Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 2

1. Aisyiyah Mauliana Dwi (A1J321001)

2. Ghea Ardita (A1J321007)

3. Nur Nabila Adelia (A1J321016)

4. Alvin Afriyanto (A1J321017)

5. Afwan Habibullah (A1J321019)

6. Enjel Saulina Purba (A1J321022)

7. Eva Karolina Gultom (A1J321026)

8. Ade Nurliana Panjaitan (A1J321027)

SOCIAL and POLITIC ISSUES

1. Social System Theory

Menurut Durkheim, ilmu sosial bisa diterapkan pada masalah penetapan Kembali
tatanan sosial yang berada di ambang revolusioner abad ke-18 dan efek yang merugikan
masyarakat dari industrialisasi. Terdapat beberapa teori sosial yang dikemukakan oleh
Durkheim, yaitu :

1. Teori Fakta Sosial


Durkheim menekankan jika tugas sosiologi yaitu untuk mempelajari apa yang
disebut sebagia fakta sosial. Fakta sosial ini didefinisikan sebagai cara-cara bertindak,
berpikir dan merasa. Sehingga, fakta inilah yang akan menjadi pengaruh dari setiap
Tindakan, pikiran, dan rasa dari individu. Fakta sosial merupakan cara bertingkah laku
yang umum dalam suatu masyarakat, yang dimana pada waktu bersamaan tidak
tergantung pada manifestasi individualnya. Durkheim juga memiliki pandangan jika
fakta sosial jauh lebih fundamental dibandingkan dengan fakta individu. Menurutnya,
individu harus dijelaskan melalui masyarakat bukannya hanya dengan
mempertimbangkan dari faktor bioligis, psikologis, atau kepentingan pribadi.
Dalam bukunya yang berjudul The Rules of Sociological Method, Durkheim
menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat dua tipe fakta sosial yang memiliki
pengaruh dalam masyarakat, yaitu material dan non material. Dalam hal ini, Durkheim
lebih memperhatikan pada fakta sosial non material seperti kultur dan institusi sosial.
Jenis yang termasuk dalam fakta non material adalah moralitas, kesadaran kolektif,
representasi kolektif, arus sosial, dan pikiran sosial.
2. Teori Solidaritas Sosial
Dalam teori ini, solidaritas menjadi bagian yang penting dalam hubungan
individu dengan masyarakat. Durkheim membedakan dua tipe solidaritas, yaitu :
A. Solidaritas Mekanis
Solidaritas ini merupakan bentuk yang didasarkan pada suatu kesadaran kolektif
yang dimiliki individu yang memiliki sifat dan pola normatif yang sama. Ciri dari
solidaritas ini adalah tingkat homogenitas individu yang tinggi dengan
ketergantungan antar individu yang sangat rendah.
B. Solidaritas Organis
Solidaritas ini didasarkan pada tingkat ketergantungan yang tinggi akibat dari
beragamnya pembagian kerja yang kemudian memunculkan spesialisasi pekerjaan.

Dari kedua tipe solidaritas ini memiliki perbedaan seperti, masyarakat


solidaritas mekanik cenderung Bersatu dan leih bersifat komunal. Sedangkan
masyarakat organik, masing-masing melakukan kegiatan dengan pembagian kerja
yang kemudian memiliki perbedaan tugas dan tanggung jawabnya.
3. Teori tentang Agama
Dasar pendapat Durkheim ini adalah agama yang merupakan perwujudan dari
Collectie Consciouness sekalipun selalu terdapat perwujudan-perwujudan lainnya.
Tuhan dianggap sebagai symbol dari masyarakat itu sendiri yang berasal dari Collective
Consciouness menjadi Collective Representation.
4. Teori Bunuh Diri
Durkheim berasumsi jika fakta sosial menjadi latar belakang adanya suatu
fenomena bunuh diri dan juga sebab suatu kelompok memiliki angka bunuh diri yang
lebih tinggi. Durkheim juga membagi tipe bunuh diri menjadi empat macam, yaitu :
a. Bunuh Diri Egoistis
Hal ini bisa diemukan dalam masyarakat dimana individu tidak berinteraksi dengan
baik dalam suatu unit sosial yang luas, yang kemudian ini mengakibatkan individu
tersebut memiliki perasaan bukan bagian dari masyarakat, dan masyarakat itu juga
bukan bagian dari sang individu.
b. Bunuh Diri Altruistis
Bunuh diri ini akibat dari ketergantungan terhadap kepercayaan akan adanya
sesuatu yang indah setelah hidup di dunia. Sehingga,mengakibatkan seseorang
melakukan bunuh diri.
c. Bunuh Diri Anomic
Bunuh diri ini terjadi akibat dari regulasi masyarakat yang terggangu, sehingga
membuat individu merasa tidak puas karena control terhadap nafsu yang lemah.
d. Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi akibat dari regulasi yang meningkat. Durkheim
menggambarkan hal ini seperti seseorang yang masa depannya sudah tertutup.

Teori Sosial Durkheim dalam Kerangka Sosiologi Pendidikan


1. Fungsi Pendidikan
Durkheim memberi perspektif Pendidikan sebagai satu kesatuan utuh dari
masyarkat secara keseluruhan. Pendidikan dipandang sebagai institusi yang
berfungsi sebagai “Baby-Sitting”, bertugas supaya masyarakat tidak memiliki
perilaku menyimpang. Pada masa sekarang para generasi muda membutuhkan
Pendidikan agar bsa mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan ditengah
masyarakat yang memiliki tata nilai tertentu.
2. Pendidikan : Solidaritas Sosial dan Pembagian Kerja
Seperti yang telah dijelaskan jika Durkheim membedakan solidaritas menjadi
dua, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Dari kedua solidaritas ini
memunculkan kebutuhan yang perlu spesialisasi. Masyarakat berubah dari
solidaritas mekanik yang berdasarkan ikatan tradisional, menuju solidaritas organik
yaitu masyarakat yang tumbuh berdasarkan pembagian kerja. Sehingga
menyebabkan individu merasa terisolasi, dan juga merasa tidak dibutuhkan lagi.
3. Pendidikan dan Kesadaran Kolektif (Moral dan Agama)
Kesadaran kolektif merupakan suatu consensus masyarakat yang mengatur
hubungan sosial di antara anggota masyarkat yang bersangkutan. Kesadaran
kolektif ini bisa berupa aturan moral, aturan agama, aturan tentang baik dan buruk,
luhur, dan mulia.
2. Marxisme

Marxisme sebuah paham yang berdasar pada pandangan pandangan Karl Marx, yang
berawal dari susunan sebuah teori dasar yang memiliki kaitan dengan sistem ekonomi, sistem
politik dan sistem sosial.

Filsafat karl marx yang bersumber pada filsafat klasik jerman, filsafat marxisme adalah
materialisme. Materialisme sangat berlawanan dengan filsafat idealisme, filsafat materialisme
pada umumnya berdasar pada ilmu revolusioner. Hal ini dilihat dengan jelas pada proses
perkembangan sejarahnya. Bentuk pertama dari filsafat materialisme yaitu :

a. Materialisme primitive
Yang dikemukaakan oleh filsuf Yunani Kuno pada 600 tahun sebelum masehi.
Materialisme pada masa itu sangat sederhana sesuai dengan tingkat perkembangan
masyarakat pada masa itu. Dapat kita ketahui pada masa itu di pesisir tenggara Yunani
ekonomi perdagangan mulai berkembang dan menggantikan ekonomi alamiah
b. Materialisme mekanik
Materialism ini sudah lebih maju sesuai dengan tingkat ilmu masyarakat pada masa itu.
Materialism modern ini Hadir sebagai senjata ideologi dalam perjuangannya melawan
klas feudal pada akhir abad ke-17 oleh karena itu materialism modern ini tumbuh dan
berkembang di Negara yang memiliki gelombang revolusi yang dengan menonjol
seperti Belanda, Inggris dan Perancis.

A. Sistem ekonomi politik


Berdasarkan ajaran marxisme ekonomi politik merupakan bukti hasil ilmiah
yang sudah tercapai oleh ilmu ekonomi politik pada abad 18 dan 19. Beberapa masalah
khusus dari kapitalisme dan sosialisme.
1. Produksi kekayaan materil adalah dasar kehidupan ( Eksistensi ) Masyarakat
Suatu masalah dapat menentukan sifat dari masyarakat. Timbulnya sistem
masyarakat kapitalis meningkatkan akar akar ekonomi kapitalis dan munculnya
klas buruh menjadi bukti penting sejarah terhadap perkembangan masyarakat.
Kekayaan materil diperlukan bagi kehidupan manusia yang menjadi pengaruh
diantaranya yaitu kondisi geografi, iklim, dan kepadatan penduduk.
2. Tenaga Produktif dan Hubungan Produksi Mayarakat
Proses ini berpengaruh pada kerja manusia, sasaran kerja dan alat kerja. Mereka
berproduksi dan bekerja sama dengan hubungan timbal balik. Hubungan
produksi yang meliputi bentuk-bentuk hak milik atas alat produksi : kedudukan
klas, golongan masyarakat. Proses produksi hanya dapat berlangsung jika antara
kaum buruh dengan kaum kapitalis terjadi hubungan produksi tertentu
berdasarkan penjualan tenaga kerja oleh kaum buruh kepada kapitalis. Proses
produksi yang memiliki tujuan untuk menghidupi dan memperkaya pemilik alat
produksi.
3. Hukum ekonomi umum perkembangan masyarakat, keobjektifan hukum
hukum ekonomi
Hukum ekonomi adalah hakikat dari gejala dan proses ekonomi yang bersifat
harus dan tetap yang memiliki hubungan sebab akibat dari suatu proses. Hukum
ini bersifat objektif.
4. Dasar dan bangunan –atas
Yang menjelaskan tentang bagaimana analisa terakhir cara produksi
menentukan segala aspek dari kehidupan sosial dan memperlihatkan hubungan
antara sosial dan ekonomi.
5. Watak klas dari ajaran ekonomi Marxis
Suatu ilmu sosial dan ilmu ekonomi politik bersifat sungguh ilmiah dan objektif.
Pada masa sekarang perkembangan masyarakat diseluruh dunia membebaskan
diri dari kapitalisme, dari ajaran marxisme ekonomi juga mendasarkan diri pada
pendirian klas buruh yang merupakan ajaran ilmiah dan objektif. Sejarah
gerakan buruh sedunia menjadikan bukti setiap orang dengan jujur
menginginkan serta memperjuangkan pembebasan manusia dari segala macam
penindasan dan dapat memahami marxisme dan mempergunakannya bagi
kemajuan masyarakat.
B. Sosialisme Ilmu
Dari sejarah timbulnya sosialisme dapat kita ketahui bahwa istilah sosialisme
adalah suatu aliran faham politik dan gerakan sosial yang mulai terjadi dalam gerakan
dan dipelopori oleh Robert Owen di Inggris pada abad ke 19, namun istilah ini diyakini
sebagai suatu angan angan masyarakat yang adil dan makmur. Dimana tidak adanya
tindasan antar manusia. Pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19 kapitalisme
berkembang pesat di eropa terutama di inggris dengan adanya mesin mesin uap dan
teknik modern dilapangan produksi. Pada masa ini seiring dengan berkembangnya
kapitalisme, gerakan klas proletar sudah berkembang pesat sehingga menjadi salah satu
kekuatan politik. Dengan ini lahirlah sosialisme ilmu yang merupakan salah satu
bagian dari marxisme.
Menurut ajaran marx perkembangan sejarah masyarakat tidak dipengaruhi oleh
faktor luar melainkan dari dalam diri masyarakatnya.
Pada tahun 1913, tulisan yang berjudul Nasib Sedjarah Adjaran Karl Marx, lenin secara
tajam telah memberikan penilaian dan kebenaran ajaran marx berdasarkan pengalaman
sejarah. Dalam penilaiannya dikemukakan bahwa ajaran marx mengalami pengujian
tiga masa sejarah yaitu :
1) Dari revolusi 1848 di eropa hingga komune paris 1871 pada masa yang penuh
dengan pergolakan dan revolusi ini telah dibuktikan bahwa hanya klas proletar
yang memiliki watak sosialis. Sosialisme ilmu marx semakin nyata dengan
berdirinya partai politik dan terbentuk internasionale pertama 1864-1872
2) Dari komune paris sampai pada revolusi rusia 1905, pada masa relative damai
kemenangan teoritis marxisme telah memaksa musuh musuhnya menyamar
sebagai kaum marxis dengan mengenakan pakaian oportunisme sosialis.
Sedangkan pada ajaran marx telah memperoleh kemenangan yang penuh
dibawah pimpinan tentara yang mempersiapkan untuk menghadapi
pertempuran yang mendatang.
3) Semenjak revolusi Rusia 1905, masa ini merupakan zaman taufan revolusi dan
kebangkitan rakyat rakyat yang tertindas di negeri Asia yang ditunjukan dengan
jelas , sedangkan kekuatan polwetariat dibawah marx semakain membesar dan
matang.
Dari ketiga masa yang besar dalam sejarah sejak lahirnya marxisme telah
memberikan pengakuan baru dan membawa kemenangan baru bagi marxisme, akan
tetapi kemenangan terbesar marxisme yaitu proletariat.

Cita cita sosialisme di Indonesia

Pada akhir abad 19 dan awal abad 20, setelah imperialism Belanda hadir di Indonesia
dengan segala kekerasan dan kekejaman terhadap rakyat Indonesia perlawanan bersenjata
mendatangkan dampak buruk bagi rakyat Indonesia terutama kemiskinan dan kemelaratan.
Keadaan ini yang menyebabkan tumbuhnya ajaran dan gerakan saminisme di berbagai daerah
Nusantara. Bersamaan dengan tumbuhnya gerakan klas buruh Indonesia pada awal abad ke 20
maka tumbuhlah ajaran sosialisme ilmu marx dibumi Indonesia sejak berdirinya PSDH
(Perkumpulan Sosial Democrat Hindia) sosialisme mulai diperkenalkan sejak kemenangan
revolusi sosialis Oktober besar 1917 di Rusia yang pada masa itu menggemparkan seluruh
dunia. Klas buruh Indonesia menjadi sadar dan gerakannya maju pesat dibawah pimpinan
pelopornya yaitu Partai Komunis Indonesia yang didirikan pada tanggal 23 Mei 1920. Terbukti
Indonesia pada masa itu belum mendapat pengertian teoritis tentang sosialisme. Seiring dengan
perkembangan situasi internasional terutama pada perang dunia ke dua dimana sosialisme
tumbuh semakin pesat sedangkan kapitalisme semakin melapuk.

Kesimpulan

Marxisme adalah ilmu yang akan terus berkembang dan dikembangkan dengan
diperkaya oleh pengalaman gerakan revolusioner di setiap negeri dan dunia. Pada kapitalisme
mulai memasuki tingkat perkembangan yang tertinggi dan yang terakhir. W.I Lenin telah
mengembangkan dan memperkaya marxisme dengan ajarannya mengenai imperialisme dan
revolusi sosialis. Marxisme merupakan pedoman umum dan universal. Oleh karena itu, untuk
memenangkan revolusi Indonesia marxisme harus dipegang teguh pada ajaran ajaran
fondamentil marxisme secara kreatif menentukan sendiri taktik bentuk perjuangan dan bentuk
organisasinya berdasarkan keadaan kongkrit di Indonesia.

3. Strukturalisme

Strukturalisme berasal dari bahasa latin, yakni struktural artinya bentuk atau bangunan.
Jadi pengertian strukturalisme merupakan metodologi yang dimana unsur budaya manusia
harus dipahami dalam hal hubungan yang lebih besar atau dimana mekanisme unsur
kebudayaan manusia itu mempunyai suatu struktur yang sama (homogen) dan tetap dan
memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Strukturalisme di Eropa dikembangkan mulai
tahun 1960-an oleh Ferdinand de Saussure, Noam Chomsky, Claude Levi-Strauss. Adapun ciri
khas dari strukturalisme ini adalah pemusatannya terpusat pada deskripsi keadaan aktual objek
melalui penyelidikan, penyingkapan sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal. Dengan tujuan
nya strukturalisme mencari struktur terdalam yang tampak kacau dan beraneka ragam pada
kebudayaan manusia secara ilmiah.

Menurut Teeuw, khususnya dalam ilmu sastra, strukturalisme berkembang melalui


tradisi formalisme yang dimana hasil-hasil yang dicapai dari tradisi formalisme dilanjutkan
dalam strukturalisme. Menurut Mukarovsky, strukturalisme yang diperkenalkan tahun 1960-
an tidak menggunakan nama metode atau teori, itu dikarenakan pada masa itu strukturalisme
terbatas sebagai sudut pandang etimologi. Robert Scholes mengungkapkan keberadaan
strukturalisme itu dalam tiga tahap, yaitu sebagai paradigma berfikir, sebagai metode, dan
sebagai teori. Yang kemudian mekanisme ini membuat strukturalisme disempurnakan menjadi
strukturalisme genetik, resepsi, interteks, dan pascastrukturalisme.

Beberapa ahli mengemukakan pemikirannya tentang strukturalisme, yaitu adalah

➢ Ferdinand de Saussure, merupakan seorang ahli filsafat kebahasaan (ahli linguistik)


berkebangsaan Swiss (1857-1913) atau yang lebih dikenal sebagai “Bapak
Strukturalisme” dan “Bapak Linguistik Modern”. Oleh karena itu sudut pandang
strukturnya yang dikemukakan oleh Saussure banyak dipengaruhi oleh Ilmu Linguistik
Modern. Beberapa teori yang dikemukan oleh Saussure dalam strukturalisme, yaitu
bahwa makna tidak dapat dilepaskan dari kata atau suatu kata yang dimana tidak hanya
berbunyi saja tetapi dibaliknya memiliki makna, bahasa bukanlah suatu substansi tetapi
hanya suatu bentuk saja, bahasa dapat dipelajari berdasarkan pandangan diakroni dan
pandangan sinkroni. Menurut beliau strukturalisme itu menganalisa proses berfikir
manusia dari mulai konsep hingga munculnya tanda-tanda, simnol-simbol yang
kemudian membentuk sistem bahasa. Oleh karena itu menurut Saussure strukturalisme
itu menjadi pemahaman yang lebih luas dibandingkan dengan studi bahasa.
➢ Claude Levi-Strauss (1908-2009), atau yang sering dikenal sebagai “Bapak
Strukturalisme Prancis”. Dimana beliau mengembangkan teori dari Saussure,
pahamnya dikemukakan karena ketidakpuasaannya terhadap fenomologi dan
eksistensilisme. Menurut Levi, strukturalisme berbeda dengan konsep Linguistik
melainkan lebih melihat paham strukturalisme itu sendiri dan lebih ke taraf tak sadar
dalam kehidupan bermasyarakat. Dia mengatakan bahwa ada kalanya manusia tidak
dapat hidup berdasarkan fakta semata tetapi terdapat juga emosi, ilusi,delusi.
➢ Jacques Lacan (1901-1981), seorang ahli psikoanalis dari prancis. Beliau beranggapan
bahwa strukturalisme itu lebih mendekati ilmu psikologi yakni bahwa Kesadaran diri
manusia itu sendiri dan pembentukan ego terbentuk karena adanya kesadaran diri.
➢ Ronald Barthes (1915-1980), seorang ilmuan filsuf yang dimana beliau berperan
penting pada paham strukturalisme pada tahun 60-an dan 70-an di Paris. Beliau
mengembangkan strukturalisme ke dalam kode-kode bahasa dan teks sastra yang
kemudian menekankan bahwa sebuah karya sastra harus dapat dipandang secara
otonom.
➢ Lous Althusser (1918-1990), seorang fillsuf beraliran Maxis. Dia mengemukakan
bahwa strukturalisme itu bahwa manusia sebagai struktur sosio-ekonomis.
➢ Michael Faucault (1926-1984), seorang ilmuan Epistemologi yang mengemukakan
bahwa dalam strukturalisme itu, bahwa setiap zaman memiliki pengetahuan yang
menjadi landasan pengetahuan zaman tersebut sehingga antara zaman yang satu dengan
zaman yang lain berbeda. Dalam pemikiran Faucault, ilmu biologi, ekonomi,linguistik
tida termasuk pada ilmu pengetahuan manusia karena objeknya bukan manusia
melainkan dalam pemikirannya ilmu pengetahuan manusia itu adalah psikologi,
sosiologi, mitologi.

Walaupun strukturalisme merupakan salah satu ajaran yang populer pada zamannya,
namun terdapat juga beberapa hambatan dalam proses perkembangannya karena beberapa
faktor subjektivitas, humanisme serta sejarahnya. Dan juga beberapa kritikan terhadap
strukturalisme ini yang dimana bisa diterima sebagai metode bukan sebagai ideologi.

4. Postcolonialm
Poskolonialisme umumnya didefinisikan sebagai teori yang lahir sesudah
kebanyakan negara-negara terjajah memperoleh kemerdekaannya. Poskolonialisme
merupakan bentuk penyadaran dan kritik atas kolonialisme. Poskolonialisme juga
menggabungkan berbagai disiplin keilmuan mulai dari filsafat, kajian budaya, politik,
bahasa sastra, ilmu sosial, sosiologi,dan feminisme. Poskolonial bukan berarti setelah
kemerdekaan, tetapi poskolonial dimulai ketika kontak pertama kali penjajah dengan
masyarakat pribumi. Pemikiran poskolonial telah menjadi desentralisasi budaya Barat
dan nilai-nilainya dalam studi sastra. Poskolonialisme bisa didefinisikan sebagai sebuah
pendekatan dalam analisis sastra yang memfokuskan pada karya sastra yang ditulis di
dalam bahasa Inggris yang dahulu menjadi jajahan bangsa Inggris (Loomba, 2003:64).
Teori postkolonialisme memiliki arti yang sangat penting, dimana teori ini
mampu mengungkap masalah-masalah tersembunyi yang terkandung di balik
kenyataan yang pernah terjadi, dengan beberapa pertimbangan yaitu: Pertama, secara
definitif, postkolonialisme menaruh perhatian untuk menganalisis era kolonial. Kedua,
postkolonialisme memiliki kaitan erat dengan nasionalisme, Ketiga, teori
poskolonialisme memperjuangkan narasi kecil, menggalang kekuatan dari bawah
sekaligus belajar dari masa lampau untuk menuju masa depan. Keempat,
membangkitkan kesadaran bahwa penjajahan bukan semata-mata dalam bentuk fisik,
melainkan psikologis. Sebagai varian dari postrukturalisme, maka konsep-konsep dasar
poskolonialisme sama dengan postrukturalisme, seperti penolakan terhadap narasi
besar, oposisi biner, dan proses sejarah yang terjadi secara monolitik. Dan salah satu
cara yang ditawarkan adalah membongkar strutur ideology melalui mekanisme
arkeologi (Foucalt, 2002:46).
Teori poskolonialisme memiliki arti sangat penting, dimana teori ini mampu
mengungkap masalah-masalah tersembunyi yang terkandung di balik kenyataan yang
pernah terjadi. Poskolonialisme Indonesia dapat dilihat dari tiga pengertian. Pertama,
abad berakhirnya imperium kolonial di seluruh dunia. Kedua, segala tulisan yang
berkaitan dengan pengalaman-pengalaman kolonial sejak abad ke-17 hingga sekarang.
Ketiga, segala tulisan yang ada kaitannya dengan paradigma superioritas Barat terhadap
inferioritas Timur, baik sebagai orientalisme maupun imperialisme dan kolonialisme.
Pengertian pertama memiliki jangkauan paling sempit, poskolonialisme semata-mata
sebagai wakil masa potkolonial. Di Indonesia mulai pertengahan abad ke-20, sejak
proklamasi kemerdekaan tahun 1945 hingga sekarang. Teori poskolonialisme dibangun
atas dasar peristiwa sejarah terdahulu, pengalaman pahit bangsa Indonesia selama tiga
setengah abad, khususnya dibawah kolonialisme imperium Belanda.
Teori poskolonialisme memiliki arti penting, dianggap mampu untuk
mengungkap masalah-masalah tersembunyi yang terkandung dibalik kenyataan yang
pernah terjadi dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Secara defenitif, poskolonialisme menaruh perhatian untuk menganalisis era
kolonial. Poskolonialisme sangat sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi
oleh bangsa Indonesia yang merdeka baru setengah abad.
2. Poskolonialisme memiliki kaitan erat dengan nasionalisme, sedangkan kita sendiri
juga dihadapkan dengan berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa
dan bertanah air.
3. Sebagai teori baru, sebagai varian postrukturalisme, poskolonialisme
memperjuangkan narasi kecil, meggalang kekuatan dari bawah sekaligus belajar dari
masa lampau untuk menuju masa depan.
4. Poskolonialisme membangkitkan kesadaran bahwa penjajahan semata-mata dalam
bentuk fisik melainkan psikologis. Model penjajahan terakhir masih berlanjut.
Terakhir, poskolonialisme bukan semata-mata teori melainkan suatu kesadaran itu
sendiri, bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan seperti memerangi
imperialisme, orientalsme, rasialisme, dan berbagai bentuk hegemoni lainnya.
5. Social Memory
Memori Kolektif dan Perilaku Sosial
Memori kolektif terbagi atas dua suku kata yaitu "memori" dan "kolektif".
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memori adalah kesadaran akan
/pengalaman masa lampau yang hidup kembali. Memori tersebut berupa ingatan,
catatan yang berisi penjelasan, peringatan dan keterangan. Sedangkan kolektif diartikan
secara bersama atau secara gabungan. Jadi memori kolektif, merupakan gabungan
ingatan atau kesadaran sekelompok masyarakat di masa lampau yang hidup kembali
padamasa kini untuk dimaknai sekaligus menjadi cerminan kehidupan bersama.
Memori ialah sebuah peristiwa yang bersifat perseorangan atau individu,
peristiwa ini bertujuan mengingat hal-hal yang pernah terjadi ataupun pernah
dilakukan. Pemikiran terkait memori sudah mulai ada sejak masa Yunani Kuno, akan
tetapi sudut pandang sosial pada memori baru ada abad 19 akhir sampai abad 20.
Pengertian Memori Kolektif Menurut Para Ahli
Maurice Halbwachs (1925), pertama kali digunakan secara kontemporel dan
mendapatkan beberapa pengaruh dari filsuf Prancis Henri Bergson dan sosiolog Emil
Durkheim. Halbwachs membagi memori menjadi dua bagian yaitu, memori individu
dan kolektif. Memori individu yaitu memori yang dimiliki perorang, sedangkan memori
kolektif yaitu dimiliki sekelompok orang. Menurut Halbwachs memori kolektif berakar
dari pengalaman sosial, yang dimana memori ini diingat berdasarkan jangka waktu.
Memori akan sangat berkaitan dengan beberapa factor sosial, seperti adat istiadat
kepercayaan, dan radisi budaya.
Menurut Paul Connerton, memori berawal dari sebuah ingatan yang memiliki
kaitan pada masyarakat sosial. Memori ini menjadikan pengalaman sebagai dasar, agar
pengalaman dapat memberikan ingatan-ingatan. Setiap pengalaman memiliki jejak
masa lalu yang dijadikan sebagai pengetahuan untuk terus belajar dari pengalaman yang
pernah terjadi.

KERANGKA TEORI TENTANG MEMORI KOLEKTIF DAN INTEGRASI SOSIAL


Emile Durkheim dalam konsep ingatan memposisikan kolektif pada suatu
masyarakat yang disebut sebagai fakta sosial. Menurut Durkheim makna simbolik yang
berasal dari masyarakat terjadi karena adanya interaksi antar individu yang kemudian
symbol ini akan diwariskan kepada generasi selanjutnya berdasarkan ingatan bersama
dalam jangka waktu tertentu yang akan membentuk struktur memori ataupun ingatan
kolektif.
Bergson juga mengartikan ingatan sebagai proses antara tubuh manusia dengan
peristiwa yang pernah dialami. Bergson mendefinisikan ingatan berkaitan dengan
pikiran dan materi. Jadi bentuk dari ingatan dan pengetahuan manusia lahir dari caranya
menyusun dan mengenali sesuatu atas dunianya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai