Disusun Oleh:
Dinda Zahra
Mutia Faridah
Nur Azizah
Muhammad Fikri
A. Latar Belakang
Dalam sejarah Eropa, tidak ada suatu masa dimana pengaruh agama
(gereja) menancap kuat dalam kehidupan manusia dan masyarakat, selain zaman
abad pertengahan. Pada zaman ini kekuasaan Paus dengan tahta suci Roma
merupakan kekuasaan yang tidak tergugat. Kekuasaan ini tidak hanya
menyangkut bidang agama, namun juga bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
bahkan dalam ilmu pengetahuan. Agama Kristen yang menjadi agama terbesar di
Eropa ketika itu pun kemudian menjadi terpecah setelah muncul banyak
ketidakpuasan atas perilaku gereja yang menyeleweng. Bahkan ketidakpuasan
tersebut diwujudkan pula dengan perbedaan pemahaman atas beberapa doktrin
mendasar dari ajaran Kristen. Sedangkan tokoh dari reformasi yang digelontorkan
ini diantaranya adalah Martin Luther.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kristen Protestan?
2. Bagaimana asal-usul agama Kristen Protestan?
3. Siapa pendiri agama Kristen Protestan?
4. Bagaimana perkembangan Kristen Protestan di belahan dunia?
5. Apa sajakah pokok ajaran Kristen Protestan baik dalam hokum dan ibadah?
6. Bagaimana perpecahan dan sekte yang ada dalam Kristen Protestan?
C. Tujuan Masalah
1. Mampu mengetahui pengertian dari Kristen Protestan
2. Mampu mengetahaui asal-usul agama Kristen Protestan
3. Mampu mengetahui pendiri agama Kristen Protestan
4. Mampu mengetahui perkembangan Kristen Protestan yang ada di belahan dunia
5. Mampu mengetahui pokok ajaran Kristen Protestan
6. Mampu mengetahui perpecahan dan sekte yang ada dalam Kristen Protestan
3 Drs. Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama. Jakarta 1994. Hal: 100
3. Pendiri Agama Kristen Protestan
a) Martin Luther
Tokoh pendiri agama Kristen Protestan dapat dikatakan tidak
lain adalah Martin Luther. Ia berasal dari keluarga petani di
Thuringen dan dilahirkan pada 10 November 1483 di Eisleben
Jerman. Ayahnya Hans Luther menginginkan agar Martin menjadi
sarjana hokum, maka ia harus mempelajari filsafat terlebih
dahulu. Ketika itu di Erfurt yang dominan adalah mata
ajaran skolastik. Setelah ia menyelesaikan pelajarannya, maka
suatu ketika ditengah perjalanannya ke Erfurt ia tertimpa Hujan
deras dengan halilintar yang sambar menyambar. Karena ia
merasa takut lalu ia berdoa, katanya Santa Anna yang baik,
tolonglah aku, aku ingin menjadi Rahib. Dua minggu setelah itu
ditepati janjinya, ia masuk biara ordo Eremit Agustin yang
disiplinnya keras.
Selama dalam biara ia mendalami teologis dan pada tahun
1507 ia ditahbiskan menjadi imam. Sesungguhnya ia adalah
Rahib yang serius, namun setiap kali ia melakukan perjalanan
batinya menjadi gelisah melihat apa yang dialaminya. Pada
tahun 1510 ia diutus ke Roma, namu apa yang dilihatnya di
kapel-kapel, di gereja-gereja di Roma, ialah prilaku para klerius
yang menggetarkan hatinya. Dilihatnya para rohaniawan yang
bermewah-mewah dan boros, dilihatnya para musafir yang
dating mendapatkan berbagai indulgensi dan absolusi dengan
mudah.
Pada tahun 1512 dia berhasil meraih gelar doctor dalam
teologi dari Universitas Wittenberg. Berangsur-angsur ia
melepaskan kebimbangan dan keraguannya dan menemukan
kepastian bahwa Rahmat Tuhan itu bukanlah dicurahkan dengan
sekramen ke dalam jiwa manusia, melainkan kepada firman
keampunan Tuhan semata. Tuhan dapat memberikan kebebasan
kepada manusia dari dosa-dosanya, namun Tuhan tidak
menuntut sesuatu dari manusia. Yang penting adalah iman.
Luther menyerang cita hidup mistik dalam gereja, yang
berusaha mendapatkan keselamatan dan persekutuan rohani
langsung dari Yesus. Ia mendasarkan ajarannya pada iman
danRahmat sebagai sumber hidup manusia.
Titik dasar ajaran Luther ialah pertemuannya dengan Tuhan di
dalam Al Kitab yang berbeda dengan ajaran Katolik tentang
hubungan Tuhan dengan manusia. Ia berpendirian bahwa Tuhan
itu hanya di atas tidak ada Tuhan yang menjelma dalam diri
manusia, pengalaman manusia tidak akan dapat mencapai
kemauan Tuhan, perbuatan manusia itu mempunyai nilai
sedangkan Tuhan tidak dapat dinilai. Manusia hanya dapat
mencari jalan keselamatan dengan imannya.
b) Ulrich Zwingi
Sejak peristiwa 13 Oktober 1517 di Wittenberg di mana Luther
mengumumkan 95 dalilnya, perkembangan reformasi gereja
berjalan terus walaupun banyak mengalami hambatan. Pada
tahun 1915 Ulrich Zwingli, mendukung gerakan Luther dan sejak
tahun1520 mulai aktif menyebarkan kegiatan pembaharuan,
sehingga pada tahun 1522 kegiatannya itu dilarang oleh Dewan
Kota Zurich (Swiss).
Zwingli bukan mundur melainkan mengajukan suatu
perdebatan umum. Dalam perdebatan itu ia mengemukakan 27
dalil dari Al-Kitab. Selanjutnya Dewan Kota mengambil
kebijaksanaan agar para pengkhotbah mulai saat itu hanya
mengabarkan injil yang sejati.
Pada tahun 1523 dilaksanakan lagi perdebatan yang kedua,
setelah selesai perdebatan Dewan Kota memerintahkan agar
mengeluarkan salib, mezbah, patung dan orgel dari bangunan
gereja, dan misa dihilangkan. Akibat pertentangan Zwingli
dengan golongan Katolik Roma, terjadilah perang. Peperangan
itu dimenangkan gereja Roma dan Zwingili mati dalam
pertempuran di dekat Kapel pada tanggal 11 Oktober 1531.
Jenazahnya dipotong-potong dan dibakar habis. Kaum Protestan
terpaksa menerima syarat-syarat perdamaian yang merugikan.
Antara Luther dan Zwingli terdapat perbedaan. Luther masih
mempertahankan gereja lama asal isinya berubah, sedangkan
Zwingili menghendaki perubahan kesemuanya, baik isi maupun
bentuknya. Menurut Luther soal perjamuan kudus adalah bukan
perbuatan manusia tetapi suatu anugrah Tuhan yang
dikaruniakanNya untuk menyatakan bahwa Tuhan telah mampu
membenarkan manusia yang berdosa karena kasihNya Dan
anugrahNya. Sedangkan menurut Zwingili bahwa perjamuan
kudus itu adalah hubungan persaudaraan dan sebagai
pernyataan jemaat Kristen yang oleh Tuhan disadarkan sebagai
kepunyaannya dan tugasnya.
c) Jean Calvin
Jean Calvin (1509-1564) adalah seorang sarjana hokum dari
Prancis yang sebagaimana Zwingli adalah juga pengikut dan juga
Erasmus. Ia memasuki gerakan reformasi sejak tahun 1533,
dikarenakan ajarannya yang mengarah pada bentuk
pemerintahan tokrasi yang berdisiplin keras maka ia diusir dari
Prancis. Pada tahun 1536-1538 ia melanjutkan ajarannya di
Geneva, dikarenakan di sini juga tidak dapat diterima
masyarakat maka ia diusir pula dan pindah ke Strassburg, di kota
ini ajarannya mendapat sambutan baik, kemudian ia kembali lagi
ke Genava tahun 1541 sampai akhir hayatnya pada tahun 1564.
Ajaran Calvin yang dikenal dengan sebutan
Institusio merupakan suatu buku katekisasi yang kecil bagi
jemaat Kristen. Bukunya menjadi pegangan bagi kaum Protestan
selain buku besar dari Luther.
Dalam hal ajaran pembenaran oleh iman, Calvin sejalan
dengan Luther, tetapi Calvin menekankan
pentingnya penyucian bagi kehidupan baru umat Kristen.
Perbedaan antara ajaran Luther dan Calvin berkisar sebagai
berikut:
a. Semuanya yang bertentangan dengan Al-Kitab menyrut
Luther boleh dipakai, misalnya lilin, patung, salib dan
sebagainya, sedangkan menurut Calvin semua yang tidak diatur
oleh Al-Kitab harus ditinggalkan.
b. Luther lebih menekankan pada iman, yaitu pembenaran.
Sedangkan Calvin menekankan pada akar pembenaran, yaitu
predistinasi dan buah pembenaran adalah pengudusan.
c. Menurut Luther gereja dan penataannya adalah sesuatu
yang objektif, sebagai apa yang diberikan Tuhan, sebagai tempat
mengabarkan Injil tentang pembenaran manusia atas anugerah
Tuhan yang disampaikan dalam khotbah dan sakramen.
Sedangkan menurut Calvin gereja itu bukan sekedar tempat
yang objektif untuk memberitakan keselamatan orang yang
beriman tetapi juga subjektif merupakan persekutuan orang-
orang beriman dengan Kristus satu sama lain. Jemaah kudus itu
hanya diperintah oleh Kristus saja dan wajib mengajarkan
kehormatan Kerajaan Allah di dunia.
d. Organisasi gereja menurut Luther telah menyerahkan diri
sepenuhnya kepada pemerintah, sedangkan menurut Calvin
gereja itu tidak bergantung dengan pemerintah. Gereja itu
memerintah diri sendiri karena Yesus Kristus satu-satunya
pemerintah mereka.
e. Menurut Luther dalam perjamuan kudus bahwa roti dan
anggur hanya lambang, dan tubuh Kristus yang dimuliakan itu
hadir di mana-mana. Menurut Calvin, roti dan anggur adalah alat
yang di gunakan untuk memberikan tubuh dan darah Kristus
yang sebenarnya kepada umat Kristiani, oleh karena tubuh itu
sudah mati dan bangkit kembali untuk kehidupan Kristiani yang
sekarang di dalam Surga, maka roti dan anggur tidak boleh
dianggap sama dengan tubuh dan darahnya, melainkan hanya
sebagai tanda anugerah dan kasih Tuhan dalam Yesus Kristus.4
4. Perkembangan Protestan
a. Perkembangan di dunia Barat
Timbulnya berbagai aliran dan sekte-sekte gereja Protestan
adalah karena dipengaruhi oleh adanya
gereja Pencerahan (Aufklarung) pada pertengahan abad ke-17
dan revivalisme (kebangkitan kembali). Selain itu terdapat
beberapa paham yang rasional yang telah menyebabkan
manusia semakin kritis terhadap segala sesuatu yang berasal
dari nenek moyangnya, dan melahirkan kemajuan ilmu
pengetahuan yang pesat di Eropa.
Menurut paham pencerahan kepercayaan agama Kristen
adalah bersifat kuno dan tidak rasional, maka harus diganti yang
ilmiah, dengan ilmu agama yang modern dan liberal di mana
gereja harus terpisah dengan Negara Sebagian masyarakat Barat
ada yang telah menerima teologi modern, tetapi sebagian juga
masih bertahan pada Al-Kitab.
Hal tersebut menyebabkan timbulnya gerakan-gerakan
keagamaan yang bersifat reviva (kebangkitan kembali) seperti
di Inggris dan Amerika, yang di Belanda atau Jerman
disebut pletisme.
4 [3] Prof. H. Hilman Hadikusuma, S.H. Antropologi Agama. Bandung 1993. Hal: 132-
140
b. Perkembangan di Amerika
Gereja Kristen di Amerika sampai tahun 1783 dipengaruhi
oleh gereja Angklikan Inggris, oleh karena Amerika jajahan
Inggris. Sejak abad 18 agama Kristen Protestan di Amerika
meningkat, dikarenakan usaha dari Jonathan Edwards (1703-
1758). Tokoh bangkitnya The Great Awakening dalam tahun
1740 dengan gerakan reveval. Tujuannya ialah untuk
memperbaiki kerusakan sebagai akibat kekacauan ortodoksi
sebagai akibat Pencerahan yang angkuh.
Dalam abad 19-20 masyarakat Kristen Protestan di Amerika
lalu terpecah-pecah di antara penganut yang liberal dan
fundamental. Aliran liberal terbuka dalam rangka pengembangan
ilmiah, sehingga timbul pandangan bahwa antara ajaran Kristen
dan ilmu pengetahuan adalah sejajar dan selaras. Kaum liberal
yang radikal dipimpin oleh William Channing dalam membahas
Al-Kitab menyerang Trinitas. Dari aliran liberal ini lahirlah yang
disebut Social Gospel(Injil Sosial) dengan latar belakang
perkembangan industry di mana keadaan buruh tetap dalam
keadaan menyedihkan, sehingga gereja bergerak di bawah
pimpinan Walter Rauschenbusch (1861-1918) memberantas
kemiskinan kaum buruh.
Sedangkan aliran fundamental bergerak dan mengusahakan
kembali agar gereja berpegang teguh kepada asas-asas iman
Kristen dan menolak pikiran yang modern. Pada tahun 1906 di
Calnifornia muncul pula sekte Pantekosta yang ajarannya
menitikberatkan pada kegiatan bernubuat, berbahasa lidah,
berusaha menyembuhkan orang sakit, dan sebagainya. Dengan
ciiri-ciri khasnya kegembiraan dan ekstae, Pantekosta memasuki
Indonesia sekitar tahun 1925 dengan salah satu cabangnya yang
disebut Gereja Bethel Injil Penuh.
c. Perkembangan di Afrika
Masuknya Kristen di benua hitam ini sejalan dengan masa
penjajahan orang-orang Barat terutama pada abad ke-18.
Tercatat tokoh perintis Kristen seperti Samuel Crowter (1810-
1892) di daerah Afrika Barat dan David Livingstonem (1813-
1892) di bagian selatan.
Di negara-negara terutama bekas jajahan Inggris kebanyakan
yang menonjol adalah Kristen Protestan seperti di negara-negara
Nigeria, Kenya, dan juga Afrika Selatan. Sedangkan dinegara-
negara seperti Angola, Mozambiquee, Zaire, yang lebih
berpengaruh adalah Katolik.
Tantangan yang dihadapi oleh misi Kristen di Afrika adalah
sebagai berikut:
Keadaan social ekonomi yang lahir dari pila kehidupan
yang tidak sesuai dengan budaya Afrika.
Adanya kesenjangan di kalangan buruh industry dan
masalah urbanisasi.
Nilai-nilai kristiani yang berasal dari dunia Barat yang
dianggap merusak nilai-nilai budaya asli.
Kesulitan gerja menghadapi masalah poligami,
kepercayaan terhadap roh-roh leluhur yang masih kuat.
Gereja-gereja Ethiopia yang reflektif terhadap gereja-
gereja Barat.
Gereja-gereja Zionis (yang berlainan dari gereja Yahudi)
yang bercorak sinkretis, dan sebagainya.
d. Perkembangan di Asia
Agama Kristen Protestan mulai berkembang di Asia pada abad
17-18 beriringan dengan masuknya kolonialisme dari Eropa dan
Inggris.
a) Di India
Kristen Protestan masuk di India mulai dari India Selatan,
terutama sejak datangnya Bartholomeus Ziegenbalg (1684-1719)
yang membawa ajaran yang sudah dipengaruhi gerakan Pietis
dan Revival. Yang penyebarannya dilanjutkan oleh William Casey
yang terkenal dengan lima pokok ajarannya, sebagai berikut:
Gereja dan sekolah harus berjalan berdampingan dan
setiap orang Kristen diusahakan agar dapat membaca Al-Kitab.
Al-Kitab harus diterjemahkan ke dalam bahasa setempat.
Pemberitaan Injil harus didasarkan pada hasil penelitian
terhadap masyarakat yang akan mendengarnya.
Tujuan pemberitaan Injil agar ditekankan kepada
pertobatan pribadi.
Harus cepat didirikan gereja pribumi yang berdiri sendiri
dengan pelayan-pelayan orang pribumi.
b) Di Sri Langka
Pada tahun 1650 Sri Lngka dikuasai oleh Perserikatan
Dagang Belanda (V.O.C), maka agama Kristen Protestan mulai
masuk dengan pengaruh dari India Selatan. Tantangan yang
dihadapi ialah kuatnya agama asli (Budha) yang sudah
membudaya dikalangan masyarakat, disamping itu ada juga
agama Katolik. Oleh Belanda orang-orang Katoli dipaksa masuk
Protestan. Namun kenyataannya walaupun mereka sudah
menyatakan menjadi Protestan, hanya luarnya saja, mereka
masih mempertahankan agama Katoliknya. Hingga sekarang
diperkirakan agama Protestan di sini hanya 1% dan 9% adalah
Katolik sedangkan yang 90% agama asli dan lainnya.
c) Di Cina
Penyebar agama Kristen Protestan di Cina agaknya ialah
pendeta dari Inggris bernama Robert Marrison, namun usahanya
kurang mendapat sambutan. Kemudian pada tahun 1833 datang
lagi penginjil Inggris yang lain ialah Hudson Tylor yang
menyebarkan ajarannya dengan cara baru, yaitu dengan
membentuk organisasi yang disebut China Inland Mission. Gara-
gara diusirnya orang asing dari Cina pada tahun 1949 maka
nama organisasi tersebut diubah menjadi Overseas Missionary
Fellowship.
d) Di Jepang
Pembawa agama Kristen Protestan di Jepang belum diketahui,
hanya diberitakan ada beberapa guru Injil. Namun diantara orang
Jepang yang menjadi tokohnya disebut Toyohiko Kagawa (1888-
1960). Sistem penyebaran Injil di Jepang adalah bersifat
individual, dengan pendekatan perorangan, dan dengan lembaga
pendidikan system Barat. Di samping itu dilakukan pula
pendekatan terhadap masyarakat kelas bawah yang menderita
kepincangan-kepincangan social sebagai akibat program
industrialisasi besar-besaran. Aliran Kristen di Jepang ini
kebanyakan dipengaruhi oleh Protestan Inggris terutama gerakan
Methodis.
e) Di Indonesia
Orang-orang Belanda memasuki Indonesia sejak tahun 1596,
pada tahun 1602 mereka mendirikan perserikatan dengan nama
V.O.C. Setelah berakhirnya V.O.C dan kekuasaan pemerintahan
diambil oleh pemerintah Belanda, barulah agama Kristen
Protestan mendapat peluang yang terbuka. Di kota-kota besar
berdirilah gereja-gereja atas prakarsa pemerintah dan dengan
guru-guru Injil yang mendapat gaji dari pemerintah.
Pada abad ke-20 setelah gereja-gereja Protestan mengalami
pembaruan, terlepasnya gereja dan Negara, maka secara
berangsur-angsur tumbuhlah berbagai aliran dan sekte Protestan
di Indonesia. Misi Protestan bukan saja dating dari Belanda tetapi
juga dari Jerman. Misalnya Rasul Orang Batakialah bermukim
tetapnya Ludwing Ingwer Nommensen (1834-1918) selama 56
tahu sejak tahun 1862 yang memasuki tanah Batak dikirim oleh
Rheinische Missionsgesellschaft sampai wafatnya di Sigumpar
tanggal 13 Mei 1918.
Di masa sekarang umat Kristen Protestan yang terpecah-
pecah dalam berbagai macam gereja sedah bersatu dalam
bimbingan Dewan Gereja-Gereja se-Dunia yang lahir
sejak oikumnenedalam konferensi Pekabaran Injil se-Dunia di
Edinburg tahun 1910, yang diperkuat pada tahun 1948, dengan
anggota 200 gereja lebih.5
5. Konsep Filosofis
Secara filosofis munculnya Kristen Protestan memiliki dua
ciri utama yaitu Pembenaran Karena Iman dan Prinsip Protestan.
Iman dalam konsepsi Protestan bukanlah sekedar masalah
keyakinan. Melainkan respon dari keseluruhan diri, yang
mencakup pergerakan pikiran (dalam meyakini hal hal
tertentu), pergerakan hati ( dalam mencintai dan memercayai hal
hal tersebut ) dan pergerakan kehendak (dalam melakukan hal
hal yang dipicu oleh cinta itu). Ketika orang protestan bahwa
manusia dibenarkan maksudnya, dipulihkan ke dalam hubungan
yang benar dengan orang lain dan dipulihkan menuju inti
keberadaan mereka karena iman, amskdunya adalah bahwa
pergerakan diri pada tiga ini tadilah yang
menyebabkanperubahan tersebut.
Untuk memahami kenaikan dari konsep keyakinan ini, kita
perlu melihatnya sebagai kritik terhadap sikap acuh tak acuh
keagamaan. Kredo memiliki tempatnya sendiri. Akan tetapi, jika
doktrin doktrin yang diimani tidak menjangkau hati seseorang
5 Prof. H. Hilman Hadikusuma, S.H. Antropologi Agama. Bandung 1993. Hal: 142-148
dan mengubah cara hidupnya, doktrin itu hanyas ekedar ucapan
di mulut. Sama halnya dengan ritual berdoa, pergi ke gereja, dan
semacamnya. Semua ini juga penting tapi sekali lagi, kecuali jika
ritual ritual ini tidak cukup. Terkait amal baik, umat protestan
mereposisi konsep tersebut. Menurut mereka, amal baik adlah
dampak iman, bukan pengantar bagi iman. Apabila keyakinannya
tulus dans ejati, orang pasa;ti ingin menolong orang lain, yang
membuatnya agustinus berkata cintailah Tuhan dan lakukanlah
apa yang kaumau.hal sebaliknya tidak berlaku. Sebab, tidak ada
jumlah amal baik sebanyak apapun, jika dilakukan semata
karena terpaksa atau sebagai karena masuk surga, akan bisa
diandalkan untuk mengubah cara agen mengalami hidup di masa
kini.
Perspektif penyeimbang lain dalam Protestanisme disebut
Prinsip Protestan. Dalam baha filosofis, prinsip ini menolak
dimutlaknya hal yang relative. Pemberhalaan tidaklah terbatas
pada penyembahan berhala. Melainkan, bisa mencakup tindakan
kita memberikan kehidupan kita pertama tama dan terutama
kepada sesuatu di dunia fana. Ini karena segala sesuatu di dunia
fana itu terbatas artinya mengatakan berhala tidak bisa
membalas investasi tak terbatas yang ditanamkan kepada diri
mereka. Ini tampak jelas jika dinyatakan secara abstrak, tapi
tidak menghalangi orang menjadi pabrik berhala sejati,
sebagaimana dikatakan Luther. Dimasa masa Alkitab, pabrik ini
memproduksi sapi emas dan patung berhala. Namun saat ini,
berhala berhala yang dihasilkan pabrik ini adalah seperti seks
atau kesuksesan diri sendiri atau ideology kelompok etnis
seseorang atau negara seseorang.
Agama tidaklah kebal dari pemberhalaan. Umat protestan
menganggap dogma tidak bisa bersalahnya paus bila berbicara
soal moral atau ajaran Kristen (papal infallibility) sebagai
pemberhalaan. Sebab dogma ini, menjadikan kebal kritik opini
opini yang karena disalurkan lewat pikiran manusia, sebetulnya
tidak pernah sepenuhnya bisa lepas dari keterbatasan dan
kekeliruan.
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Agama Kristen mengandung arti orang yang diurapi yaitu
orang yang digosok dengan minyak suci sebagai suatu upacara
konsekrasi (pensucian). Jadi kata Kristen mengandung arti orang-
orang yang telah dibaptiskan dengan perminyakan suci.
2. Nama Protestan berasal dari kata protes yang dilancarkan
oleh raja atau pangeran Jerman yang mendukung reformasi
melawan keputusan mayoritas yang beragama Katolik. Pangeran
Jerman tersebut ialah pengikut Injil kaum Luther yang menentang
tekanan yang kuat dari penguasa Roma Katolik. Dari adanya
protes mereka dalam siding di Speyer itu, maka lahirlah kaum
Protestan.
3. Pendiri agama Kristen Protestan yaitu; Martin Luther, Ulrich
Zwingli, dan Jean Calvin.
4. Perkembangan agama Kristen protestan terjadi di berbagai
dunia, di antaranya:di dunia barat,Amerika,Afrika dan Asia
(India,Srilanka,Jepang,cina, Indonesia)
5. Pokok ajaran Kristen Protestan adalah Pengakuan Iman
Rasuli, Kepercayaan tentang Tuhan, Yesus Kristus, Roh
Kudus, Sakramen.
6. Sekte-Sekte Agama Kristen Protestan melahirkan berbagai
macam sekte keagamaan yang kecil-kecil seperti adanya Gereja
gereja Kongregasi, Baptis, Quaker, Metodis, Moravia, Tentara Bala
Keselamatan, Advent,dan Pantekosta.
B. Saran
Sebaiknya para pembaca dapat menyeimbangkan antara
ilmu teknologi dengan agama, sehingga tidak menyalahi norma-
norma agama.
DAFTAR PUSTAKA
http://tugassekolahonline.blogspot.com/2008/11/9 agama-
kristen-protestan.html