SID : J011221096
International Class of Dentistry Hasanuddin University
Group 6
DEMOKRASI PANCASILA
Demokrasi berdasarkan ketuhanan yang maha esa merupakan ciri khas dan seluk beluk
system dan perilaku menyelenggarakan, harus sesuai dengan ketuhanan yang maha esa.
Demokrasi dengan kecerdasan bukan dengan kekerasan atau paksaan (naluri, otot, massa)
tetapi harus menuntut kecerdasan rohania, aktualia, rasional, dan emosional karena demokrasi
itu bukan tujuan tetapi strategi untuk mencapai tujuan.
Demokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat itu adalah kebijakan yang berdasarkan UUD
dalam batas – batas tertentu dipercayakan kepada wakil rakyat MPR, DPR, dan DPD.
Kekuasaan negara itu sudah dibagi ada pemerintahan, kekuasaan pembentuk kepemerintahan,
dan kekuasaan kehakiman. Demokrasi dengan rule of law karena Indonesia merupakan
negara hukum, semuanya memiliki kedudukan yang sama di depan hukum dan seluruh warga
negaranya berkewajiban mematuhi hukum. Demokrasi dengan pembagian kekuasaan, ada
distribusi kekuatan, ada pemeriksaan keseimbangan dan diserahkan ke pemerintah yang
bertanggung jawab, seperti DPR memegang kekuasaan untuk membentuk undang – undang,
presiden memegang memegang kekuasaan pemerintahan dan lain sebagainya.
DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI
➢ Makna Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, kratos
berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi, artinya pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan yang
rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan. Demokrasi merujuk pada konsep
kehidupan negara atau masyarakat tempat warga negara dewasa turut berpartisipasi dalam
pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih. Lalu, pemerintahannya mendorong dan
menjamin kemerdekaan berbicara, beragama,berpendapat, berserikat, serta menegakkan rule
of law. Selain itu, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak kelompok
minoritas dan masyarakat yang warga negaranya saling memberi peluang yang sama.
1. Penduduk yang selalu bertambah seingga suatu musyawarah pada suatu tempat tidak
mungkin dilakukan.
2. Masalah yang dihadapi oleh suatu pemerintah makin ruit dan tidak sederhana
lagi,berbeda dengan masalah yang dihadapi oleh pemerintah desa yang tradisional.
3. Setiap warga Negara mempunyai kesibukan sendiri-sendiri di dalam aktivitas
kehidupannya sehingga masalah pemerintahan cukup diserahkan kepada orang yang
berminat dan mempunyai keahlian dibidang pemerintahan negara.
Istilah demokrasi yang berarti pemerintah rakyat itu sesudah zaman Yunani Kuno tidak
disebut lagi. Baru setelah meletusnya Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis, istilah
demokrasi muncul kembali sebagai lawan system pemeintahan yang absolute (monarki
muthlak), yang menguasai pemerintahan di dunia Barat sebelumnya. Di dalam kenyataannya,
demokrasi dalam arti sisem pemerintahan yang baru ini mempunyai arti luas sebagai berikut.
• Demokrasi formal
• Demokrasi material
• Demokrasi campuran
Henry B. Mayo telah mencoba untuk memerinci nilai-nilai demokrasi dengan catatan
tentu saja tidak berarti bahwa setiap masyarakat demokratis memiliki semua nilai-nilai ini,
tetapi bergantung pada perkembangan sejarah, aspirasi, dan budaya poltik masing-masing.
Berikut adalah nilai-nilai yang diutarakan Henry B. Mayo:
➢ Pendidikan Demokrasi
a. Pendidikan Demokrasi:
i. Pedidikan demokrasi secara formal, yaitu pendidikan yang melewati tatap muka,
diskusi timbal balik, perensentasi, serta studi kasus untuk memberikan gambaran
kepada siswa bagaimana agar mencintai negara dan bangsa. Pendidikan formal
biasanya dilakukan di sekolah dan di perguruan tinggi.
ii. Pedidikan demokrasi secara informal, yaitu pendidikan yang melewati tahap
pergaulan di rumah ataupun masyarakat sebagai bentuk aplikasi nilai berdemokrasi.
Selain itu, sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan sekitarnya yang langsung
dirasakan hasilnya.
iii. Pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang melewati tahap diluar lingkungan
masyarakat. Pendidikan ini lebih makro dalam berinteraksi sebab pendidikan diluar
sekolah mempunyai variable ataupun parameter yang signifikan terhadap
pembentukan jiwa seseorang.
Sebagai wahana substantif, pedagogis, dan sosial kultural untuk membangun cita-cita, nilai,
konsep, prisip, sikap, serta keterampilan demokrasi dalam diri warga negara melalui
pengalaman hidup dan kehidupan demokrasi dalam berbagai konteks.
Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila Indonesia memerlukan
demokrasi yang bersumber dari Pancasila karena ideologi kita adalah ideologi Pancasila.
Jumlah persoalan tentang kelemahan Praktik Demokrasi yaitu, Buruknya Kinerja Lembaga
Perwakilan & Partai Politik dan ada juga yang mengatakan wakil rakyat itu sudah beralih
menjadi wakil partai politik dan Daulat rakyat itu di pertentangkan Daulat partai politik yang
diharapkan dengan banyak fungsinya, Krisis Partisipasi Politik Rakyat ini menjadi sebuah
pertanyaan apakah karna peluang dan partisipasi itu terbatas atau justru karna kemampuan
berpartisi itu yang kurang dan bisa jadi pertisipasi itu kurang karna pendidikan dan tingkat
ekonomi, Munculnya Punguasa didalam Demokrasi kita bisa dilihat dari lahirnya dinasti
politik dimasa bisa menguasai segala bidang kehidupan masyarakat dan pemerintahan serta
Lembaga perwakilan.
Niccolo Machiavelli (1460-1520) Merupakan pelopor yang membicarakan persoalan yang
secara langsung yang berkaitan dengan Fenomena Ideologi. Machiavelli mengamati Praktik
Politik para pangeran, dan mengamati pula Tingakh Laku Manusia dalam Politik, meskipun
ia tidak menggunakan Istilah `ideologi’ sama sekali. Ada tiga aspek sebenarnya didalam
konsep Machiavelli yaitu,
• Agama
• Kekuasaan
• Dominasi
Machiavelli melihat bahwa orang-orang sezamannya lebih dahulu memperoleh kebebasan,
hal ini karena “PERBEDAAN” yang terletak dalam suatu pendidikan yang didasarkan pada
perbedaan konsepsi keagamaan. Inti dari Machiavelli adalah agama lebih memuliakan orang-
orang yang rendah hati dan tafakkur dari orang-orang yang bekerja, agamalah yang
meletakkan kebaikan tertinggi manusia dengan kerendahan hati, pengorbanan diri dan
memandang rendah hal-hal kemuliaan. Dengan pendapatnya itu Machiavelli mengatakan,
meskipun menjalankan Kekuasaan itu memerlukan kualifikasi yang baik, seperti Menepati
janji, Belas Kasihan, dan tulus Ikhlas. Penguasa juga tidak perlu memiliki semua persyaratan
itu tetapi dia harus tampak secara meyakinkan memiliki semuanya.