Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

SEJARAH PERKEMBANGAN LITURGI


(Menjelang Abad Pertengahan, Pertengahan pertama, dan Abad pertengahan
Kedua)

DI SUSUN OLEH:

Nama : 1. NISMAWARNI ZANDROTO


2. JULIUS YOYADA
3. SESI DARNIWATI LAHAGU
Semester : V (Lima)
M. Kuliah : LITURGIKA
Dosen : Ibu Prieltje Tumondo M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA

INALTA – JAKARTA

TAHUN 2021
PENDAHULUAN

Kristen pada permulaan kemunculannya mengalami kendala dengan berbagai


pertentangan yang disertai kekerasan dari para kaisar Romawi yang berkuasa. Pada
masa Kaisar Decius (249 – 251 M) terjadi penganiayaan atas umat Kristiani. Akibatnya
adalah banyak jemaat Kristen yang kembali kepada agama semula demi keamanan
dan keselamatan jiwanya. Pada tahun 257 M, Kaisar Valerianus mengeluarkan
keputusan (edic) untuk menghukum mati orang-orang yang tetap setia pada agama
Kristen. Puncak dari tantangan yang harus dihadapi umat Kristen awal terjadi pada
masa Kaisar Diocletianus dan penggantinya yaitu Kaisar Galerius. Pada masa Galerius
(303 – 311 M), ia memerintahkan untuk menyita kekayaan gereja, membakar Alkitab
(Perjanjian Lama dan Baru), menghancurkan gereja, dan menangkap serta membunuh
para pengikut gereja.
LITURGI MENJELANG ABAD-ABAD PERTENGAHAN

Masa abad pertengahan berlangsung sekitar satu setengah abad. Masa ini
diwarnai dengan keberhasilan Kaisar Konstatin Agung (± 274-337, Kaisar sejak 312)
bersama Lycinus Augustus dalam Edik Milano (313) menghasilkan hubungan baik
antara gereja dan negara. Keadaan ini menjadikan agama Kristen sebagai agama
negara Romawi, sebagai agama yang bebas dan terbuka dalam penampilannya.
Sejumlah fasilitas sosial dinikmati oleh Gereja dan pemimpinnya. Uskup menjadi
pejabat pemerintah, pegawai negeri, dan hakim di pengadilan. Para imam dibebaskan
dari pajak dan wajib militer. Para Klerus memperoleh martabat sipil. Sejumlah gereja
dibangun megah dan mewah. Beberapa hal ini membuat banyak orang menjadi
seorang Kristen. Banyak orang menjadi Kristen karena situasi dan status sosial, serta
kemudahan persyaratan yang diberikan oleh gereja negara. Namun pada masa ini,
gereja secara Kuantitatif, jumlah orang Kristen dan Gedung gereja bertamabh. Namun
Konstatin Agung memanfaatkan gereja untuk membina kesatuan politik sehingga
secara iman gereja sama sekali tidak bertumbuh.

Oleh karena status sebagai agama Roma secara tak sengaja telah membawa
masuk ritus-ritus agama lama atau agama tradisional Roma dan budaya imeperial
kedalam liturgi, antara lain:

1. Ibadah agama lama

Pada masa abad pertengahan, peribadahan agama lama dilarang , tetapi ritus-
ritusnya terbawa masuk kedalam liturgi. Gereja melihat peribadahan agama lama
sebagai “Gudang bahan”, yakni sumber inspirasi dan variasi untuk dibawa kedalam
liturgi. Salah satu contoh Kreativias yang mengkristenkan unsur ritual agama lama
antara lain refrigerium, yakni upacara perjamuan di makam. Sebagaian makanan
dimakan oleh pelayat, sebagian lain disisihkan untuk orang yang sudah meninggal.

Contoh lain ialah:

a. respon-respon umat, antara lain “libera Nos, Domine” (bebaskanlah kami, ya


Tuhan), “Te rogamus, Oudinos” (kami mohon dengarkanlah kami).
b. Mencium altar
c. Penghormatan kepada benda-benda suci atau relikui
d. Berkiblat kearah timur (baik bagi orang yang baru dibaptis maupun tata letak
bangunan Gedung gereja.

Pada masa ini liturgi menjadi sekadar tontonan, umat tidak banyak ambil bagian
dalam liturgi karena ibadah dalam liturgi gereja hanya dlakukan oleh para imam.

2. Budaya imperial dan tata busana


Pada bagian ini liturgi dipengaruhi oleh budaya yang ada dalam kekaisaran, antara
lain:
a. Jubah imam yang tampak agung
b. Penutup kepala mirip mahkota
c. Mencium tangan uskup
d. Berlutut di altar
e. Arsitektur gereja sebagai symbol keagungan dan kemegahan imperial.

Pada masa ini, gedung gereja yang dimiliki oleh Kekaisaran Roma sangatlah besar
sehingga gedungnya pun dapat dilihat dari jarak yang cukup jauh. Gerbang sebagai
pintu masuk berbentuk lengkung yang berarsitektur Basilika Konstatin. Dalam budaya
Romawi, Basilika adalah aula sebagai Gedung pertemuan, tempat transaksi jual beli,
berpesta, dan mengadakan pertemuan-pertemuan resmi, seperti audiensi Kaisar serta
pengadilan. Kemegahan yang ada dalam gereja memberikan kesan bahwa beribadah
bagaikan menghadap Kaisar Roma sebab Gedung gereja menyerupai istana. Kesan
tersebut diperkuat dengan pakaian anggun dan aksesoris para pelayan Liturgi

a. Pakaian
 Jubah Putih (tunica Alba) yang terbuat dari lenan atau bulu domba, dipakai
dengan menggunakan ikat pinggang. Digunakan oleh para anggota senat.
Dihiasi dengan garis tipis yang menjulur di bagian belakang dan bagian depan
jubah, disebut Clavi.
 Panjang hingga mata kaki (himation)
 Panjang sampai lutut (Khiton)
 Tunica dalmatica, jubah yang digunakan oleh uskup dan diakon sebagai
aksesoris pada watu penahbisan.
b. Stola. Kain Panjang dengan lebar 10 cm sebagai symbol status dari pada
penghargaan terhadap upacara tertentu.
c. Mappa atau mappula adalah simbol status di pesta-pesta gemilang kaum
seebriti.
d. Sapu tangan (P=1 m; L= 6-10 cm) sebagai lambang yang mengingatkan bahwa
ada hubungan istimewa antara uskup dan Kaisar, atau antara gereja dan istana.
e. Paenula atau Cappa kain yang melingkar dileher dan Pundak uskup dari depan
kebelakang. Biasanya paenula digunakan oleh semua tingkat sosial didalam
masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan sebagai tudung kepala.

3. Gereja Yerusalem
Gereja di Yerusalem mempunyai dua karakter dalam ibadah, ibadah yang
berlatar belakang katedral dengan sifat komunal dan ibadah biara, berlatar
belakang pribadi/personal. Yang satu menekankan ibadah yang lain menekankan
ibadah harian. Hal positif dari pertemuan karakter ibadah tersebut melahirkan
peribadahan Korporatif, yaitu mempertemukan beberapa sifat yang paling berbeda.

Gereja Yerusalem merupakan model kebanyakan gereja abad ke-4 dan ke-5,
modelnya antara lain:
 Ibadah pagi dan Malam
 Dilayankan setiap minggu pada pekan suci dan prapaska, termasuk hari
minggu paska.
 Unsur-unsur ibadah, antara lain: Himne saat dalam ibadah malam dan
ditutup dengan doa pagi Hymni matutini.
 pada ibadah minggu Paska Injil tentang kebangkitan dibacakan oleh Uskup,
ditutup denga Doa Syafaat berkat.
 Hallel besar selalu dinyanyikan berulng kali sebagai himne pujian dalam doa
pagi.
 Ibadah lucernarium
 Dilakukan setelah matahari terbenam
 Lilin dinyalakan dari lilin utama
 Dipanjatkan doa “nyanyian malam” dari Mazmur 130 damn Mazmur 141.
 Setelah uskup masuk, Himne Pheos hilaron dinyanyikan dan uskup berdoa
 Berkat dan berkt Uskup
a. Fungsi para pelayan
 Uskup melambangkan kehadiran Kristus sebagai imam besar
yangmengantarai umatNya di hadapan Allah Bapa.
 Presbiter/imam bersama dengan pengaar mengajar umat sesuai dengan
ajaran imamat.
 Diakon utama (Archidiakonos) menolong orang sakit atau orang miskin
 Para Diakon (Diakonoi) memberikan pengumuman liturgis
 Lektor (pembaca)
 Cantor (penyanyi Mazmur)
 Setelah pembacaan Injil, Para Imam bekhotbah, setelah Para Imam
berkotbah Uskup pun berkhotbah.
b. Hari raya Liturgi

Pelayanan Ibadah diadakan di situs-situs historis (berhhubungan dangan hidup,


kerja, kematian, dan kebangkitan Kristus). Salah satu contoh liturginya ialah, liturgi
hari raya paska sebagai berikut.

 Hari raya Paska


 Dimulai sebelum ayam berkokok (umat berkumoul diluar gereja)
 Sejumlah Himne dinyanyikan dan sejumlah Antifon dilantunkan, diselingi
dengan doa-doa.
 Kokok ayam pertama,uskup dan para imam membuka pintu agar umat
masuk
 Oboor dinyalakan
 Saat semua umat telah berkumpul dalam gereja, cantor memimpin
nyanyian Mazmur berbalasan dengan doa.
 Pembakaran dupa untuk mengharumi ruang liturgi menyambut
pembacaan injil
 Uskup membaca injil kebangkitan Kristus
 Selama uskup membaca injiil, umat memberikan respon dengan
penyesalan dan menangis.
 Prosesi salib. Himne dinyanyikan, mazmur didaraskan dan doa
dilantumkan.
 Uskup memberkati umat.
 Uskup meninggalkan ruang liturgi
 Kebktian dipimpin oleh para barawan.

Selain itu, ada pula perayaan Epifania, Puasa Yesus, minggu Palem, Kamis
Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, Paska, Kenaikkan Yesus ke Sorga, dan
pentakosta.

c. Inisiasi
Inisiasi adalah sebuah tahapan orang masuk untuk menjadi anggota gereja.
proses penerimaan ini tersusun dalam beberapa tahap antara lain:
 Diawali dengan baptisan. Calon baptis lebih dulu melewati masa persiapan
yang disebut dengan Footzoment.
 Calon Baptis berpuasa dan diberikan efysema, yakni penerangan dengan
mengusir roh jahat, dan membuat tanda salib didahi.
 Persiapan dihari sabtu sore menjelang Paska dalam liturgi baptisan, calon
baptis menghadap kebarat untuk Eksosisme, kemudian berputar menghadap
ke Timur sambal mengucapkan “pros anatolen, tou redditio symboli”,
yakni pengakuan iman gereja.
 Kebaktian Paska dimulai: para calon baptis menuju kolam baptisan tanpa
mengenakan pakaian.
 Calon baptis diminyaki dari kepala hingga kaki sebagai tanda partisipasi
dalam “pohon Zaitun yang baik”.
 Calon baptis turun ke dalam kolam baptisan yang telah dikonsekrasi
sebelumya
 Disirami tiga kali dan ditenggelamkan tiga kali sebagai tanda mati,
dikuburkan, dan dibangkitkan bersama Kristus sebagai ciptaan baru.
 Perminyakan. Sebagai tanda penguatan (dahi, telinga, hidung, dan dada)
 Ekaristi sebagai tanda peneriman umat yang baru dibaptis kedalam
lingkungan yang kudus
4. Tradisi hidup membiara
Hidup membiara muncul sebagai reaksi terhadap Lembaga gereja yang
menekankan pembebasan diri dari keduniawian dan sekularisme, dengan
menjunjung kesederhanaan dan kesendirian. Hidup membiara juga bermaksud
memulihkan corak tradisi gereja mula-mula dan ibadah sinagoge yang bersahaja
kedalam gereja dari kemewahan Bait Allah. Ritus Liturgi dalam biara adalah
pembacaa Mazmur secara resitatif, menyeluruh dan sinambung (recitatio continua).
Namun seiring berjalannya waktu dan kebutuhan pelayanan, liturgi biara mulai
diwarnai dengan dengan beberapa ritus katedral atau gereja keuskupan.
Perkembangan katedral menyebabkan perluasan ibadah ke berbagai tempat.
Hingga masuk kedalam biara, maka tak terhindarkan pengaruh biara masuk
kedalam ibadah Katedral. Panggilan hidup membiara adalah “doa terus-menerus”
untuk melepaskan diri dari kehidupan sekuler, tetapi tetap bekerja sambal
menantikan kerajaan Allah. Sebagian waktu digunakan untuk berkerja . kesunyain
dan kesendirian seagi berdoa dan bekerja dipraktikan oleh rahib.
LITURGI PADA ABAD-ABAD PERTENGAHAN PERTAMA

Memasuki abad pertengahan berarti memasuki suatu masa kurang lebih seribu
tahun dalam sejarah Gereja. Masa abad pertengahan diawali pada runtuhnya politik
negara romawi yang dimanfaatkan secara baik oleh Uskup Roma. Ia mulai memegang
kuasa sewaktu pusat pemerintahan Romawi dipindahkan ke Byzantium. Gereja
memulai era baru. Para uskup melakukan kampanye untuk menjadi Papa artinya Bapak
yang mengaku diri sebagai kepala Gereja. Julukan Paus untuk pertama kalinya di
berikan Kepada Leo I. Bersamaan dengan itu, kehancuran kekaisaran Romawi
diwilayah barat pada abad ke-5 setelah pecah menjadi dua; Romawi Barat dan Romawi
Timur. Perpechan tersebut membetuk sejumlah negara baru yaitu; Prancis, Inggris,
Jerman, dan negri-negri Skandinavia. Negara-negara baru tersebut membuka peluang
penginjilan bagi Gereja.

Dalam sejarah gereja abad ke-5, ada dua rumpun tradisi besar dalam liturgi yaitu
liturgi Roma dan liturgi Gallia.

1.      Buku-buku liturgi Rumpun Tradisi Roma dan Gallia

Buku-buku yang termasuk dalam rumpun liturgi Roma, yaitu:

a. Sacramentarium Gregorius, isinya tentang ordinarium misa, doa-doa, prefasi,


unsur-unsur misa, nyanyian resitasi untuk uskup, berbagai hari raya dan tahun
liturgi yang dimulai dari malam Natal 24 Desember, doa-doa penahbisan diakon,
imam atau presbiter dan uskup.
b. Sacramentarium Gelasianum, isi buku tersebut adalah perayaan-perayaan
penahbisan, berkat bagi perawan dan janda, konsetrasi altar. Dasar liturginya
berasal dari ritus liturgi Roma, namun secara khusus mengarah untuk gereja dan
kerajaan Prancis.
c. Sacramentarium Leonia, berisi tentang 12 seksi hari raya yang berhubungan
dengan 12 bulan yang bersangkutan. Setiap seksi bulan membuat tema
istimewa untuk bulan yang bersangkutan. Misalnya April bertema martir, mei
bertema kenaikan Yesus ke Sorga dan pentakosta, juni bertema bertema
Yohanes pembaptis, Yohanes dan Yakobus, Rasul Petrus dan Paulus, dan
seterusnya.
d. kumpulaan Naskah Revenna, buku ini berisi 40 doa persiapan Natal.
e. Ordines Romani, berisi liturgi ekaristi, baptisan dan dua penahbisan.

Sedangkan yang termasuk rumpun liturgi Gallia, yaitu:

a. Missale Gothicum, buku ini banyak unsur dari Roma antara lain; misa malam
natal, misa Para Kudus, setelah Epifania, minggu prapaskah, paskah, perayaan
Penemuan Salib Kudus dan hari raya penginjil Yohanes.
b. Missale Gallicanum Vetus, berisi; doa bagi perawan dan janda, malam Natal,
malam setelah natal, ritus-ritus kumenat dan minggu-minggu sebelum paskah.
c. Misa-misa yang dipublikasikan oleh Mone. Buku ini berasal dari misa Gallia
tanpa pengaruh unsur Roma.
d. buku Pengajaran Luxeuceil. Berisi pengajaran misa sesuai tahun liturgi Gallia
tanpa pengaruh liturgi Roma dan ini dipakai oleh Gereja di Paris.
e. Surat-surat Santo Germanus dari Paris. Isinya adalah tata Misa, unsur-unsur
Liturgi secara detail, perayaan untuk peristiwa istimewa dan tata busana Liturgi.
f. Buku-buku Inggris dan Irlandia. Buku ini sudah termodifikasi antara unsur Roma
yang berbahasa Latin dan unsur Gallia yang berbahasa Yunani. Isinya adalah
doa untuk istimewa yang bersifat proprium dan misa untuk Irlandia.
g. Misa Bobbio. Isinya adalah tiga Misa in adventum domini, malam Natal, hari raya
para Kudus.
h. Buku-buku Ambrosiandan. Isinya adalah hari raya Santo Martinus pada tanggal
11 November dan minggu-minggu setelah pentakosta.
i. Buku-buku Mozarabis. Buku ini terdiri dari sakramentaria pada sekitar abad ke-
10. Buku tersebut digunakan oleh Toledo.

2.      Liturgi Papal dalam Liturgi Roma

Zaman kepausan membawa dampak bagi timbulnya liturgi kepausan, disebut


liturgi Papal atau ritus Papal. Liturgi yang dilayankan oleh Paus berbeda dengan liturgi
yang dilayankan oleh imam biasa dari jemaat yang dipimpin oleh imam. Apabila Paus
tidak hadir, pelayan liturgi digantikan oleh imam dengan memakai liturgi yang lebih
sederhana dari pada liturgi Papal. Adalah liturgi biasa Papal, yang diadakan menurut
waktu yang tetap dan dipimpin oleh Paus sendiri dihadiri oleh anggota Kerajaan dan
umat dari pelosok kota Roma.

Sebuah kisah Liturgis berdasarkan Liturgi Roma yang dipimpim oleh Paus.
Praktik Liturgi Roma secara umum pada abd-abad pertengahan pertama, yakni
menjelang akhir masa Paus Gregorius agung adalah sebagai berikut:

- pagi-pagi sekali, Paus dengan berkereta kuda dan iringan besar dengan khidmat
menuju Gereja Lateran.
- Paus memperseiapkan doro di secretarium tersebut.
- Pembantu Uskup membawa kitab INjil ke Altar dalam keadaaln terbuka. Semua
orang berdiri dan menyanyikan Surat Rasuli, nyanyian antar pembacaan Injil.
- Setelah semua beres Paus mengambil mapulla, yakni sapu tangan lebar dan
serbet dan mengenakannya bahwa ibadah dapat dimulai.
- Intruksi kepada Klerus. Nyanyian mazmur masuk sebagai introitus mengiringi
Prosesi sampai ke altar.
- Paus menjaahkan tangannya kepada dua diakon. Lalu para diakonn tersebut
mencium paus.
- Paus menuju kedepan altar, sujud menghormat, membuat tanda salib, memberi
cium kudus kepada para Uskup, imam dan diakon, ibadah pun dimulai setelah
Paus memberi tanda.
- Prior schola contorum menyanyikan introitus. Paus bertiarap untuk berdoa
kepada Allah, ini dilakukan terutama pada jumat Agung dan sabtu sunyi.
- Setelah berdoa paus bangkit lalu mencium kitab suci dan altar.
- Paus menghadap umat dan meberi salam “Pax vobiscum Dominum”
artinyam(Damai Tuhan besertamu).
- Seorang subdiakon menuju mimbar dan membaca surat rasuli (Epistola,
diindonesiakan menjadi Epistel).
- Seorang diakon menuju cathedera dan mencium kaki para imam.
- Seorang diakon memberitahukan waktu hening “Berdirilah dengan hening dan
dengarkanlah dengan perhatian”.
- Paus tidak khutbah. Namun, paus memberi salam dan melantumkan oremus lalu
berdoa. Liturgi pembuka selesai dilanjutkan dengan liturgi persembahan
- Altar diberi alas atau taplak
- Umat memberikan persembahan Roti dan Anggur serta membawanya ke altar.
Setelah menerima tanda dari Paus maka diakon utama menuju altar untuk
menyiapkan roti dan anggur.
- Setelah semua selesai. Paus meninggalkan tempatnya dan mencium altar dan
memimpin doa persembahan. Paus memberikan persembahannya dengan
menghadap kearah Timur.
- Schola cantorum menyanyikan nyanyian persembahan lalu Paus mengucapkan
doa persembahan.
- Piring berisi roti diletakkan di altar. Lalu paus memimpin doa perjamuan dengan
suara keras terdengar.
- Setelah itu salam damai disampaikan, sebagai wujud dari doa bapa kami.
- Roti yang sudah dipersiapkan tersebut diserahkan kepada Uskup dan Presbiter
sementara schola cantorum melantumkan nyanyian Anak Domba Allah.
- Roti dibawa ditahta Paus, lalu paus mengambilnya dan menerima anggur dari
diakon utama dengan cawan yang besar.
- Setelah komuni dilayankan bagi paus maka dilayankanlah komuni bagi para
klerus lain dan umat. Setelah komuni selesai dijalankan maka Paus menuju altar
dan melantumkan post-komuni. Diakon menyanyikan nyanyian pengutusan dan
disambung dengan “Deo gratias” artinya syukur kepada Allah. Hingga kini liturgi
Papal rutin dilaksanakan setiap pekan di Vatikan.

3.      Liturgi Gallia

Liturgi Gallia berasal dari liturgi oriental dan pada mulanya menggunakan bahasa
Yunani. Setelah penyebarannya ke Italia, bahasa dan formula Yunani pun bercampur
dengan bahasa dan formula Latin.

a. Bagian pertama adalah liturgi masuk, diawali oleh sebuah antifon demi
mempertegas kelayakan para pelayan untuk melayankan liturgi.
b. Nyanyian masuk, yakni monogees atau Introitus atau ingressa, atau officum,
dinyanyikan. Trisagion, yakni tiga nyanyian masuk, dinyanyikan oleh Uskup
secara bilingual; dalam Bahasa Yunani terlebih dahulu kemudian Bahasa latin.
c. Pembacaan Alkitab diselingi dengan Mazmur yaitu pembacaan dari PL atau
nabi-nabi, pembacaan pertama ini diselingi dengan mazmur tanggapan atau
psalmulus.
d. Pembacaan kedua diambil dari surat-surat rasuli yang diselingi dengan nyanyian
benedicite oleh tiga anak parvuli dan Respon oleh umat dengan menyanyikan
alleluia.
e. Pembacaan ketiga adalah injil. Dalam pembacaan Injil Kudus, umat
menyambutnya dengan nyanyian Gloria Tibi Domine artinya kemuliaan bagi
Bapa.
f. Berkohotbah atau Homili, berkata bagi katekumen yang dilanjutkan dengan
prosesi persembahan.
g. Persembahan tubuh dan darah Tuhan, dalam rupa roti dan anggur, persipkan
dan di bawa roti di letakan di dalam keranjang dan anggur di letakan di dalam
cawan.
h. Persembahan dilayankan. Setelah persembahan di letakan di altar dan di tutupi
kain paduan suara menyanyikan Alleluia.
i. Doa bertudung, doa uskup menyatakan undangan atau prefasi kepada umat. Di
mulai dengan salam atau ciuman kudus.
j. Ciuman kudus. Di lanjutkan dengan doa syukur, adalah sebelum doa-doa
konsekrasi. Salam damai di dahului dengan doa lalu paduan suara menyanyikan
pacem meam do vobis, tanda untuk memasuki doa ekaristi. Kemudian doa
collectio post santcus berupa epiklesis. Dan bagian terakhir adalah pengucapan
syukur, akhir perjamuan kudus uskup meminta umat untuk mengucap syukur
stelah komuni lalu uskup melantumkan doa syukur akhir komuni.

4.      Perkembangan dan Penetapan Sakramen

Sebelum tiba pada bagian ini, uraian mengenai sakramen terbatas sampai akar-
akar sakramen. Pada abad ke-6 sampai abad ke-11 terjadi perubahan besar dalam
teologi sakramen. Baptisan berubah kedalam pengertian sederhana sebagai ritus air
dan firman. Karena baptisan dianggap liturgi publik dan diterima seumur hidup.
Pertobatan salah satu akar praktik baptisan-ditonjolkan sebagai ritus personal dan
sakramen yang dapat diulangi.

Sakramen adalah tanda dari suatu yang sakral. Namun, misteri sakral disebut
juga sakramen, sebagaimana sakramen ilahi. Maka, sakramen dapat berarti tanda dari
suatu yang sakral, atau suatu yang sakral yang ditandakan. Kini, kita memiliki sakramen
sebagai tanda-tanda. Jadi sakarmen adalah bentuk kelihatan dari anugerah yang tak
terlihat. Ada tujuh sakramen, yaitu baptisan, konfirmasi, misa, pertobatan, perminyakan
suci, penahbisan, dan perkawinan.

5.      Perkembangan Disiplin Spiritualitas dan Monastik

Pada awal abad-abad pertengahan, biara-biara barat mulai menjadi mandiri dan
mapan dalam menerapkan metode pelatihan spiritualitas. Dalam hal metode askese,
biara Barat banyak menimba ilmu dari gerakan Monastik padang pasir Mesir. Pola
kenobit dianggap lebih baik sebab mencerminkan gaya hidup sebuah keluarga, selain
karena alasan iklim Italia dan dunia. Barat umumnya yang lebih dingin dari pada Mesir,
terutama musim dingin. Peran seorang ayah atau ibu dalam keluarga menjadi pengikat
para naggota keluarga yang lain, yaitu anak-anak, sanak saudara, cucu dan
sebagainya. Keluarga adalah pusat Pendidikan agama. Pendidikan Agama dalam
keluarga adalah doa. Doa Ketika bangun dari tidur, doa sebelum tidur, dan doa
sebelum makan diterapkan oleh para orangtua kepada anak-anaknya. Selain itu,
keluarga juga membentuk disiplin, moral, sopan santun, ramah-tamah, dan etiket para
anggotanya. Biara bukan hanya monumental pada dirinya, melainkan juga memberikan
sumbangsih besar dalam pembaharuan liturgi dan spritualitas. Disiplin hidup yang
tinggi, keteraturan di dalam menyelenggarakan liturgi harian, keheningan di dalam
liturgi, merupakan sebagai bukti bagaimana biara pada suatu saat membarui kebekuan
liturgi gereja. Gerakan liturgis abad ke-19 dan ke-20 nanti kembali menyadarkan dunia
akan peran biara. Tanpa biara di dunia, kehidupan belumlah lengkap.
LITURGI ABAD – ABAD PERTENGAHAN KEDUA

Masa antara menjelang paus Gregorius VII (± 1033–185) dan menjelang


reformasi abad ke 16. Nama paus Gregorius VII (Pus sejak 1073) tak dapat diabaikan
dalam periode ini. Perseteruan yang terjadi antara gereja dan Negara mencapai tahap
akhir. Paus Gregorius VII dan Paus Nikolas (1058-1061) meluncurkan perhatian serius
untuk membatasi dominasi pemerintah, dalam hal ini kaisar untuk mencampuri urusan
gereja. Masing-masing mengeluarkan amandemen pembaruan pengangkatan Imam.
Upaya tersebut berhasil. Negara tidak lagi menguasai gereja. Ada pembatasan
wewenang antara pemerintah dan gereja. Pengangkatan uskup atau imam tidak lagi
dilakukan oleh kaisar atau awam mana pun, tetapi oleh gereja. Dengan demikian
pemilihan Paus hanya dilakukan oleh sidang Majelis Kardinal.

Secara umum, awal pembaharuan dimulai dari biara Cluny-Prancis (909-1790).


Lalu pengaruhnya menyebar ke biara-biara lain secara umum pada pertengahan abad-
abad pertengahan. Abas Odo (926-942) memulai pembaharuan dengan motivasi
kembali secara radikal kepada Regula Santo Benediktus, yaitu kemiskinan, kemurnian,
keserdehanaan, ketaatan kehidupan berdoa dan ibadah harian bersama.

Perseteruan antara kaisar dan Paus ini menandakan kedudukan Paus


dipertentangkan. Pertentangan ini bukan hanya berasal dari pihak kaisar tetapi juga
datang dari pihak gereja sendiri. Setelah Paus Gregorius VII mangkat, gereja dan
Negara mengambil jalan tengah. Uskup-uskup harus dipilh dari para Klerus dan
disahkan oleh Puas, sera disetujui oleh kaisar. Paus memberikan cincin dan tongkat
Uskup sebagai tandanya. Kaisar memberikan pangkat raja kepada para Uskup dengan
tanda meberikan tongkat kerajaan yakni disebut tongkat gembala.

Abad- abad pertengahan tidak melulu diwarnai oleh masalah politik, yakni
perseteruan antara gereja dan Negara. Muncul pula dampak lain di dalam tubuh gereja
sendiri. Perayaan liturgy adalah salah satu dampak tersebut. Katedral – katedral
menjadi makon kokoh. Sejumlah gedung gereja yang megah didirikan. Perkembangan
ordo – ordo biara meningkat pada zaman tersebut kehidupan liturgus dan penetapan
liturgy nikah merupakan kosenkuensi dari peran gereja dalam kehidupan
bermasyarakat.

1. Gereja katedral diantara gereja Parokial

Hingga abad ke 17 banyak gereja katedral berarsitektur basilica. Lamat laun


peran basilica disejajarkan dengan katedral. Di gereja katedral inilah dilayankan
liturgy Papal berdasarkan ordo Lateran. Antar abad ke 11 dan ke 12, muncul
keinginan dari Paus untuk dapat merayakan perjamuan kudus dan ibadah harian di
kapelnya sendiri. Walapun bersifat tertutup, liturgy di kapel Pus mempunyai
pengaruh secara luas dipahami misa Paus adalah satu – satunya misa yang
meneruskan penggunaan liturgy gereja induk dari liturgy rasuli.

Waktu itu liturgy basilica Lateran telah terlepas dari akarnya sehingga
berkembang menjadia dua bentuk litrugi yaitu:

a. Pemeliharaan ritus dan perayaan liturgy di kapel Paus ( Capellani domini


papae)
b. Perkembangan liturgy secara independen di Basilika Lateran.

Paus Innoccentius III (1198 – 1216) menulis buku liturgy Ordinsle. Isi buku
tersebut adalah tata doa harian. Buku tersebut dibuat berdasarkan ibadah rasuli kuno
untuk umat, termasuk didalamnya adalah doa – doa, daftar pembacaan atau
leksionari, tiga puluh homily Innocentius untuk vigili, mazmur – mazmur, dan
antiphon, serta responsoris.

Liturgy Papal menjadi model dasar bagi gereja Eropa pada abad pertengahan
walaupun tiap daerah tetap memasukan atau menyisipkan penyesuaian pada
locusnya. Sehubungan dengan katedral muncul pula paroki atau bentuk kecil dari
katedral. Tugas imam paroki yang utama adalah sebagai perawat jiwa atau pembina
rohani. Ia adalah pelayan pastoral.

2. Arsitektur Gereja
Bentuk pertama gereja yang dibangan dalam ukuran raksaa setelah rumah –
rumah dan katakombe ialah Basilika. Basilika adlah bangunan Romawi untuk
pertemuan umum. Kemudian Basilika dimodifikasi untuk keperluan liturgy. Dinding –
dinding, pilar, apsis (lengkungan pada bangunan) dibuat berhiaskan mosaic dan
freska kristiani. Altar terbuat dari batu dan didalamnya ditempatkan makam seorang
martir. Di tengah dan di kedua sisi luar naos, dibuat lorong panjang atau disebut
alos. Lorong tersebut selain panjang juga dibuat luas dan lebar sehingga memadai
untuk keperluan prosesi liturgy. Kursi uskup diletakkan di tengah apsisi di belakang
altar tempat paduan suara terletak di tengah antara mimbar injil dan mimbar
pembacaan surat rasul.

Setelah Basilika, arsitektur bizantium meberi warna bagi bangunan gereja pada
abad – abad pertengahan hingga abad ke 12. Ciri khas luar dari bizantium adalah
atab berkubah bahkan berkubah besar. Ada tiga bentuk kubah yaitu kubah tunggal,
kubah bersusun dan kubah berkuncup. Kubah – kubah tersebut disusun tanpa tiang
penyangga inti di tengahnya. Atap kubah bizantium tersebut membantu
menghilhamkan para seniman dalam membuat kesan dekorasi interior. Di dalamnya
yakni pada dinding relurng dan permukaan lengkungnya, penuh gambar mosaic
batu dan fresco. Ruang dalam gereja menjadi penuh dengan lukisan bercahaya
lembut dan keemasan. Interior gereja dengan sejumlah lukisannya adalah galeri
alkitabiah. Dengan gambaran tersebut teologi ingin mengemukakan bahwa umat
yang beribadah dikelilingi oleh para mahkluk sorgawi. Liturgy adalah upaya
mendekatkan diri dengan para kudus dan mahkluk sorgawi.

Antara tahun 1050 dan 1200 arsitektur Romanesque menjadi pola umum bagi
gereja. Bangun ini dilengkapi dengan menara yang tingginya mencapai 100 m
dengan atap batu. Ruangan dalamnya luas, dindingnya dipenuhi dengan berbagai
ukiran adegan alkitabiah untuk menyampaikan cerita alkitab dan mendidik umat.
Sekitar abad ke 13 hingga abad ke 16, bereja berarsitektur gaya gothic dari prancis
dengan ciri setiap jendela dan pintu dibentuk sehingga memiliki kuncup seperti
bawang dan permainan cahaya pada lukisan kaca di dalam ruangan.

3. Liturgy pernikahan
Sekalipun sulit ditetapkan sejak kapan penikahan dilayankan di gereja, namun
peran dan kehadirannya telaha ada sejak awal sejarah gereja. Bahkan sejak abad
pertama, pernikahan ditangani oleh uskup wapaupun tidak digereja. Pengaturan,
pemberkatan, dam pengawasan uskup dalam pernikahan dilakukan dlam rangka
pastoral.

Ada dua kontradiksi gereja dalam memahami pernikahan yaitu:

a. Gereja seolah – oleh menghormati pernikahan. Moralitas dalam rangka


kekudusan seksualitas adalah dasar utama pernikahan bagi orang Kristen
termasuk bagi para uskup.
b. Gereja berusaha melindungi mereka yang menikah agar tidak dicemooh
sebagai tingkat yang lebih rendah daripada hidup selibat.

Baru pada abad ke 5, di Roma pernikahan mulai dihubungkan dengan


perjamuan kudus. Pernikahan digerejakan, tetapi gereja tidak memutuskan sah
tidaknya sebuah pernikhan. Bagi gereja, pernikhan yan sah ialah persetujuan kedua
yeng menikah dan keluarganya.

Liturgy pernikahan pada abad pertengahan didasarkan sakramentaria Roma.


Pemberkatan tersebut berisi enam doa, yaitu:

a. Doa collecta, memohon berkat Allah secara umum


b. Doa secreta dan hanc igitus, khusus untuk mempelai
c. Doa pro sacra lege coniugii, pemohonan agar perjamuan yang diberikan
perempuan diterima sebagai hukum suci pernikahan.
d. Doa bagi pasangan yang dipersatukan oleh Allah.
e. Doa pro formula tua illa, yakni doa berkat yang ,mengingatkan bahwa pada
usia muda Allah menyatukan mempelai perempuan dengan suaminya untuk
tumbuh bersama hingga tua.
f. Doa pater mundi conditor, yakni doa –doa bagi mempelai tentang kisah
penciptaan, adalah sebagai berikut:
- Penciptaan manusia melalui perempuan untuk meneruskan umat manusia
- Perempuan sebagai yang lemah bergabung dengan yang kuat, lalu
melahirkan anak.
- Bagi istri yang baik dan memegang hukum disebut aeterna iura
- Pernikahan bukan hanya untuk mendapat anak, melainkan juga untuk
tetap beriman.
- Pernikahan didalam kristus atau fidelis et casta nubat un Christo.

Sakramentarium pada awal abat ke 8 berdasarkan ritus Roma dan dipengaruhi


oleh Leonia:

1. Doa collecta, memohon berkat Allah secara umum


2. Doa setelah komuni tentang hidup bersama sebagai suami dan istri.
3. Doa secreta dan hanc igitus, khusus untuk mempelai dalam tanda famularum
tuarum illarum, yakni pelayan perempuan tiba.
4. Kanon dan doa bapa kami
5. Pemberkatan nikah dilayankan atas mempelai. Kadang – kadang dilanjutkan
dengan pemecahan dan konsekrasi roti.
6. Doa penutup adalah pater mundi conditor

tata liturgy pernikahannya adalah:

a. Collecta
b. Super oblate atau secreta
c. Hanc igitur khusus untuk mempelai
d. Doa deus qui potestate vistutis sebagai klimaks dalam liturgy nikah
e. Patermmundi conditor
4. Ordo – ordo biara baru.
Abad – abad pertengahan kedua juga diwarnai dengan munculnya beberapa
ordo biara baru yang kemudian menjadi induk biara – biara sekarang.
5. Persebaran brevir dan liturgy harian
Brevir berasal dari kata latin brevio atau breviarium, artinya penyingkatan atau
peringkasan. Namun brevir sama sekali bukan buku kecil yang berisi ringkasn
ibadah. Bahkan dalam beberapa pembuktian dijumpai brevir dalam ukuran
besar, brevir adalah buka ibadah ringkasan berisi ihktisar dan hal – hal penting
untuk merayakan ibadah harian dan lengkap.brevir berisi tata pelaksanaan
liturgy, doa – doa dan nyanyian.

KESIMPULAN

Pada awalnya peribadahan Gereja berakar dari tradisi oral dan ritual di zaman umat
Israel dalam Perjanjian Lama. Pengajaran di Bait Allah, Sinagoge dan rumah tangga cenderung
dilakukan dengan ritual oleh para Imam (bnd Luk.4: 16-22). pengajaran di luar ruang ibadah
cenderung dilakukan dengan cara oral oleh orang-orang tua, para Hakim dan para Nabi (bnd
Ul.6: 4-9).
Sejak lahirnya Gereja pada abad pertama hingga akhir Abad Pertengahan warna peribadahan
Gereja sangat kuat pada tradisi oral, ritual dan visual dengan pemeran sentral ibadah adalah
umat. Pengajaran kepada umat disampaikan melalui drama, homili, ]]]ritus-ritus, gambar, hari-
hari raya, jenis-jenis ibadah dan berbagai benda pendukung liturgi. Pada masa kini umat
mengenal kisah-kisah Alkitab dan pengajaran Gereja melalui peribadahan oral dan ritual
tersebut.
Pada akhir Abad Pertengahan partisipasi umat dalam peribadahan lambat laun menurun karena
perdebatan teologis tentang kedudukan klerus dan umat dalam Gereja juga karena perselisihan
intern Gereja.

Pada akhir Abad Pertengahan tampilan liturgi yang berpusat pada imam, sakramen, dan
cenderung sebagai suatu hal yang dipertontonkan kepada jemaat (teaterikal) digeser menjadi
liturgi yang berpusat pada pemberitaan Firman Tuhan dan mimbar. Didaktik dalam liturgi hampir
seluruhnya verbalisme dan tata gerak serta pemakaian simbol-simbol tidak terlalu ditekankan.
Segala sesuatu: simbol, edukasi, doa, komitmen, disampaikan secara verbal dari mimbar.
Sumber: Buku Pembimbing Kedalam Sejarah Perkembangan Liturgi (Rasid Rachman, Pembimbing
Kedalam Sejarah Perkembangan Liturgi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cet. Ke-4)

Anda mungkin juga menyukai