Anda di halaman 1dari 6

1

BAB III. PENGANTAR SOSIOLOGI.


TEORI-TEORI SOSIOLOGI.

I. PENDAHULUAN.
Teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih,
atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu.
Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan umumnya bisa
diuji secara empiris (nyata). Secara sederhana teori adalah hubungan
antara dua variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya.
1. Peran Teori dalam Sosiologi.
Teori mempunyai peran sebagai berikut :
a. Merupakan rangkuman dari hal-hal yang telah diketahui dan diuji
kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari.
b. Memberikan petunjuk kekurangan peneliti/individu dalam
memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi.
c. Mempertajam fakta yang dipelajari dalam sosiologi.
d. Mengembangkan sistem klasifikasi fakta dan membina struktur
konsep-konsep penting untuk penelitian.
e. Mengadakan proyeksi sosial untuk mengetahui ke arah mana
masyarakat akan berkembang atas dasar fakta masa lalu dan masa
kini.

2. Teori sosiologi sebelum Comte.


Sosiologi lahir sejak manusia mulai bertanya tentang masyarakat yaitu
ratusan tahun sebelum Masehi, terutama tentang perubahannya.
Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir
belasan abad kemudian.
Perkembangan awal, para pemikir Yunani Kuno terutama Socrates,
Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa masyarakat terbentuk
dengan sendirinya. Masyarakat mengalami perkembangan,
kemunduran, kemakmuran ataupun krisis merupakan masalah yang
tidak bisa dielakkan.
Anggapan ini dianut terus semasa Abad Pertengahan (abad ke-5 M
sampai akhir abad ke-14 M). Seperti pendapat Agustinus, Avicena
(Ibnu Sina) dan Thomas Aquinas yang mengatakan bahwa nasib
masyarakat harus diterima sebagai kehendak Illahi.

3. Abad Pencerahan, rintisan kelahiran sosiologi.


Sosiologi modern berakar pada karya pemikir abad ke-17 M yang
ditandai berbagai penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Hal ini
berpengaruh pada pandangan tentang perubahan masyarakat.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat harus dapat dijelaskan
secara rasional (masuk akal) dan berpedoman pada akal budi manusia
dengan cara menggunakan metode ilmiah. Para pemikir yang
menekankan pentingnya metode ilmiah diantaranya Francis Bacon dari
2

Inggris, Rene Descartes dari Prancis dan Wilhelm Leibnitz dari


Jerman.

4. Abad Revolusi sebagai pemicu lahirnya sosiologi.


Perubahan pada Abad Pencerahan membawa perubahan revolusioner
sepanjang abad ke-18 M, karena struktur (tatanan) masyarakat lama
dengan cepat berganti dengan struktur yang baru. Revolusi sosial yang
paling jelas saat itu adalah Revolusi Amerika, Revolusi Industri dan
revolusi Prancis. Sedangkan kawasan Asia dan Afrika waktu itu masih
jadi daerah koloni Eropa.
Revolusi-revolusi ini menyebabkan berbagai perubahan dan gejolak
dalam masyarakat, karena tatanan masyarakat yang sudah ada
ratusan tahun diobrak-abrik. Perubahan ini tidak jarang disertai
pemberontakan, peperangan dan kerusuhan yang membawa
kemiskinan dan kekacauan. Kondisi ini memicu para imuwan mencari
cara menganalisis perubahan secara rasional dan ilmiah sehingga
dapat diketahui sebab dan akibatnya.

5. Auguste Comte (1789-1853), Bapak Sosiologi.


Pada abad ke-19 sejumlah ilmuwan menyadari perlunya secara khusus
mempelajari kondisi perubahan sosial, dengan membangun suatu teori
sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap
peradaban manusia.
Ilmuwan yang sampai sekarang diakui sebagai Bapak Sosiologi adalah
Auguste Comte dari Prancis. Dalam bukunya Cours de Philosophie
Positive (Filsafat Positif), Comte memperkenalkan istilah “sosiologi”
sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari masyarakat.
Rintisan Comte mendapat sambutan luas yang kemudian
memunculkan ilmuwan-ilmuwan besar bidang sosiologi yang
semuanya berasal dari Eropa. Para ilmuwan tersebut antara lain Pitirim
Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Georg Simmel
dan Max Weber. Mereka berjasa besar menyumbangkan beragam
pendekatan mempelajari masyarakat yang kemudian sangat berguna
bagi perkembangan sosiologi. Secara umum pendekatan yang dipakai
para ilmuwan sosial abad ke-19 cenderung makro , dengan alasan
karakteristik suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku
para warganya beserta perubahan sosial yang akan terjadi.
Pendekatan makro ini kemudian mendapat kritik dari para ilmuwan
sosial abad ke-20.
Walaupun sosiologi lahir di Eropa, tetapi karena perkembangan yang
pesat sosiologi modern justru lahir di Amerika, khususnya Amerika
Serikat dan Kanada. Hal ini karena berkaitan erat dengan gejolak
sosial yang terjadi di negara-negara tersebut, yang kemudian
membawa perubahan masyarakat yang drastis. Perubahan masyarakat
ini yang mendorong para ilmuwan sosial sampai pada kesimpulan
bahwa sosiologi model Eropa tidak relevan lagi dengan kondisi sosial
3

saat itu, maka lahirlah sosiologi modern yang bertolak belakang


dengan sosiologi lama. Pendekatan sosiologi modern cenderung mikro,
artinya perubahan masyarakat dapat dipelajari dari fakta sosial yang
muncul. Dari fakta-fakta sosial itu, bisa ditarik kesimpulan perubahan
masyarakat secara menyeluruh.

II. MAHZAB-MAHZAB DALAM SOSIOLOGI.


Teori sosiologi sesudah Comte sangat banyak, tetapi ada beberapa teori
yang dikelompokkan dalam beberapa mazhab untuk memudahkan
penyusunan. Teori-teori tersebut banyak yang dipengaruhi oleh ilmu-ilmu
lain dan data yang diperoleh dengan menggunakan ilmu-ilmu tersebut.
1. Mazhab Geografi dan Lingkungan.
Teori-teorinya menghubungkan faktor keadaan alam dengan faktor-
faktor struktur serta organisasi sosial. Teorinya mengungkapkan
adanya korelasi antara tempat tinggal dengan adanya beragam
karakteristik kehidupan sosial masyarakat tertentu.
Ilmuwannya antara lain Edward Buckle dari Inggris (1821-1862) dan
Le Play dari Prancis (1806-1888).

2. Mazhab Organis dan Evolusioner.


Ajaran-ajaran dan teori-teori bidang biologi dalam arti luas banyak
memengaruhi teori-teori sosiologi. Suatu organisme akan bertambah
sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya
diferensiasi antara bagian-bagiannya (Spencer).
Teorinya adalah masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra
industri secara intern tidak stabil karena terlibat dalam pertentangan-
pertentangan diantara mereka sendiri. Pada masyarakat industri yang
telah terdiferensiasi dengan mantap, akan ada suatu stabilitas yang
menuju pada keadaan hidup yang damai (Principles of Sociology, 3
jilid). Tokoh-tokohnya antara lain adalah Herbert Spencer (1820-
1903), W.G.Summer (1840-1910), Emile Durkheim (1855-1917).

3. Mazhab Formal.
Ahli-ahli pikir yang menonjol dari mazhab ini sangat terpengaruh oleh
ajaran-ajaran dan filsafat Immanuel Kant.
Dalam teori mazhab formal dikatakan bahwa elemen-elemen
masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur
hubungan antar elemen-elemen tersebut. Seseorang menjadi warga
masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi
(Simmel). Tokoh-tokoh mazhab ini adalah Georg Simmel (1858-
1918), Leopold von Wiese (1876-1961).

4. Mazhab Psikologi.
Mazhab ini dimulai dari suatu dugaan atau pandangan awal bahwa
gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi
4

antara jiwa-jiwa individu, dimana jiwa-jiwa itu terdiri dari kepercayaan-


kepercayaan dan keinginan-keinginan (Gabriel Tarde).
Ajarani ini ingin menjelaskan gejala-gejala sosial di dalam kerangka
reaksi-reaksi psikis seseorang, dan ajaran ini sangat berpengaruh di
Amerika Serikat. Banyak sosiolog di Amerika Serikat mengadakan
analisis terhadap reaksi individu terhadap individu, maupun dari
kelompok terhadap kelompok lainnya.
Tokoh-tokohnya diantaranya Gabriel Tarde (1843-1904), Albion Small
(1854-1926), Richard Horton Coley (1864-1924), L.T. Hobhouse (1864-
1929) dari Inggris.

5. Mazhab Ekonomi
Karl Marx mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk
membangun suatu teori perubahan yang menunjukkan perkembangan
masyarakat menuju suatu keadaan dimana ada keadilan sosial.
Menurut Marx selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas,
maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan
dan kekayaan. Hukum, filsafat, agama dan kesenian merupakan
refleksi dari status ekonomi kelas tersebut.
Sedangkan Max Weber antara lain menyatakan bahwa semua bentuk
organisasi sosial harus diteliti menurut perilaku warganya, yang
motivasinya serasi dengan harapan warga-warga lainnya. Selanjutnya
Weber mengembangkan metode tipe-tipe ideal yang akan dapat
menggambarkan dan memperbandingkan gejala-gejala sosial dengan
lebih tepat.
Tokoh-tokohnya antara lain adalah Karl Marx dari Jerman (1818-
1883), Max Weber (1864-1920).

6. Mazhab Hukum.
Durkheim menaruh perhatian yang besar terhadap hukum yang
dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas yang terdapat di dalam
masyarakat. Hukum adalah kaidah-kaidah yang bersanksi, yang berat
ringannya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan
serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan.
Max Weber yang mempunyai latar belakang pendidikan di bidang
hukum telah mempelajari pengaruh faktor-faktor politik, agama dan
ekonomi terhadap perkembangan hukum. Selain itu juga menyoroti
pengaruh para cendekiawan hukum dan praktisi hukum terhadap
perkembangan hukum.
Lawrence M. Friedmann memperkenalkan konsepsi budaya hukum
lewat tulisan berjudul “Legal Culture and Social Development”.
Konsepsi tersebut kemudian digunakan antara lain oleh Daniel S. Lev
sebagai sarana analisis terutama dalam artikel berjudul “Judician
Institutions and Legal Culture in Indonesia”(1972).
5

III. PERKEMBANGAN SOSIOLOGI.


1. Perkembangan sosiologi di Indonesia.
Pada hakikatnya para pujangga dan pemimpin Indonesia belum pernah
mempelajari teori-teori formal sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
Tetapi ternyata banyak yang sudah memasukkan unsur-unsur sosiologi
dalam ajaran-ajarannya. Tokoh sebelum dan sesudah kemerdekaan
diantaranya adalah,
a. KGPH Mangkunegoro IV dari Surakarta,.
Ajaran yang diciptakannya disebut “Wulang Reh”. Walaupun pada
masa itu belum dikenal ilmu sosiologi di Indonesia, tetapi ajarannya
banyak mengandung aspek sosiologi terutama dalam hal hubungan
antar golongan (intergroup relations).
b. Ki Hajar Dewantoro.
Dikenal dengan sebutan Bapak pendidikan nasional, Ki Hajar
Dewantoro juga memberikan sumbangan yang besar pada sosiologi
dengan konsep-konsepnya mengenai kepemimpinan dan
kekeluargaan Indonesia dipraktekkan dalam organisasi pendidikan
Taman Siswa. Falsafahnya yang terkenal adalah Ing ngarso sung
tulodho, Ing madyo mangun karsa, Tut wuri handayani.
c. Soenarto Kolopaking, yang bertama kali memberikan kuliah
sosiologi di Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta.
d. Selo Soemardjan (1915-2003), merupakan Bapak Sosiologi
Indonesia, lulusan Universitas Cornell, Amerika Serikat dan
kemudian mengajar di Universitas Indonesia. Ciri khasnya adalah
pendekatan realistis dan turun ke bawah untuk mengetahui
permasalahan sosial yang sesungguhnya.
e. Soeleman Soemardi Guru Besar dari Universitas Indonesia,
menurut beliau Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang
mempelajari tentang struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan sosial.
f. Soerjono Soekanto, Robert M.Z Lawang, dll.

2. Tokoh-tokoh sosiologi Eropa.


a. Auguste Marie Francois Xavier Comte.
Comte merupakan seorang tokoh yang disebut “Bapak Sosiologi”
dan sebagai peletak dasar sosiologi. Comte memperkenalkan
metode positif, yaitu hukum mengenai urutan gejala-gejala sosial.
b. Emile Durkheim.
Durkheim merupakan salah seorang peletak dasar sosiologi
modern. Menurut Durkheim yang harus dipelajari sosiologi adalah
fakta-fakta sosial mengenai cara bertindak, cara berpikir, dan
merasakan apa yang ada di luar individu dan memiliki daya paksa
atas dirinya.
c. Karl Marx.
Marx adalah ahli filsafat dan lebih dikenal sebagai tokoh sejarah
ekonomi, Marx mengembangkan teori tentang sosialisme yang
6

kemudian dikenal dengan Marxisme. Sumbangannya bagi sosiologi


terletak pada teorinya mengenai kelas. Marx berpandangan bahwa
sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas.
d. Herbert Spencer.
Menurut Herbert Spencer fakta pertama yang penting dalam proses
evolusi sosial adalah peningkatan jumlah penduduk.
e. Max Weber.
Max Weber menyatakan bahwa yang dipelajari oleh sosiologi
adalah tindakan sosial. Suatu tindakan manusia disebut sebagai
tindakan sosial apabila tindakannya dihubungkan dengan tingkah
laku orang lain dan diorientasikan pada apa yang terjadi
sesudahnya.
______________________________________________________________
____

Dosen Pengampu : Dra. Dwitularsih Sukowati., M.Si

Anda mungkin juga menyukai