Anda di halaman 1dari 5

Modul Sosiologi Ekonomi

PERTEMUAN 4:
KONSUMSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian konsumsi, pandangan
para tokoh sosiologi tentang konsumsi; fokus kajian sosiologi tentang
konsumsi, serta budaya dan konsumsi pada masyarakat pra kapitalis.
Setelah mempelajari modul perkuliahan ini, Anda harus mampu:
4.1. Mengidentifikasi pengertian konsumsi.
4.2. Memetakan pandangan para tokoh sosiologi tentang konsumsi
4.3. Memetakan fokus kajian sosiologi tentang konsumsi
4.4. Mengidentifikasi budaya dan konsumsi pada masyaraat pra kapitalis

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 4.1:
Pengertian Konsumsi

Salah seorang sosiolog yang merumuskan definisi konsumsi adalah Don


Slater. Menurut Don Slater (1997), konsumsi adalah bagaimana manusia dan aktor
sosial dengan kebutuhan yang dimilikinya berhubungan dengan sesuatu (dalam hal
ini material, barang simbol, jasa/pengalaman) yang dapat memuaskan mereka.
Berhubungan dengan sesuatu yang dapat memuaskan mereka dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti menikmati, menonton, melihat, menghabiskan,
mendengar, memperhatikan dan lain sebagainya. Jadi, pengertian konsumsi menurut
Slater tersebut sesuai dengan istilah mengkonsumsi, seperti yang dikutip
Featherstone (2001) dari Raymond Williams, sebagai; merusak (to destroy),
memakai (to use), membuang (to waste), dan menghabiskan (to exhaust).
Dalam ruang lingkup ekonomi konvensional, pengertian konsumsi merujuk
pada suatu aktifitas melakukan konsumsi yang dapat berarti memakai,
menggunakan, atau memanfaatkan suatu barang atau jasa.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 29


Modul Sosiologi Ekonomi

Tujuan Pembelajaran 4.2:


Pandangan Para Tokoh Sosiologi Tentang Konsumsi

Berikut ini akan diuraikan pandangan tokoh (peletak dasar sosiologi) yaitu
Karl Marx, Emile Durkheim dan Max Weber mengenai konsumsi.

a. Karl Marx (1818-1883)


Menurut George Ritzer (2004), Karl Marx ternyata banyak membahas
mengenai konsumsi, khususnya dalam karyanya tentang komoditas. Dalam
membahas komoditas, Marx membedakan antara alat-alat produksi (means of
production) dan alat-alat konsumsi (means of consumption). Perbedaan
tersebut tergantung pada apakah kegiatan itu berhubungan dengan produksi
atau tidak. Karena itu, Marx mendefinisikan alat-alat produksi (means of
production) sebagai komoditas yang memiliki suatu bentuk di mana
komoditas memasuki konsumsi produktif (1884/1891;471). Sedangkan alat-
alat konsumsi (means of consumption) didefinisikan sebagai “komoditas yang
memiliki suatu bentuk di mana komoditas itu memasuki konsumsi individual
dari kelas kapitalis dan pekerja” (1884/1891:471).
Marx membedakan jenis konsumsi menjadi dua bentuk yaitu
konsumsi subsistensi dan konsumsi mewah. Konsumsi subsistensi merupakan
alat-alat konsumsi yang diperlukan atau yang memasuki konsumsi kelas
pekerja, seperti sandang, pangan dan papan. Sementara konsumsi mewah
adalah alat-alat konsumsi mewah (luxury means of consumption), yang hanya
memasuki konsumsi kelas kapitalis, yang dapat dipertukarkan hanya untuk
pengeluaran dari nilai surplus, yang tidak diberikan kepada pekerja.
Contohnya adalah konsumsi mobil mewah, rumah mewah, dan lain-lain yang
hanya bisa dinikmati oleh kalangan kapitalis.

b. Emile Durkheim (1858-1917)


Sumbangan pemikiran Emile Durkheim tentang konsumsi juga bisa
ditelusuri dari karyanya The Divsion of labor in Society. Dalam buku tersebut,
Durkheim mencoba menjawab tentang apa yang mempersatukan masyarakat.
Menurutnya, masyarakat terintegrasi karena adanya kesadaran kolektif (collective

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 30


Modul Sosiologi Ekonomi

consciousness), yaitu totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen


bersama (1964:79). Ia merupakan suatu solidaritas yang tergantung pada individu-
individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan-
kepercayaan dan pola normatif yang sama pula.
Dalam konteks konsumsi, masyarakat dengan solidaritas mekanik
sebagaimana terdapat di pedesaan, cenderung memiliki pola seragam. Kesadaran
kolektif dalam masyarakat berlandaskan solidaritas mekanik menuntun anggotanya
untuk melakukan konsumsi yang tidak berbeda antara satu sama lain, seragam dalam
cara dan pola konsumsi seperti pola pangan, sandang dan papan/perumahan.
Sementara itu, masyarakat dengan solidaritas organik, memiliki pola
konsumsi yang cenderung berbeda atau tidak seragam antara satu dengan yang lain.
Kesadaran kolektif pada masyarakat berbasiskan solidaritas organik telah mengalami
transformasi ke dalam suatu solidaritas yang diikat oleh pembagian kerja sehingga
intensitas kesadaran kolektif hanya mencakup kalangan masyarakat terbatas yang
berada pada jangkauan ruang kesadaran kolektif itu saja (Damsar, 2009;117).

c. Max Weber (1864-1920)


Dalam Economy & Society, Weber menyatakan bahwa tindakan konsumsi
dapat dikatakan sebagai tindakan sosial sejauh tindakan tersebut memperhatikan
tingkah laku dari individu lain, dan oleh karena itu diarahkan pada tujuan tertentu
(Weber, 1922/2978:4). Sedangkan tindakan sosial itu sendiri menurut Weber terdiri
dari; pertama, zweckrationalitat/instrumentally rational action/tindakan rasional
instrumental yaitu tindakan yang berdasarkan pertimbangan yang sadar terhadap
tujuan tindakan dan pilihan dari alat yang dipergunakan. Kedua,
wertrationalitat/value rational action/tindakan rasional nilai, yaitu suatu tindakan di
mana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan nilai absolut dan akhir bagi
individu. Ketiga, affectual type/tindakan afektif, yaitu suatu tindakan yang didominasi
perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar seperti
cinta, marah, suka atau duka. Keempat, tindakan tradisional, yaitu tindakan yang
dikarenakan kebiasan atau tradisi.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 31


Modul Sosiologi Ekonomi

Tujuan Pembelajaran 4.3:


Fokus Kajian Sosiologi Tentang Konsumsi

Fenomena-fenomena yang termasuk dalam konsumsi adalah seperti diuraikan


dalam tabel berikut.
Tabel 4.1. Fenomena Konsumsi
Masyarakat Konsumsi
Budaya dan Konsumsi
Perilaku Konsumen
Waktu Luang
Gaya Hidup
Fashion
Pariwara
Belanja, Sandang, Pangan, Minuman, dan Rumah
Turisme
Ideologi Konsumsi (Liberal, Kapitalis, Komunis, Islam)
Politik Konsumsi
Konsumsi dan Mobilita Sosial
Konsumsi dan Perubahan Sosial
Sumber : Damsar, (2009; 125)

Tujuan Pembelajaran 4.4:


Budaya dan Konsumsi Pada Masyarakat Pra Kapitalis

Konsumsi, di manapun selalu dipandang sebagai budaya (Don


Slater;1997). Dengan menggunakan argumentasi Slater tersebut, maka dapat
dikatakan konsumsi pada masyarakat pra kapitalis merupakan suatu proses
budaya. Konsumsi benda-benda tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan
fisik biologis semata, tetapi juga berkait dengan manfaat benda-benda atau
objek-objek secara sosial budaya (Lee, 2006: Lury,1998; dan Featherson,
2001).

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 32


Modul Sosiologi Ekonomi

Menurut Lury, kehidupan sosial memerlukan benda-benda; karena


melalui perolehan, penggunaan, dan pertukaran benda-benda, individu-individu
kemudian memiliki kehidupan sosial (Lury,1998;16). Dalam kaitannya dengan
pendapat Lury tersebut, terdapat beberapa pemaknaan atas konsumsi benda-
benda tersebut dalam masyarakat pra kapitalis dan pasca kapitalis, yaitu:
1. Konsumsi sebagai pembeda antara kehidupan yang profan dan
sakral. Contoh: keranjang kecil berisi buah yang diletakkan di
atas meja vs di bawah pohon beringin yang angker; panen ikan
dalam jangka waktu tertentu.
2. Konsumsi sebagai identitas. Identitas adalah suatu pernyataan
tentang diri, terkait dengan ruang dan waktu. Contoh; perempuan
memakai lipstik, dll.
3. Konsumsi sebagai stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial adalah
penggolongan individu secara vertikal berdasarkan status yang
dimiliki. Contoh: makan makanan McD, KFC, dll.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan mengenai pengertian konsumsi.
2. Jelaskan pandangan para tokoh sosiologi tentang konsumsi
3. Jelaskan fokus kajian sosiologi tentang konsumsi

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku

Damsar. (2009). Pengantar Sosiologi Ekonomi, (ed.kedua), Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 33

Anda mungkin juga menyukai