Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH

DASAR – DASAR ILMU SOSIAL


Dosen Pengampu : Arief Nuryana, S.E., M.I.

“ILMU SOSIOLOGI ”

KELOMPOK 17

Disusun Oleh :

Alvin Falaq Ardianto (190720061)


Zukirallahu Abdul Karim (190720062)
Bima Pranaya (190720387)
Noorhani Asad Mahendra (190720383)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

ISI...............................................................................................................................................3

A. Tokoh Ilmu Sosiologi klasik dan Teorinya....................................................................3


B. Tokoh Ilmu Sosiologi Modern dan Teorinya...............................................................11
C. Tokoh Ilmu Sosiologi Indonesia dan Teorinya............................................................17

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................21

2
A. Tokoh Ilmu Sosiologi Klasik dan teorinya

1. Auguste Comte ( 1798-1857 )

Auguste Comte merupakan ilmuwan asal Perancis yang


juga mendapat julukan sebagai Bapak Sosiologi. Istilah
sosiologi pertama kalinya juga dikemukakan oleh Comte di
tahun 1839. Berikut beberapa isi dari teori dari Augusthe
Comte sebagai tokoh dalam sosiologi:

 Sebelumnya, penggunaan istilah fisika sosial digunakan yang diadaptasi daro Adholpe
Quetelet digunakan untuk menunjukkan studi statistika yang berkaitan dengan gejala miral.
 Kemudian Comte mengubahnya menjadi sosiologi yang menandakan sebagai ilmu yang baru
untuk masyarakat.
 Comte merupakan tokoh yang menganut aliran positivisme yang cukup terkenal. Penganut
positivis ini percaya jika masyarakat merupakan salah satu bagian dari alam yang mana
menggunakan metode penelitian empiris digunakan untuk hukum-hukum sosial.

Quote:
Formula sakral positivisme; cinta sebagai prinsipnya, keteraturan sebagai fondasinya,
kemajuan sebagai tujuannya.

2. Harriet Martineau ( 1802-1876 )

Objek kajian Martineau dalam sosiologi yaitu kehidupan


sosial dalam masyarakat yang meliputi tatanan, penyebab,
konsekuensi dan problem. Dari kajian yang dilakukan oleh
Martineau, sosiologi membahas mengenai tujuan hidup manusia
untuk menuju kebahagiaan bersama, kebahagiaan yang dimaksud
yaitu individu dapat bertindak secara otonomsebagai agen moral
dan praktikal, otonomi berlawanan dengan dominasi, yang merupakan penyerahan kehendak
diri (will) kepada oran lain. Martineau melakukan penelitian dengan mengukur bagaimana
manusia mampu mengembangkan moral dan perilaku yang dapat menghasilkan tujuan besar
kehidupan sosial tersebut yaitu kebahagiaan manusia, penelitian tersebut di peruntukan untuk

3
kaum minoritas dan tidak memiliki kekuatan seperti perempuan, ras minoritas, narapidana,
pelayan, dan yang membutuhkan bantuan.

Quote:

Jumlah pembaca begitu banyak tetapi yang berpikir begitu sedikit.

3. Herbert Spencer ( 1820-1903 )

Spencer menganalisis masyarakat dengan mengibaratkan sebagai sistem evolusi. Beberapa


teori yang ditemukan dalam Herbet Spencer dalam perumusannya sebagai tokoh sosiologi:

 Menurut Specer, objek sosiologi yang utama adalah keluarga, agama, politik, industri, serta
pengendalian sosial. Termasuk pula di dalamnya yaitu masyarakat
setempat, pembagian kerja, asosiasi, pelapisan sosial, ilmu
pengetahuan, dan penelitian mengenai keindahan dan kesenian.
 Di tahun 1879, Specer mengemukakan mengenai teori Evolusi
Sosial yang sampai saat ini masih digunakan meskipun banyak
mengalapi perubahan. (baca juga: Fungsi Bahasa Daerah)
 Specer meyakini jika masyarakat mengalami evolusi, dari yang awalnya merupakan
masyarakat primitif dan kemudian menjadi masyarakat Industri.
 Sebagai organisme, manusia berevolusi sendiri terlepas dari tanggung jawab dan kemauannya
serta dibawah suatu hukum.

Quote:

Tujuan paling utama pendidikan bukan pengetahuan, melainkan tindakan.

4. Karl Max ( 1818-1883 )

Karl Marx menggunakan pendekatan materialisme historis


mempercayai jika penggerak dari sejarah manusia meurpakan konflik
kelas. Marx berpendapat jika kekusaan serta kekayaan yang ada tidak
terdistribusi merata di dalam masyarakat sehingga membuat adanya
kaum penguasa dengan memiliki alat produksi yang selalu terlibat
masalah oleh kaum buruh yang mengalami eksploitasi.

4
Ilmu sosiologi Marxis lebih menjelaskan mengenai kapitalisme yang mana produksi komoditas
dapat mempengaruhi keseluruhan dari pengejaran keuntungan. Hal ini karena nilai-nilai
produksi telah meresap ke segala bidang hidup. Tingkat keuntungan yang didapat akan
menentukan berapa banyak layanan yang akan diberikan. Hal inilah yang dimaksudkan oleh
Marx jika infrastruktur ekonomi akan sangat menentukan suprastruktur.

Pendekatan sosiologi Marxis memang memiliki kesimpulan mengenai ide pembaruan sosial
yang mana sudah dibuktikan sebagai ide yang cukup cermelang di abad XX, berikut ini
rinciannya.

 Masyarakat dibangun dengan dasar konflik


 Masyarakat harus dilihat sebagai bentuk totalitas di dalam ekonomi yang mana menjadi faktor
dominan.
 Penggerak dasar dari segala perubahan sosial yang ada adalah ekonomi.
 Perkembangan serta perubahan sejarah tidak terjadi secara acak namun bisa dilihat dari
hubungan antara manusia dengan kelompok ekonomi.
 Individu memang dibentuk masyarakat namun bisa mengubah masyarakat itu sendiri melalui
tindakan yang rasional dengan didasarkan pada premis-premis ilmiah.)
 Bekerja di lingkup masyarakat kapitalis bisa menyebabkan keterasingan.
 Melalui kritik yang ada, manusia bisa memahami serta mengubag posisi dari sejarah mereka
sendiri.

Quote:

Kaum buruh seluruh dunia, bersatulah!

5. Max Weber ( 1846-1920 )

Teori yang dikemukakan oleh Max Weber tidak sependapat


dengan Marx, yang mana menyatakan jika ekonomi menjadi
kekuatan pokok perubahan sosial. Dari karyanya yaitu “Etika
Protestan dan Semangat Kapitalisme”, Weber berpendapat jika
kebangkitan pandangan suatu religius tertentu (Protestanisme) lah
yang membawa masyarakat menuju perkembangan kapitalismen.
Kaum Protestan yang memiliki tradisi Kalvinis menyatakan jika kesuksesan finansial menjadi

5
tanda utama jika Tuhan berpihak pada mereka. Sehingga untuk mendapatkan tanda ini, maka
mereka akan menjalani gaya hidup yang hemat, rajin menabung, serta menginvestasikan
keuntungannya agar bisa mendapatkan modal yang banyak.

Pandangan lainnya dari Weber adalah mengenai perilaku individu yang bisa mempengaruhi
masyarakat secara luas, hal ini lah yang dinamakan sebagai Tindakan Sosial. Menurutnya,
tindakan sosial bisa dipahami asalkan kita dapat memahami ide, niat, nilai, serta kepercayaan
sebagai bentuk dari motivasi sosial. Pendekatan inilah yang dinamakan Verstehen.

Quote:

Negara adalah institusi yang memiliki legitimasi untuk melakukan kekerasan.

6. Emile Durkheim ( 1858-1919 )

Pemikiran Durkhim mengenai gejala sosial yang rill, mempengaruhi


kesadaran individu, dan perilakunya yang berbeda dari karakteristik
psikologis, biologis atau yang lainnya. Pemikiran tersebut membawa
kita kepada konsepnya mengenai fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial
merupakan cara berfikir, cara bertindak, cara merasakan, yang berasal
dari masyarakat dan mengendalikan individu. Fakta sosial bersifat
eksternal bagi individu, bersifat memaksa kepada individu, dan dijelaskan oleh fakta-fakta
sosial yang lain (umum). Durkheim membedakan antara dua tipe-tipe dasar dari fakta-fakta
sosial yaitu material dan nonmaterial, tetapi fokus yang paling penting bagi Durkheim ialah
pada fakta-fakta sosial nonmaterial yang dibagi menjadi empat tipe yaitu moralitas, nurani
kolektif, representasi-representasi kolektif, dan arus-arus sosial.

Pemikiran Durkheim dalam The Division of Labor in Society berisikan mengenai pembahasan
pengaruh pertumbuhan pembagian kerja dalam struktur sosial dan implikasinya terhadap
perubahan solidaritas sosial (hubungan antar individu) dari soidaritas mekanis (perilku orang
desa) menjadi solidaritas organik (perilaku orang kota). Buku Durkheim berikutnya, studi
mengenai bunuh diri, Durkheim ingin membuktikan bahwa bunuh diri merupakan gejala sosial
bukan gejala pesikologis. Durkheim membedakan antara empat tipe bunuh diri yaitu egoistik
(terintegrasi sosial terlalu rendah), alturuistik (integrasi sosial terlalu kuat), anomik (kekuasaan
pengatur masyarakat terganggu), dan fatalistik (keinginan yang terhalang peraturan).

6
Didalam karya utamanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religions Life,
Durkheim bergeser ke proses dimana individu sebenarnya menciptakan dan mendarah
dagingkan fakta sosial sedemikin rupa sehingga kontrol berasal dari individu, hal tersebut biasa
disebut dengan agama. Didalam analisisnya atas agama primitif, Durkheim beusaha
menunjukan akar-akar agama didalam struktur sosial masyarakat. Masyarakatlah yang
mendefinisikan hal-hal tertentu sebagai yang sakral dan hal-hal lain sebagai yang duniawi.
Durkheim menyimpulkan bahwa agama dan masyarakat adalah satu dan sama, dua manifestasi
dari proses umum yang sama, sehingga tatanan hidup bersal dari agama.

Quote:

Satu-satunya kekuatan yang bisa melenyapkan egoisme adalah solidaritas pada kepentingan
kelompok.

7. Georg Simmel ( 1859-1919 )

Georg Simmel memang terkenal dengan karyanya yang menjelaskan


spesifik mengenai tindakan serta interaksi individual, misalnya saja
pada bentuk interaksi, tipe berinteraksi, pelacuran, kemiskinan, serta
masalah-masalah dalam skala kecil. Bahkan karya-karya dari Simmel
ini menjadi rujukan dari tokoh-tokoh dalam sosiologi yang berada di
Amerika, dan juga ada beberapa landasan teori yah sebagai berikut:

 Salah satu karyanya yang cukup terkenal adalah mengenai Filsafat Uang. Simmel memang
dikenal sebagai ahli sosiologi yang sikapnya cenderung menentang modernisasi atau yang
dikenal dengan bervisi pesimistik.
 Pandangan ini sering dikenal dengan Pesimisme Budaya. Menurutnya, modernisasi membuat
manusia tumbuh dan berkembang tanpa kualitas karena terjebak dengan rasionalitasnya
sendiri.

Selain itu gejala monetisasi yang berlangsung di berbagai aspek kehidupan nyatanya dapat
membelenggu masyarakat terutama pada hal pembekuan kreativitas individu, bahkan dalam
hal ini dapat mengubah kesadaran. Hal ini dikarenakan adanya uang yang menjadi alat
pembayaran namun kekuatan dapat menjadi pembebas manusia atas manusia. Sehingga uang
tak hanya dijadikan sebagai alat namun sebagai tujuan.

7
Quote:

Mereka yang terdidik mengerti bagaimana mencari apa yang tidak diketahuinya.

8. Sigmun Freud

Dikenal sebagai pendiri psikoanalisis, yaitu upaya investigasi psikis


melalui analisis alam bawah sadar secara klinis, teoritis dan
metodologis. Meskipun banyak menghasilkan karya pada analisis
masalah psikis, Freud juga menulis beberapa buku tentang peradaban
dan kemasyarakatan. Masyarakat menurutnya, sebagaimana psikis,
memiliki struktur ”internal”. Kelompok sosial pada mulanya dilihat
sebagai suatu bentuk cinta yang merefleksikan rasa hormat pada pemimpin. Kemudian,
kelompok sosial membentuk suatu relasi konflik antara benci dan cinta. Masyarakat terbentuk
dari hasrat seksual yang kompleks, diperkuat oleh dorongan super ego sehingga terorganisir
sedemikian rupa menjadi apa yang disebut sebagai peradaban.

Quote:

Takut senjata adalah tanda kedewasaan seksual dan emosional.

9. George Herbert Mead ( 1863-1931 )

Merupakan salah satu tokoh dari sentra interaksionisme simbolik


yang memiliki gambaran mengenai pembentukan diri atau yang
dikenal dengan tahap sosialisasi di dalam penggamabaran
pertumbuhan anak. Menurutnya pertumbuhan anak terdiri dari 3
tahapan yaitu tahap bermain (play stage), tahap permainan (game
stage), serta tahap pengambilan peran orang lain ( taking role the
other), berikut teori yang dijelaskan dalam George dalam tokoh sosiologi:

 Manusia tidak akan bereaksi kepada dunia di sekitarnya secara langsung, namun mereka akan
bereaksi kepada makna yang dihubungkan dengan kejadian ataupun benda yang ada di
sekitaran mereka.

8
 W.I Thomas menyatakan jika definisi dari sebuah situasi, dimana kita hanya bisa bertindak
tepat jika sudah menentukan sifat dari situasinya.
 Kegagalan ketika merumuskan sebuah situasi dengan tepat dan benar bisa menyebabkan
dampak-dampak yang kurang menyenangkan.

Quote:

Tak ada seorangpun yang selalu bodoh, namun semua orang kadang-kadang bodoh.

10. W.E.B Du Bois

Kontribusi utamanya pada sosiologi adalah studinya tentang probem


ras dan hubungannya dengan kesenjangan sosial. Di sosiologi, Du
Bois dikenal sebagai sosiolog kulit hitam pertama sekaligus orang
pertama yang melakukan survey ekstensif terhadap masyarakat
Amerika berdasarkan warna kulit. Kaum kulit hitam di Amerika
menempati kelas sosial bawah dan mengalami diskriminasi di banyak
aspek. Du Bois menginvestigasi unsur ras dalam kesenjangan sosial masyarakat Amerika.
Permasalahan sosial yang berhubungan dengan relasi ras tetap menjadi persoalan serius sampai
hari ini. Du Bois melihat persoalan warna kulit sebagai masalah utama abad 20. Masih terlihat
dengan jelas bahwa ras manusia merupakan aspek penting yang memengaruhi kehidupan sosial
yang berbentuk kesenjangan. Du Bois menjadi salah satu tokoh sosiologi klasik terpenting yang
mengenalkan kajian tentang ras.

Quote:

Masalah abad 20 adalah masalah warna kulit.

11. Alfred Schutz

Kontribusi penting Schutz pada sosiologi adalah tentang formula


memahami dunia sosial melalui teori yang disebut relevansi. Schutz
setuju pada pendapat bahwa memahami dunia sosial dapat dilakukan
melalui interpretasi tindakan subjektif individu. Namun menurutnya,
penjelasan bahwa makna simbolis menentukan tindakan sosial tidak
pernah memuaskan. Teori relevansi dikembagkan untuk

9
menunjukkan bagaimana objek sosial dan natural menghasilkan makna-makna spesifik yang
membentuk perbedaan pengalaman subjektif yang temporal. Perbedaan makna subjektif ini
membentuk stok pengetahuan dan kerangka bagaimana pengalaman dan interaksi sosial
menjadi bermakna bagi individu untuk melakukan suatu tindakan.

Quote:

Relevansi merupakan produk refleksi.

12. Talcot Parsons

Kontribusi penting Parsons pada sosiologi adalah pengembangan


teori tindakan sosial dalam kerangka teori struktural fungsional.
Parson melihat problem sosial dapat diatasi apabila kepentingan
pribadi ditekan oleh kerangka moral yang dibentuk berdasarkan nilai-
nilai bersama. Individu, menurutnya harus masuk ke dalam sistem
nilai kultural yang terdiri dari ekspektasi nilai-nilai bersama. Dengan
demikian, tindakan individu dapat diregulasikan dan masyarakat bekerja dalam sebuah sistem
yang berfungsi. Parson melihat pentingnya mengelaborasi sebuah teori yang mengintegrasikan
tindakan sosial yang dilakukan individu dalam sistem sosial yang lebih besar. Parson
mendeskripsikan, teori tindakan sosial yang sudah masuk dalam sistem sosial sebagai tindakan
kesukarelaan atau ”voluntary action”. Parsons menjadi salah satu tokoh sosiologi klasik
terbesar abad 20.

Quote:

Jika fakta sosial yang diamati tidak sesuai dengan penjelasan alternatif apapun, sistem
pengamatan itu sendiri yang perlu direkonstruksi.

10
13. Robert K.Merton

Kontribusinya pada sosiologi adalah menciptakan spesialisasi pada


studi mengenai penyimpangan sosial sebagai bagain dari fungsi sistem
sosial. Meski terpengaruh oleh teori struktural fungsional yang
dberkembang sebelumnya, teoeri fungsionalisme Merton tidak
dogmatis. Fungsionalisme menurut Merton merupakan praktik
interpretasi data dengan cara menyedeskripsikan konsekuensinya pada
struktur sosial yang lebih luas. Merton tidak hanya fokus pada aspek fungsi struktur sosial
namun juga aspek disfungsi yang juga membuat struktur sosial tetap berjalan.

Quote:

Tidak ada orang yang mampu mengetahui sepenuhnya apa yang membentuk pemikirannya.

B. Tokoh Ilmu Sosiologi Modern dan Teorinya

1. Erving Goffman

Goffman dikenal sebgai salah satu tokoh sosiologi mikro dengan


spesialisasi kajian tentang interaksi sosial. Analisis mengenai
presentasi diri dalam interaksi sosial sehari-hari disampaikan dalam
bukunya dengan bahasa yang ringan dan mudah dibaca. Kontribusi
teoritis yang diberikan Goffman pada sosiologi adalah konsep yang
dikenal dengan sebutan dramaturgi. Goffman melihat interaksi sosial
sehari-hari seperti terjadi di panggung teater dimana individu merupakan aktornya. Terdapat
dua wilayah dalam satu dunia sosial, yakni depan panggung dan belakang panggung. Goffman
melihat interaksi sosial terjadi di depan panggung dimana individu bermain peran dalam
sebuah setting tertentu dengan audiens tertentu. Belakang panggung adalah tempat dimana
individu melepaskan peran sosialnya. Teori dramaturgi Goffman melihat dunia seperti
panggung sandiwara.

11
Quote:

Pilih penampilanmu dengan hati-hati karena bisa jadi apa yang kamu kenakan sebagai topeng
menjadi wajah aslimu.

2. James Coleman

Fokus studi Coleman dalam sosiologi dapat dibagi menjadi tiga


kelompok: pendidikan, hubungan antara sosiologi makro dan mikro,
dan riset kebijakan. Coleman percaya bahwa pendidikan merupakan
salah satu kendaraan yang bisa menghasilkan masyarakat yang adil.
Analisis hubungan antara makro dan mikro sosiologi oleh Coleman
menghasilkan mekanisme dimana masyarakat yang adil tersebut bisa
diwujudkan. Kontribusi teoritis Coleman bersambung hingga wilayah praktis seperti
pembuatan kebijakan. Coleman dikenal sebagai teoritisi pendidikan yang risetnya berimplikasi
langsung pada kebijakan pendidikan.

Quote:

Apa yang dipelajari anak-anak lebih banyak tentang karakter teman sekelasnya ketimbang
karakter gurunya.

3. Harold Garfinkel

Garfinkel terpengaruh oleh aliran fenomenologi, namun dalam


kariernya mengembangkan program metodologi sendiri yang dikenal
dengan nama etnometodologi. Etnometodologi merupakan metode
empiris yang dideskripsikan Garfinkel sebagai sosiologi asimetris.
Etnometodologi fokus pada aspek tatanan sosial namun dikaji dengan
pendekatan yang berbeda dengan struktural fungsional. Tatanan
sosial atau ”social order” dalam perspektif etnometodologi merupakan stabilitas relasi sosial di
masyarakat. Bagi Garfinkel, realitas sosial merupakan aktivitas inteaksi sosial yang mengalir.
Ilmuwan sosial tidak semestinya menginterupsi interaksi sosial melalui penelitian yang
dilakukannya. Etnometodologi mengidentifikasi masyarakat sebagai entitas yang bisa
diobservasi tanpa intervensi dari peneliti.

12
Quote:

Satu-satunya yang kita bisa yakini adalah kita makhluk yang bisa berpikir.

4. Daniel Bell

Bell dikenal dengan teorinya mengenai masyarakat pasca industri


atau ”postindustrial society”. Teori Bell dibangun dengan penjelasan
historis, berisi kritik susbstansial terhadap masyarakat modern. Bell
secara teoritis menjelaskan perubahan sosial dalam tiga aspek
berbeda. Ketiga aspek tersebut antara lain: masyarakat, alam dan
teknologi. Perubahan sosial selalu melibatkan ketiganya. Masyarakat
menempati posisi inti dalam perubahan sosial. Alam adalah bidang lain diluar masyarakat yang
berupa lingkungan geografis. Sedangkan teknologi merupakan instrumen yang digunakan oleh
manusia modern dengan logika efisiensi. Masyarakat pasca industri, menurut Bell, adalah
masyarakat modern yang berada dalam krisis moral dan minim upaya transendental etika.

Quote:

Teknologi adalah puncak imajinasi manusia.

5. Norbert Elias

Kontribusi Elias pada sosiologi adalah studinya mengenai proses


peradaban di Eropa Barat. Proses menuju ”beradab” atau ”civilizing
process” yang disebut oleh masyarakat Barat merupakan transformasi
tata perikelakuan yang berlangsung sangat lama. Elias
mempertanyakan bagaimana pola perilaku dari kelas atas menyebar
ke kelas lainnya, sehingga seluruh warga dalam lingkup negara
menyebut dirinya sebagai masyarakat beradab. Istilah beradab itu sendiri kemudian menjadi
legitimasi superioritas masyarakat Eropa Barat atas masyarakat lainnya. Sebagai salah satu
tokoh sosiologi modern, Elias dikenal sebagai ahli teori sosiologi formatif dan peradaban.

13
Quote:

Kelompok minoritas harus diberikan penghargaan berupa kehangatan emosional dari


mayoritas untuk mempermudah proses asimilasi.

6. Michel Foucault

Studinya mengenai kegilaan, pengetahuan, institusi dan seksualitas


memiliki pengaruh pada berbagai bidang ilmu seperti kriminologi,
filsafat, politik dan sosiologi. Foucault mendeskripsikan profil dirinya
sebagai sejarawan sistem pemikiran. Studinya mengenai genealogi
ilmu pengetahuan mengungkap bagaimana sistem pengetahuan
bertransformasi secara radikal. Sistem pemikiran masyarakat Barat
dibagi menjadi tiga periode menurut Faucault: era renaisans, era klasik, dan era modern.
Masing-masing era memiliki epistemologi yang berbeda. Oleh karena itu, cara orang
membangun pengetahuan di masing-masing periode berbeda. Foucault juga dikenal sebagai
pemikir kunci aliran poststrukturalisme. Klasifikasi pengetahuan, menurutnya, adalah produk
relasi kuasa. Foucault merupakan tokoh sosiologi modern yang paling banyak dikutip.

Quote:

Dimana ada kekuasaan, di situ ada perlawanan.

7. Jurgen Habermas

Kontribusi penting Habermas pada ilmu sosiologi adalah


pemikirannya mengenai tindakan komunikatif, ruang publik, dan
bahasa. Berbeda dengan punggawa teori kritik generasi pertama,
Habermas menekankan aspek positif pada filsafat pencerahan.
Studinya mengenai ruang publik menjelaskan proses bangkit dan
terpuruknya ruang demokrasi di Eropa dari abad 18 sampai 20. Ruang
demokrasi yang diteliti Habermas meliputi salon dan cafe, pusat aktivitas diskusi sosial dan
politik kontemporer pada masanya. Surat kabat menjadi ruang diskusi lain yang berkembang.
Namun proses komersialisasi menghancurkan potensi diskursus publik di ruang publik yang
objektif dan kritis. Sekarang, internet dianggap sebagai potensi baru bangkitnya ruang publik
ideal yang diformulasikan Habermas.

14
Quote:

Perkembangan masyarakat tergantung pada kritik terhadap tradisinya sendiri.

8. Anthony Giddens

Giddens merupakan salah satu sosiolog terkemuka Inggris era


kontemporer. Kontribusi pentingnya pada sosiologi adalah teorinya
yang disebut strukturasi dan modernitas tingkat lanjut. Strukturasi
merupakan model abstak dalam bentuk oposisi biner atau dualisme
struktur. Konsep struktur pada awalnya diasumsikan sebagai realitas
yang eksis diluar diri manusia. Menurut Giddens, struktur diluar diri
itu tidak hanya eksis namun juga membatasi tindakan manusia. Dualisme struktur memiliki
arti, selain membatasi, struktur juga memberdayakan tindakan manusia. Singkatnya, teori
strukturasi adalah melihat dualitas peran struktur antara membatasi dan memberdayakan.
Giddens merupakan tokoh sosiologi modern yang banyak menulis tentang kondisi masyarakat
kapitalis tingkat lanjut.

Quote:

Identitas seseorang bukan pada perilakunya, melainkan pada kapasitasnya menjaga narasi
identitas yang dibuatnya.

9. Pierre Bourdieu

Bourdieu berada di barisan sosiolog kontemporer yang berpengaruh.


Kontribusi Bourdieu pada sosiologi mencakup aspek yang luas.
Beberapa istilah konseptual dicetuskan dan banyak digunakan sampai
hari ini diantaranya: habitus, field, modal budaya dan kekerasan
simbolik. Salah satu studi Bourdieu yang banyak dirujuk adalah
tentang relasi antara selera kultural dan kelas sosial. Selera kultural,
menurutnya tidak pernah netral, melainkan menunjukkan preferensi yang menyimbolkan kelas
sosial. Kekuasaan dipertahankan dengan cara mengonsumsi simbol-simbol kultural yang
diekspliotasi dari objek material. Dimensi simbolik, menurut Bourdeiu penuh dengan praktik

15
dominasi dan kekuasaan. Ketimpangan sosial merupakan implikasi dari praktik preferensi
kelas tertentu terhadap selera kultural tertentu.

Quote:

Selera tidaklah murni, melainkan pembeda status sosial.

10. Jean Baudrillard

Kontribusi Baudrillard adalah pada argumen bahwa konsumsi simbol


dan tanda menandai transformasi masyarakat dari modern menuju
pasca modern. Baudrillard menilai bahwa masyarakat kontemporer
semakin kehilangan makna seiring naiknya simbol sebagai penanda
eksistensi. Dalam masyarakat konsumsi, nilai guna suatu objek
material telah lenyap, diganti oleh nilai simbol. Perilaku masyarakat
dalam membeli barang, misalnya, didasarkan pada pertimbangan yang sifatnya simbolik.
Simbol-simbol ini berbicara tentang siapa pemiliknya dan dari kelas sosial mana mereka
berasal. Sebagai tokoh sosiologi modern, tulisan Baudrillard tentang masyarakat konsumsi
sangat banyak dikutip.

Quote:

Kita hidup di era dimana semakin banyak informasi namun semakin sedikit yang bermakna.

11. Judith Butler

Kontribusi pentingnya adalah studi mengenai gender sebagai


performa dan konstruksi sosial. Perilaku sosial menurutnya
menentukan gender seseorang. Pemikiran Butler mengenai gender
sebagai performa banyak diadopsi oleh aktivis feminis dan
pendukung kesamaan hak kaum LGBT. Performa gender menurutnya
bukan sekadar sebuah perilaku dan tindakan tertentu, namun juga
upaya mengokohkan norma yang memproduksi identitas sebagai feminin atau maskulin.
Kategori feminin dan maskulin yang masing-masing identik dengan perempuan dan laki-laki
manurutnya hanyalah ilusi natural. Performa gender menantang konsepsi natural tentang

16
femininitas dan maskulinitas. Butler merupakan salah satu tokoh sosiologi modern yang
memiliki speksifikasi keahlian tentang gender dan feminisme.

Quote:

Perilakumu menentukan gendermu.

C. Tokoh Ilmu Sosiologi Indonesia dan teorinya

1. Selo Soemardjan

Pengaruh sosiologi Amerika yang Parsonian pada saat itu, dibawa


oleh Selo Soemardjan ke Indonesia melalui publikasi hasil risetnya
berjudul ”Perubahan Sosial di Yogyakarta”. Perspektif
fungsionalisme struktural dalam melihat perubahan sosial
mendominasi sosiologi pada awal masuknya disiplin tersebut ke
Indonesia. Selo Soemardjan banyak melakukan studi tentang
perubahan sosial, integrasi sosial, dan sistem pemerintahan di Indonesia. Adopsi teori
fungsionalisme Parsonian dalam analisisnya membantu pemerintah dalam agenda
pembangunan.

2. Pudjiwati Sayogjo

Sayogjo berkarier sebagai pakar sosiologi pedesaan dan ekonomi


pedesaan di Institut Pertanian Bogor yang dahulu merupakan fakultas
pertanian Universitas Indonesia di Bogor. Penelitian intensif yang
dilakukan di pedesaan di Cibodas menarik perhatiannya untuk
mempelajari struktur sosial pedesaan dan kaitannya dengan
perubahan sosial. Sayogjo mengembangkan sosiologi terapan
berorientasi emansipatoris tentang masyarakat pedesaan.

Kontribusi utama Sayogjo pada perkembangan sosiologi Indonesia adalah pengenalan


subdisiplin sosiologi pedesaan di berbagai institusi perguruan tinggi. Sayogjo banyak
mengkritik perubahan sosial yang disebabkan oleh modernisasi di banyak pedesaan Jawa.
Menurutnya, proses modernisasi yang terjadi tidak sejalan dengan agenda pembangunan yang

17
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat desa. Modernisasi
yang terjadi di pedesaan di Jawa tidak disertai pembangunan kualitas masyarakat desa itu
sendiri.

3. Mely Giok Tan

Mely berkontribusi pada pengembangan ilmu sosial di Indonesia


sebagai sekretaris umum Himpunan Indonesia untuk Pengembangan
Ilmu-Ilmu Sosial pada 1975-1979.

Sebagai ahli masalah Cina, studi yang dialkukannya banyak mengkaji


tentang komunitas Cina di berbagai negara termasuk di Indonesia.
Selain persoalan Cina, Mely juga banyak melakukan kritik pada media yang mendiskreditkan
peran perempuan dalam masyarakat dan melihat perempuan sebagai objek seksual semata.
Minat utama pada kajian kelompok minoritas membawa nama Mely sebagai salah satu tokoh
sosiologi Indonesia yang memiliki komitmen pada cita-cita emansipatoris.

4. Mochtar Naim

Studi tentang pola migrasi masyarakat Minangkabau melambungkan


namanya sebagai sosiolog dan ahli kebudayaan Minang yang
mumpuni. Mochtar meneliti kebiasaan merantau orang Minang dan
menelurkan teori kebudayaan yang diistilahkan dengan ”Minang-
kiau”, kebiasaan merantau orang Minang ke seluruh dunia untuk
berdagang. Pola merantau orang minang dilihatnya mirip dengan pola
merantau orang Cina. Mochtar mengkategorisasikan budaya Minangkabau sebagai budaya
yang bercirikan sentrifugal. Mochtar merupakan salah satu tokoh sosiologi Indonesia yang juga
ahli budaya.

18
5. Soerjono Soekanto

Kontribusi Soerjono Soekanto pada perkembangan sosiologi di Indonesia adalah pengenalan


sosiologi hukum sebagai subdisiplin sosiologi. Buku yang ditulisnya berjudul ”Sosiologi Suatu
Pengantar” juga menjadi rujukan utama kuliah pengantar sosiologi di
banyak unversitas di Indonesia. Soerjono Soekanto banyak menulis
masalah-masalah hukum dengan pendekatan sosiologis. Sebagai
tokoh sosiologi Indonesia, Soerjono Soekanto dikenal sebagai
sosiolog hukum.

6. Arief Budiman

Arief Budiman mendeskripsikan dirinya sebagai orang kiri yang


menolak paradigma modernisasi dan pembangunanisme.
Kontribusinya pada sosiologi adalah gagasan-gagasannya tentang
teori ketergantungan. Studinya tentang pengalaman negara Amerika
Latin, Chile yang beralih dari demokrasi ke sosialisme berisi analisis
khas intelektual kiri. Arief Budiman banyak mengkritik setiap rezim
penguasa. Praktik politik dari orde lama sampai rezim pasca reformasi banyak menjadi sasaran
kritiknya yang pedas.

7. George Junus Aditjondro

Kontribusinya pada sosiologi adalah studinya mengenai perilaku


korup rezim-rezim penguasa. Politik Indonesia era orde baru dan era
SBY menjadi sasaran kritisismenya karena dianggap korup.
Aditjondro pernah dicekal pada rezim Soeharto dan memilih keluar
dari Indoensia untuk berkarier di Universitas Newcastle, Australia
sebagai pengajar sosiologi. Aditjondro sempat mengajar juga di
Universitas Sanata Dharma, Yogkarta sekembalinya dari Australia. Salah satu bukunya yang
paling kontroversial adalah ”Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century”
yang diterbitkan namun banyak hilang dipasaran pada saat rezim SBY berkuasa.

19
8. Manasse Malo

Kontribusi Manasse pada sosiologi adalah mengenai studinya tentang


kebijakan desentralisasi di Indonesia. Manasse banyak menjadi
pembicara dengan tema politik desentralisasi sejak orde baru. Pasca
reformasi menjadi momentum dirinya untuk mempraktikkan
gagasannya tidak hanya di wilayah akademik, namun juga kebijakan
sebagai anggota parlemen. Politik lokal di Indonesia pasca reformasi
adalah politik desentralisasi. Tempat kelahiran Manasse, Sumba, merupakan salah satu wilayah
yang diperjuangkannya untuk menjadi provinsi baru.

9. Nasikun

Nasikun mengkaji struktur dan sistem sosial di Indonesia dari


pendekatan fungsionalisme dan konflik. Analisisnya mengungkap
proses integrasi dan disintegrasi masyarakat Indonesia modern yang
majemuk. Nasikun berpendapat bahwa pasca reformasi, kapitalisme
dan neo-liberalisme, diikuti oleh fundamentalisme etnik dan agama
akan menjadi tantangan solidaritas sosial Bangsa Indonesia yang
majemuk. Nasikun dikenal sebagai tokoh sosiologi Indonesia yang selalu mengingatkan
pentingnya integrasi sosial pada masyarakat majemuk.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://sosiologis.com/tokoh-sosiologi-klasik

https://materiips.com/tokoh-sosiologi

http://sosiologis.com/category/tokoh-tokoh-sosiologi

Arisandi,Herman.2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tokoh Sosiologi dari Klasik Sampai


Moderen, Cetakan Ke-1, IRCiSoD, Yogyakarta.

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern. Cetakan ke-8, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Samuel, Hanneman. Emile Durkheim : Riwayat, Pemikiran, dan Warisan Bapak Sosiologi
Moderen. Cetakan ke-1. Kepik Ungu. Depok

21

Anda mungkin juga menyukai