Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DOSA AGAMA BUDHA

MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Menempuh
Mata Kuliah

Teologi Agama-Agama

Disusun Oleh:

Christo Calvaneoza

S1.141505.Teo

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KANAAN NUSANTARA


UNGARAN
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.Pengertian Agama Budha.................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN DOSA DALAM AGAMA BUDHA ...................... 2
1. Dosa Dalam Agama Budha ................................................................ 2
a. Asal Mula Dosa ........................................................................... 2
b. Akibat Dosa ................................................................................. 3
c. Pelepasan Dosa ........................................................................... 3
BAB III PANDANGAN DOSA DALAM AGAMA KRISTEN .................... 5
1. Dosa Dalam Agama Kristen ............................................................ 5
a. Asal Mula Dosa ............................................................................. 5
b. Akibat Dosa ................................................................................. 6
c. Pelepasan Dosa ............................................................................ 8
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Agama Budha


Pendiri Agama Budha ialah Siddhartha Gautama (563-487 SM) (Buddha)
dengan kitab mereka Tripitaka. Tempat ibadah Budha disebut Vihara. Arti kata
Budha secara etimologi berasal dari kata buddh, yang berarti bangun. Orang Budha
adalah yang bangun, yang artinya orang yang bangun dari malam kesesatan dan
sekarang beada di tengah tengah cahaya pemandangan yang benar. Tujuan agama
Buddha Mencapai kebahagiaan tertinggi yang tidak terkondisi atau disebut juga suatu
pencerahan yaitu Nibbana/Nirwana. Ajaran agama Buddha tidak bertitik tolak dari
ajaran ketuhanan melainkan berdasarkan kenyataan kenyataan hidup yang dialami
manusia, yang mana kehidupan manusia itu tidak terlepas dari dukha
(Penderitaan).Hal ini sudah menjadi sebuah perbedaan bagi agama Kristen yang
justru menitik beratkan ajaran itu kepada Tuhan, namun manusia juga pada
kenyataannya tetap mengalami penderitaan dan mencoba untuk lepas dari derita
tersebut. Dengan kata lain, dosa yang telah melahirkan penderitaan, dalam hal ini
penulis ingin mencoba melihat kembali bagaimana pandangan Kristen dan Budha
tentang dosa yang mengakibatkan penderitaan itu sendiri.

1
BAB II
PEMBAHASAN DOSA DALAM AGAMA BUDHA

1. Dosa Dalam Agama Buddha


a. Asal Mula Dosa
Agama Buddha mengajarkan, bahwa penderitaan manusia di dalam dunia ini
disebabkan oleh keinginan (trsna) atau kehausan (tanha), sedang keinginan atau
kehausan itu pada akhirnya disebabkan oleh awidya atau ketidak-tahuan. Yang
dimaksud dengan ketidak-tahuan atau awidya ini adalah semacam ketidak-tahuan
yang kosmis, yang menjadikan manusia dikaburkan pandangannya. Ketidaktahuann
ini utamanya adalah mengenai tabiat asasi alam semesta ini, yang memiliki tiga ciri
yang menyolok, yaitu bahwa alam semesta adalah penuh dengan penderitaan (dukha),
bahwa alam semesta adalah fana (anitya) dan bahwa tiada jiwa di dalam dunia
ini(anatman). Demikianlah awidya menjadi sebab adanya dosa.1
Manusia selalu berada dalam dukha karena hidup menurut ajaran Budha selalu
dalam keadaan dukha, sebagaimana diajarkan oleh Arya Satyani tentang hakikat dari
dukha. Dimana dukha dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Dukha sebagai derita biasa yaitu segala macam derita yang dialami dalam hidup
ini seperti dilahirkan, usia tua, berpisah dengan orang atau benda yang dikasihi
dan sebagainya.
2. Dukha sebagai akibat dari perubahan perubahan (viparinamadukha), yaitu
dukha yang terjadi akibat adanya perubahan, baik yang berupa fisik maupun
mental. Dimana pada hakikatnya, perubahan itu selalu terjadi dan akan dialami
oleh manusia sehingga menusia akan selalu mengalami dukha.
3. Dukha sebagai keadaan yang saling bergantung (sankharadukha), yaitu dukha
yang terjadi akibat adanya hal hal yang saling bergantungan. Karena manusia
terdiri dari unsur unsur yang saling bergantung, maka manusia juga akan
selalu mengalami dukha.2
Menurut ajaran Budha manusia selalu hidup dalam penderitaan (dukha). Manusia
harus mengetahui dan memahami sumber dari dukha. Salah satu sumber dukha adalah
nafsu. Hawa nafsu ada karena adanya kontak dari anggota indera. Semua itu berakar
dari tiga akar kejahatan yaitu : lobha (ketamakan), moha (kegelapan) dan dosa
(kebencian).
Dalam kitab Tripitaka khususnya pada Sutta Pitaka yang berisi khotbah-khotbah
Buddha Gautama dan murid-muridnya yang terkenal ditegaskan bahwa Budha
mensinyalir, sumber dari segala penderitaan (dukha) itu adalah apa yang disebut
Tanha yaitu nafsu keinginan manusia.3

1
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1986, Hlm. 226-227
2
Romdhon, et al., Agama-Agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988, hlm. 125.
3
Primasagala, Pandangan Agama Budha Terhadap Dosa, diakses dari
http://primasagala.blogspot.co.id/2014/08/pandangan-agama-buddha-terhadap-dosa.html, pada tanggal 24
Agustus 2017

2
b. Akibat dosa
Budha Gautama menerima dan melanjutkan ajaran agama Hindhu yaitu
tentang karma, sasmara, dan moksha. Dalam pandangan ajaran agama Buddha
bahwa akibat dosa maka manusia akan merasakan lingkaran Karma dan Samsara.
Hidup setiap orang senantiasa berada dalam lingkaran karma dan samsara itu.
Kelahiran kembali pada masa berikutnya mungkin pada tingkatan makhluk lebih
rendah dan mungkin pula pada tingkatan makhluk lebih tinggi. Semuanya itu
tergantung pada karma kehidupan duniawi dari seseorang dan merupakan
penderitaan yang terus menerus menjelang tercapai kebebasan sepenuhnya dari
karma dan samsara itu.
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari lingkaran kejahatan. Artinya
bahwa manusia tidak pernah lepas dari dosa, dan akibat dosa selalu mengikutinya.
Reinkarnasi setelah kematian merupakan sebuah karma yang didapatkan.
Reinkarnasi ini dapat menjadi mahkluk yang lebih buruk atau yang lebih bagus,
tergantung pada dosa yang diperbuat.
Perjalanan hidup serupa juga dapat dipengaruhi oleh tujuan-tujuan hidup
manusia yaitu mengejar kesenangan duniawi berupa kekayaan. Ada pula yang
tujuannya hanya untuk memenuhi rasa keinginan, tetapi ada pula yang tujuannya
adalah mengutamakan pekerjaan pekerjaan kebajikan dan kebaktian.
c. Pelepasan dosa
Agar dapat terlepas dari penderitaan, manusia harus melalui jalan yang terdiri
dari delapan tahap yaitu percaya yang benar, perbuatan yang benar, hidup yang
benar, maksud yang benar, kata-kata yang benar, usaha yang benar, ingatan yang
benar, dan semadi yang benar. Yang kemudian dibagi lagi menjadi tiga bagian
yaitu:
1. Sraddha atau iman (terdiri dari tingkat pertama), percaya dan menyerahkan diri
kepada Dharma atau Ajaran Buddha sebagai yang membawa kepada
kelepasan.
2. Sila (terdiri dari tingkat kedua dan tingkat ketujuh), untuk mencapai kelepasan
tidak cukup hanya percaya, namun juga harus memiliki moral yang tinggi.
Jalan ini perlu sekali bagi persiapan semadi.
3. Semadi (terdiri dari tingkat kedelapan), merenungkan menjadi titik awal dari
bagian ini dengan cara bersemedi4.
Untuk menegakkan Dharma, maka pengikut-pengikut Budha pada umumnya
wajib menjauhi larangan-larangan dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Dilarang melakukan pembunuhan terhadap semua makhluk (misalnya
peperangan dan sebagainya).
2. Dilarang melakukan pencurian/perampokan/penyerobotan dan sebagainya.
3. Dilarang melakukan perbuatan cabul, misalkan perzinahan.
4. Dilarang berbuat dusta/menipu orang lain.
5. Dilarang meminum minuman yang memabukkan (minuman keras).
Adapun kewajiban khusus selain 5 macam tersebut di atas ditambah lagi
dengan 5 macam larangan yaitu:
1. Dilarang minum dan makan di waktu yang terlarang (misalnya pada waktu
berpuasa).
2. Dilarang mendatangi tempat-tempat yang dipergunakan untuk hidup maksiat
(misalnya tempat hiburan, pertunjukan-pertunjukan).

4
Harunhadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK-GM, 2012), hal.77-79

3
3. Dilarang menghias diri (misalnya dengan pakaian baik, memakai perhiasan
emas dan berlian dan sebagainya.).
4. Dilarang tidur diatas tempat tidur yang baik.
5. Dilarang menerima hadiah-hadiah yang berupa uang dan lain-lain benda
berharga5.
Hal itu dilakukan semua untuk mencapai apa yang disebut dengan Nirwana.
Ungkapan ini bukan sesuatu yang dapat didefenisikan, bukan juga sebuah tempat
yang memiliki letak geografis. Nirwana mengandung sebuah gagasan tentang
Akhir dari penderitaan dan sebagainya dimana dalam Nirwana manusia tersebut
mendapat kedamaian, ketenteraman, dan jauh dari segala kebencian yang
ditimbulkan oleh hati maupun pikiran manusia itu sendiri.

5
Prima Sagala, Pandangan Agama Budha, diakses dari
http://www.primasagala.blogspot.com/2014/08/pandangan-agama-buddha-terhadap-dosa.html diakses pada
03 08 2017.

4
BAB III
PEMBAHASAN DOSA DALAM AGAMA KRISTEN

1. Dosa Dalam Agama Kristen


a. Asal mula dosa
Dosa digambarkan dalam Alkitab sebagai pelanggaran hukum Allah
(1 Yohanes 3:4) dan pemberontakan melawan Allah (Ulangan 9:7; Yosua 1:18).
Dosa adalah ketidaktaatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang
diungkapkan melalui pemberontakan dan pelanggaran manusia6. Menurut Alkitab
semua manusia telah jatuh ke dalam dosa karena Adam dan Hawa telah jatuh ke
dalam dosa. Kepada Israel ditunjuk jalan keluar dari dosa, yakni
mempersembahkan korban, a.l. korban penghapus dosa dan korban penebus salah.
Dalam Perjanjian Baru Yesus Kristus diberitakan sebagai Penebus (Juruselamat)
umat manusia dari segala dosa7.
Kitab Kejadian mengajarkan bahwa Allah menciptakan makhluk yang
bernama manusia (Kejadian 1:26-28). Manusia adalah ciptaan yang diciptakan
segambar dengan Allah. Salah satu makna dari segambar dengan Allah adalah
bahwa manusia itu diberikan akal budi sesuatu yang membedakannya dari
hewan, tumbuhan dsb-. Dengan akal budi itu, manusia mempunyai pikiran atau
kehendak bebasnya.
Penggunaan kehendak bebas inilah yang terekam dalam kisah di Taman
Eden. Allah memberikan firman agar Adam dan Hawa tidak memakan buah dari
Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Buah dari pohon-pohon
lainnya boleh mereka makan. Hanya buah dari pohon itu saja yang tidak boleh
dimakan, karena bisa mengakibatkan kematian (Kejadian 2:15-17). Tidak
diceritakan berapa lama keduanya menghuni Taman Eden dan menikmati segala
yang terindah. Sampai suatu hari, ular datang dan membujuk Hawa untuk memakan
buah dari Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat tersebut. Singkat
cerita, keduanya lalu memakan buah dari pohon tersebut. Tindakan mereka
mengakibatkan keduanya menjadi telanjang, kehilangan kemuliaan Allah (Roma
3:23) dan mengalami kematian pada akhirnya.
Allah telah menciptakan manusia yang mempunyai akal budi. Makhluk
yang bisa memutuskan untuk mengasihi dan taat kepada-Nya ataupun memutuskan
untuk tidak mengasihi dan tidak mentaati-Nya. Dia memberikan kebebasan
kepada Adam dan Hawa untuk memilih mentaati Dia atau tidak. Pilihan Adam dan
Hawa ternyata adalah tidak taat dan menyimpang dari rencana kebaikan Tuhan
atas mereka8.
Jadi, jelaslah bahwa sesungguhnya Allah tidak memberikan kesempatan pada
dosa di Taman Eden, tetapi memberikan kesempatan pada manusia untuk
memilih menjadi taat atau tidak taat kepada-Nya. Dan ketika manusia memilih
untuk tidak taat, maka dosa masuk ke dalam dunia. Salah satu arti dari dosa adalah
ketidaktaatan atau menyimpang dari perintah Tuhan.

6
Dr. Theol. Dieter Becker [terj.]. Pedoman Dogmatika: Suatu Kompedium Singkat". (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996), Hal.101
7
WRF. Browning., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 (Cet. 3)
8
Got Questions, Definisi doa, diakses dari http://www.gotquestions.org/Indonesia/definisi-
dosa.html/. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2017

5
b. Akibat Dosa
Kejatuhan manusia ke dalam dosa mempunyai implikasi yang luas sekali
kepada diri manusia itu sendiri. Ada beberapa aspek yang akan kita lihat berkenaan
dengan akibat dari dosa yang dilakukan oleh manusia.
- Dalam Hubungannya Dengan Allah
Dampak yang paling utama berkaitan dengan dosa yang dilakukan
oleh manusia adalah dalam hubungannya dengan Allah:
1. Di mata Allah manusia sudah mati dan akan menuju maut (Roma
3:23; Rm 6:23).
2. Manusia tidak layak untuk menghadap Allah. Pengusiran Adam dan
Hawa dari Taman Eden ke luar, merupakan ungkapan geografis dari
pemisahan spiritual manusia dari Allah, serta ketidaklayakan untuk
menghadap Dia dan menikmati keakraban dengan Dia (Kej 3:23).
Malaikat dengan pedang yang bernyala-nyala yang menutupi jalan
menuju Eden melambangkan kebenaran mengerikan bahwa dalam
dosanya, manusia menghadapi pertentangan dan perlawanan dari
Allah, yaitu murka Allah (Kej 3:24; Mat 3:7; I Tes 1:10).
3. Manusia tidak sanggup lagi melakukan kehendak Allah. Meskipun
Allah memanggil dan memerintahkan manusia dan menawarkan
kepada kita untuk jalan kehidupan, kebenaran dan kebebasan, kita
tidak sanggup lagi menjawab panggilan Allah itu sepenuhnya.
Manusia tidak bebas dan tidak sanggup untuk menyesuaikan diri
dengan rencana Allah karena telah menjadi budak dosa (Yohanes
8:34; Roma 7:21-23).
4. Manusia tidak benar di mata Allah. Kegagalan untuk mematuhi
hukum dan kehendak Allah membuat manusia berada di bawah
kutukan hukum, rasa bersalah dan penghukuman yang makin
bertambah bagi pelanggar hukum (Roma 5:12; Ulangan 27:26;
Galatia 3:10).
5. Manusia tidak peka lagi terhadap firman Allah. Allah berbicara baik
melalui firman yang tertulis, yaitu Taurat, Alkitab dan juga lisan
melalui nabi-nabi-Nya kepada umat manusia. Akan tetapi dosa telah
membuat manusia menjadi bebal dan lebih memilih untuk tidak
mentaati firman Allah. Akhirnya manusia menjadi tidak mengenal
Allah dan tidak mengerti hal-hal mengenai Roh. Hal-hal ini
membuat manusia menjadi angkuh dan dalam lingkup keagamaan,
keangkuhan ini diungkapkan sebagai pembenaran diri.
Manusia menentukan sendiri norma-norma bagi dirinya dan
membenarkan dirinya menurut norma-norma itu. Manusia mencari-
cari alasan bagi dosa dan merasa yakin di hadapan Allah karena
prestasi-prestasi moral dan religiusnya dengan berbagai macam
agama dan kepercayaannya. Ada juga yang kemudian menolak
eksistensi Allah secara teori (ateisme). Namun itu semua
sesungguhnya hanya untuk bersembunyi dari Allah (seperti Adam
dam Hawa di Eden) dan untuk menghindari keseraman apabila
harus berdiri di hadapan Allah dengan kesalahannya terpampang di
depan.
- Dalam Hubungannya Dengan Sesamanya
Terputusnya hubungan manusia dengan Allah langsung
mempengaruhi hubungan manusia dengan sesamanya. Adam menuduh
Hawa dan menyalahkannya sebagai penyebab dosa (Kej 3:12). Kisah

6
kejatuhan manusia segera diikuti dengan peristiwa pembunuhan Habel
(Kej 4:1-6). Dosa membuat manusia tidak lagi bisa saling mengasihi
dengan tulus, yang ada adalah konflik, perpecahan antar bangsa/suku,
prasangka rasial, dan terbentuknya blok-blok internasional yang saling
bermusuhan.
Dosa membuat perpecahan, pemisahan dan pertikaian antara
manusia dan sesamanya baik di dalam kelonpok masyarakat, agama,
sosial, keluarga bahkan gereja. Dosa membuat manusia
mengeksploitasi sesamanya. Eksploitasi ini dapat dengan jelas kita lihat
dalam hubungan antara pria dan wanita. Sejarah mencatat kaum pria telah
mendominasi wanita dengan kekerasannya. Wanita digunakan bagi
kepentingan egois pria, penolakan pria memberikan persamaan hak dan
martabat kepada wanita merupakan kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri.
- Dalam hubungannya dengan dirinya
Manusia kehilangan arah batin dan hidup dalam sejuta konflik
dalam dirinya (Lihat Rm 7:23). Pengaruh dosa nyata dalam penipuan diri
sendiri. Manusia tidak lagi mampu menilai dirinya dengan benar dan
tepat. Dosa telah membuat manusia tidak lagi mampu memandang dirinya
sebagai ciptaan Allah yang mulia (Mzm 8:6). Manusia menjadi malu
dengan dirinya sendiri, batinnya senantiasa bergejolak mencari arah
kehidupan ini. Bahkan terkadang manusia tidak dapat berdamai dengan
dirinya sendiri.
- Dalam hubungannya dengan alam semesta
Manusia telah kehilangan keharmonisannya dengan alam ini.
Manusia yang seharusnya memelihara dan mengusahakan bumi bagi
kemuliaan Tuhan (Kej 2:15) malah mengeksploitasinya secara
sembarangan sehingga mengakibatkan kerusakan alam ini (hutan menjadi
gundul, banjir dsb). Udara, air, dan tanah menjadi kotor oleh polusi yang
disebabkan keserakahan manusia.
- Dalam hubungannya dengan waktu
Manusia yang jatuh ke dalam dosa, hidup dalam waktu yang dibatasi
karena dosa itu. Dosa membuat manusia kehilangan kekekalan (Kej 2:17;
3:19), hari-harinya menjadi terbatas (Mzm 90:9-10). Manusia harus
menghadapi kematian sebagai akhir hidupnya9.
Studi Alkitab menunjukkan bahwa padahakekatnyadosa tidak
berasal dari jasmaniah manusia, tetapi berasal dari inti manusia itu sendiri,
yaitu hatinya, di dalam hubungannya dengan Allah. Tuhan Yesus
mengatakan, dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat,
percabulan, pencurian, pembunuhan Semua hal-hal jahat ini timbul
dari dalam dan menajiskan orang (Mrk 7:21-23; bnd Kej 6:5; Yer 17:9;
Rm 3:10-18; Rm 7:23). Jika hati itu dipenuhi dengan kesombongan, maka
kesombongan itu akan meluapkan hawa nafsu. Jika hati tidak jujur lagi di
hadapan Allah, maka badan kita pun disalahgunakan untuk perbuatan-
perbuatan seperti percabulan, kejahatan, rakus, ketamakan, kecemaran
dan sebagainya10.

9
Bobby Butarbutar. Dosa: dalam Persfektif iman Kristen. Diakses dari
http://psbobby.wordpress.com/2010/05/27/670/#more-670, diakses pada 03-09-2017
10
Ibid

7
c. Pelepasan Dosa
Dalam hal pelepasan Kristen juga disebut sebagai penebusan yang
berarti pembebasan dari sesuatu yang jahat dengan pembayaran suatu harga,
artinya lebih dari pembebasan. Dalam bahasa yunani Lutron (Tawanan-
tawanan perang yang dibebaskan dengan pembayaran harga yang
disebutuang) dengan kata itu menyatakan ide pembebasan dalam lingkaran
kematian Kristus yang dipandang sebagai tebusan bagi orang banyak11.
Kristus adalah penggenapan dari janji Allah kepada manusia sebagai janji
keselamatan manusia dari belenggu dosa (Mat 40:7-9, Ibr 10:5-7, Yoh 6 : 38-
40). Perjanjian ini dilakukan dengan kerelaan Allah.Yesus yang kembali
memperbaiki hubungan antara Allah dengan manusia. Adapun keselamatan
yang diterima oleh manusia dari Allah melalui Yesus Kristus adalah
Anugerah. Perjanjian Anugerah itu dibagi menjadi dua yaitu12:
1. Anugerah Umum
Ketika manusia jatuh kedalam dosa dengan memakan buah yang
dilarangoleh Allah, maka upahnya adalah maut yaitu dengan menjatuhkan
manusia dalam hukuman, namun demukian manusia itu tidak langsung
mati. Allah menjamin hidup manusia itu, namun manusia itu sendiri harus
bekerja keras agar ia mendapatkan kehidupannya. Anugerah umum
mengandung maksud melayani inti dari manusia yang akan diselamatkan,
seandainya dosa masih berkuasa sepenuhnya, hidup manuisa akan rusak
sama sekali. Segala sesuatu yang masih berjalan dengan baik adalah
sebuah berkat Tuhan yang umum. Anugerah umum hanya menunda
hukuman saja.
2. Anugerah Khusus
Yesus menjadi kepala umat manusia didalam perjanjian Anugerah
sebagai inti dari buah-buah pekerjaan Yesus yang diberi kepada manusia
sebagai Anugerah Khusus. Dalam Anugerah diperintahkan supaya
percaya, untuk bisa mendapatkan anugerah itu adalah pertobatan
menujujalan kehidupan yang kekal. Jadi dapat dikatakan bahwa perjanjian
Kristus bersifat perjanjian pekerjaan yang menjadi sebab Tuhan
memberikan Anugerah itu dengan tidak bersyarat.

11
AlkitabSabda, TebusPenebusan, diakses dari http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=penebusan,
Diakses pada 03 September 2017.
12
Soedarmo, IkhtisarDogmatika, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2011, Hlm. 161-163

8
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dari pembahasan kesimpulan dalam sebuah table perbandingan dosa antara Buddha
dengan perspektif iman Kristen sebagai berikut:
Dari sudut pandang agama Budha, asal mula dosa keinginan (trsna) atau kehausan
(tanha), ketidak-tahuan (awidya), tabiat alam yang penuh penderitaan, fana,tiada
jiwa,Hawa nafsu, kontak indra. Sehingga mengakibat dosa merasakan karma dan berada
dalam lingkaran samsara. Dan dalam Budha cara menghapus dosa melalui 4 kebenaran
mulia dan 8 jalan kebenaran.
Dari sudut pandang Kristen, asal mula dosa adalah melalui kejatuhan Adam dan
Hawa yang menghasilkan dosa turunan sehingga manusia memiliki natur dosa dan akibat
dari dosa itu sendiri adalah maut (kematian yang kekal). Cara menghapus dosa dalam sudut
iman Kristen adalah melalui iman/percaya kepada pengorbanan Yesus Kristus dikayu salib
yang sudah menebus manusia dari dosa.

9
DAFTAR PUSTAKA

Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1986, Hlm. 226-227

Romdhon, et al., Agama-Agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988,
hlm. 125.

Primasagala, Pandangan Agama Budha Terhadap Dosa, diakses dari


http://primasagala.blogspot.co.id/2014/08/pandangan-agama-buddha-terhadap-dosa.html,
pada tanggal 24 Agustus 2017
Harunhadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK-GM, 2012), hal.77-79
Prima Sagala, Pandangan Agama Budha, diakses dari
http://www.primasagala.blogspot.com/2014/08/pandangan-agama-buddha-terhadap-
dosa.html diakses pada 24 Agustus 2017.
Dr. Theol. Dieter Becker [terj.]. Pedoman Dogmatika: Suatu Kompedium Singkat". (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996), Hal.101

WRF. Browning., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 (Cet. 3)

Got Questions, Definisi doa, diakses dari http://www.gotquestions.org/Indonesia/definisi-


dosa.html/. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2017
Bobby Butarbutar. Dosa: dalam Persfektif iman Kristen. Diakses dari
http://psbobby.wordpress.com/2010/05/27/670/#more-670, diakses pada 03 September 2017
AlkitabSabda, Tebus Penebusan, diakses dari
http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=penebusan, Diakses pada 03 September 2017.

Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2011, Hlm. 161-163

10

Anda mungkin juga menyukai