Anda di halaman 1dari 13

ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Mata Kuliah : ETIKA PROFESI AKUNTANSI


Dosen Pengampu : NOVI AKHSANI S.E, M.Ak.

Di Susun Oleh :

1. Aditya Noerhadi : 171011201726 5. Akmalludin Umami :171011201695


2. Alfiera Damayanti : 171011200560 6. Wahyu Desi Wijayanti :171011201731
3. Mahlia :171011201764 7. Wahyu Mustika Prassetio :171011202353
4. Maria Avelina Velin :171011202177 8. Yolanda Erfina Angeliyana :171011201867
9. Yulia M Wijaya :2015121368

Program Studi S1 Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Pamulang
2018

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 1
BAB I .............................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 3
1.4 Kegunaan Penulisan .............................................................................................................. 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
2.1 Kronologi Kasus ................................................................................................................... 4
2.2 Pelaku Yang Terlibat ............................................................................................................ 8
2.3 Etika Atau Pelanggaran Yang Dilakukan ............................................................................. 9
2.4 Sanksi .................................................................................................................................. 10
BAB III ......................................................................................................................................... 12
PENUTUP..................................................................................................................................... 12

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius
Amin Sutanto (Vincent) berusaha mencuri uang perusahaan AAG dengan membobol brankas
PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006.
Vincent saat itu menjabat sebagai group financial controller di PT AAG – yang mengetahui
seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan ke
Polda Metro Jaya. Selanjutnya, kasus ini diproses hukum hingga akhirnya MA
memutuskan Suwir Laut bersalah dan 14 perusahaan yang tergabung dalam AAG turut
dihukum dengan membayar pajak terhutang Rp. 1.259.977.695.652 dan hukuman denda 2
kali pajak terhutang, yaitu sebesar Rp 2,5 triliun.
Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari pemberitaan
investigatif Tempo baik koran maupun majalah dan pengungkapan dari Vincent. Dalam
konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi perkara tersebut tergolong perkara kakap,
mestinya dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai whistle blower (tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan kekurangan
yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain, berkaitan dengan
kecurangan yang merugikan perusahaan sendiri maupun pihak lain). Kenyataannya, Vincent
didakwa dengan pasal-pasal tentang pencucian uang – karena memang dia, bersama rekannya,
sempat mencoba mencairkan uang PT AAG. Bahkan Vincent telah divonis dan dihukum 11
tahun penjara pada 3 April 2008 akan tetapi, bebas bersyarat pada 11 januari 2013 karena
dinyatakan sebagai justice collaborator (istilah untuk narapidana yang bekerjasama dengan
aparat penegak hukum, mengungkapkan kejahatan yang lebih besar). Sementara itu, pesan
pendek (SMS) Metta Dharmasaputra – wartawan Tempo disadap aparat penegak hukum,
print-out-nya beredar di kalangan pers. Pemberitaan investigatif Metta Dharmasaputra dan
komunikasinya dengan Vincent sempat menjadi urusan Dewan Pers, bahkan nyaris diproses
secara pidana.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Kronologis masalah
2. Pelaku yang terlibat
3. Etika/ Pelanggaran yang dilakukan
4. Sanksi
5. Rekomendasi

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mempermudah tercapainya arah serta sasaran yang di harapkan bagi pembaca, maka
penyusun merumuskan beberapa tujuan yang hendak dicapai.

1.4 Kegunaan Penulisan


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis
1. Kegunaan Secara Teoretis
Melalui penelitian ini diharapkan akan mendapat gambaran yang nyata tentang pengaruh
pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga secara teoretis bahwa hasil penelitian ini akan
memberi sumbangan pengetahuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
2. Kegunaan Secara Praktis
Kegunaan penelitian secara praktis dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya untuk
meningkatkan wawasan penulis dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian yang
berkaian dengan kasus PT. Asian Agri Group dan pertumbuhan ekonomi, serta bagi para
pembaca pada umumnya untuk mempelajari dari kasus yg telah disampaikan oleh penulis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Kasus


Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius
Amin Sutanto (Vincent) berusaha mencuri uang perusahaan AAG dengan membobol brankas
PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006.
Vincent saat itu menjabat sebagai group financial controller di PT AAG yang mengetahui
seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan ke
Polda Metro Jaya. Vincent kabur ke Singapura dengan membawa sejumlah dokumen penting
perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan komunikasi antara Vincent dan
wartawan Tempo.
Pada tanggal 1 Desember 2006 Vincent sengaja datang ke KPK untuk membeberkan
permasalahan keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan
data digital.Salah satu dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border
Tax Planning (Under Pricing of Export Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini
memuat semua persiapan transfer pricing PT AAG233 secara terperinci dan membeberkan
penyimpangan pajak yang dilakukan PT AAG.
Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan menyerahkan
permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak – karena memang permasalahan PT AAG tersebut
terkait erat dengan perpajakan.Direktur Jendral Pajak Darmin Nasution, kemudian membentuk
tim khusus yang terdiri atas pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung.
Tim khusus tersebut melakukan serangkaian penyelidikan – termasuk penggeledahan
terhadap kantor PT AAG, baik yang di Jakarta maupun di Medan. Kemudian, penyidik
menemukan pelanggaran administrasi sekaligus pelanggaran pidana yang dilakukan Suwir
Laut dan lainnya.

4
Selanjutnya, kasus ini diproses hukum hingga akhirnya MA memutuskan Suwir
Laut bersalah dan 14 perusahaan yang tergabung dalam AAG turut dihukum dengan
membayar pajak terhutang Rp. 1.259.977.695.652 dan hukuman denda 2 kali pajak terhutang,
yaitu sebesar Rp 2,5 triliun.

Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari pemberitaan
investigatif Tempo baik koran maupun majalah dan pengungkapan dari Vincent. Dalam
konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi perkara tersebut tergolong perkara kakap,
mestinya dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai whistle blower (tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan kekurangan
yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain, berkaitan dengan
kecurangan yang merugikan perusahaan sendiri maupun pihak lain). Kenyataannya,
Vincent didakwa dengan pasal-pasal tentang pencucian uang karena memang dia bersama
rekannya sempat mencoba mencairkan uang PT AAG. Bahkan Vincent telah divonis dan
dihukum 11 tahun penjara pada 3 April 2008 akan tetapi, bebas bersyarat pada 11 januari
2013 karena dinyatakan sebagai justice collaborator (istilah untuk narapidana yang
bekerjasama dengan aparat penegak hukum, mengungkapkan kejahatan yang lebih besar).
Sementara itu, pesan pendek Metta Dharmasaputra wartawan tempo disadap aparat
penegak hukum, print-out-nya beredar di kalangan pers. Pemberitaan investigatif Metta
Dharmasaputra dan komunikasinya dengan Vincent sempat menjadi urusan Dewan Pers,
bahkan nyaris diproses secara pidana.

5
KRONOLOGIS JALINAN KOMUNIKASI ANTARA VINCENT DAN WARTAWAN TEMPO
:

• 13 November 2006 : Bermula dari aksi Vincentius Amin Sutanto (Vincent) membobol
brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$ 3,1 juta (Vincent saat itu menjabat
sebagai group financial controller di PT AAG – yang mengetahui seluk-beluk
keuangannya).
• 24 November 2006 : Kontak pertama kali Tempo dengan Vincentius A. Sutanto lewat
internet. Vincent mengaku memiliki dokumen penggelapan pajak Asian Agri. Chatting
juga dilakukan dengan dua media lain, termasuk majalah Trust.
 28-30 November 2006 : Tempo ke Singapura menemui Vincent—sebelumnya bertemu
dengan wartawan Trust. Ia sempat berencana bunuh diri dan akan menyerahkan diri
kepolisi Singapura, karena merasa di Indonesia keselamatannya terancam. Juru Bicara
RGM, Tjandra Putra, mengontak saya di Singapura, mengundang untuk bertemu.
 1 Desember 2006 : Vincent mulai membeberkan dugaan manipulasi pajak dan suap Asian
Agri kepada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dengan harapan ada perlindungan
saksi oleh KPK. Di Jakarta, RGM mengundang wartawan, menyatakan Vincent buronan
Polda (Bisnis Indonesia, 2 Desember 2006).
 2 Desember 2006 : Vincent mendapat ancaman dari private investigator di Singapura (Mr.
Goh) untuk segera menyerahkan diri.
 3 Desember 2006 : Vincent kembali ke Jakarta, dijemput oleh KPK untuk melanjutkan
pelaporan indikasi manipulasi dan suap pajak.
 11 Desember 2006 : Diantar KPK, Vincent menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya
(diterima AKBP Aris Munandar).
 Awal Januari 2007 : Keluarga Vincent meminta perlindungan Komnas HAM dan Komnas
Anak.
 15 Jan 2007 : Cover story Tempo soal dugaan manipulasi pajak Asian Agri.

6
 19 Januari 2007 : Tim gabungan Direktorat Jenderal Pajak dan KPK melakukan
pemeriksaan di kantor Asian Agri di Jakarta dan Medan (diliput media massa). Sebagian
besar dokumen diduga telah dipindahkan.
 Pertengahan April 2007 : Vincent dipindahkan ke penjara Salemba. Menerima sejumlah
ancaman dan teror.
 14 Mei 2007 : Dirjen Pajak Darmin Nasution mengumumkan kepada pers telah
menemukan bukti awal pidana pajak Asian Agri dengan kerugian negara Rp 786 miliar.
Lima direksi ditetapkan sebagai tersangka.
 15 Mei 2007 : Tim intelijen dan investigasi Ditjen Pajak mendapatkan 9 truk dokumen
Asian Agri yang disembunyikan di kompleks pertokoan Duta Merlin, Jakarta Pusat.
Vincent mulai diadili, dijerat pasal pencucian uang dengan tuntutan 12 tahun penjara.
 9 Agustus 2007 : Vincent divonis 11 tahun penjara, dianggap terbukti melakukan
pencucian uang.
 19 Agustus 2007 : Kasat II/Fismondev Polda Metro Jaya, Aris Munandar, menyatakan
meski Vincent sudah divonis, pengusutan diteruskan untuk mencari otak pembobolan.
 27-28 Agustus 2007 : Sejumlah media menyebutkan, menurut sumber di Polda, terdapat
seorang pengusaha berinisial E dan wartawan M di balik perbuatan Vincent. Diberitakan
juga M ditunggu kesaksiannya, tapi belum datang. Berita bahkan menyebut nama Meta
Dharma S. Seluruh pemberitaan tanpa konfirmasi. Livina Sutanto, adik Vincent, menerima
surat panggilan dari Polda untuk diminta keterangannya sebagai saksi kasus pencucian
uang pada 3 September.
 29 Agustus 2007 : Surat No. Pol/Spgl/3002/VIII/2007/Ditsersekrimsus untuk pemanggilan
saya pada 14 Agustus telah beredar di media massa, berikut print-out SMS Telkom Flexi.
Aris Munandar semula membantah menandatangani surat panggilan, belakangan
membenarkan. Tapi, kata dia, surat belum dikirim dan tidak tahu mengapa banyak media
sudah mengetahui.
 3 September 2007 : Surat panggilan Polda No. Spgl/3301/IX/2007/Ditreskrimsus yang
ditandatangani Aris Munandar, dikirimkan ke rumah. Meminta saya sebagai karyawan
swasta memberi keterangan sebagai saksi berkaitan dengan pelarian Vincent Jakarta-
Singapura.

7
 4 September 2007 : Berita pemanggilan saya kembali diberitakan sejumlah media. Sebuah
majalah mengutip sumber di Polda, memberitakan seorang pengusaha dan wartawan di
balik pelarian Vincent. Aris Munandar menyatakan bukti diperoleh dari rekaman
komunikasi sang pengusaha dengan wartawan.
 5 September 2007 : Direktur Compliance & Risk Management Telkom, Prasetio, dalam
suratnya menyatakan telah menerima permintaan resmi dari Penegak Hukum untuk
mengeluarkan print-out SMS. Namun, kepada Tempo, Polda menyatakan pemanggilan
saya bukan didasarkan pada SMS, tapi chatting dengan Vincent saat dalam pelarian.
Setiyardi Negara atas nama Forum Keluarga Alumni Tempo menggelar Diskusi
Independensi Media di Era Pers Bebas: Kasus Tempo vs RGM di Gedung Joeang' 45,
Jakarta, dengan pembicara Martin Aleida dan Arsad Abdul Malkan.
 5-6 September 2007 : Sejumlah media memuat berita diskusi tersebut, tanpa konfirmasi.
 7 September 2007 : Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Toriq Hadad, kepada Detik.com
menyatakan peliputan kasus Asian Agri telah memenuhi kaidah jurnalistik. Asian Agri
mengeluarkan siaran pers yang ditandatangani oleh Rudy Victor Sinaga, Corporate
Communication Manager Asian Agri mempertanyakan sikap Tempo dengan mengutip
sejumlah pemberitaan media.

2.2 Pelaku Yang Terlibat


Adapun beberapa pelaku yang terlibat dalam kasus tersebut diantaranya;

 Vincentius Amin Sutanto (Vincent) sebagai group financial controller, yang mengetahui
seluk beluk keuangan perusahaan.

 Sukanto Tanoto sebagai pemilik perusahaann PT. AAG.

 Suwir laut, dan 8 orang tersangka yang masing-masing berinisial ; ST, WT, LA, TBK,
AN, EL, LBH, dan SL.

 Metta Dharmasaputra sebagai wartawan tempo yang melakukan komunikasi dengan


Vincent.

8
2.3 Etika Atau Pelanggaran Yang Dilakukan
Kode Etik yang dilanggar dalam kasus tersebut yaitu :

 Tanggung Jawab Profesi,


Berdasarkan kasus tersebut, Vincent melanggar prinsip ini karena kegiatan menyimpang
yang dilakukan Vincent tidak didasari dengan pertimbangan moral dan tidak profesional.
Mencuri brankas perusahaan. Selain itu, berdasarkan kasus PT. AAG dikarenakan
penyimpangan yang telah perusahaan lakukan dengan tidak melaksanakan tanggung jawab
dalam pembayaran pajak yang seharusnya dibayarkan kepada negara.
 Kepentingan Publik,
Disini PT. Asian Agri tidak mementingkan kepentingan publik melainkan kepentingan
Negara, karena PT. AAG lebih mementingkan perusahaannya beserta anak perusahaannya
untuk mengambil keuntungan dengan tidak membayarkan pajak selama 4 tahun tersebut.
 Standar Teknis,
Setiap perusahaan harus melakukan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar professional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati.
Perusahaan harus mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan sesuai dengan
standar teknis selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas. Beberapa penyimpangannya antara lain; menjual produk kepada perusahaan
afiliasi Asian Agri diluar negeri dengan harga yang sangat rendah, sehingga perusahaan
tiak membayar pajak sesuai dengan yang ditentukan oleh Dirjen Pajak. Dan pada
perhitungan laporan laba rugi yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.

9
2.4 Sanksi
Menurut UU pajak sanksi dibagi menjadi dua yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Sanksi administrasi adalah sanksi berupa denda, bunga, dan sanksi kenaikan. Sanksi pidana
adalah sanksi berupa kurungan dan penjara.
Mahkamah Agung (MA) menghukum Asian Agri, perusahaan perkebunan kelapa sawit
milik Sukanto Tanoto bayar denda Rp 2,5 triliun atas kasus penggelapan pajak. Putusan
perkara penggelapan pajak diputuskan sebagai corporate liability (pertanggungjawaban
kolektive) yaitu Fucarious Liability (Perusahaan bertanggung jawab atas perbuatan pidana
karyawannya).
Penggelapan yang dilakukan PT Asian Agri Group dan 14 perusahaan yang tergabung
adalah :
1. PT. Dasa Anugrah Sejati
2. PT. Raja Garuda Mas Sejati
3. PT. Saudara Sejati Luhur
4. PT. Indo Sepadan Jaya
5. PT. Nusa Pusaka Kencana
6. PT. Andalas Intiagro Lestari
7. PT. Tunggal Yunus Estate
8. PT. Rigunas Agri Utama
9. PT. Rantau Sinar Karsa
10. PT. Sispra Matra Abadi
11. PT. Mitra Unggul Pusaka
12. PT. Hari Sawit Jaya
13. PT. Inti Indosawit Subur
14. PT. Gunung Melayu

PT asian agri group dikenai sanksi pidana oleh MA berupa denda pajak sebesar 2,5 triliun
dalam kasus penggelapan pajak dengan terdakwa Manager pajak Asian agri berdasarkan
keputusan Mahkamah Agung (MA) No 2239.K/PID.SUS/2012 tanggal 18 Desember 2012
yaitu suwir laut yang divonis 2 tahun dengan masa percobaan 3 tahun karena memasukkan
data pajak yang tidak sebenarnya (self assesment) melanggar prinsip hukum pajak yaitu

10
memenuhi kewajiban membayar pajak dengan melaporkan secara jujur sendiri kewajiban
hutang pajaknya (terdakwa mengisi data palsu kewajiban perusahaan). Sehingga berturut-turut
selama 4 tahun sejumlah 16 perusahaan tidak/kurang membayar kewajiban pajak yg
sebenarnya.
Sebelumnya, kasus penggelapan pajak perkebunan kelapa sawit milik Tanoto Sukanto ini
dibongkar oleh Mantan Group Financial Controller Asian Agri, Vincentius Amin Sutanto.
Akibat kasus penggelapan pajak ini, Negara dirugikan senilai Rp. 1.259.977.695.652,- (satu
trilyun dua ratus lima puluh Sembilan milyar sembilan ratus tujuh puluh tujuh juta enam ratus
sembilan puluh lima ribu enam ratus lima puluh dua rupiah). Dan perusahaan yang bergabung
dengan AAG group harus membayar senilai 2 x Rp 1.259.977.695.652 = 2.519.955.391.304.
Sedangkan Direktorat jenderal Pajak akan menagih kekurangan pajak sebesar RP. 1,25
triliun selama 2002 - 2005 dengan dendanya sebesar 1,9 triliun. Adapun rincian tagihan pajak
terhadap tunggakan pajak asain agri adalah :
Pokok pajak RP. 1,295 triliun
Sanksi pajak Rp. 653,4 miliar
Total 1,913 triliun.
PT Asian agri Group sempat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak namun, menurut
Dirjen Pajak Fuad Rahmany setelah dalam proses hukum selama 6 tahun, MA memutuskan
Asian Agri kalah, dan harus membayar dendanya sebesar Rp 2,5 triliun atau 200% dari pokok
tunggakan pajaknya.

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kasus Asian Agri adalah cermin sempurna bagi penegak hukum kita. Dari situ tergambar, sebagian
dari mereka tidak sungguh-sungguh menegakkan keadilan, malah berusaha menyiasati hukum
dengan segala cara. Tujuannya boleh jadi buat melindungi orang kaya yang diduga melakukan
kejahatan. Dan kalau perlu dilakukan dengan cara mengorbankan orang yang lemah. Persepsi itu
muncul setelah petugas Kepolisian Daerah Metro Jaya bersentuhan dengan kasus dugaan
penggelapan pajak Asian Agri, salah satu perusahaan milik taipan super kaya, Sukanto Tanoto.
Kejahatan ini diperkirakan merugikan negara Rp 786 miliar. Polisi amat bersemangat mengusut
Vincentius Amin Sutanto, bekas pengontrol keuangan perusahaan itu, hingga akhirnya dihukum
11 tahun penjara pada Agustus lalu. Padahal justru dialah yang membongkar dugaan penggelapan
pajak dan money laundering oleh Asian Agri.

SARAN

Pemerintah mestinya berterima kasih kepada mereka. Dugaan penggelapan pajak itu bukannya
mengada-ada. Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan anggota direksi Asian Agri sebagai
tersangka kasus pidana pajak. Jika kasus ini segera ditangani dengan tuntas, amat besar uang
negara yang bisa diselamatkan.Upaya ini juga akan mencegah pengusaha lain melakukan
penyelewengan serupa, sehingga tujuan pemerintah mendongkrak penerimaan pajak
tercapai.Tidak sewajarnya polisi mengkhianati program pemerintah. Mereka seharusnya segera
mengusut pula dugaan pencucian uang yang dilakukan Asian Agri. Perusahaan ini diduga
menyembunyikan hasil "penghematan" pajak ke berbagai bank di luar negeri. Inilah yang mestinya
diprioritaskan dibanding membidik orang yang justru membantu membongkar dugaan
penggelapan pajak.

12

Anda mungkin juga menyukai