Dalam demokrasi, rakyat diberikan kesempatan melakukan aktivitas politik untuk ikut berpartisipasi
pada kebijakan di negaranya. Demokrasi dipandang sebagai sistem bernegara yang mengutamakan
kepentingan rakyat.
Menurut Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16 dan peletak konsep dasar demokrasi, demokrasi
adalah suatu sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa dalam negara demokrasi terjadi kebebasan bagi rakyat dalam
melakukan semua aktivitas kehidupan. Di dalamnya termasuk kehidupan untuk melakukan aktivitas
politik tanpa mendapat tekanan dari pihak mana pun.
Selain itu, dalam hakikat demokrasi, rakyatlah yang bekuasa demi menjalankan kepentingan
bersama. Dalam Jurnal Tapis Volume 12 Nomor 1 (2016) disebutkan negara demokrasi adalah
negara yang menganut mekanisme sistem pemerintahan dengan mewujudkan kedaulatan rakyat
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara itu.
Demokrasi tidak hanya memperhatikan hak sipil dan politik rakayat, tetapi juga menjamin rakyat
pada hak-hak ekonomi dan sosial budaya. Dalam negara demokrasi, rakyat juga memiliki andil besar
untuk menentukan atau memutuskan berbagai hal mengenai kehidupan bersama sebuah bangsa
dan negara. Sebagai sebuah konsep politik, demokrasi menjadi landasan untuk menata sistem
pemerintahan negara yang berproses menuju kebaikan.
Salah satu pilar demokrasi adalah trias politica), trias politica akan membagi kekuasaan negara ke
dalam tiga jenis lembaga negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) sehingga tidak terjadi kekuasaan
satu pihak yang absolut. Kekuasaan absolut menjadi biang dari terjadinya kesewenang-wenangan
terhadap rakyat. Wujud perbuatan demokrasi cukup kental dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Misalnya mengadakan musyawarah untuk mufakat, pemilihan presiden dan wakil rakyat secara
langsung, dan sebagainya. Masyarakat juga diberikan kebebasan dalam berpendapat di muka umum.
Klasifikasi Demokrasi Sementara itu, meski demokrasi dianut oleh berbagai negara dunia, namun
pelaksanaannya berbeda dari sudut pandang masing-masing negara. Varian demokrasi ini lantas
membuat demokrasi memiliki berbagai bentuk menurut sudut pandang tertentu. Berikut ini
klasifikasinya:
NORMA DEMOKRASI
Menjadi demokratis membutuhkan norma dan rujukkan praktis secara teoritis dari
masyarakat yang telah maju dalam berdemokrasi. Setidaknya ada enam norma atau
unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang berdemokratis. Keenam
norma ini yaitu:
Pertama, kesadaran akan pluralisme. Kesadaran akan kemajemukan tidak
sekadar pengakuan pasif akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Kesadaran atas
kemajemukan menghendaki tanggapan dan sikap positif terhadap kemajemukan itu
sendiri secara aktif. Pengakuan akan kenyataan perbedaan harus diwujudkan dalam
sikap dan perilaku menghargai dan mengakomodasi beragam pandangan dan sikap
orang dan kelompok lain, sebagai bagian dari kewajiban warga Negara dan Negara
untuk menjaga dan melindungi hak orang lain untuk diakui keberadaannya. Jika norma
ini dijalankan secara sadar dan konsekuen diharapkan dapat mencegah munculnya
sikap dan pandangan hegemoni mayoritas dan tirani minoritas. Dalam konteks
Indonesia, kenyataan alamiah kemajemukan Indonesia bisa dijadikan sebagai modal
potensial bagi masa depan demokrasi Indonesia.
Kedua, musyawarah. Makna dan semangat musyawarah ialah mengharuskan
adanya keinsyafan dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima
kemungkinan untuk melakukan negosiasi dan kompromi-kompromi sosial dan politik
secara damai dan bebas dalam setiap keputusan bersama. Semangat musyawarah
menuntut agar setiap orang menerima kemungkinan terjadinya partial functioning of
ideals, yaitu pandangan dasar bahwa belum tentu, dan tak harus, seluruh keinginan atau
pikiran seseorang atau kelompok akan diterima dan dilaksanakan sepenuhnya.
Konsekuensi dari prinsip ini adalah kesediaan setiap orang maupun kelompok untuk
menerima pandangan yang berbeda dari orang atau kelompok lain dalam bentuk-bentuk
kompromi melalui jalan musyawarah yang berjalan secara seimbang dan aman.
Ketiga, cara haruslah sejalan dengan tujuan,. Norma ini menekankan bahwa
hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah sejalan dengan
tujuan. Dengan ungkapan lain, demokrasi pada hakikatnya tidak hanya sebatas
pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi (pemilu, suksesi kepemimpinan, dan
aturan mainnya), tetapi harus dilakukan secara santun dan beradab, yakni melalui
proses demokrasi yang dilakukan tanpa paksaan, tekanan dan ancamandari, dan oleh
siapapun, tetapi dilakukan secara sukarela, dialogis, dan saling menguntungkan. Unsur-
unsur inilah yang melahirkan demokrasi yang substansial.
Keempat, norma kejujuran dan kemufakatan. Suasana masyarakat demokratis
dituntut untuk menguasaidan menjalankan seni permusyawaratan yang jujur dan sehat
untuk mencapai kesepakatanyang memberi keuntungan semua pihak. Karena itu, faktor
ketulusan dalam usaha bersama mewujudkan tatanan sosial yang baik untuk semua
warga Negara merupakan hal yang sangat penting dalam membangun tradisi demokrasi.
Prinsip erat ini kaitannya dengan paham musyawarah seperti telah dikemukakan
sebelumnya. Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing-
masing pribadi atau kelompok memiliki pandangan positif terhadap perbedaan pendapat
orang lain.
Kelima, kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban. Pengakuan akan
kebebasan nurani (freedom of conscience), persamaan hak dan kewajiban bagi semua
(egalitarianisme) merupakan norma demokrasi yang harus diintregasikan dengan sikap
percaya pada iktikad baik orang dan kelompok lain (trust attitude). Norma ini akan
berkembang dengan baik jika ditopang oleh pandangan positif dan optimis tehadap
manusia. Sebaliknya, pandangan negative dan pesimis terhadap manusia dengan
mudah akan melahirkan sikap dan perilaku curiga dan tidak percaya kepada orang lain.
Sikap dan perilaku ini akan sangat berpotensi melahirkan sikap enggan untuk saling
terbuka, saling berbagi untuk kemaslahatan bersama atau untuk melakukan kompromi
dengan pihak-pihak yang berbeda.
Keenam, trial and error (percobaan dan salah) dalam berdemokrasi. Demokrasi
bukanlah sesuatu yang telah selesai dan siap saji, tetapi ia merupakan sebuah proses
tanpa henti. Dalam kerangka ini,demokrasi membutuhkan percobaan-percobaan dan
kesediaan semua pihak untuk menerima kemungkinan ketidaktepatan atau kesalahan
dalam praktik berdemokrasi.
B. PILAR DEMOKRASI
1) Kedaulatan rakyat.
2) Pemerintahan berdasarkan persetujuan yang di perintah.
3) Kekuasaan mayoritas (hasil pemilu).
4) Jaminan hak-hak minoritas.
5) Jaminan hak-hak asasi manusia.
6) Persamaan didepan hukum.
7) Proses hukum yang berkeadilan.
8) Pembatasan kekuasaan pemerintah melalui konstitusi.
9) Pluralism sosial, ekonomi, dan politik.
10) Dikembangkannya nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama, dan mufakat.
Demokrasi adalan sebuah tatanan Negara pemerintahan yang bersumber dari rakyat, oleh
rakyat, untuk rakyat. (benyamin Franklin).
System memilih penguasa/ kepala negara hal tersebut masih dapat didiskusikan dan bersifat
furu' (cabang).
Alasan : Rasul tidak pernah menentukan secara jelas bagaimanakah teknis memilih
khalifah/pemimpin negara. Begitu juga peralihan kekuasaan dari satu khalifah ke khalifah yang
lain semasa banyak sahabat masih hidup, sehingga menjadi ljma' shahabat bahwa boleh
menggunakan beberapa uslub untuk memilih khalifah atau kepala negara. Dengan demikian
dalam memilih siapakah calon kepala negara/Khalifah boleh dengan banyak teknis dalam hal ini
mengambil suara mayoritas juga dapat dilakukan dan menggunakan Ahlul hali wal aqli
(parlemen) juga dapat dilakukan . Jadi untuk memilih calon kepala negara (khalifah) dalam Islam
bisa dicari dengan uslub (teknis) pemilihan umum.
Dr. Dhiyauddin ar Rais mengatakan, Ada beberapa persamaan yang mempertemukan Islam dan
demokrasi:
1.Jika demokrasi diartikan sebagai sistem yang diikuti asas pemisahan kekuasaan, itu pun sudah
ada di dalam Islam. Kekuasaan legislatif sebagai sistem terpenting dalam sistem demokrasi
diberikan penuh kepada rakyat sebagai satu kesatuan dan terpisah dari kekuas aan Imam atau
Presiden. Pembuatan Undang-Undang atau hukum didasarkan pada al-Quran dan Hadist, ijma,
atau ijtihad. Dengan demikian, pembuatan UU terpisah dari lmam, bahkan kedudukannya lebıh
tinggi dari Imam. Adapun limam harus menaatinya dan terikat UU. Pada hakikatnya, Imamah
(kepemimpinan) ada di kekuasaan eksekutif yang memiliki kewenangan independen karena
pengambilan keputusan tidak boleh didasarkan pada pendapat atau keputusan penguasa atau
presiden, melainkan berdasarka pada hukum-hukum syariat atau perintah Allah Swt.
2. Demokrasi seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk rakyat pengertian itu pun
ada di dalam sistem negara Islam dengan pengecualian bahwa rakyat harus memahami Islam
secara komprehensif.
3. Demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu (misalnya, asas persamaan di
hadapan undang-undang. kebebasan berpikir dan berkeyakinan realisasi keadilan sosial, atau
memberikan jaminan hak-hak tertentu, seperti hak hidup dan bebas mendapat pekerjaan).
Semua hak tersebut dijamin dalam Islam.
1. Demokrasi yang sudah populer di Barat, definisi bangsa atau umat dibatasi batas wilayah,
iklim, darah, suku-bangsa, bahasa dan adat-adat yang mengkristal. Dengan kata lain, demokrasi
selalu diiringi pemikiran nasionalisme atau rasialisme yang digiring tendensi fanatisme. Adapun
menurut Islam, umat tidak terikat batas wilayah atau batasan lainnya. Ikatan yang hakiki di
dalam Islam adalah ikatan akidah, pemikiran dan perasaan. Siapa pun yang mengikuti Islam, ia
masuk salah satu Negara. Islam terlepas dari jenis, warna kulit, negara, bahasa atau batasan lain.
Dengan demikian, pandangan Islam sangat manusiawi dan bersifat internasional
2.tujuan-tujuan demokrasi modern Barat atau demokrasi yang ada pada tiap masa adalah
tujuan-tujuan yang bersifat duniawi dan material. Jadi, demokrasi ditujukan hanya untuk
kesejahteraan umat (rakyat) atau bangsa dengan upaya pemenuhan kebutuhan dunia yang
ditempuh melalui pembangunan, peningkatan kekayaan atau gaji. Adapun demokrasi Islam
selain mencakup pemenuhan kebutuhan duniawi (materi) mempunyai tujuan spiritual yang lebih
utama dan fundamental.
3.kedaulatan umat (rakyat) menurut demokrasi Barat adalah sebuah kemutlakan.Jadi, rakyat
adalah pemegang kekuasaan tertinggi tanpa peduli kebodohan, kezaliman atau kemaksiatannya.
Namun dalam Islam, kedaulatan rakyat tidak mutlak, melainkan terikat dengan ketentuan-
ketentuan syariat sehinga rakyat tidak dapat bertindak melebihi batasan-batasan syariat, al-
Quran dan as-sunnah tanpa mendapat sanksi
1. Yusuf al-gardhawi
Menurut beliau, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal.
Misalnya:
-Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk mengangkat seorang
kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak
boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam
menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya.
- Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran Juga sejalan dengan lslam.Bahkan
amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpın adalah bagian dari
ajaran Islam.
-Pemilhan umum temasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak
menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah dan
suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenamya tidak layak, berarti ia telah menyalahi
perintah Allah untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
-Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan prinsip
Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai
kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah
berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan patuh.
Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan dari
luar mereka. Yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama
dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak
bertentangan dengan nash syariat secara tegas.Juga kebebasan pers dan kebebasan
mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi
yang sejalan dengan Islam.
Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah. Wakil rakyat harus
berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya.
Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam
Alquran dan Sunnah (al-Nisa: 59) dan (al-Ahzab: 36).
Komitmen terhadap islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya yang
bermoral yang duduk di parlemen.
D. Banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa islam cenderung akan menolak istilah dan penerapan
demokrasi. Diantaranya adalah:
2.Elie Kedourie: "ajaran, norma, kecenderungan, pengalaman keseharian orang Islam telah
membentuk pandangan politik kaum Muslimin yang khas dan jauh dari modern."
1.Sebagai sebuah konsep budaya politik: demokrasi mencakup unsur-unsur saling percaya antar
sesama warga (interpersonal trust),jaringan keterlibatan kewargaan (networks of civic engagement),
toleransi,
keterlibatan politik, kepercayaan pada institusi politik, kepuasan terhadap kinerja demokrasi,
dukungan terhadap prinsip-prinsip demokrasi, dan dukungan terhadap masyarakat politik modern.
2.Sebagai partisipasi politik: demokrasi merupakan seperangkat aksi politik yang bersifat sukarela
mulai dari voting hingga protes oleh warga negara yang biasa dengan tujuan mempengaruhi
kebijakan publik."
F. Demokrasi islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip- prinsip islam ke
dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi.
Teori politik islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi islam, antara lain:
3.Bekomitmen untuk mempraktekan "syura" sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW. Negara negara yang memenuhi 3 prinsip dasar tersebut Afghanistan, Iran,
Malaysia.
MANFAAT:
a.Mengetahui dan mendalami sejarah masuknya Islam di Indonesia dan upaya-upaya untuk
menjalankan Islam dalam sendi kehidupan.
b.Menyegarkan kembali kepada kita, peristiwa sejarah di Indonesia sehingga Demokrasi menjadi
sistem Pemerintahan saat ini.
TUJUAN
a. Mendapatkan pemahaman yang benar untuk menempatkan posisi Demokrasi dan Islam
sebagaimana mestinya.
b. Melihat dan mengetahui dari sisi-sisi yang berbeda tentang Islam Demokrasi atas sejarah,
pengertian, dan konsep sistem dari masing-masing.
Sebagai dua hal yang berbeda, tentunya terdapat ciri khas masing-masing dari Islam dan Demokrasi.
Ini menarik sekali sebagai bahan perbandingan dan kajian dalam setiap pembahasan, karena ada
upaya dan pendapat untuk menyamakan Islam dengan Demokrasi.
Hakikat Demokrasi
Dari pegertian dan makna demokrasi di atas sanggup diterik kesimpulan bahwa hakikat
demokrasi sanggup dikatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.
Pemerintahan dari rakyat mempunyai arti bahwa sebuah sistem pemerintahan yang sah dan
diakui oleh rakyat. Diakui dan sah mempunyai arti bahwa tanggung jawab pemerintahan
diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintah yang tidak diakui yakni pemerintah yang tidak
mendapat tunjangan dan persetujuan dari rakyat. Rakyat memegang kendali penuh atas
pemilihan pemerintahan berdasarkan persamaan pandangan dan politik tanpa ada unsur
paksaan.
Pemerintahan untuk rakyat mempunyai arti bahwa segala kuasa yang dilimpahkan kepada
pemerintah dibentuk untuk kepentingan rakyat. Maka dari itu kepentingan rakyat sudah
seharusnya didahulukan sebelum kepentingan pemerintah. Dalam menciptakan suatu
putusan pemerintah juga harus mempertimbangkan aspirasi rakyat alasannya yakni baik
buruknya putusan yang dibentuk oleh pemerintah juga akan menghipnotis nasib rakyat.
Sumber:
https://id.scribd.com/presentation/451418949/DEMOKRASI-DAN-ISLAM-2
https://id.scribd.com/document/465222980/Makalah-Demokrasi-dalam-pandangan-Islam
https://lincahmatematika.blogspot.com/2020/06/demokrasi-pengertian-makna-dan-hakikat.html?
m=1
Pengertian Demokrasi
Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang demokrasi, di antaranya
seperti yang dikutip Hamidah1 adalah sebagaimana di bawah ini: Menurut Joseph A.
Schumpeter, demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan
cara perjuangan kompetitif atas suatu rakyat. Sidney Hook dalam Encyclopaedia
Americana mendefinisikan demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan di mana
keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung maupun tidak
langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa2. Menurut Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl, demokrasi adalah
suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai pertanggungjawaban atas
tindakan-tindakan mereka pada wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara
tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan wakil mereka yang terpilih3.
Dari tiga definisi tersebut di atas jelaslah bagi kita bahwa demokrasi mengandung nilai-
nilai, yaitu adanya unsur keperacayaan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat,
adanya pertanggungjawaban bagi seorang pemimpin. Sementara menurut
Abdurrahman Wahid, demokrasi mengandung dua nilai, yaitu nilai yang bersifat pokok
dan yang bersifat derivasi. Menurut Abdurrahman Wahid, nilai pokok demokrasi adalah
kebebasan, persamaan, musayawarah dan keadilan. Kebebasan artinya kebebasan
individu di hadapan kekuasaan negara dan adanya keseimbangan antara hak-hak
individu warga negara dan hak kolektif dari masyarakat.4 Nurcholish Majid, seperti yang
dikutip Nasaruddin5 mengatakan, bahwa suatu negara disebut demokratis sejauhmana
negara tersebut menjamin hak asasi manusia (HAM), antara lain: kebebasan
menyatakan pendapat, hak berserikat dan berkumpul. Karena demokrasi
menolak6 dektatorianisme, feodalisme dan otoritarianisme. Dalam negara demokrasi,
hubungan antara penguasa dan rakyat bukanlah hubungan kekuasaan melainkan
berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-prinsip utama
demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang berbicara tentang
musyawarah); al-Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan); al-Hujurat: 13 (tentang
persamaan); al-Nisa’: 58 (tentang amanah); Ali Imran: 104 (tentang kebebasan
mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang kebebasan berpendapat)
dst. 6 Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin7, agama dan demokrasi
memang berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal dari
pergumulan pemikiran manusia. Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya
sendiri. Namun begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi agama untuk
berdampingan dengan demokrasi. Sebagaimana dijelaskan di depan, bahwa elemen-
elemen pokok demokrasi dalam perspektif Islam meliputi: as-syura, al-musawah,
al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah. Kemudian apakah makna
masing-masing dari elemen tersebut? 1. as-Syura Syura merupakan suatu prinsip
tentang cara pengambilan keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an.
Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:
“Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara mereka”. Dalam
surat Ali Imran:159 dinyatakan: “Dan bermusayawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu”. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai
pelaksana syura adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga ini
lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau
khalifah8 Jelaslah bahwa musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbanagan
dan tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah keputusan.
Dengan begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi
tanggung jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk dari pemberian
penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-pendapat yang disampaikan menjadi
pertimbangan bersama. Begitu pentingnya arti musyawarah dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara, sehingga Nabi sendiri juga
menyerahkan musyawarah kepada umatnya.
1. 2. al-‘Adalah
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa secara normatif doktriner, dalam
ajaran Islam terdapat prinsip-prinsip dan elemen dalam demokrasi, meskipun secara
generik, global. Prinsip dan elemen-elemen demokrasi dalam ajara Islam itu adalah: as-
syura, al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah. Realitas demokrasi dalam
sebuah negara pernah diterapkan pada masa Nabi Muhammad dan khulafaurrasyidin.
Tetapi setelah itu, pada sebagian besar negara-negara Islam tidak mewarisi nilai-nilai
demokrasi tersebut. Realitas ini tidak hanya terjadi pada negara-negara Islam saja,
tetapi juga negara non-Islam (Barat). Inilah problem yang dihadapi oleh banyak negara.
Secara umum nilai-nilai agama memang belum banyak dipraktikkan dalam ikut
memberikan kontribusi pada banyak negara, apalagi negara sekular. Oleh sebab
itu statement Fukuyama maupun Huntington, yang mengatakan bahwa secara empirik
Islam tidak compatible dengan demokrasi tidak sepenuhnya benar. Sebab di negara
non-Muslim pun demokrasi juga tidak sepenuhnya diterapkan.
PENERAPAN DEMOKRASI DI INDONESIA
terdapat 4 macam sistem demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan
ketatanegaraan Indonesia.
Diberlakukannya UUD 1945 pada periode pertama yaitu tahun 1945-1949, adalah
awal mula dipraktikannya demokrasi ini. Namun, demokrasi parlementer ini tidak
berjalan dengan baik. Kehidupan politik dan pemerintahan pada masa itu tidak stabil,
akibatnya program-program yang dibuat pemerintah tidak bisa dijalankan dengan
baik dan berkesinambungan. Akhirnya demokrasi ini berakhir secara yuridis pada 5
Juli 1959, bersamaan dengan pemberlakuan kembali UUD 1945.
DEMOKRASI TERPIMPIN
Kalau dilihat dari beberapa poin di atas, demokrasi terpimpin tidaklah bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945. Akan tetapi, konsep-konsep tersebut tidak
direalisasikan sebagaimana mestinya. Sehingga demokrasi terpimpin seringkali
menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan budaya bangsa.
Demokrasi pancasila lahir atas berbagai bentuk permasalahan yang dialami bangsa
Indonesia selama berlakunya demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin.
Demokrasi Pancasila itu pangkalnya adalah kekeluargaan dan gotong royong. Kalau
kamu main ke sebuah desa kamu pasti akan melihat semangat kekeluargaan yang
ada pada masyarakat desa, dan itu sudah lama dianut oleh mereka.
Jadi, hal paling penting dalam demokrasi Pancasila adalah nilai-nilai yang
menjunjung tinggi kemanusiaan sesuai dengan martabat dan harkat manusia,
menjamin persatuan dan kesatuan bangsa, mengutamakan musyawarah, rasa
tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaan
masing-masing, dan mewujudkan keadilan sosial.
Akan tetapi, dalam praktiknya, demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru ini banyak
menyimpang dari prinsip demokrasi pancasila itu sendiri.
Di kemudian hari, Supersemar diketahui memiliki beberapa versi. Gambar ini merupakan Supersemar versi
Presiden.
Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun
1966, yang kemudian menjadi dasar legalitasnya. [3] Orde Baru bertujuan meletakkan kembali
tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. [3]
Kelahiran Supersemar terjadi dalam serangkaian peristiwa pada tanggal 11 Maret 1966. Saat
itu, Sidang Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno sedang
berlangsung.[6] Di tengah-tengah acara, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana
terdapat pasukan yang tidak dikenal.[3] Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Presiden
Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II Dr.
Johannes Leimena dan berangkat menuju Istana Bogor, didampingi oleh Waperdam I Dr
Subandrio, dan Waperdam III Chaerul Saleh.[6] Leimena sendiri menyusul presiden segera
setelah sidang berakhir.[6]
Perbedaan demokrasi Pancasila pada era reformasi dengan era orde baru terletak
pada aturan pelaksanaannya. Kalau kita lihat pada peraturan perundang-undangan
dan praktik pelaksanaannya, banyak lho perubahan yang terjadi. Kebanyakan,
perubahannya itu terletak pada perbaikan kebijakan-kebijakan yang dirasa kurang
sejalan dengan konsep demokrasi.
Tahun 1945-1950 Indonesia masih berjuang mengghadapi belanda yang ingin kembali ke
Indonesia.Pada masa itu penyelenggaraan pemerintah dan demokrasi Indonesia belum berjalan
baik.Hal itu disebabkan masih adanya revolusi fisik. Berdasarkan pada konstitusi Negara , yaitu UUD
1945, Indonesia adalah Negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Masa pemerintahan tahun
1945- 1950 mengindikasikan keinginan kuat dari para pemimpin Negara untuk membentuk
pemerintahan demokratis.
Untuk menghindari kesan bahwa Negara Indonesia adalah Negara absolute maka dilakukan
serangkaiaan Kebijakan untuk menciptakan pemerintahan demokratis. Kebijakan tersebut adalah
sebagai berikut
a. Maklumat pemerintah No. X tanggal 16 oktober 1945 tentang perubahan fungsi KNIP menjadi
Fungsi parlemen.