secara sukarela. Keterlibatan warga negara memungkinkan tumbuhnya
sikap terbuka, percaya, dan toleran antar-individu dan kelompok yang berbeda. Sikap-sikap ini
sangat penting bagi bangunan politik demokrasi.
3. Aliansi Kelompok Strategis
Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah adanya aliansi
kelompok strategis yang terdiri dari partai politik, kelompok gerakan dan kelompok penekan
atau kelompok kepentingan termasuk di dalamnya pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Ketiga jenis kelompok atau asosiasi ini sangat besar peranannya terhadap proses
demokratisasi sepanjang organisasi-organisasi ini memerankan dirinya secara kritis, independen,
dan konstitusional dalam menyuarakan misi organisasi atau kepentingan organisasinya.
Sebaliknya, jika kelompok-kelompok ini menyuarakan aspirasinya secara anarkis, sektarian, dan
primordial, maka keberadaan kelompok ini akan menjadi ancaman serius bagi masa depan
demokrasi dan bangunan Masyarakat Madani.

 Parameter Tatanan Kehidupan Demokratis


Ada 3 aspek yang dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana demokrasi itu
berjalan dalam suatu negara. Ketiga itu ialah :
1. Pemilihan umum sebagai proses pembentukan pemerintah. Hingga saat ini pe milihan
umum diyakini oleh banyak kalangan ahli demokrasi sebagai salah satu instrumen
penting dalam proses pergantian pemerintahan.

2. Susunan kekuasaan negara, yakni kekuasaan negara dijalankan secara dis tributif
untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan atau satu wilayah.

3. Kontrol rakyat, yaitu suatu relasi kuasa yang berjalan secara simetris, memiliki
sambungan yang jelas, dan adanya mekanisme yang memungkinkan kontrol dan
keseimbangan (check and balance) terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif dan
legislatif.

Anda mungkin juga menyukai