MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Menempuh
Mata Kuliah
Teologi Agama-Agama
Disusun Oleh:
Christo Calvaneoza
S1.141505.Teo
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN DOSA DALAM AGAMA BUDHA
1
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1986, Hlm. 226-227
2
Romdhon, et al., Agama-Agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988, hlm. 125.
3
Primasagala, Pandangan Agama Budha Terhadap Dosa, diakses dari
http://primasagala.blogspot.co.id/2014/08/pandangan-agama-buddha-terhadap-dosa.html, pada tanggal 24
Agustus 2017
2
b. Akibat dosa
Budha Gautama menerima dan melanjutkan ajaran agama Hindhu yaitu
tentang karma, sasmara, dan moksha. Dalam pandangan ajaran agama Buddha
bahwa akibat dosa maka manusia akan merasakan lingkaran Karma dan Samsara.
Hidup setiap orang senantiasa berada dalam lingkaran karma dan samsara itu.
Kelahiran kembali pada masa berikutnya mungkin pada tingkatan makhluk lebih
rendah dan mungkin pula pada tingkatan makhluk lebih tinggi. Semuanya itu
tergantung pada karma kehidupan duniawi dari seseorang dan merupakan
penderitaan yang terus menerus menjelang tercapai kebebasan sepenuhnya dari
karma dan samsara itu.
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari lingkaran kejahatan. Artinya
bahwa manusia tidak pernah lepas dari dosa, dan akibat dosa selalu mengikutinya.
Reinkarnasi setelah kematian merupakan sebuah karma yang didapatkan.
Reinkarnasi ini dapat menjadi mahkluk yang lebih buruk atau yang lebih bagus,
tergantung pada dosa yang diperbuat.
Perjalanan hidup serupa juga dapat dipengaruhi oleh tujuan-tujuan hidup
manusia yaitu mengejar kesenangan duniawi berupa kekayaan. Ada pula yang
tujuannya hanya untuk memenuhi rasa keinginan, tetapi ada pula yang tujuannya
adalah mengutamakan pekerjaan pekerjaan kebajikan dan kebaktian.
c. Pelepasan dosa
Agar dapat terlepas dari penderitaan, manusia harus melalui jalan yang terdiri
dari delapan tahap yaitu percaya yang benar, perbuatan yang benar, hidup yang
benar, maksud yang benar, kata-kata yang benar, usaha yang benar, ingatan yang
benar, dan semadi yang benar. Yang kemudian dibagi lagi menjadi tiga bagian
yaitu:
1. Sraddha atau iman (terdiri dari tingkat pertama), percaya dan menyerahkan diri
kepada Dharma atau Ajaran Buddha sebagai yang membawa kepada
kelepasan.
2. Sila (terdiri dari tingkat kedua dan tingkat ketujuh), untuk mencapai kelepasan
tidak cukup hanya percaya, namun juga harus memiliki moral yang tinggi.
Jalan ini perlu sekali bagi persiapan semadi.
3. Semadi (terdiri dari tingkat kedelapan), merenungkan menjadi titik awal dari
bagian ini dengan cara bersemedi4.
Untuk menegakkan Dharma, maka pengikut-pengikut Budha pada umumnya
wajib menjauhi larangan-larangan dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Dilarang melakukan pembunuhan terhadap semua makhluk (misalnya
peperangan dan sebagainya).
2. Dilarang melakukan pencurian/perampokan/penyerobotan dan sebagainya.
3. Dilarang melakukan perbuatan cabul, misalkan perzinahan.
4. Dilarang berbuat dusta/menipu orang lain.
5. Dilarang meminum minuman yang memabukkan (minuman keras).
Adapun kewajiban khusus selain 5 macam tersebut di atas ditambah lagi
dengan 5 macam larangan yaitu:
1. Dilarang minum dan makan di waktu yang terlarang (misalnya pada waktu
berpuasa).
2. Dilarang mendatangi tempat-tempat yang dipergunakan untuk hidup maksiat
(misalnya tempat hiburan, pertunjukan-pertunjukan).
4
Harunhadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK-GM, 2012), hal.77-79
3
3. Dilarang menghias diri (misalnya dengan pakaian baik, memakai perhiasan
emas dan berlian dan sebagainya.).
4. Dilarang tidur diatas tempat tidur yang baik.
5. Dilarang menerima hadiah-hadiah yang berupa uang dan lain-lain benda
berharga5.
Hal itu dilakukan semua untuk mencapai apa yang disebut dengan Nirwana.
Ungkapan ini bukan sesuatu yang dapat didefenisikan, bukan juga sebuah tempat
yang memiliki letak geografis. Nirwana mengandung sebuah gagasan tentang
Akhir dari penderitaan dan sebagainya dimana dalam Nirwana manusia tersebut
mendapat kedamaian, ketenteraman, dan jauh dari segala kebencian yang
ditimbulkan oleh hati maupun pikiran manusia itu sendiri.
5
Prima Sagala, Pandangan Agama Budha, diakses dari
http://www.primasagala.blogspot.com/2014/08/pandangan-agama-buddha-terhadap-dosa.html diakses pada
03 08 2017.
4
BAB III
PEMBAHASAN DOSA DALAM AGAMA KRISTEN
6
Dr. Theol. Dieter Becker [terj.]. Pedoman Dogmatika: Suatu Kompedium Singkat". (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996), Hal.101
7
WRF. Browning., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 (Cet. 3)
8
Got Questions, Definisi doa, diakses dari http://www.gotquestions.org/Indonesia/definisi-
dosa.html/. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2017
5
b. Akibat Dosa
Kejatuhan manusia ke dalam dosa mempunyai implikasi yang luas sekali
kepada diri manusia itu sendiri. Ada beberapa aspek yang akan kita lihat berkenaan
dengan akibat dari dosa yang dilakukan oleh manusia.
- Dalam Hubungannya Dengan Allah
Dampak yang paling utama berkaitan dengan dosa yang dilakukan
oleh manusia adalah dalam hubungannya dengan Allah:
1. Di mata Allah manusia sudah mati dan akan menuju maut (Roma
3:23; Rm 6:23).
2. Manusia tidak layak untuk menghadap Allah. Pengusiran Adam dan
Hawa dari Taman Eden ke luar, merupakan ungkapan geografis dari
pemisahan spiritual manusia dari Allah, serta ketidaklayakan untuk
menghadap Dia dan menikmati keakraban dengan Dia (Kej 3:23).
Malaikat dengan pedang yang bernyala-nyala yang menutupi jalan
menuju Eden melambangkan kebenaran mengerikan bahwa dalam
dosanya, manusia menghadapi pertentangan dan perlawanan dari
Allah, yaitu murka Allah (Kej 3:24; Mat 3:7; I Tes 1:10).
3. Manusia tidak sanggup lagi melakukan kehendak Allah. Meskipun
Allah memanggil dan memerintahkan manusia dan menawarkan
kepada kita untuk jalan kehidupan, kebenaran dan kebebasan, kita
tidak sanggup lagi menjawab panggilan Allah itu sepenuhnya.
Manusia tidak bebas dan tidak sanggup untuk menyesuaikan diri
dengan rencana Allah karena telah menjadi budak dosa (Yohanes
8:34; Roma 7:21-23).
4. Manusia tidak benar di mata Allah. Kegagalan untuk mematuhi
hukum dan kehendak Allah membuat manusia berada di bawah
kutukan hukum, rasa bersalah dan penghukuman yang makin
bertambah bagi pelanggar hukum (Roma 5:12; Ulangan 27:26;
Galatia 3:10).
5. Manusia tidak peka lagi terhadap firman Allah. Allah berbicara baik
melalui firman yang tertulis, yaitu Taurat, Alkitab dan juga lisan
melalui nabi-nabi-Nya kepada umat manusia. Akan tetapi dosa telah
membuat manusia menjadi bebal dan lebih memilih untuk tidak
mentaati firman Allah. Akhirnya manusia menjadi tidak mengenal
Allah dan tidak mengerti hal-hal mengenai Roh. Hal-hal ini
membuat manusia menjadi angkuh dan dalam lingkup keagamaan,
keangkuhan ini diungkapkan sebagai pembenaran diri.
Manusia menentukan sendiri norma-norma bagi dirinya dan
membenarkan dirinya menurut norma-norma itu. Manusia mencari-
cari alasan bagi dosa dan merasa yakin di hadapan Allah karena
prestasi-prestasi moral dan religiusnya dengan berbagai macam
agama dan kepercayaannya. Ada juga yang kemudian menolak
eksistensi Allah secara teori (ateisme). Namun itu semua
sesungguhnya hanya untuk bersembunyi dari Allah (seperti Adam
dam Hawa di Eden) dan untuk menghindari keseraman apabila
harus berdiri di hadapan Allah dengan kesalahannya terpampang di
depan.
- Dalam Hubungannya Dengan Sesamanya
Terputusnya hubungan manusia dengan Allah langsung
mempengaruhi hubungan manusia dengan sesamanya. Adam menuduh
Hawa dan menyalahkannya sebagai penyebab dosa (Kej 3:12). Kisah
6
kejatuhan manusia segera diikuti dengan peristiwa pembunuhan Habel
(Kej 4:1-6). Dosa membuat manusia tidak lagi bisa saling mengasihi
dengan tulus, yang ada adalah konflik, perpecahan antar bangsa/suku,
prasangka rasial, dan terbentuknya blok-blok internasional yang saling
bermusuhan.
Dosa membuat perpecahan, pemisahan dan pertikaian antara
manusia dan sesamanya baik di dalam kelonpok masyarakat, agama,
sosial, keluarga bahkan gereja. Dosa membuat manusia
mengeksploitasi sesamanya. Eksploitasi ini dapat dengan jelas kita lihat
dalam hubungan antara pria dan wanita. Sejarah mencatat kaum pria telah
mendominasi wanita dengan kekerasannya. Wanita digunakan bagi
kepentingan egois pria, penolakan pria memberikan persamaan hak dan
martabat kepada wanita merupakan kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri.
- Dalam hubungannya dengan dirinya
Manusia kehilangan arah batin dan hidup dalam sejuta konflik
dalam dirinya (Lihat Rm 7:23). Pengaruh dosa nyata dalam penipuan diri
sendiri. Manusia tidak lagi mampu menilai dirinya dengan benar dan
tepat. Dosa telah membuat manusia tidak lagi mampu memandang dirinya
sebagai ciptaan Allah yang mulia (Mzm 8:6). Manusia menjadi malu
dengan dirinya sendiri, batinnya senantiasa bergejolak mencari arah
kehidupan ini. Bahkan terkadang manusia tidak dapat berdamai dengan
dirinya sendiri.
- Dalam hubungannya dengan alam semesta
Manusia telah kehilangan keharmonisannya dengan alam ini.
Manusia yang seharusnya memelihara dan mengusahakan bumi bagi
kemuliaan Tuhan (Kej 2:15) malah mengeksploitasinya secara
sembarangan sehingga mengakibatkan kerusakan alam ini (hutan menjadi
gundul, banjir dsb). Udara, air, dan tanah menjadi kotor oleh polusi yang
disebabkan keserakahan manusia.
- Dalam hubungannya dengan waktu
Manusia yang jatuh ke dalam dosa, hidup dalam waktu yang dibatasi
karena dosa itu. Dosa membuat manusia kehilangan kekekalan (Kej 2:17;
3:19), hari-harinya menjadi terbatas (Mzm 90:9-10). Manusia harus
menghadapi kematian sebagai akhir hidupnya9.
Studi Alkitab menunjukkan bahwa padahakekatnyadosa tidak
berasal dari jasmaniah manusia, tetapi berasal dari inti manusia itu sendiri,
yaitu hatinya, di dalam hubungannya dengan Allah. Tuhan Yesus
mengatakan, dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat,
percabulan, pencurian, pembunuhan Semua hal-hal jahat ini timbul
dari dalam dan menajiskan orang (Mrk 7:21-23; bnd Kej 6:5; Yer 17:9;
Rm 3:10-18; Rm 7:23). Jika hati itu dipenuhi dengan kesombongan, maka
kesombongan itu akan meluapkan hawa nafsu. Jika hati tidak jujur lagi di
hadapan Allah, maka badan kita pun disalahgunakan untuk perbuatan-
perbuatan seperti percabulan, kejahatan, rakus, ketamakan, kecemaran
dan sebagainya10.
9
Bobby Butarbutar. Dosa: dalam Persfektif iman Kristen. Diakses dari
http://psbobby.wordpress.com/2010/05/27/670/#more-670, diakses pada 03-09-2017
10
Ibid
7
c. Pelepasan Dosa
Dalam hal pelepasan Kristen juga disebut sebagai penebusan yang
berarti pembebasan dari sesuatu yang jahat dengan pembayaran suatu harga,
artinya lebih dari pembebasan. Dalam bahasa yunani Lutron (Tawanan-
tawanan perang yang dibebaskan dengan pembayaran harga yang
disebutuang) dengan kata itu menyatakan ide pembebasan dalam lingkaran
kematian Kristus yang dipandang sebagai tebusan bagi orang banyak11.
Kristus adalah penggenapan dari janji Allah kepada manusia sebagai janji
keselamatan manusia dari belenggu dosa (Mat 40:7-9, Ibr 10:5-7, Yoh 6 : 38-
40). Perjanjian ini dilakukan dengan kerelaan Allah.Yesus yang kembali
memperbaiki hubungan antara Allah dengan manusia. Adapun keselamatan
yang diterima oleh manusia dari Allah melalui Yesus Kristus adalah
Anugerah. Perjanjian Anugerah itu dibagi menjadi dua yaitu12:
1. Anugerah Umum
Ketika manusia jatuh kedalam dosa dengan memakan buah yang
dilarangoleh Allah, maka upahnya adalah maut yaitu dengan menjatuhkan
manusia dalam hukuman, namun demukian manusia itu tidak langsung
mati. Allah menjamin hidup manusia itu, namun manusia itu sendiri harus
bekerja keras agar ia mendapatkan kehidupannya. Anugerah umum
mengandung maksud melayani inti dari manusia yang akan diselamatkan,
seandainya dosa masih berkuasa sepenuhnya, hidup manuisa akan rusak
sama sekali. Segala sesuatu yang masih berjalan dengan baik adalah
sebuah berkat Tuhan yang umum. Anugerah umum hanya menunda
hukuman saja.
2. Anugerah Khusus
Yesus menjadi kepala umat manusia didalam perjanjian Anugerah
sebagai inti dari buah-buah pekerjaan Yesus yang diberi kepada manusia
sebagai Anugerah Khusus. Dalam Anugerah diperintahkan supaya
percaya, untuk bisa mendapatkan anugerah itu adalah pertobatan
menujujalan kehidupan yang kekal. Jadi dapat dikatakan bahwa perjanjian
Kristus bersifat perjanjian pekerjaan yang menjadi sebab Tuhan
memberikan Anugerah itu dengan tidak bersyarat.
11
AlkitabSabda, TebusPenebusan, diakses dari http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=penebusan,
Diakses pada 03 September 2017.
12
Soedarmo, IkhtisarDogmatika, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2011, Hlm. 161-163
8
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari pembahasan kesimpulan dalam sebuah table perbandingan dosa antara Buddha
dengan perspektif iman Kristen sebagai berikut:
Dari sudut pandang agama Budha, asal mula dosa keinginan (trsna) atau kehausan
(tanha), ketidak-tahuan (awidya), tabiat alam yang penuh penderitaan, fana,tiada
jiwa,Hawa nafsu, kontak indra. Sehingga mengakibat dosa merasakan karma dan berada
dalam lingkaran samsara. Dan dalam Budha cara menghapus dosa melalui 4 kebenaran
mulia dan 8 jalan kebenaran.
Dari sudut pandang Kristen, asal mula dosa adalah melalui kejatuhan Adam dan
Hawa yang menghasilkan dosa turunan sehingga manusia memiliki natur dosa dan akibat
dari dosa itu sendiri adalah maut (kematian yang kekal). Cara menghapus dosa dalam sudut
iman Kristen adalah melalui iman/percaya kepada pengorbanan Yesus Kristus dikayu salib
yang sudah menebus manusia dari dosa.
9
DAFTAR PUSTAKA
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1986, Hlm. 226-227
Romdhon, et al., Agama-Agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988,
hlm. 125.
WRF. Browning., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 (Cet. 3)
Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2011, Hlm. 161-163
10