Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGANTAR LOGIKA

PENGERTIAN LOGIKA DAN RUANG LINGKUP

LOGIKA

DOSEN PEMBIMBING:

DHENY WAHYUDI, S.H.M.H

DISUSUN OLEH:

SENDY APRILYAN JUNAIDI

B10016183
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat

dan lindungan-nya. Akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini

saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Logika. selain itu saya menyusun

makalah ini untuk menambah wawasan untuk memahami.

Mungkin makalah yang saya buat ini belum sempurna karena saya juga

masih dalam tahap belajar, oleh karena itu saya menerima saran ataupun kritikan dari

segala pihak agar makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam

makalah ini saya membahas tentang “Pengertian Logika dan Ruang Lingkup Logika

Semoga makalah yang saya buat ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Demikianlah makalah yang saya susun dan jika ada tulisan atau perkataan

yang kurang berkenan(sopan) kami mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah

ini bermanfaat buat pembaca.

Jambi 30 Oktober 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 4
1.1  LATAR BELAKANG.................................................................................... 4
1.2  RUMUSAN MASALAH............................................................................... 5
1.3  TUJUAN PENULISAN................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 5
2.1  PENGERTIAN LOGIKA............................................................................... 6
2.2  OBJEK LOGIKA........................................................................................... 8
2.3  SEJARAH LOGIKA...................................................................................... 9
2.4  MANFAAT LOGIKA.................................................................................... 13
2.5  PEMBAGIAN LOGIKA................................................................................ 14
BAB III PENUTUP............................................................................................... 18
3.1  KESIMPULAN.............................................................................................. 18
3.2  SARAN........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Berpikir merupakan aktivitas manusia untuk menemukan pengetahuan yang

benar, sedang kebenaran itu tidaklah persis sama pada setiap individu. Maka setiap

jalan pikiran manusia mempunyai kriteria kebenaran yang berfungsi sebagai landasan

proses penemuan kebenaran tersebut, dan setiap penalaran mempunyai kriteria

kebenaranya masing-masing.

Aktivitas berpikir sebagai penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai

suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola berpikir

yang luas dalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan

ruang lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan

penalaran yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran yang logis

dan kritis ini juga yang nantinya akan mambantu pemahaman bagi semua ilmu,

karena penalaran yang logis, kritis, dan sistematis inilah ang menjadi salah satu syarat

sifat ilmiah.
1.2  RUMUSAN MASALAH

1        Apa pengertian logika ?

2        Apa saja objek logika ?

3        Bagaimana sejarah logika ?

4        Apa saja kegunaan dan manfaat logika ?

5        Bagaimana pembagian logika ?

1.3  TUJUAN PENULISAN

1        Mampu menjelaskan dan mendeskripsikan pengertian logika.

2        Mampu menggambarkan objek-objek dalam logika.

3        Mampu menggambarkan sejarah singkat logika.

4        Mampu menjelaskan kegunaan dan manfaat dari logika.

5        Mendeskripsikan pembagian logika.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1    PENGERTIAN LOGIKA

Secara etimologi, Logika berasal dari perkataan Yunani yaitu logike (kata

sifat) dan logos (kata benda), yang berarti “pikiran atau perkataan sebagai pernyataan

dari pikiran, alasan atau uraian”. Dengan demikian, logika merupakan pekerjaan akal

pikiran manusia dalam bernalar untuk menghasilkan kebenaran atau penyimpulan

yang benar. Sebagai ilmu, disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun

sekarang ini hanya lazim disebut dengan logika saja. Jadi, logika adalah suatu ilmu

pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang dipandang

dari aspek yang benar (sahih). Ada yang berpendapat bahwa logika adalah ilmu

dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip-prinsip dan hukum-hukum

penalaran yang tepat. Ada juga yang menandaskan bahwa logika adalah ilmu

pengetahuan (science) tetapi sekaligus merupakan kecakapan atau keterampilan yang

merupakan seni (art) untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Dalam hal ini,

ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui, sedangkan kecakapan

atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan

pengetahuan ke dalam tindakan. Selain itu, ada juga ahli yang berpendapat bahwa

logika adalah teknik atau metode untuk meneliti ketepatan berpikir. Jadi logika tidak

terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode. Ada pula yang mengatakan
bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan

penalaran yang sahih (valid).

William Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of

inference, more precisely the attempt to devise criteria for separating valid from

invalid inferencesw (logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat

usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah

dan yang tidak sah).

Sheldon Lachman, mengemukakan: Logic is the systematic discipline

concerned with the organization and development of the formal rules, the normative

prosedures and the criteria of valid inference (logika adalah cabang ilmu yang

sistematis mengenai penyusunan dan pengemebangan dari aturan formal, prosedur

normatif, dan ukuran-ukuran bagi penyimpulan yang sah).

Jan Hendrik Rapar, (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat yang

mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan

formal, prosedur-prosedur serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan

demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”.

Ir. Poedjawijatna, logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari

teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.

Hasbullah Bakry, logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur

penelitian hokum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat

mencapai kebenaran.
Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan di atas, dapat dikatakan

bahwa logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun,

mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur,

serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi pencapaian kebenaran

yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

2.2    OBJEK LOGIKA

Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau

pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang

dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material dari

sesuatu adalah hal yang diselidiki dari sesuatu itu, mencakup yang konkret dan yang

abstrak. Objek formal adalah sudut pandang dari objek itu disorot sebagai pembeda

dengan objek lainnya.

Objek material sesuatu ilmu pengetahuan mungkin saja dapat sama untuk

beberapa ilmu pengetahuan, namun ilmu-ilmu itu berbeda karena objek formalnya.

Sebagai contoh: psikologi, sosiologi, dan pedagogik memiliki objek material yang

sama, yaitu manusia. Akan tetapi, ketiga ilmu itu berbeda karena objek formalnya

yang berbeda. Objek forma psikologi ialah aktivitas jiwa dan kepribadian manusia

secara individual yang dipelajari lewat tingkah laku, objek formal sosiologi ialah

hubungan antar manusia dalam kelompok dan antar kelompok dalam masyarakat,
sedangkan objek formal pedagogik ialah keegiatan manusia untuk menuntun

perkembangan manusia lainnya ke tujuan tertentu.

Perlu dicatat di sini bahwa yang pantas menjadi objek material suatu ilmu

ialah suatu lapangan, bidang, atau materi yang benar-benar konkret dan dan dapat

diamati. Hal itu perlu ditegaskan karena kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara

apa yang diketahui dengan objek materialnya. Jika objek material itu abstrak dan

tidak dapat diamati, tentu saja apa yang diketahui (pengetahuan) tidak mungkin dapat

dicocokkan dengan objeknya. Dengan demikian, tidak mungkin dapat dicapai

kebenaran yang merupakan kesesuaian pengetahuan dengan objeknya itu.

Surajiyo, dkk. (2009:11) mengatakan lapangan dalam logika adalah asas-

asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir

lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-

hukum yang harus ditepati.

Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksudkan berpikir di sini

adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah dan

mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan,

membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang

lainnya. Dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya.

Oleh karena itu, berpikir lurus dan tepat merupakan objek formal logika.
2.3    SEJARAH SINGKAT LOGIKA

Apabila ditelusuri dari awal keberadaan logika, tidak terlepas dari ahli pikir

sebelumnya seperti Thales (624-548 SM), filsuf Yunani pertama, meninggalkan

segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal

budi untuk memecahkan rahasia alam semesta, sejak saat itulah ia meletakkan dasar-

dasar berfikir logis. Bahkan ketika Thales mengatakan air adalah arkhe (prinsip atau

asas pertama) alam semesta, ia telah memperkenalkan logika induktif. Bukankah

perkataan Thales ini merupakan kesimpulan yang dimaknai bahwa air adalah jiwa

segala sesuatu, misalnya air jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan

mati), darah jiwa hewan dan manusia, sedangkan uap dan es adalah air, maka

penalaran induktif (logika) yang dilakukan Thales adalah sebagai berikut:

·         Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan,

·         air adalah jiwa hewan,

·         air adalah jiwa manusia,

·         air jugalah uap, dan

·         air jugalah es.

·         Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah alam semesta

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sejak Thales, sang filsuf pertama

itu, logika telah mulai dikembangkan. Semua filsuf sesudah Thales pun telah

berperan serta dalam pengembangan logika kendatipun istilah logika itu sendiri

belum dikenal.
Aristoteles (384 – 322 SM) yang juga belum menggunakan kata logika,

tetapi menggunakan kata analitika dan dialektika. Analitika untuk penyelidikan

mengenai berbagai argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar.

Sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang

bertitik tolak dari hipotesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya. Aristoteles

mewariskan kepada murid-muridnya enam buku yang oleh murid-muridnya dinamai

Organon, yang berarti alat. Enam buku itu, ialah (1) Categoriae, menguraikan

sesuatu objek dalam jenis-jenis pengertian umum; (2) De interpretatione, membahas

mengenai komposisi keputusan; (3) Analytica priora, membahas pembuktian; (4)

Analytica posteriora, membahas pembuktian; (5) Topica, berisi cara berargumentasi

atau cara berdebat; (6) De sophhisticis elenchis, membicarakan kesesatan dan

kekeliruan berpikir. Rapar (1996:13) mengemukakan inti logika Aristoteles ialah

silogisme. Dan silogisme itulah yang sesungguhnya merupakan penemuan murni

Aristoteles dan yang terbesar dalam logika.

Perkembangan logika pada pasca Aristoteles banyak dilanjutkan oleh para

murid-muridnya, dan Abad ke 1 sebelum masehi merupakan abad pertama

munculnya logika oleh filsuf Cicero di mana logika masih diartikan sebagai seni

berdebad. Pada permulaan abad ke 3 sesudah masehi oleh Alexander Aphrodisias

adalah orang yang pertama kali menggunakan kata logika dalam arti ilmu yang

menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita

Rapar (1996:14) mengemukakan bahwa sampai abad kedua belas atau ketiga

belas, karya-karya tulis di bidang logika yang masih digunakan ialah Categoriae dan
De interpretatione Aristoteles serta Eisagoge Porphyrius Pada abad ke sampai abad

kelimabelas, tampillah logika modern dengan tokoh-tokohnya, antara lain, Petrus

Hispanus (1210 – 1278), roger Bacon (1214 – 1292), RYMUNDUS Lullus (1232 –

1315), dan William Ockham (1285 – 1349)

Kendatipun logika modern telah dikembangkan, logika Aristoteles

diteruskan oleh Thomas Hobbews (1588 – 1679) dan John Loek (1632 – 1704).

Francis Bacon (1561 – 1626) mengembangkan logika induktif, sedangkan Gottfried

Wilhelm Leibniz (1646 – 1716, George Boole (1815 – 1864), John Venn (1834 –

1923), Dan Gottlob Frege (1848 – 1925) dikenal sebagai para pelopor logika

simbolik. Kemudia, filsuf besar Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce (1839 –

1914) yang pernah mengajar logika di John Hopking University, melengkapi logika

simbolik lewat karya tulisnya yang sangat banyak. Ia menafsirkan logika selaku teori

umum mengenai tanda (general theory of signs) dan melahirkan dalil yang disebut

dalil Peirce (Peirce’s law) Logika simbolik simbolik mencapai puncaknya lewat

karya bersama Alfred North Whitehead (1861 1947) dan Bertrand Arthur William

Dussel (1872-1970) berjudul Principia Mathematica, berjumlah tiga jilid dan ditulis

pada tahun 1910 – 1913. Logika simbolik diteruskan oleh Ludwing Wittgenstein

911889 – 1951), Ruddolf Carnap (1891 – 1970), Kurt Godel (1906 – 1978, dan lain-

lain.
2.4    MANFAAT LOGIKA

Setidaknya ada empat kegunaan dengan belajar logika, yaitu:

1.      membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,

kritis, lurus, tertib, metodis, dan koheren;

2.      meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif

3.      menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan

mandiri

4.      meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta

kesesatan.

Selanjutnya dikatakan bahwa bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan

suatu keharusan. Tidak ada ilmu pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika.

Ilmu pengetahuan tanpa logika tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles, bapak logika, yaitu logika benar-benar

merupakan alat bagi seluruh ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pula, barang siapa

mempelajari logika, sesungguhnya ia telah menggenggam master key untuk

membuka semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Di samping kegunaan di atas, Surajiyo, dkk. (2009:15) mengemukakan

bahwa logika juga dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Dari segi

kemanfaatan teoritis, logika mengajarkan tentang berpikir sebagaimana yang

seharusnya (normatif) bukan berpikir sebagaimana adanya seperti dalam ilmu-ilmu


positif (fisika, psikologi, dsb.). Dari segi kemanfaatan praktis, akal semakin

tajam/kritis dalam mengambil putusan yang benar dan runtut (consisten).

2.5    PEMBAGIAN LOGIKA

1.      Logika makna luas dan logika makna sempit

Menurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang

luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud dipakai

searti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan arti yang lebih luas,

pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana system-

sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai

logika itu sendiri.

Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang

filsafat sekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.

a.         Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan

(logika formal atau logika simbolis)

b.        Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan

objek yang diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian

(epistemology).

c.         Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan ilmiah

(metodologi)
2.      Logika deduktif dan logika induktif

Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran

yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai

keharusan dari pangkal pikirnya sehiingga bersifat betul menurut bentuknya saja.

Dari logika jenis ini yang terutama ditelaah yaitu bentuk dari bekerjanya akal,

keruntutannya, serta kesesuaiannya dengan langkah-langkah san aturan yang berlaku

sehingga penalaran yang terjadi adalah tepat dan sah.

Logika induktif merpakan suagam atu ragam logika yang mempelajari asas

penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu

kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.penalaran yang demikian ini digolongkan

sebagai induksi. Induksi adalah bentuk penalaran atau enyimpulan yang berdasarkan

pengamatan terhadap sejumlah hal kecil, atau anggota suatu himpunan, untuk tiba

pada suatu kesimpulan yang diharapkan berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh

anggota himpunan itu, tetapi yang kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh

jadi saja.

3.      Logika formal dan logika material

Mellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika formal,

sedangkan logika induktif kadang-kadang disebut logika material. Pernyataan ini

tidak sepenuhnya tepat karena menurut Fisk, logika formal hanyalah suatu bagian

dari logika deduktif, yakni bagian yang bertalian dengan perbincangan-perbincangan

yang sah menurut bentuknya bukan menurut isinya. (The Liang Gie, 1980).
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hokum-hukum yang berpikir

yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran.

Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika

formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika

material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat

pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu

pengetahua itu.

Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika

material dinamakan orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika formal

adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk mencapai

kebenaran.

4.      Logika murni dan logika terapan

Menurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek terhadap

arti dari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang

semua bagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian kecuali arti-arti tertentu dari

istilah yang termuat di dalamnya. (The Liang Gie,1980)

Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika

yan berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan

arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan

dimaksud.
Logika terpaan adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap

cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan

bahasa sehari-hari. Apabila sesuatu ilmu menggunakan asas dan aturan logika bagi

istilahdan ungkapannya yang mempunyai pengertian khusus dalam bidangnaya

sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah mempergunakan sesuatu logika terapan dan

ilmu yang bersangkutan, seperti logika ilmu hayat bagi biologi, dan logika sosiologi

bagi sosiologi.

5.      Logika filsafati dan logika matematik

Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika

yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, misalnya

logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika

matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar

dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambing yang khusus dan

cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam

bahasa biasa. (The Liang Gie dan Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang Daruni Asdi,

1980, hlm. 35-46)


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan materi diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa logika adalah landasan utama utk menguasai filsafat & ilmu pengetahuan serta

sarana penghubung antara filsafat & ilmu. Logika menyelidiki, menyeleksi, dan

menilai pemikiran dengan cara seriusdan terpelajar serta bertujuan untuk

mendapatkan kebenaran, terlepas dari segalakepentingan dan keinginan perorangan.

Logika merumuskan serta menerapkanhukum - hukum dan patokan - patokan yang

harus ditaati agar seseorang dapatberpikir benar, efisien, sistematis, dan teratur.

Dengan demikian ada dua obyekpenyelidikan Ilmu Logika (Ilmu Mantiq), Pertama,

Pemikiran sebagai obyekmaterial juga dikenal dengan nama Logika Material dan

yang kedua, patokan-patokan atau hukum - hukum berpikir benar sebagai obyek

formalnya, yangdisebut logika formal. Pemikiran yang benar dapat dibedakan

menjadi dua bentuk berbeda secararadikal yakni dari cara berpikir umum ke khusus

(deduktif) yaitu cara berpikiryang dipergunakan dalam logika formal yang

mempelajari dasar – dasarpersesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran

dengan menggunakanhukum - hukum, rumus - rumus, patokan - patokan berpikir

benar, dan dari caraberpikir khusus ke umum (induktif) yaitu cara berpikir yang

dipergunakan dalamlogika material yang mempelajari dasar – dasar persesuaian

pikiran dengankenyataan (penyesuaian idealita dengan realita).


3.2 SARAN

Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga pembaca

dapatberfikir tepat dan benar sehingga terhindar dari kesimpulan yang salah dan

kabur.Setidaknya dengan makalah ini, ada semacam pencerahan intelektual dalam

menyuguhkan motivasi yang intrinsik untuk segera mempelajari ilmu logikasehingga

kita dapat meminimalisasi kesalahan dalam berfikir.

Tentunya, dalam makalah ini akan ditemukan kelemahan-kelemahan

ataubahkan kekeliruan. Dengan itu, penulis sangat berharap adanya masukan dari

pembaca dan kritik sebagai upaya pembangunan mental guna penyelesaian


DAFTAR PUSTAKA

Poedjawijatna. 1984. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta: Bina Akasara.

Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-Dasar Logika.

Jakarta: Bumi Aksara.

www.google.co.id

www.juniarwibisana.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai