Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN 11 :

DEMOKRASI INDONESIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami makna Demokrasi baik secara umum maupun ciri khas Demokrasi Indonesia,
sehingga dapat menerapkan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pada Bab ini, Saudara diharapkan dapat :
1.1.Memahami Arti dan Sejarah Demokrasi
1.2.Memahami prinsip dan ciri-ciri Demokrasi
1.3.Memahami bentuk-bentuk Demokrasi
1.4.Memahami Perkembangan Demokrasi di Indonesia

B. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 1.1:


Arti dan Sejarah Demokrasi

Kebanyakan orang mungkin sudah terbiasa dengan istilah demokrasi. Secara


etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demos” berarti rakyat dan
“kratos/cratein” berarti kekuasaan atau berkuasa. Dengan demikian, demokrasi artinya
pemerintahan oleh rakyat, dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan
dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem
pemilihan bebas. Dalam ucapan Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16 (periode
1861-1865) demokrasi secara sederhana diartikan sebagai “the government from the people,
by the people, and for the people”, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik, tetapi keduanya tidak
sama.
Menurut Alamudi (1991) demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan
prinsip tentang kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat praktik dan prosedur yang
terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku, sehingga demokrasi sering
disebut suatu pelembagaan dari kebebasan. Karena itu, mungkin saja mengenali dasar-dasar
pemerintahan konstitusional yang sudah teruji oleh zaman, yakni hak asasi dan persamaan di
depan hukum yang harus dimiliki setiap masyarakat untuk secara pantas disebut demokrasi.
Menurut International Commision of Jurist (ICJ), demokrasi adalah suatu bentuk
pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusankeputusan politik diselenggarakan oleh
wn melalui wakil-wakil yg dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka
melalui suatu proses pemilihan yg bebas.
Sedangkan menurur Henry B Mayo yang dikutip oleh Azyumardi Azra menyatakan
bahwa:
Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa
kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan plotik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
(Azyumardi Azra, 2003: 110)
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa demokrasi sebagai suatu
sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan, yang memberikan penekanan pada
keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik penyelenggaraan negara maupun
pemerintahan.
Demokrasi bertujuan mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya dengan pembagian kekuasaan
dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica),yaitu kekuasaan
yang diperoleh dari rakyat harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika
fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata
tidak mampu membentuk masyarakat yang adil dan beradaab,bahkan kekuasaan absolut
pemerintah sering menimbulkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Demokrasi tidak akan datang,tumbuh,dan berkembang dengan sendirinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, demokrasi memerlukan
usaha nyata setiap warga dan perangkat pendukungnya,yaitu budaya yang kondusif sebagai
manifestasi dari suatu mind set (kerangka berpikir) dan setting social (rancangan
masyarakat).Bentuk konkret manifestasi tersebut adalah demokrasi menjadi way of life
(pandangan hidup) dalam seluk beluk sendi bernegara ,baik masyarakat maupun oleh
pemerintah.
Menurut Nurcholis Madjid, demokrasi dalam kerangka diatas berarti proses
melaksanakan nilai-nilai civility (keadaban) dalam bernegara dan bermasyarakat.Demokrasi
merupakan proses menuju dan menjaga civil society yang menghormati dan berupaya
merealisasikan nilai-nilai demokrasi(Sukron,2002). Menurut Nurcholish Madjid (Gak Nur),
pandangan hidup demokratis berdasarkan bahan-bahan telah berkembang, baik secara teoritis
maupun pengalaman praktis di negeri-negeri yang demokrasinya cukup mapan.
Negara atau pemerintah dalam menjalankan tata pemerintahannya dikatakan
demokratis dapat dilihat dari empat aspek (Tim ICCE UIN Jakarta,2005:123), yaitu:
1.Masalah pembentukan negara;
2.Dasar kekuasaan negara;
3.Susunan kekuasaan negara;
4.Masalah kontrol rakyat.
Kata demokrasi berasal dari Athena,Yunani Kuno sekitar abad ke-5SM. Yunani
merupakan salah satu negara yang ilmu pengetahuan dan peradabannya maju pada zamannya.
Dari sinilah awal perkembangan tentang hukum demokrasi modern. Seiring berjalannya
waktu hingga sekitar abad ke-18 terjadilah revolusi-revolusi termasuk perkembangan
demokrasi di berbagai negara. Konsep demokrasi menjadi salah satu indikator perkembangan
sistem politik sebuah negara. Prinsip Trias politica yang diterapkan oleh negara demokrasi
menjadi sangat utama untuk memajukan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Fakta
sejarah juga memeri bukti bahwa kekuasaan eksekutif yang terlalu besar tidak menjamin
dalam pembentukan masyarakat yang adil dan beradab.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan/kekuasaan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu
politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Prinsip dan ciri-ciri Demokrasi

Prinsip Demokrasi
Suatu pemerintahan disebut pemerintahan yang demokratis jika pemerintahan tersebut
menempatkan kewenangan tertinggi berada di tangan rakyat, kekuasaan pemerintah harus
dibatasi, dan hak-hak individu harus
dilindungi. Namun demikian, dalam praktiknya masih banyak kelemahan dan
ketidaksesuaian dengan prinsip-prinsip di Negara-negara yang mengaku adalah negara
demokrasi. Penerapan prinsip-prinsip demokrasi di masing-masing negara bersifat
kondisional, artinya harus disesuaikan dengan situasi negara dan kondisi masyarakat yang
bersangkutan. Berikut adalah prinsip-prinsip demokrasi, yaitu:
1). Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
2). Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
3).Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh warga negara.
4). Penghormatan terhadap supremasi hukum.
Prinsip demokrasi dan prasyarat berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi dalam
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi dapat ditinjau dari
pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan “soko guru demokrasi”. Menurut
Almadudi, prinsip demokrasi adalah :

1. Kedaulatan rakyat.
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
3. Kekuasaan mayoritas.
4. Hak-hak minoritas.
5. Jaminan Hak Asasi Manusia (HAM).
6. Pemilihan yang adil, bebas, dan jujur.
7. Persamaan di depan hukum.
8. Proses hukum yang wajar.
9. Pembatasan pemerintah secara kontitusional.
10. Pluralisme ekonomi, politik, dan sosial.
11. Nilai-nilai toleransi, praktisme, kerja sama, dan mufakat.

Ciri-ciri Demokrasi.
Menurut Henry B. Mayo dalam Miriam Budiarjo (1990 : 62 ) dalam bukunya ”Introduction
to Democratic Theory“, memberikan ciri-ciri demokrasi dari sejumlah nilai yaitu :
1). Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.

2). Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah.

3). Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.

4). Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.

5). Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat.


6). Menjamin tegaknya keadilan.
Beberapa ciri pokok demokrasi menurut Syahrial Sarbini (2006 : 122) antara lain :
1) Keputusan diambil berdasarkan suara rakyat atau kehendak rakyat.
2) Kebebasan individu dibatasi oleh kepentingan bersama, kepentingan bersama lebih penting
daripada kepentingan individu atau golongan.
3) Kekuasaan merupakan amanat rakyat, segala sesuatu yang dijalankan pemerintah adalah
untuk kepentingan rakyat.
4) Kedaulatan ada ditangan rakyat, lembaga perwakilan rakyat mempunyai kedudukan
penting dalam system kekuasaan negara.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Bentuk Demokrasi dalam Pemerintahan Negara

Ada dua bentuk demokrasi dalam sebuah pemerintahan negara, yaitu :

1.Pemerintahan Monarki (monarki mutlak, monarki konstitusional, monarki parlementer).


Monarki berasal dari bahasa Yunani. Monos yang artinya Satu dan Archein artinya
Pemerintah, jadi dapat di artikan sebagai sejenis pemerintahan dalam suatu negara yang di
pimpin oleh satu orang (raja). Monarki dibagi ke dalam 3 jenis yaitu :

a. Monarki Mutlak : Monarki yang bentuk pemerintahan suatu negaranya dipimpin


oleh raja dan bentuk kekuasaannya tidak terbatas.
b. Monarki Konstitusional : Monarki yang bentuk pemerintahan suatu negaranya
dipimpin oleh raja namun kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi.
c. Monarki Parlementer : Monarki yang bentuk pemerintahan suatu negaranya
dipimpin oleh raja namun kekuasaannya yang tertinggi berada ditangan parlemen.

2.Pemerintahan Republik, berasal dari bahasa latin res yang artinya pemerintahan dan
publica yang berarti rakyat. Dengan demikian dapat diartikan sebagai pemerintahan yang
dijalankan oleh dan untuk kepentingan orang banyak. Menurut John Locke, kekuasaan
pemerintahan negara dipisahkan menjadi tiga, yaitu :

1. Kekuasaan Legislatif (kekuasaan untuk membuat undang-undang yang dijalankan


oleh parlemen).
2. Kekuasaan Eksekutif (kekuasaan untuk menjalankan undang-undang yang dijalankan
oleh pemerintahan).
3. Kekuasaan Federatif (kekuasaan untuk menyatakan perang dan damai dan tindakan-
tindakan lainnya dengan luar negeri).
4. Sedangkan Kekuasaan Yudikatif (mengadili) merupakan bagian dari kekuasaan
eksekutif.

Kemudian menurut Montesquie (Trias Politica) menyatakan bahwa kekuasaan negara


harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga orang atau badan yang berbeda beda dan terpisah
satu sama lainnya (independent/berdiri sendiri) yaitu :

1. Badan Legislatif : Kekuasaan membuat undang-undang.


2. Badan Eksekutif : Kekuasaan menjalankan undang-undang.
3. Badan Yudikatif : Kekuasaan untuk mengawasi jalannya pelaksanaan undang-undang.

Tujuan Pembelajaran 1.4:


Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Setelah Orde Baru tumbang yang ditandai oleh turunnya Soeharto dari kursi
kepresidenan pada bulan Mei 1998, terbuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk kembali
menggunakan demokrasi. Demokrasi merupakan pilihan satu-satunya bagi bangsa Indonesia
karena memang tidak ada bentuk pemerintahan atau sistem politik lainnya yang lebih baik
yang dapat dipakai untuk menggantikan sistem politik Orde Baru yang otoriter. Oleh karena
itu ada konsensus nasional tentang perlunya digunakan demokrasi setelah Orde Baru
tumbang.
Gerakan demokratisasi setelah Orde Baru dimulai dengan gerakan yang dilakukan
oleh massa rakyat secara spontan. Segera setelah Soeharto menyatakan pengunduran dirinya,
para tokoh masyarakat membentuk sejumlah partai politik dan melaksanakan kebebasan
berbicara danberserikat/berkumpul sesuai dengan nilai-nilai demokrasi tanpa mendapat
halangan dari pemerintah. Pemerintah tidak melarang demokratisasi tersebut meskipun
peraturan perundangan yang berlaku bias digunakan untuk itu. Pemerintah bisa saja,
umpamanya, melarang pembentukan partai politik karena bertentangan dengan UU Partai
Politik dan Golongan Karya yanghanya mengakui dua partai politik dan satu Golongan
Karya. Tentu saja pemerintah tidak mau mengambil resiko bertentangan dengan rakyat
sehingga pemerintah membiarkan demokratisasi bergerak sesuai dengan keinginan rakyat.
Pemerintah kemudian membuka peluang yang lebih luas untuk melakukan
demokratisasi dengan mengeluarkan tiga UU politik baru yang lebih demokratis pada awal
1999. Langkah selanjutnya adalah amandemen UUD 1945 yang bertujuan untuk menegakkan
demokrasi secara nyata dalam sistem politik Indonesia.Demokratisasi pada tingkat
pemerintah pusat dilakukan bersamaan dengan demokratisasi pada tingkat pemerintah daerah
(provinsi,kabupaten, dan kota). Tidak lama setelah UU Politik dikeluarkan,diterbitkan pula
UU Pemerintahan Daerah yang memberikan otonomi yang luas kepada daerah-daerah.
Suasana bebebasan dan keterbukaan yang terbentuk pada tingkat pusat dengan segera diikuti
oleh daerahdaerah.
Oleh karena itu beralasan untuk mengatakan, demokratisasi di Indonesia semenjak
1998 juga telah menghasilkan demokratisasi pada tingkat pemerintah daerah.Sesuai dengan
perkembangan demokratisasi di tingkat pusat, di tingkat provinsi (juga di tingkat kabupaten
dan kota) dilakukan penguatan kedudukan dan fungsi tersebut mempunyai kedudukan yang
sama dengan gubernur. Gubernur tidak lagi merupakan “penguasa tunggal” seperti yang
disebutkan dalam UU Pemda yang dihasilkan selama masa Orde Baru. DPRD telah
mendapatkan perannya sebagai lembaga legislatif daerah yang bersama-sama dengan
gubernur sebagai kepala eksekutif membuat peraturan daerah (perda). DPRD Provinsi
menjadi lebih mandiri karena dipilih melalui pemilihan umum (pemilu) yang demokratis.
Melalui pemilu tersebut, para pemilih mempunyai kesempatan menggunakan hak politik
mereka untuk menentukan partai politik yang akan duduk di DPRD.
Suasana kebebasan yang tercipta di tingkat pusat sebagai akibat dari demokratisasi
juga tercipta di daerah. Partisipasi masyarakat dalam memperjuangkan tuntutan mereka dan
mengawasi jalannya pemerintahan telah menjadi gejala umum di seluruh provinsi di
Indonesia. Berbagai demonstrasi dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat, tidak
hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok-pelosok desa di Indonesia.Rakyat semakin
menyadari hak-hak mereka sehingga mereka semakin peka terhadap praktek-praktek
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak benar dan merugikan rakyat. Hal ini
mengharuskan pemerintah bersikap lebih peka terhadap aspirasi yang berkembang di dalam
masyarakat. Demokratisasi telah membawa perubahan-perubahan politik baik di tingkat pusat
maupun daerah. Apa yang terjadi di tingkat pusat dengan cepat ditiru oleh daerah-daerah.
Demokratisasi merupakan sarana untuk membentuk system politik demokratis yang
memberikan hak-hak yang luas kepada rakyat sehingga pemerintah dapat diawasi untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
Dalam perkembangan-nya demokrasi di Indonesia,demokrasi dibagi dalam beberapa
periode berikut:
1.Pelakasanaaan Demokrasi pada Masa Revolusioner (1945-1950)
Tahun 1945-1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali
ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik karena masih
adanya revolusi fisik.Pada awalnya kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Hal
itu terlihat pada pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa sebelum
MPR , DPR dan DPA dibentuk menurut UU ini , segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden
dengan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari bahwa negara Indonesia adalah negara yang
absolute , pemerintah mengeluarkan:
a). Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 Oktober 1945,KNIP berubah menjadi lembaga
legislatif;
b). Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang Pembentukan Partai Politik;
c). Maklumat Pemmerintah tangaal 14 November 1945 tentang perubahan sistem
pemerintahan presidensial menjadi parlementer .

2.Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama


a) Masa Demokrasi Liberal 1950-1959
Pada masa demokrasi ini peranan parlemen ,akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik.Akan tetapi ,praktik demokrasi pada masa ini dinilai
gagal disebabkan :
1) Dominannya partai politik ;
2) Landasan social ekonomi yang masih lemah ;
3) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1945.
Atas dasar kegagalan itu, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya :
- Bubarkan konstituante
- Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
- Pembentukan MPRS dan DPAS.
b) Masa Demokrasi Terpimpin
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.VII/MPRS/1965 adalah
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di antara semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom. Ciri-cirinya adalah:
- Tingginya dominasi presiden
- Terbatasnya peran partai politik
- Berkembangya pengaruh PKI

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antaara lain:


- Sistem kepartaian menjadi tidak jelas , dan para pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan;
- Peranan parlemen lemah, bahkan akhirnya dibubarkan oleh Presiden dan Presiden
membentuk DPRGR;
- Jaminan HAM lemah;
- Terbatasnya peran pers;
- Kebijakan politik luar negeri memihak ke RRC (blok timur) yang memicu terjadinya
peristiwa pemberontakan G 30 S PKI .

3.Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998


Pelaksanaan demokrasi Orde Baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret
1996. Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Awal Orde Baru memberi harapan baru kepada rakyat pembangunan di segala
bidang melalui Pelita I,II,III,IV,V dan masa Orde Baru berhasil menyelenggarakan
Pemilihan Umun tahun 1971,1977,1782,1987,1992,dan 1997. Meskipun demikian
pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Baru ini dianggap gagal dengan alsan :
-Tidak adanya rotasi kekuatan eksekutif;
-Rekrutmen politik yang tertutup;
-Pemilu yang jauh dari semangat demokrasi ;
-Pengakuan HAM yang terbatas;
-Tumbuhnya KKN yang merajalela

4. Pelaksaan Demokrasi Orde Reformasi 1998- Sekarang


Demokrasi pada masa reformasi pada dasanrnya merupakan demokrasi dengan
pernbaikan peraturan yang tidak demokratis,dengan meningkatkan peran lembaga tinggi dan
tertinggi negara dengan menegaskan fungsi,wewenang,dan tanggung jawab yang mengacu
pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Masa reformasi berusaha membangun kehidupan yang demokratis antara lain dengan:
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi;
b. Ketetapan No.VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referendum
c. Tap MPR RI No.XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas
dari KKN;
d. Tap MPR RI No.XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden
dan Wakil Presiden RI;
Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I,II,III,IV.
Disisi lain ada juga ahli yang berpendapat tentang pelaksanaaan demokrasi di Indonesia
yaitu menurut Azyumardi Azzra (2000: 130-141) Perkembangan demokrasi di Indonesia dari
segi waktu dapat dibagi dalam empat periode, yaitu :
1) Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer.
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem
parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini
kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-
Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan
memuaskan di beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950,
badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional
head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.

2) Periode 1959-1965 (Orde Lama) Demokrasi Terpimpin.


Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi terpimpin. Dalam
demokrasi terpimpin ditandai oleh tindakan yang menyimpang dari atau menyeleweng
terhadap ketentuan Undangundang Dasar. Dan didalam demokrasi terpimpin terdapat ciri-ciri
yaitu adanya dominasi dari Presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya
pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit Presiden
5 Juli dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik
melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Misalnya berdasarkan ketetapan MPRS No.
III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Selain itu, terjadi
penyelewengan dibidang perundang-undangan dimana pelbagai tindakan pemerintah
dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (Penpres) yang memakai Dekrit 5 Juli sebagai
sumber hukum, dan sebagainya.
3) Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila.
Demokrasi pada masa ini dinamakan demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila
dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tataran
praksis atau penerapan. Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat
tidak memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde
Baru ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan
keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah
dalam persoalan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara,
dan inkorporasi lembaga nonpemerintah
4) Periode 1998-sekarang ( Reformasi ).
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei
1998. Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie.
Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat
terhadap pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim
tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi
merupakan fase krusial yang kritis karena dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah
demokrasi akan dibangun.
Konstitusi Indonesia, UUD 1945, menjelaskan bahwa Indonesia adalah sebuah negara
demokrasi. Presiden dalam menjalankan kepemimpinannya harus memberikan
pertanggungjawaban kepada MPR sebagai wakil rakyat. Oleh karena itu secara hierachy
rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi melalui sistem perwakilan dengan cara
pemilihan umum. Pada era Presiden Soekarno, Indonesia sempat menganut demokrasi
terpimpin tahun 1956. Indonesia juga pernah menggunakan demokrasi semu(demokrasi
pancasila) pada era Presiden Soeherto hingga tahun 1998 ketika Era Soeharto digulingkan
oleh gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa yang telah memakan banyak sekali harta dan
nyawa dibayar dengan senyum gembira dan rasa syukur ketika Presiden Soeharto
mengumumkan "berhenti sebagai Presiden Indonesua" pada 21 Mei 1998. Setelah era
Seoharto berakhir Indonesia kembali menjadi negara yang benar-benar demokratis mulai saat
itu. Pemilu demokratis yang diselenggarakan tahun 1999 dimenangkan oleh Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Pada tahun 2004 untuk pertama kali Bangsa Indonesia menyelenggarakan Pemilihan
Umum Presiden. Ini adalah sejarah baru dalam kehidupan demokrasi Indonesia
C. SOAL LATIHAN / TUGAS
1. Jelaskan pendapat Saudara, kapan sebuah Negara dikatakan demokratis ? dan apa
yang harus Saudara lakukan jika Saudara menjumpai prinsip-prinsip dan parameter
demokrasi belum sempurna!
2. Bagaimana perkembangan demokrasi di era reformasi !
3. Jelaskan pengertian demokrasi secara terminology !

D. DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Prof.Dr.Hamid. 2013. Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.


Bandung: Alfabeta.

Taniredja, Prof.Dr.H.Tukiran. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Rahayu, Minto. Pendidikan Kewarganegaraan, Perjuangan menghidupi jati diri Bangsa.


Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai