Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 1

NAMA :YUSMAINI

PRODI :DIV KEBIDANAN

NIM :1915301038

A. SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI

a. Sejarah Istilah Sosiologi

Pada tahun 1838, istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan
pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun dan kemudian
dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari
tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai
menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial.

Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan
ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte
membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-
hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis
dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti
pembangunan.

Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak


dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain
Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel,
Max Weber, dan Pitirim Sorokin (semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing
berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang
amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.

Kata sosiologi pertama digunakan oleh Auguste Comte orang Prancis pada
tahun 1838 dalam bukunya yang berjudul Positive Philosophy hingga Comte
umumnya dianggap bapak sosiologi. Seorang warga negara Prancis bernama
Herbert Spencer pada tahun 1978 mengembangkan teori yang diberi nama
“Evolusi Sosial” dimana setelah teori tersebut diterima masyarakat kemudian di
tolak, namun sekarang diterima kembali dalam bentuk yang berbeda, Spencer
menggunakan teori Darwin dalam masyarakat manusia.

Émile Durkheim ilmuwan sosial Perancis berhasil melembagakan


Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan
fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai
pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial. Pada tahun 1895 Emile
Dukheim menerbitkan buku Rules of Sociological Metodologi of Sociological
method yang menguraikan metodologi tentang bunuh diri pada berbagai
kelompok masyarakat atau penduduk. Dukheim adalah salah satu pelapor
terkemuka dalam mengembangkan sosiologi.

b. Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sosiologi termasuk ilmu yang paling muda dibandingkan dengan ilmu-


ilmu sosial yang ada. Sosiologi juga bersumber dari filsafat. Filsafat merupakan
induk dari segala ilmu pengetahuan (mater scientarium) semua ilmu pengetahuan
yang kita ketahui selama ini . Filsafat pada masa itu mencakup pula segala usaha
pemikiran mengenai masyarakat. Makin berkembangnya zaman dan tumbuhnya
peradaban manusia, berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam
filsafat mulai memisahkan diri dan berkembang menurut tujuan masing-masing.

Astronomi (ilmu tentang bintang-bintang) dan Fisika (ilmu alam)


merupakan cabang-cabang filsafat yang pertama kali memisahkan diri. Kemudian,
diikuti oleh ilmu Kimia, Biologi, dan Geologi. Pada abad ke-19, dua ilmu
pengetahuan baru muncul, yaitu Psikologi (ilmu yang mempelajari perilaku dan
sifat-sifat manusia) dan Sosilogi (ilmu yang mempelajari masyarakat). Dengan
demikian, timbullah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang di dalam proses
pertumbuhannya dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan lainnya, seperti
Ekonomi dan Sejarah.

Pemikiran terhadap masyarakat dan lambat laun mendapat bentuk sebagai


suatu ilmu pengetahuan yang dinamakan sosiologi, pertama kali terjadi di Benua
Eropa. Banyak usaha dilakukan manusia baik bersifat ilmiah maupun nonilmiah
yang membentuk sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dan berdiri sendiri.
Beberapa faktor pendorong utama munculnya sosiologi adalah meningkatnya
perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan-perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat.

Sosiologi di Amerika Serikat dihubungkan dengan usaha-usaha untuk


meningkatkan keadaan sosial manusia dan sebagai pendorong untuk
menyelesaikan persoalan yang ditimbulkan oleh kejahatan, pelanggaran,
pelacuran, pengangguran, kemiskinan, konflik, peperangan, dan masalah sosial
lainnya.

Perubahan berkenaan dengna adanya reformasi Marthin Luther,


meningkatnya individualisme, lahirnya ilmu pengetahuan modern,
berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, terjadinya Revolusi Industri pada
abad ke-18, serta terjadinya Revolusi Prancis.

Pada a bad ke-19 seorang filsuf bangsa Prancis bernama Auguste Comte,
telah menulis beberapa buku yang berisi pendekatan-pendekatan umum untuk
mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai
urutan-urutan tertentu berdasarkan logika. Setiap penelitian dilakukan melalui
tahap-tahap tertentu untuk mencapai tahap akhir, yaitu Ilmiah. Oleh sebab itu,
Auguste Comte menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat
ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri.

Lahirnya sosiologi tercatat pada tahun 1842, tatkala Auguste Comte


menerbitkan buku berjudul Positive-philosophy. Beberapa pandangan penting
yang dikemukakan oleh Auguste Comte adalah "hukum kemajuan manusia" atau
"hukum tiga jenjang", Menurut pandangan ini, sejarah akan melewati tiga jenjang
yang mendaki. Ketiga jenjang tersebut adalah :

1.    Jenjang Teologi

Pada jenjang ini, manusia mencoba menjelaskan gejala disekitarnya dengan


mengacu pada hal-hal yang besifat adikodrati (diluar kodrat alam)

2.    Jenjang Metafisika
pada jenjang ini, manusia mengacu pada kekuatan-kekuatan metafisi atau abstrak.

3.    Jenjang Positif

pada jenjang ini, penjelasan gejala alam ataupun sosial dilakukan dengan mengacu
pada deskripsi ilmiah.

Setengah abad setelah Herbert Spencer mengembangkan suatu sistematika


penelitian masyarakat dalam bukunya yang berjudul Priciples of Sociology, istilah
sosiologi menjadi lebih populer. Berkat jasa Herbert Spencer pula, sosiologi
akhirnya berkembang dengan pesat. Sosiologi berkembang dengan pesat pada
abad ke-20, terutama di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat walaupun arah
perkembangannya di ketiga negara tersebut berbeda satu sama lain. Sosilogi
kemudian menyebar ke berbagai benua dan negara-negara lain termasuk
Indonesia.

c. Kronologi Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sosiologi lahir sejak manusia mulai bertanya tentang masyarakat, terutama


tentang perubahannya. Ratusan tahun sebelum masehi, pertanyaan tentang
perubahan masyarakat sudah muncul. Namun, sosiologi dalam pengertian sebagai
ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir belasan abad kemudian. Berikut ini
kronologi sejarah perkembangan ilmu sosiologi.

1.    Perkembangan Awal

Para pemikir Yunani Kuno, terutama Sokrates, Plato, dan Aristoteles,


beranggapan bahwa masyarakat terbentuk begitu saja. Masyarakat mengalami
perkembangan dan kemunduran tanpa ada yang bisa mencegah. Kemakmuran dan
krisis dalam masyarakat merupakan masalah yang tidak terelakkan. Anggapan
tersebut terus dianut semasa Abad Pertengahan (abad V Masehi sampai akhir abad
XIV Masehi). Para pemikir, seperti Agustinus, Avicenna (Ibnu Sina), dan Thomas
Aquinas menegaskan bahwa nasib masyarakat harus diterima sebagai bagian dari
kehendak Ilahi.

2.    Abad Pencerahan (Rintisan Kelahiran Sosiologi)


Sosiologi modern berakar pada karya para pemikir Abad Pencerahan; abad
XVII Masehi. Abad itu ditandai oleh beragam penemuan di bidang ilmu
pengetahuan. Derasnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa pengaruh
terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat. Pandangan itu harus juga
berciri ilmiah. Artinya perubahan yang terjadi dalam masyarakat harus dapat
dijelaskan secara masuk akal (rasional); berpedoman pada akal budi manusia.

3.    Abad Revolusi (Pemicu Lahirnya Sosiologi)

Perubahan pada Abad Pencerahan membawa perubahan revolusioner


sepanjang abad XVIII Masehi. Perubahan itu dikatakan revolusioner karena
struktur (tatanan) masyarakat lama dengan cepat berganti dengan struktur yang
baru. Revolusi sosial yang paling jelas tampak dalam Revolusi Amerika, Revolusi
Industri, dan Revolusi Prancis, Ketiga revolusi itu berpengaruh ke seluruh dunia.

Pada Revolusi Amerika, koloni Inggris di Amerika Utara ini membentuk


negara republik yang demokratis. Pemerintahan jenis ini baru pertama kali
muncul saat itu, ketika kebanyakan negara membentuk pemerintahan monarki.
Gagasan tentang kedaulatan rakyat (rakyat yang berkuasa) dan pentingnya Hak
Asasi Manusia (semua orang bermartabat sama) telah mengubah susunan serta
kedudukan orang dan kelompok dalam masyarakat.

d. Tokoh-tokoh Sosiologi dan Karyanya

1. Auguste Comte (1789-1857)

Auguste Comte, seorang Prancis, merupakan bapak sosiologi yang


pertama-tama member nama pada ilmu tersebut (socius dan logos). Dia
mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social
statistic dan social dynamic. Sebagai social statistic, sosiologi merupakan sebuah
ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sebagai social dynamic, meneropong bagaimana lembaga-
lembaga itu berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa. Menurut
Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga
menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara pelbagai
masyarakat yang berlainan. Hasil karya Comte yang terutama adalah :

 The Scientific Labors Necerssary for Reorganization of Society (1822);

 The Positive Philosophy (6 jilid 1830-1840);

 Subjective Synthesis (1820-1903).

2. Herbert Spencer (1820-1903)

Dalam bukunya The Principles of Sociology ( 3 jilid, 1877), Spencer


menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Dia mengatakan bahwa
objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik,agama,pengendalian social
dan industry. Dia juga menekankan bahwa sosiologi harus menyoroti hubungan
timbale balik antara unsure-unsur masyarakat seprti pengaruh norma-norma atas
kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga polotik dan lembaga keagamaan.
Hasil karya yang terkenal lainnya :

 Social Statistic (1850);

 Principles of Psychology (1955);

 Principles of Biologis (2 jilid, 1864 dan 1961)

 Principles of Ethics (1893)

3. Emile Durkheim (1858-1917)

Menurut Emile Durkheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam


masyarakat dan proses-proses social. Dalam majalah sosiologi, ia
mengklasifikasikan pembagian sosiologi atas tujuh seksi, yaitu:

a) Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok


manusia.

b) Sosiologi agama
c) Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi
social, perkawinan dan keluarga.

d) Sosiologi tentang kejahatan

e) Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan


kelompok kerja

f) Demografi yang mencakup masyarakat pedesaan dan perkotaan

g) Sosiologi estetika

Hasil karyanya yang terkemuka :

 The Social Division of Labor (1893)

 The Rules of Sociological Method (1895)

 The Elementary Forms of Religious (1912)

4. Max Webber(1864-1920)

Max Webber, seorang Jerman, berusaha memberikan pengertian mengenai


perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi social.
Max juga terkenal dengan teori ideal typus, yaitu merupakan suatu konstruksi
dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk
menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat. Karya yang ditulisnya antara lain :

 The History of Trading Companies During the Moddle


Ages (disertasi,1889)

 Economy and Society (1920)

 Collected Essays on Sociology of Region (3 jilid, 1921)

 Collected Essays on Sociology and Social Problems (1924)

  From Max Webber : Essays in Sociology (1946)

 The Theori of Social and Economic Organization (1947)


 Alex Webber on The Methodology of Social Sciences (1949)

5. Charles Horton Cooley (1864-1929)

Seorang Amerika, Charles Horton Cooley, mengembangkan konsepsi


mengenai hubungan timbale balik dan hubungan yang tidak terpisah antara
individu dengan masyarakat. Coooley dalam mengemukakan teorinya terpengaruh
aliran romantic yang mengidamkan kehidupan bersama, rukun, damai,
sebagaimana dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang masih bersahaja. Hasil-
hasil karyanya;

 Human Nature and Social Order (3 jilid,1902)

 Social Organization (1909)

 Social Process (1918)

6. Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882)

Le Play mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan


menganalisis gejala-gejala social, yaitu dengan jalan mengadakan observasi
terhadap fakta-fakta social dan analisis induktif. Kemudian ia juga menggunakan
metode case study dalam penelitian-penelitian sosial. Penelitian-penelitiannya
terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis menentukan
jenis pekerjaan dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga, serta
lembaga-lembaga lainnya. Karangan-karangan yang pernah di buatnya:

 European Worker (1855);

 Social Reform in France (1864)

 The Organization of The Family (1871)

 The Organization of Labor (1872)


B. SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos


yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropogi adalah studi tentang umat
manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia
dan prilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai
keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang mempelajari manusia,
antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat atau tidak akurat.

Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari kapan, dimana, dan


bagaimana manusia pada mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka juga
mempelajari beraneka ragam ciri-ciri fisik manusia. Para ahliantropolgi juga
tertarik untuk mempelajari bagaimana dan mengapa suatu masyarakat memilki
pemikiran dan kebiasaan pada masa lampau dan masa kini.

Ketidak akuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas juga muncul


karena dengan pengertian tersebut antropolgi dapat digabungkan denngan disiplin
ilmu manusia lainnya seperti sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah,
biologi manusia, dan bahkan dapat digabungkan dengan disiplin humanistic
seperti filsafat dan sastra.

a. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Antropologi.

Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3)


terdiri dari empat fase, yaitu:

1. Fase Pertama (Sebelum 1800)

Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua
Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat
selam kurang lebih 4 abad. Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri
dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para pegawai
pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah perjalanan, laporan
dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka
kunjungi.
Deskripsi tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau
cirri-ciri fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai “etnografi” (dari
kata etnos berarti bahasa.

2. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)

Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara


serius beerapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di
dunia pada berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut
mentangkut masyarakat yang dianggap “primitiv” yang tingkat evolusinya sangat
lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar
1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang
mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam
berbagai tingkat evolusi.

3. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)

Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil
memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial
tersebut, ilmu Antropologi menjadi semakin penting bagi kepentingan
kolonialisme.

Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa


non Eropa ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya
belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa.

4. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)

Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi


akademik. Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun
metode-metode ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan
gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa yang
tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) setelahPerang Dunia II.

Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan


lapangan. Oleh karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak
tahun 1930 telah beralih dari suku-suku bangsa primitiv non Eropa kepada
penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika.
Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan
symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang
lingkup antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.

Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:

 Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia


berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya.

 Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan

b. Lahirnya Ilmu Antropologi

Antropologi adalah suatu ilmu sosial yang pemaparannya mengenai


sejarah pembentukan antropologi tetap penting dibicarakan. Kebanyakan
antropolog sependapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu cabang keilmuan
yang jelas batasannya pada sekitar pertengahan abad kesembilan belas, tatkala
perhatian orang pada evolusi manusia berkembang. Setiap antropolog dan ahli
sejarah memiliki alas an sendiri-sendiri untuk menetukan kapan antropologi
dimulai. Dari sudut pandang “sejarah gagasan”, tulisan-tulisan filsuf, dan peziarah
Yunani, sejarawan Arab kuno, peziarah Eropa kuno, maupun masa renaisans, dan
filsuf, ahli hukum, ilmuwan berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap
pendorong bagi dibangunnya tradisi antropologi.

Perdebatan pada abad ke 18 mengenai asal usul bahasa dan mengenai


hubungan antara manusia dengan apa yang kita sebut primate yang lebih tinggi
juga relevan, seperti halnya perdeatan pada abad ke 19 antara poligenis
(keyakinan bahwa setiap ‘ras’ m empunyai asal usul terpisah) dan monogenis
(keyakinan bahwa manusia memiliki asal usul keturunan yang sama, dari adam
atau dari makhluk yang disebut dengan kera).

Antropologi di Eropa pada abad ke 18 ditandai oleh tiga pertanyaan


penting yang diajukan untuk pertama kali dalam bentuk modern selama masa
pencerahan di Eropa. Pertanyaan itu adalah:
 Siapa yang mendefenisikan manusia dalam bentuk abstrak?

 Apa yang membedakan manusia dari binatang?

 Dan apa kondisi alamiah dari manusia itu?

Dari pertanyaan itu maka munculah ilmuwan dan tokoh-tokoh dalam


pengembangan kehidupan manusia, sehingga disebut dengan ilmu antropologi
yang kita kenal sampai sekarang.

c. Berkembangnya Ilmu Antropologi

Dalam arti tertentu, praktik antropologi dimulai begitu manusia mulai


berfikir tentang masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara sadar
memutuskan untuk membandingan diri mereka sendiri dengan masyarakat-
masyarakat lain yang melakukan kontak dengan mereka.

Ahli sejarah Yunani, Herodotus (484-425 SM) menghabiskan bertahun-


tahun untuk melakukan perjalanan di Asia, Mesir dan Yunani, dan menuliskan
gambaran terperinci tentang pakaian, panen, etiket dan ritual dari orang-orang
yang ia jumpai. Ibn Khaldun (13326-1406) adalah seorang ahli politik dan sejarah
yang tinggal beberapa tahun. Ia menghasilkan karya ilmiah yang menakjubkan,
karena mengelompokkan orang-orang yang diamatinya menjadi dua kelompok
masyarakat, yaitu suku Bedouin yang dianggap liar, nomaden serta agresif, dan
masyarakt kota yang menetap, berpendidikan dan kadang-kadang korup, yang
menggantungkan hidup mereka pada pertanian lokal.

Goerge Stocking, seorang ahli antropologi sejarah dari Amerika


membedakan perilaku banyak warga Inggris Victoria dengan masyarakat non
Eropa, secara jelas gambaran yang dimunculkan adalah gambaran seorang yang
bukan saja terasing secara geografis, tapi juga kebalikan dari gambaran ideal dari
seorang pria Victoria; berkulit putih, menarik bersih (sifat ini bisa dikatakan
mendekati sifat saleh). Gagasan itu jelas menggambarkan evolusi budaya, sebuah
gagasan yang berhasil menjadi sebuah teori dominan di abad kesembilan belas.
Pada tahun 1896 ahli antropologi Franz Boas (1858-1942) menerbitkan sebuah
makalah yang berjudul The Limitations Of The Comparative Method Of
Anthropology. Dua kalimat terakhir dalam tulisannya mengatakan “sampai saat ini
kita masih terlalu senang tingkah laku aneh yang cerdik. Kerja nyata masih
didepan kita”, yang ia maksud dengan kesenangan adalah kesenangan dari banyak
ahli evolusi, yang menurut Boas, riset mereka pada hikikatnya rasis dan hanya
ditunjang oleh sedikit bukti saja.

d. Tokoh-Tokoh Antropologi

Para tokoh antropologi dalam fase pertama dari perkembangannya sudah


tentu belum ada, Karena pada waktu itu belum ada ilmu antropologi. Namun ada
penjelasan tentang manusia dan kebudayaan suku-suku bangsa yang tinggal diluar
benua Eropa. Para pengarang etnografi kuno ada dari berbagai golongan antara
lain:

1. Golongan musafir adalah A. Bastian, seorang dokter kapal berbangsa


jerman yang telah keliling ke berbagai benua pada permulaan abad ke-19.
diantara catatan-catatan perjalanannya mengenai berbagai daerah tertentu
di Afrika Barat, India. Cina, Australia, Kepulauan Osenia, Meksiko, dan
Amerika latin. Ia pernah menulis tiga jilid etnografi mengenai kebudayaan
suku-suku bangsa di Indonesia.

2. Golongan penyiar agama Nasrani sangat banyak jumlahnya, cukup disebut


seorang saja sebagai contoh, ialah J.F. Lafitau, seorang pendeta agama
Katolik bangsa perancis yang pernah berkerja di daerah sungai St.
Lawrance (Amerika Utara dan Kanada Timur), sebagai penyiar agama dan
menulis sebuah etnografi yang klasik (1724) tentang kebudayaan suku-
suku bangsa India yang hidup didaerah sungai tersebut.

3. Golongan Eksplorasi adalah N.N. Miklukho-Maklai, seorang bangsa Rusia


yang banyak mengenbara di daerah Oseania di Lautan Teduh, dan yang
pernah mengunjungi Papua Nugini dan Irian Jaya.
4. Golongan pemerintah-pemerintah jajahan adalah T.S. Raffles, yang pernah
menjabat sebagai Letnan Gubernur Jendral di Indonesia antara tahun 1811
dan 1815.

5. Tokoh dari sarjana antropologi pada abad ke-19 adalah L.H Morgan,
seorang serjana hokum bangsa Amerika yang berkerja sebagai pengacara.

6. P.W. Schmidt, seorang serjana antropologi berbangsa Austria.

7. Tokoh sarjana antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga


adalah B. Malinowski, yang telah menulis banyak buku antropologi.

8. Tokoh sarjana antropologi dalam fase perkembangannya yang keempat


adalah F. Boas yang mula-mula adalah ahli geografi bangsa jerman,
kemudian menjadi warga Negara Amerika, yang dianggap sebagai tokoh
pendekar antropologi pada masa kejayaannya.

9. Ruth Benedict, Margaret Mead dan R. Linton adalah tokoh antropologi


wanita yang lebih mengarah tentang antropologi psikologi.

10. A.R Radcliffe-Brown adalh tokoh antropologi yang mengembangkan


teori-teori antropologi sinkronik yang kemudian menjadi sub ilmu
antropologi social.

11. R. frith adalah tokoh yang menggunakan metode-metode antropologi


dalam hal analisis, yang bisa disebut antropologi terapan.

Banyak sekali tokoh-tokoh yang berperan penting dalam dunia


perkembangan ilmu antropologi, karena antropologi tidak hanya berkembang di
Negara-negara Eropa saja, akan tetapi ilmu ini berkembang ke Negara-negara
Asia, Afrika, Amerika dan lain sebagainya. Sehingga dengan berkembangnya
ilmu ini di Negara-negara tersebut banyak tokoh-tokoh yang ikut campur dengan
pemikiran-pemikiran mereka sehingga ilmu antropologi semakin lama semakin
luas kajiannya.

e. Cabang-Cabang Antropologi
Dalam buku “Anntropology”, William A. Haviland (1985:12) membahas
antropologi yang secara garis besar terdiri empat cabang yaitu:

 Antropologi Fisik

 Antropogi Budaya (Arkeologi, Linguistik, dan Etnologi).

1. Antropologi Fisik

Antropologi fisik (antropologi ragawi) adalah bagian dari antropologi yang


memusatkan perhatiannya kepada manusia sebagai organisme biologis yang
berkembang dan hendak ditentukan bagaimana dan apa sebabnya bangsa-bangsa
berbeda menurut keadaan fisiknya. Salah satu yang menjadi perhatian antropologi
fisik adalah evolusi manusia (Haviland, 1985:12 dan Ihromi, 1994:5). Dua
pertanyaan yang menyolok dari cabang antropolohgi fisik adalah:

 Tentang munculnya manusia, dan perkembangannya kemudian


(paleontology manusia)

 Mengenai bagaimana dan apa sebabnya manusia masa kini secara biologis
berbeda (variasi manusia)

2. Antropologi Budaya

Antropologi budaya meliputi etnologi, linguistic, dan arkeologi. Yang


ketiganya berhubungan langsung dengan kebudayaan manusia. Berikut kan di
bahas satu persatu:

f. Etnologi

Atau dikenal dengan ilmu bangsa-bangsa. Etnologi menurut Haviland


(1985:17) adalah cabang dari antropologi budaya yang memusatkan perhatian
terhadap kebudayaan-kebudayaan zaman sekarang. Sub disiplin ini lebih
mengkhususkan diri kepada prilaku manusia sebagaimana yang dapat disaksikan,
dialami, dan didiskusikannya dengan orang-orang yang kebudayaannnya hendak
dipahami.
g. Linguistik

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa-bahasa. Sebagai ilmu


pengetahuan, ilmu tentang bahasa ini agak lebih tua dibandingkan dengan
antropologi. Kedua disiplin tersebut menjadi amat erat hubungannya, karena
ketika para ahli antropologi melakukan penelitian lapangan, mereka meminta
bantuan tenaga-tenaga ahli bahasa untuk mempelajari bahasa-bahasa primitive.
Terdapat perbedaan antara ahli linguistic dengan ahli-ahli bahasa yang lain. Ahli
linguistic lebih tertarik pada sejarah dan struktur bahasa-bahasa yang tidak
tertulis. Pusat perhatian demikian memerlukan tekhnik analisa dan penelitian yang
lebih las jenisnya dibandingkan dengan yang digunakan oleh para ahli bahasa
yang lain.

h. Arkeologi

Arkeologi menurut Havilland (1985:14) adalah cabang antropologi budaya


yang mempelajari benda-benda dengan maksud untuk menggambarkan dan
menerangkan perilaku manusia. Sebagian besar perhatian dipusatkan kepada masa
lampau, karena apa yang tertinggal di masa lampau seringkali hanya berupa benda
dan bukan gagasan. Ahli arkeologi mempelajari alat-alat, tembikar, dan
peninggalan lain yang tahan lama, yang masih ada sebagai warisan dari
kebudayaan yang telah punah. Atau dengan kata lain menurut Ihromi (1994:7)
berusaha mengkonstruksikan dan menyusun kembali cara hidup sehari-hari dan
adat istiadat dari bangsa-bangsa masa prasejarah, serta menelusuri perubahan
kebudayaan dan mengajukan keterengan tentang kemungkinan sebab dari
perubahan kebudayaan itu.

C. PERAN SOSIOANTROPOLOGI DALAM BIDANG KESEHTAN

Hubungan antara Ilmu Antropologi dengan Ilmu Kesehatan Antropologi


membutuhkan ilmu kesehatan utuk memhami perkembangan penyakit dan
kesehatan suatu masyarakat, dan yang terpenting adalah sikap satu kelompok
manusia terhadap penyakit atau wabah yang dihadapi, demikain pula halnya
dengan para dokter, diharapkan bisa bekerja sama dengan para antropolog untuk
memahami pandangan hidup suatu masyarakat tentang penyebab terjadinya
wabah suatu penyakit, sakit yang diderita seseorang, bahkan penyebab terjadinya
suatu kematian, apakah karena disebabkan oleh penyakit atau sikap dukun,
tukang sihir atau bahkan karena disebabakan oleh sikap dewa yang murka kepada
suatu golongan masyarakat tersebut.

Diantara ilmu-ilmu yang berkaitan dengan antropologi dan memiliki


hubungan yang sangat erat dan tidak bisa dipisahkan adalah ilmu sosiologi dan
ilmu psikologi.

a. Sosiologi kesehatan

 Sosiologi kesehatan Sosiologi Kesehatan : ilmu terapan sosiologi,


kajian sosiologi dalam konteks kesehatan

 Sosiologi Kedokteran : studi tentang faktor-faktor sosial dalam


etiogi (penyebab), prevalensi (angka kejadian), profesi
kedokteran& hubungan dokter-masyarakat Perilaku kesehatan,
pengaruh norma sosial thd perilaku, interaksi antar petugas &
petugas kesehatan-masyarakat

 Prinsip dasar : penerapan konsep & metode sosiologi dalam


mendeskripsikan, menganalisis, memecahkan masalah kesehatan

b. Peran Sosiologi dalam Praktik Kesehatan

1. Peran Sosiolog :

 Sebagai ahli riset : penelitian ilmiah & pembinaana pola pikir


terhadap masyarakat

 Konsultan kebijakan : menganalisis fakta sosial, dinamika sosial &


kecenderungan proses serta perubahan sosial
 Teknisi dalam perencanaan & pelaksanaan program kegiatan
masyarakat

 Peran sebagai pendidik kesehatan : wawasan & pemahaman thd


tenaga kesehatan/ pengambil kebijakan kesehatan

2. Manfaat Sosiologi bg kesehatan :

 Mempelajari cara org meminta pertolongan medis

 Mengetahui latar belakang sosial-ekonomi masyarakat dalam


pemanfaatan layanan kesehatan

 Menganalisis faktor-faktor sosial dalam hubungannya dg etiologi


penyakit 5

 Menganalisis fakta –fakta sosial (sakit, cacat fisik);

1) Penilaian klinis lebih rasional

2) Menghargai perilaku pasien, kolega & organisasi

3) Menangani kebutuhan sosial –emosional pasien

c. Antropologi Kesehatan

Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya


terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita
Sarwono, 1993)

Pokok perhatian Kutub Biologi :

 Pertumbuhan dan perkembangan manusia

 Peranan penyakit dalam evolusi manusia

 Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)

Pokok perhatian kutub sosial-budaya :

 Sistem medis tradisional (etnomedisin)

 Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka


 Tingkah laku sakit

 Hubungan antara dokter pasien

 Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada


masyarakat tradisional.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah


disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya
dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3)

Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-


masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi
dan kutub sosial budaya.

d. Peran antropologi kesehatan dan sosiologi kesehatan

Antropologi membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang


berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya:

1) Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes);

2) Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan


supranatural maupun supernatural atau penyihir;

3) Kelompok ‘healers’ ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap


kelompok masyarakat;

4) Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh;

5) Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan ‘sakit’ atau ‘penyakit’ tidak


secara individual, terutama “illness dan sickness” pada keluarga ataupun
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai