Disusun Oleh:
Dosen Pengajar:
Gunawan Wibisono
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
A. LATAR BELAKANG
2
B. HAKIKAT DEMOKRASI
1. Pengertian Konseptual
Ditinjau dari asal-usul katanya, istilah demokrasi berasal dari kata Yunani
"demos" yang berarti rakyat, dan "kratia berarti kewenangan untuk mengatur (ule).
Kata "demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep
demokrasi meniada sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hall ini
menjadi wr sebab demokrasi saat ini disebut sebut sebagai indikator perkembangan
politik suatu negara. Secara sederhana demokrasi dapat didefinisikan sebagai
tekuasaan/kewenangan untuk mengatur masyarakat/rakyat (rule of the people).
Konsep demokrasi setbagai "kedaulatan rakyat" bertumpu pada prinsip bahwa
rakyat secara keseluruhan dipandang sebagai pemegang kedaulatan politik. Rakyat
merupakan sumber utama kekuasaan, kewenangan dan kepentingan, sehingga
kesejahteraan rakyat adalah tujuan utama bagi para penguasa politik/pemerintah
(Bahmuller & J.Patrick, 1999, David Beethan, 2005) Istilah "demokrasi" berasal dari
Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut
biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan
dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan
dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan
dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.
3
masyarakat minoritas tidak dapat diperlakukan secara diskriminatif atau tidak adil.
Jadi apabila dalam praktiknya terdapat masyarakat minoritas yang masih
diperlakukan tidak adil, maka negara yang bersangkutan belum memenuhi syarat
sebagai penganut sistem demokrasi. Konsep demokrasi di atas merupakan
formulasi yang ideal, walaupun dalam praktiknya belum ada suatu negara pun di
dunia yang secara politik dapat melaksanakannya secara konkrit. Namun demikian
sekurang-kurangnya, konsep ini dapat digunakan sebagai standar untuk menilai,
apakah suatu negara dapat disebut sebaga negara demokratis atau tidak.
2. Prinsip-Prinsip Demokrasi
4
Sedangkan dalam sistem demokrasi perwakilan, setiap warganegara
diberikan hak untuk memilih seorang wakil yang akan duduk dalam suatu
pemerintahan. Sistem demokrasi perwakilan banyak diterapkan di negara-
negara yang mayoritas berpenduduk relatif besar dan heterogen.
5
rakyatnya. Rakyat harus tunduk dan terhadap semua keputusan pemerintah,
meskipun seringkali kebijakan itu merugikan/mengorbankan kepentingan
rakyat. Hubungan pemerintah dengan rakyatnya relatif jauh, karena peran
pemerintah yang menonjol dan cenderung otoriter.
6
2. Adanya penerimaan yang luas dan penghargaan kepada otoritas dan hirarki,
3. Adanya suatu partai dominan yang harus berkuasa selama dua atau tiga
dekade lebih,
Empat ciri yang dikemukakan ini semuanya berbeda dengan ciri demokrasi
liberal. Nuansa komunitarian jelas berbeda dengan warna kebebasan individu.
Karena hal itu pula masyarakat Asia tidak alergi terhadap adanya partai dominan
dalam jangka waktu yang lama Dirokrasi yang tersentralisasi dan negara yang kuat
(dominan). Semua hal ini tidak dipandang membahayakan di Asia. Sedangkan pada
masyarakat Barat, semua hal ini dipandang harus ditiadakan karena akan
mengancam kepentingan individu. Masyarakat Barat memandang kepentingan
masyarakat akan terwujud dengar terwujudnya kepentingan individu. Dengan
demikian kepentingan individulah yang harus dijamin terealisasi.
7
D. INDIKATOR PELAKSANAAN SISTEM DEMOKRASI
8
7) Terselenggaranya pemilihan umum yang bebas dan jujur,
4) Dilaksanakannya asas satu orang satu suara (one man one vote dan
dihargainya kesepakatan bersama).
Dari apa yang disampaikan oleh beberapa pakar ilmu politi tentang
demokrasi, pada intinya terdapat dua macam pemahaman demokrasi. Pertama,
pemahaman normatif yakni apa yang termu dalam konstitusi; dan kedua,
pemahaman secara empiris yakni realist politik suatu negara. Affan Gaffar (2000)
memberikan kesimpulan dibeberapa pemikiran tentang political order yang
merupakan sistem yang demokrasi atau tidak yakni sebagai berikut:
9
suatu negara yang tingkat demokrasinya masih rendah, peralihan
kekuasaannya biasanya rendah pula. Bahkan, peluang untuk itu sangat
terbatas, kalaupun ada, hal itu hanya akan dilakukan dalam lingkungan yang
terbatas di kalangan elit politik.
5) Menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dasar suatu negara yang demokratis,
setiap warga masyarakat dapat menjunjung tinggi hak-hak dasar mereka
secara bebas, termasuk di dalamnya adalah hak untuk menyatakan pendapat
(freedom of expression) dan hak untuk berkumpul dan berserikat (freedom of
assembly), dan hak untuk menikmati pers yang bebas (freedom of the press).
1) Hak suara yang merata. Kaidah untuk memutuskan setiap kebijakan negara
yang strategis, harus mempertimbangkan dan memperhitungkan secara adil
aspirasi warganegara.
10
akan ditetapkan. Warganegara harus berpartisipasi aktif dalam proses
pengaturardan pengelolaan negara, sehingga kebaikan ataupun keburukan
kebijakan negara menjadi tanggungjawab seluruh warganegara.
11
PENYELENGGARAAN PEMILU SEBAGAI PRAKTEK DEMOKRASI
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah suatu proses di mana para pemilih memilih
orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang
diisi beraneka-ragam, mulai dari Presiden, wakil rakyat di pelbagai tingkat
pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat
juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua kelas, ketuasenat
mahasiswa walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering digunakan. Untuk
pemilihan kepala daerah, seperti gubernur, bupati, dan walikota, dinamakan pilkada.
Para pemilih dalan Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah
para kandidat Pemilu menawarkan visi program- programnya pada masa kampanye.
Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari
pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan
dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan
pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan
disosialisasikan ke para pemilih. Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam
sistem pemilihan umum dengan berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar
pada dua prinsip pokok. Pertama, single member constituenty (satu daerah
pemilihan memilih satu wakil dan biasanya disebut sistem distrik). Kedua, muti
member constituenty (satu daerah pernilihan memilih beberapa wakil dan biasanya
dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional) (Surbakti, 1999;
Trubus Rahardiansah, 2007).
1. Sistem distrik
Dalam sistem distrik satu wilayah kecil memilih satu wakil tunggal atas dasar
pluralitas. Dalam sistem proporsional, satu wilayah besar memilih beberapa wakil
yang jumlahnya ditentukan atas dasar suatu perimbangan, misalnya satu wakil untuk
400.000 penduduk. Sistem distrik merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan
didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis mempunyai satu
wakil dalam parlemen. Untuk keperluan itu negara dibagi dalam sejumlah besar
distrik pemilihan yang kira-kira sama jumlah penduduknya. Karena satu distrik hanya
berhak atas satu wakil, maka calon yang memperoleh suara pluralitas (suara
terbanyak) dalam distriknya menang. Hal ini dinamakan the first past the post.
Dalam sistem proporsional, suatu kesatuan administratif ditentukan sebagai daerah
12
pemilihan. Jumlah suara yang diperoleh oleh setiap partai dari masyarakat
menentukan jumlah kursinya di parlemen, artinya prosentase perolehan suara setiap
partai samadengan prosentase perolehan kursi dalam parlemen. Sistem distrik
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut:
1) Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk
distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih erat. Dengan
demikian dia akan lebih condong untuk memperjuangkan kepentingan distrik.
Lagi pula kedudukannyaterhadap partainya akan lebih independen oleh
karena dalam pemilihan semacam ini faktor kepribadian seseorang
merupakan faktor yang penting.
2) Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi
yang diperebutkan dalan setiap distrik permilihan hanya atu Hal ini akan
mendorong partai-partai untuk mengesampingkan ;erbedaan-perbedaan yang
ada dan mengadakan kerjasama, sekurang-kurangnya menjelang pemilihan
umum melalui stembus accord (penggabungan jumlah suara)
4) Pada umumnya dianggap bahwa sistem distrik kurang efektif untuk negara
yang masyarakatnya bersifat heterogen/majemuk karena terbagi dalam
kelompok etnis, agama, dan ideoloi Sebagai akibatnya, menimbulkan
anggapan bahwa suatu kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis
dan etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini.
2. Sistem Proporsional
13
banyaknya penduduk dalam daerah pemilihan. Sistem proporsional mempunyai
beberapa keuntungan, antara lainsebagai berikut:
14
kepentingan partai serta masalah-masalah umum atau nasionalketimbang
kepentingan distrik serta warganya.
4) Karena banyaknya partai yang bersaing, maka sulit bagi satu partai untuk
meraih mayoritas dalam parlemen. Padahal partai mayoritas sangat
diperlukan untuk membentuk permerintah. Satu keuntungan dari sistem
proporsional seperti yang diterapkan di Indonesia ialah bahwa rasa adil
masyarakat terpenuhi karena semua orsospol termasuk yang kecil, dapat
menghadirkan wakilnya di DPR.
Hal ini merupakan hasil dari cara menghitung suara berdasarkan sistem
proporsional. Lagi pula, suasana politik relatif kompetitif, sehingga setiap parpol
berpeluang untuk meningkatkan jumlah kursinya dalam setiap pemilu. Dengan
demikian, sistem ini dianggap representatif dalam arti bahwa setiap parpol,
berdasarkan cara menghitung suara dengan sistem propoional, mempunyai jumlah
wakil di DPR yang sesuai dengan persentase suara yang diperolehnya dari
masyarakat secara nasional.
15
14 November 1945, setelah mendengar usul Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BP-KNIP). Dengan demikian, sistem presidensial hanya
berlangsung selama tiga bulan hingga akhirnya terbentuk kabinet parlementer
dengan Sjahrir sebagai Perdana Menteri, tanpa harus dilakukan perubahan UUD
1945 (Budihardjo 2008). Jalan kearah terbentuknya kabinet parlementer dipengaruhi
olehbeberapa hal, antara lain sebagai berikut:
16
golongan-golongan politik. Dalam sidang-sidang PPKI Sementara 1950 sekaligus
menetapkan berlakunya sistem parlementer. Beberapa faktor internal yang
berpengaruh terhadap kelangsungan demokrasi liberal (Budihardjo, 2008), adalah:
17
2. Implementasi Demokrasi Terpimpin (1959-1965) Masa Demokrasi Terpimpin
mencakup tahun 1959 1965, yaitu seiak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
dan dimulainya kabinet pimpinan Ir. Juanda pada 9 April 1957. Era ini disebut
sebagai Demokrasi Terpimpin, dan dipandang sebagai upaya untuk mencari ialan
keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan nasional yang
kuat. Tidak dapat dipungkiri bahwa kestabilan politik merupakan hal yang sangat
penting dalam pengelolaan sistem politik. Hal ini lah vang tidak terjadi dalam sistem
demokrasi parlementer terbukti dari kegagalan partai-partai politik dalam
menciptakan kestabilan politik dan pemerintahan, sehingga mengharuskan Presiden
Soekarno untuk mengambil inisiatif perlunya penciutan jumlah parpol dengan kendali
pemerintah yang kuat. Persepsi Demokrasi Terpimpin sebagaimana dikemukakan
oleh Presiden Soekarno terdiri atas beberapa pokok, yaitu:
Pertama, ada rasa tidak puas terhadap hasil-hasil yang dicapai sejak tahun
1945 karena belum mendekati cita-cita dan tujuan proklamasi, seperti masalah
kemakmuran dan pemerataan keadilan yang tidak terbina, belum utuhnya wilayah RI
karena masih ada wilayah Yang diijajah Belanda, instabilitas nasional yang ditandai
oleh jatuh bangunnya kabinet sampai tujuh kali, serta pemberontakan daerah.
Ketiga, suatu koreksi untuk segera kembali pada cita-cita dan tujuan semula
harus dilakukan dengan cara meninjau kembali sistem politik. Harus diciptakan
sistem demokrasi yang menuntut untuk mengabdi kepada negara dan bangsa yang
beranggotakan orang- daerah.
18
(2) Dewan Perancang Nasional (Depernas) akan membuat blue print
masyarakat yang adil dan makmur.
1. Menjadi basis dan sekaligus penopang kekuasaan Ord Baru, selain Golkar;
5. Birokrasi patrimonialisme;
19
pengalaman-pengalaman tersebut untuk dapat menumbuhkembangkan demokrasi
yang sesungguhnya. Pada masa mendatang, UUD 1945 cukup strategis menjadi
landasan demokrasi asalkan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan jiwa yang
terdapat dalam UUD 1945. Selama ini UUD 1945 hanya dijadikan konstitusi yang
semantik (formal). Ketentuan yang mengatur demokrasi sengaja tidak dilaksanakan
atau dikesampingkan, tetapi yang menguntungkan penguasa dikedepankan.
1) Kedaulatan rakyat
UUD 1945 menurut ketentuan dan jiwa yang dianutnya dapat dikatakan
umumnya mengakomodasikan semua pilar-pilar demokrasi tersebut di atas, karena
itu masih mampu dijadikan dasar dalam pengembangan demokrasi Indonesia
menuju Indonesia yang lebih baik. Upaya menerapkan pilar-pilar demokrasi tersebut
di atas dalam menumbuhkembangkan demokrasi di Indonesia bukanlah suatu
impian (yang mengada-ada). Perlu diketahui bahwa pilar-pilar tersebut telah
dijadikan pedoman untuk menerapkan sistem demokrasi, bukan hanya bagi negara-
negara maju, tetapi juga bagi negara-negara dunia ketiga yang tidak mau lagi
menerapkan negara otoritarian modern, seperti Filipina, India, Afrika Selatan dan
beberapa negera Eropa Timur bekas penganut komunisme, seperti Ceko, Polandia,
20
Hongaria, Slovakia, dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
(good governance).
21